BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
1.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Tani
Alamat
2.
Tanggal Masuk
: 12 Agustus 2016
Tanggal Periksa
: 23 Agustus 2016
No RM
: 01313505
Keluhan Utama
Nyeri pada bagian pinggang
3.
5.
6.
: disangkal
: (+)
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: (+)
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat mondok
: (+)
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
:-
:-
Riwayat olahraga
: disangkal
Penderita makan 2-3 kali sehari dengan sepiring nasi, lauk pauk (tahu,
tempe, telur), dan sayur, jarang makan daging atau ikan. Pasien minum air
putih sebanyak 5-6 gelas belimbing pehari.
7.
Status Generalis
Keadaan umum sedang, compos mentis E4V5M6, gizi kesan lebih.
2.
3.
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
Respirasi
: 22x / menit
Suhu
VAS
:3
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (+), hipopigmentasi (-), skuama (+)
4.
Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut
hitam, mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
5.
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
6.
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7.
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8.
Mulut
Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
9.
Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
10.
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11.
12.
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Trunk
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
13.
Ektremitas
Oedem
14.
Akral dingin
Status Psikiatri
1.
2.
3.
Normoaktif,
Pembicaraan : Koheren
5.
15.
Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
Meningeal Sign
:-
Fungsi Vegetatif
Nervus Cranialis
N. II dan III
N III, IV dan IV
N. VII
N. XII
Fungsi Motorik
Kekuatan
Tonus
5/5/5 5/5/5
5/5/5 4/4/4
Fungsi Koordinasi
Fungsi Sensorik
Fungsi Otonom
Reflek
a) Reflek fisiologis :
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Dextra
+2
+2
+2
+2
Sinistra
+2
+2
+2
+2
b) Reflek Patologis
Dextra
Sinistra
Hoffman-Trommer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
(-)
Naffziger
(-)
Lassegue
(-)
Bragard
(-)
Sicard
(-)
Patrik
(-)
Kontrapatrick (-)
16.
Range of Motion
NECK
Fleksi
Ekstensi
Lateral bending kanan
Lateral bending kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Ektremitas Superior
ROM Pasif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Aktif
Dekstra
Sinistra
Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
0-180
0-30
0-150
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-180
0-30
0-150
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-180
0-30
0-150
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
TRUNK
Fleksi
ROM Pasif
0-90
ROM Aktif
0-90
Ekstensi
0-15
0-15
0-35
Dextra 20 Sinistra 10
0-35
Dextra 20 Sinistra 10
Rotasi
Lateral fleksi
Ektremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
17.
0-180
0-30
0-150
0-75
0-90
0-90
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-70
0-30
0-20
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
ROM Pasif
Dekstra
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Sinistra
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
sde
0
0-30
0-30
0-50
0-40
ROM Aktif
Dekstra
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Sinistra
0-120
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
sde
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Fleksor M. Sternocleidomastoideum
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
TRUNK
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Internal Rotasi
Eksternal
Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
Finger
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
Ekstensor
5
5
5
5
5
Dekstra
Sinistra
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi radialis
M. Ekstensor digitorum
M. Ekstensor carpi radialis
M. Ekstensor carpi ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor digitorum
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
Sinistra
5
5
5
5
Sde
Sde
5
5
5
5
5
5
sde
sde
5
5
Ektremitas Superior
Shoulder
5
5
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
18.
Barthel
Activity
Feeding
0 = tidak bisa
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau
membutuhkan modifikasi diet
10 = independen
Bathing
0 = dependen
5 = independen (atau menggunakan shower)
Grooming
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
Dressing
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan
sendiri
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita,
dll.
