Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU LOGAM

ALUMINIUM dan PADUANNYA

KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Erma Sari
Evita Putri
Fahmi Ridho
Gallan Yudha Andrea
Gugum Sukma Gumilar
Hassan Fathuramdhan Wijaya
Hengky

(1510631140045)
(1510631140047)
(1510631140049)
(1510631140150)
(1510631140060)
(1510631140066)
(1510631140067)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita curah limpahkan kehadirat tuhan yang maha Esa , atas
berkat

rahmat

dan

karunia-Nya

makalah

tentang

ALUMUNIUM

dan

PADUANNYA ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin yang bertujuan


untuk memenuhi tugas Pengetahuan Bahan.
Makalah ini tidak akan mungkin berhasil di buat tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.Tuhan YME
2. Endah purwanti,S.Si,M.Si. Selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Bahan
3.Serta pihak-pihak yang memfasilitasi internet.
Kami sadar dalam makalah ini pasti masih banyak memiliki kekurangan
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi materi di dalamnya , namun
kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dalam waktu
yang sangat terbatas ini ,maka dari itu kami selaku penulis sangat membutuhkan
kritik dan sarannya mengenai kekurangan dalam makalah ini yang bertujuan untuk
bahan introfeksi serta evaluasi bagi penulis guna terbuatnya makalah yang lebih
baik di kemudian hari.
Semoga dengan dibuatnya makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat untuk
kehidupan sehari hari khusus nya untuk penulis sendiri umum nya untuk pembaca

Karawang,16 april 2016.

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB I
DEFINISI ALUMINIUM dan PADUANNYA
Logam

aluminium adalah logam

yang mempunyai sifat ringan

yang

pemanfaatannya sangat luas. Selain ringan juga memiliki kelebihan lain seperti
penghantar panas yang baik. Aluminium ditemukan pertama kali oleh Sir Humprey
Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi oleh HC
Oersted tahun 1825. Penggunaan logam Aluminium sebagai logam setiap tahunnya
pada urutan kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi diantara logam non fero.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa
dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung
kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 MPa,
sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa.
Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan
dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi.
Logam aluminium paduan merupakan salah satu logam paduan yang sangat penting
di bidang teknik, diantaranya untuk bahan struktur pesawat terbang, otomotif, kapal
dan industri lain. Logam aluminium mempunyai karakteristik yang menguntungkan,
diantaranya adalah mempunyai sifat mampu bentuk yang baik (formability), tahan
korosi, ringan, dan kekuatan mekaniknya dapat ditingkatkan dengan pengerjaan
dingin atau panas.
Aluminium mempunyai beberapa sifat-sifat karakter fisis antara lain memiliki berat
jenis sekitar 2,65-2,8 kg/dm. Mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik,
tahan terhadap korosi, dalam beberapa bahan titik lebur 658C dan susunan atom face
center cubic.
Aluminium murni mempunyai beberapa kekurangan seperti memiliki sifat mampu
cor dan mekanik kurang baik, sehingga jarang dipergunakan untuk kebutuhan teknik
yang memerlukan ketelitian dan persyaratan kekuatan bahan yang tinggi.
Kebanyakan aluminium digunakan dalam bentuk paduan untuk memperbaiki sifatsifat dan memperoleh kekuatan bahan yang sesuai dengan kebutuhan. Biasanya

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
unsur-unsur paduan yang ditambahkan pada Aluminium adalah Cu, Si, Mg, Ni, Sn,
Fe, dan Zn. Adapun kelemahan penggunaan aluminium adalah bahan ini sering
mengalami cacat keropos dan mudah membentuk rongga udara yang menyebabkan
menurunnya kekuatan bahan. Hal ini disebabkan sifat yang dimiliki aluminium
dalam keadaan cair yaitu mudah menyerap gas H dan O kemudian melepaskannya
kembali saat terjadi proses pembekuan. Ada bagian gas terperangkap dalam bahan,
akibat terhalangnya aluminium cair yang lebih cepatmembeku pada bagian
permukaan luar dekat dengan cetakan. Gas ini mengakibatkan cacat keropos pada
bahan.