Bowel
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani
sendiri
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Toilet use
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri
10 = independen (on and off, dressing)
Score
10
Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk
5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
15 = independen
Mobility
0 = immobile atau < 50 yard
5 = wheelchair independen, > 50 yard
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) >
50 yard
Stairs
0 = unable
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
10 = independen
Total (0-100)
Interpretasi hasil :
0-20
: ketergantungan total
21-61
: ketergantungan berat
62-90
: ketergantungan sedang
91-99
: ketergantungan ringan
100
: mandiri
Hb
Hct
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
HBs Ag
20 Agustus
21 Agustus
Rujukan
Satuan
2016
7,4
34
8,0
3,44
66
2016
9,7
30
9,2
2,46
111
12,3-17,5
33-45
4,5-11,0
4,10-5,10
150-450
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Ribu/ul
Non reaktif
11
384
GDS
60-140
Mg/dl
B. Pemeriksaan Radiografi
Kesan :
IV. ASSESMENT
Spondiloasis Lumbalis
12
Carcinoma Cerviks 1B
V. DAFTAR MASALAH
Masalah Medis :
Low back pain
Carcinoma Cerviks, prolaps uteri, hiperkalsemia, hiponatremia,
azotemia, leukositosis
Problem Rehabilitasi Medik
1.
Fisioterapi
3.
Okupasi Terapi
Sosiomedik
aktivitas sehari-hari
4.
untuk melakukan
kegiatan sehari-hari
5.
6. Psikologi
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Non Medikamentosa
Terapi Medikamentosa
1.
Infus RL 20 tpm
13
2.
3.
4.
5.
6.
IR Paralumbal
Exercise aktif
5. Sosiomedik :
6. Ortesa-protesa :
7. Psikologi :
penguatan
psikologis
penderita,
dan
keluarga
C. Handicap
14
VIII. PLANNING
Planning Diagnostik : Cek GDT
Planning Terapi
: -
Planning Edukasi
: dubia
: dubia
Ad fungsionam : dubia
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LOW BACK PAIN
Definisi
Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal
yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah
diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur
tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor. Disamping hal tersebut diatas terdapat juga
klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi
tersebut adalah :
1. Trauma
2. Infeksi
3. Neoplasma
4. Degenerasi
16
5. Kongenital
Epidemiologi
Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada
semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat
dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi
penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan
kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan.
Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri
pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara
keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada
negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di
Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981. Sekitar
80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk
mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai
prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Anatomi
Anatomi Punggung Bagian Bawah Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam
dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama
lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal
ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing
arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai
ligament di antaranya ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament
flavum. Pada prosesus spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut
menunjang dan melindungi kolum vertebra . Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh
unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen anterior dan posterior .
1. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang
diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan
limentum longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput,
ligament ini menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini
17
menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh
asalnya.
2. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan
diperkuat oleh ligament serta otot. 14 Struktur lain pada nyeri punggung
bawah adalah discus intervertebra yang berfungsi sebagai penyangga beban
dan peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang
merupakan anyaman serat-serat fibroelastik. Tepi atas dan bawah melekat
pada end plate vertebra, hingga terbentuk rongga antar vertebra yang berisi
nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak
mengandung air.
Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang
18
yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.
Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras
multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya
pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast,
folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan
histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus 15
terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan
rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi
histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut
yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi
lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,
19
2.
20
setempat
karena
fraktur
bilateral
dari istmus
pars
Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat
terjadi pada korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis
serta ligament yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang
belakang satu dengan yang lain. Pada proses spondilosis terjadi
rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus dan osteofitosteofit
yang
dapat
menimbulkan
penyempitan
dariforamina
intervetebralis.
2.
3.
Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses
degeneratif ialah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai
osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil
yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya
pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan
21
Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami
penekanan, penarikan, benturan dan sebagainya dalam kehidupan
sehari-hari seseorang, sudah tentu akan memperlihatkan banyak
kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan persendian
fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu
satu di depan yang dibentuk oleh korpus vertebra dengan discus
intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus
artularis superior dan inferior kedua korpus vertebra yang ada di atas
dan di bawah discus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif
yang terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan
profilerasi jaringan kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard
lesion). Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis
intervertebralis setempat dan menyempitkan foramen intervertebra.
Artritis rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang
persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami
kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun,
akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.
2.
Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari
poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri
timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis , artikulus
sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen
intervertebralis.