Gambar aluminium

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB II
PROSES PEMBUATAN
Ada beberapa proses dalam pengolahan alumunium, diantaranya adalah proses
penambangan alumunium, proses pemurnian alumunium.
A. Proses penambangan alumunium
pada awalnya alumunium didapatkan dari biji bauksit yang terdapat di kerak bumi,
lalu biji bauksit ini akan dipanaskan untuk mengurangi kadar air di dalamnya. Biji
bauksit yang ditambang dari kerak bumi memiliki kandungan alumunium sebanyak
50-60%. Setelah dilakukan proses pemanasan biji bauksit tersebut akan digiling dan
dihancurkan hingga biji bauksit tesebut menjadi halus. Setelah biji bauksit menjadi
halus maka akan diteruskan dengan proses pemurnian.
B. Proses pemurnian
Proses pemurnian biji bauksit akan dilakukan dengan metode Bayer untuk
menghasilkan alumunium murni. Metode bayer adalah serangkaian proses
pemurnian bauksit hingga menjadi alumina dengan cara melarutkan bauksit dengan
natrium hidroksida (NaOH). Dalam metode bayer ini ada serangkaian siklus yang
harus dilewati hingga bauksit bisa dimurnikan menjadi alumina, yang biasa disebut
dengan siklus bayer. Ada 4 proses dalam siklus bayer, diantaranya adalah:
a. Digestion (pencernaan), pada awalnya bauksit dipompa hingga masuk ke dalam
tabung dengan tekanan yang besar, setelah itu dipanaskan dengan temperatur 175oC.
Setelah itu natrium hidroksida akan bereaksi dengan alumina bauksit hingga
menghasilkan natrium aluminat.
b. Clarification (klarifikasi), pengotor padat yang ikut bereaksi pada proses sebelumnya
akan disaring agar tidak natrium aluminat tidak terkontaminasi. Setelah mengalami
proses penyaringan natrium aluminat akan didinginkan di dalam exchangars. Setelah
didinginkan natrium aluminat akan dipompa menuju tempat yang lebih tinggi lagi
yaitu presipator untuk mengalami proses precipation.
c. Precipation (pengendapan), alumunium akan diendapkan setelah terpisah dari
kotoran padatnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan pengenceran. Hingga
setelah natrium aluminat berekasi dengan CO2 akan dihasilkan alumunium
hidroksida.

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
d. Calcination (kalkinasi), setelah terbentuk alumunium hidroksida maka alumunium
hidroksida ini akan dipanaskan dengan temperatur 1050oC (dikalkinasi). Dan pada
akhirnya akan dihasilkan alumunium oksida murni yang selanjutnya akan menuju
proses peleburan dengan metode Hall Herault untu mendapatkan material
alumunium. Selanjutnya akan masuk ke tahap peleburan alumunium, metode yang
digunakan dalam proses peleburan ini adalah metode Hall Herault.
e. Pada awalnya alumunium oksida akan dilarutkan dengan kriolit, proses peralutan ini
berlangsung bejana yang terbuat dari baja yang berlapis grafit yang sekaligus
berperan sebagai katoda(+) dan batang grafit digunakan sebagai anoda(-).
Selanjutnya proses elektrolisis akan berlangsung dalam temperatur 950oC . Dalam
proses elektrolisis ini akan dihasilkan alumunium pada katoda dan gas O2 dan CO2
pada anoda. Alumunium yang terbentuk dalam keadaan zat cair dan akan dikeluarkan
dengan cara dialirkan secara bertahap ke dalam cetakan untuk menjadi alumunium
batangan.

Proses pembuatan Aluminium

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB III
JENIS-JENIS ALUMINIUM

A. Aluminium Murni
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam keadaan
biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk
penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain.
B. Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium,
tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan
meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika
melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya
kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam logam.
Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi
logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium
siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan
sebagainya.
1. Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan
kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium paduan
yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%,
tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal
granula silika.

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

2. Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam
paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak
menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah
karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga
menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat
rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut.
3. Paduan Aluminium-Tembaga

Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat, namun
rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh memiliki
konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl2 dalam
logam yang menjadikan logam rapuh.

Struktur mikro Al-Cu

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

4. Paduan Aluminium-Mangan
Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan pengerasan
tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam paduan
dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh. Selain itu, penambahan
mangan akan meningkatkan titik lebur paduan aluminium.
5. Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini memiliki
kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat
memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap
50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki
kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm
bahan.
6. Paduan Aluminium-Lithium
Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan
peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap
penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan
peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi
diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan
biaya keselamatan kerja.

Gambar Paduan Al-Li

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
7. Paduan Aluminium-Skandium
Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada
paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang
panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang lebih
murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan
titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur
Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz,
2004).
8. Paduan Aluminium-Besi
Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
kecelakaan. Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan,
namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil.
Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan
tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal
ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X, dengan X adalah paduan utama
aluminium selain Fe.
Kelemahan aluminium paduan adalah pada ketahanannya terhadap lelah (fatigue).
Aluminium paduan tidak memiliki batas lelah yang dapat diperkirakan seperti baja,
yang berarti failure akibat fatigue dapat muncul dengan tiba-tiba bahkan pada beban
siklik yang kecil. Satu kelemahan yang dimiliki aluminium murni dan paduan adalah
sulit memperkirakan secara visual kapan aluminium akan mulai melebur, karena
aluminium tidak menunjukkan tanda visual seperti baja yang bercahaya kemerahan
sebelum melebur.
9. Aluminium paduan cor
Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau cetakan baja
dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras jika dicor dengan

10

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama seperti efek quenching,
yaitu memperkeras logam.
Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki
komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas dari
pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium, dalam
temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium hidroksida
dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya, dapat
melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin dan menjadi padat,
gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam, menyebabkan
logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin rapuh.
Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya
dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan pada
temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi.
Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga, silikon,
dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam pengecoran
dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-Si memmberikan kemudahan dalam
pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi, dan pemuaian yang rendah.
Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam logam cor dan ekstrusi, yang
pada umumnya merupakan bagian dari mesin. Al-Mg juga memberikan kekuatan,
dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi
hingga logam mengalami deformasi plastis (elongasi). Namun konsentrasi lebih dari
10% dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran.

11

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB IV
SIFAT MEKANIK

Sifat mekanik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi


oleh konsentrasi

bahan

dan

perlakuan

yang

diberikan

terhadap

bahan

tersebut.
A. Tahan Korosi
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan
oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida
di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara
bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam
yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium.
B. Kekuatan tarik
. Kekuatan

tensil

umumnya sangat
penggunaan

pada

rendah,

aluminium
yaitu

murni

sekitar

90

pada
MPa,

berbagai

perlakuan

sehingga

untuk

yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium

perlu dipadukan.
C. Kekerasan
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala
Brinnel, sehinggadengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk
kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan
dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan
4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat
memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.

12

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
D. Ductility
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki
ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya
memiliki ductility yang

lebih rendah dari pada aluminium

ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil,

serta

murni, karena
hampir

semua

aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium
murni.
E. Konduktor Panas yang Baik
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika
dibandingkandengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang
cukup baik, namun cukup berat.

13

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB V
PENGARUH UNSUR PADUAN
A. Silikon (Si)
Silikon merupakan unsure paduan yang paling umum digunakan pada proses
peengecoran, terutama untuk Al-Si komersial. Berdasarkan standar JIS, kandungan
silikon dapat mencapai 5-14%. Fungsi silikon adalah untuk meningkatkan
karakteristik coran. Atau dengan kata lain, penambahn silicon pada aluminium murni
akan meningkatkan mampu alir dan mengurangi terjadinya efek hot shortness pada
hasil coran. Hal ini merupakan factor terpenting dalam

pengecoran paduan

aluminium-silikon.
B. Tembaga (Cu)
Kandungan tembaga pada paduan aluminium AC4B berkisar 2-4%. Kebenaran
unsur tembaga pada paduan aluminium silikon, berfungsi untuk meningkatkan
kekuatan tanpa harus kehilangan sifat mampu cor nya. Semakin banyak kadar
tembaga yang ditambahkan, maka akan semakin banyak jumlah fasa yang terbentuk,
sehingga sifat kekerasan dan kekuatan paduana kan semakin meningkat pula.
C. Besi (Fe)
Besi merupakan pengotor (impurity) yang paling sering ditemukan di dalam
aluminium. Kandungan unsur besi pada paduan AC4B harus dijaga agar tidak
melebihi 0.8% dari jumlah berat paduan. Besi memiliki kelarutan yang cukup tinggi
pada aluminium cair, dan mudah sekali larut pada seluruh fasa aluminium cair.
Penambahan besi pada aluminium akan meningkatkan ketahanan hot tear dan
menurunkan kecenderungan penempelan atau persambungan dengan cetakan die
casting. Unsur yang secara alami sebagai pengotor pada aluminium ini dala jumlah
kecil juga akan mengurangi kecenderungan retak panas (hot cracking) dalam
pengecoran. Akan tetapi, adanya kadar besi pada paduan yang berlebihan secara
substansial yang kemudian membentuk kristal FeSiAl akan menurunkan sifat
keuletan dan ketahanan korosi paduan Al-Si dan mengakibatkan struktur butir yang
kasar.

14

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
D. Magnesium (Mg)
Magnesium adalah basis untuk kekuatan dan kekerasan dalam perlakuan panas
paduan Al-Si dan pada umumnya digunakan dalam paduan kompleks Al-Si yang
mengandung tembaga, nikel dan unsur-unsur lainnya. Dalam pemaduan di
pengecoran, pada umumnya magnesium memiliki rentang dari 4-10%. Pada paduan
AC4B, kandungan magnesium dijaga agar tidak melebihi 0.5%. Fase penguat
(hardening phase) Mg-Si akan berguna pada kadar sekitar 0.7% Mg, lebih darii tu
maka efek penguatannya tidak terjadi.
Peranan magnesium dalam paduan aluminium silikon ini serupa dengan tembaga,
yaitu berpengaruh dalam peningkatan kekuatan korosi, tetapi mengurangi sifat
mampu cor sehingga jumlahnya harus dibatasi.
E. Seng (Zn)
Tidak ada keuntungan teknis yang pasti dapat dicapai dengan penambahan seng,
akan tetapi apabila digunakan bersama dengan tembaga dan atau magnesium,
penambahn seng menghasilkan komposisi heta-treatable dan aging natural yang unik.
Seng juga pada umumnya digunakan pada komposisi pengecoran gravity casting dan
die casting dari material scrap. Kandungan seng dalam paduan AC4B dibatasi hingga
0.1%.
F. Mangan (Mn)
Pada kondisi dan aplikasi normal, mangan merupakan penotor dalam komposisi
coran, sehingga harus dikendalikan agar tetap rendah dalam proses gravity casting.
Mangan tidak memberikan efek yang signifikan pada coran paduan aluminium yang
tidak dilakukan work hardening. Beberapa penelitian menunjukan bahwa fraksi
volume yang tinggi dari MnAl pada paduan aluminium yang mengandung lebih dari
0.5% Mn menunjukkan pengaruh yang menguntungkan pada mutu internal dari
coran.
G. Nikel (Ni)
Keberadaan nikel bersama dengan tembaga dalam paduan aluminium silikon,
berperan untuk mempertahankan sifat-sifat paduan pada kenaikan termperatur. Nikel
memiliki kelarutan padat yang tidak mencapai 0.04% selebihnya akan menghasilkan
fasa intermetalik, yang umumnya berkombinasi dengan unsur besi. Nikel juga
berpengaruh dalam mereduksi koefisien ekspansi termal.

15

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

H. Titanium (Ti)
Merupakan unsur minor pada paduan aluminium AC4B. Titanium digunakan
sebagai penghalus butir (grain refiner) padapaduan aluminium hasil pengecoran.
Apabila digunakan tanpa kandungan boron, pengaruh titanium akan berkurang
denagn meningkatnya holding time dari cairan aluminium atau akibat proses
peleburan kembali. Titanium akan berkurang denagn meningkatnya holding time dari
cairan aluminium atau akibat proses peleburan kembali.

16

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B
BAB VI
APLIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Beberapa penggunaan aluminium antara lain:


1. Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan
bermotor.
2. Untuk membuat badan pesawat terbang.
3. Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
4. Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
5. Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan.
6. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III)
oksida,digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung
rel kereta api.
Beberapa senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:
1.Tawas(K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O) Tawas mempunyai rumus kimia KSO4
. AL2.(SO4)3.24H2O . Tawas digunakan untuk menjernihkan air pada pengolahan
airminum.
2.Alumina(Al2O3) Alumina dibedakan atas alfa allumina dan gamma-allumina.
Gamma-alumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gammaalumina digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri
keramik serta industri gelas.
3. Pada aluminium murni dijadikan Aluminium Foil yang merupakan 99%
Aluminium
4. Pada Paduan Alumnium Al-Cu-Li digunakan sebagai bahan pembuat tangki
bakar yang tahan akan panas pada pesawat ulang-alik milik NASA
5. Alumnium yang diperkeras mampu dijadikan uang logam, tapi saat ini masih
sulit dicari bahan paduan apa yang dipadukan dengan aluminium untuk
mendapatkan uang logam.

17

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

BAB VII
PENUTUP
A. SARAN
Penulis menyarankan dalam makalah ALUMUNIUM dan PADUANNYA ini
sangat cocok untuk di pelajari dan teliti lebih lanjut dikarnakan masih banyak teori
teori yang belum tercantum dalam makalah ini , materi Seng ini sangat
menyenangkan untuk di pelajari dikarnakan mencakup ruang yang sangat luas yaitu
ruang angkasa. Pastikan mencari referensi dari sumber yang terpercaya.
B. KESIMPULAN
Logam

aluminium adalah logam

yang mempunyai sifat ringan

yang

pemanfaatannya sangat luas. Selain ringan juga memiliki kelebihan lain seperti
penghantar panas yang baik. Sifat

mekanik bahan aluminium murni

dan

aluminium paduan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang


diberikan

terhadap

bahan

tersebut. Aluminium 99% tanpa tambahan logam

paduan apapun dan dicetak dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil
sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk penggunaan yang luas.
Aluminium sangat berpengaruh pada kehidupan manusia khusus nya di bidang
teknik , aluminium seringkali menjadi bahan baku atau bahan dasar dalam pembuatan
alat alat.

18

Kelompok 3
TEKNIK INDUSTRI B

Daftar Pustaka
http://www.jawaposting.blogspot.co.id dikases pada: /16/
april/2016
www.wikipedia.org/seng diakses pada 16/april/2016
www.scribd.com diakses pada: 16/april/2016
www.gurumuda.net diakses pada 16/april/2016
www.academia.com diakss pada 16/april/2016

19

Anda mungkin juga menyukai