22
tulang
disebut
osteoblas,
sedangkan
osteoklas
23
Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina
vertebra dapat mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama
pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor yang berada di
dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan nyeri punggung
bawah. Meningioma merupakan suatu tumor intadural namun
ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada
radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri
hebat pada daerah lumbosakral.
2.
Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer
dan sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma
multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di
tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh
darah. Tumor primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru
dan glandula tiroidea.
24
adanya
keadaan
patologik
melalui
sebagai
nyeri
punggung
karena
menegangnya
Yang
pertama
merasakan
ialah
sakit
di
seorang
pinggang,
histerik.
tetapi
Ia
sakit
25
Infeksi
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. nyeri punggung
bawah yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus). Nyeri punggung bawah yang disebabkan
infeksi kronik misalnya spondilitis TB.
2. Diagnosis Banding
Berdasarkan penyebab nyeri punggung bawah yang telah dijelaskan,
masing-masing penyebab tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa
diagnosis banding antara lain:
a.
b.
c.
1. Anamnesa
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan
kemungkinan diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
26
sejauh 90.
27
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan
ekstensi.
Plain
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan
luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan,
sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran
sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan
28
sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali Xray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri
punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain
seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior
(AP), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2.
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal.
Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa
pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis,
atau untuk abses spinal.
29
3.
4.
30
Pengobatan
Obat
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
-
Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti
piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok
obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin :
Efek samping :
b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk
Dosis terapi :
31
c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih
kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Dosis terapi :
menimbulkan
samping
efek
terutama
diare.Dosis
asam
mefenamat sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Nameclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.
Derifat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1
kali sehari.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin kantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 510 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus
32
- Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara
ini
- Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf
- Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau
menghilangkan jaringan scar.
-
terapi ini
bisa menghangatkan,
melancarkan perdarahan.
Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lying supine hamstring stretch
dan
33
c. Pelvic Tilt
34
e. Alat Bantu
1. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low
Back Pain yang dapat membungkus punggung dan perut.
2. Tongkat Jalan
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang
belakang/punggung
pasien.
Biasanya
prosedurnya
menyangkut
pada
LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang dinagkat dari vertebral arch
untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau
bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari
tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil
atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan
atau potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL
FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya.
Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone
35
grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat
yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati
dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki
menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai
pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan
penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.
Larangan
a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.
b. Membawa beban yang berat.
c. Duduk terlalu lama.
d. Memakai sepatu hak tinggi.
e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan kasur
yang terlalu empuk.
Anjuran
a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.
b. Duduk tegak 90 derajat.
c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau
apa saja yang mnurut anda nyaman.
e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
f. Hindari berat badan yang berlebihan.
36
37
2. SPONDILOLISTESIS
Dalam istilah yang sederhana, spondilolistesis menggambarkan suatu
pergeseran vertebra atau pergeseran kolumna vertebralis yang berhubungan
dengan vertebra di bawahnya. Pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1782
oleh ahli obstetric Belgia, Dr. Herbinaux. Dia melaporkan terdapatnya
penonjolan bagian anterior tulang sacrum yang menyebabkan hambatan jalan
lahir pada sebagian kecil pasien.Istilahspondilolisthesis pertama sekali
diterima pada tahun 1854, berasal dari bahasa yunani spondylo untuk vertebra
dan olisthesis untuk pergeseran. Pergeseran tersebut sering terjadi pada tulang
vertebra lumbal.
Spondilolistesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu korpus
vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.
Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5
bergeser (slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan
yang lebih tinggi. Umumnya diklasifikasikan ke dalam lima bentuk: kongenital
atau displastik, isthmus, degeneratif, traumatik, dan patologis. Banyak kasus
dapat diterapi secara konservatif.
Meskipun demikian, pada individu dengan radikulopati, klaudikasio neurogenik,
abnormalitas postural dan cara berjalan yang tidak behasil dengan penanganan
non-operatif, dan terdapatnya pergeseran yang progresif, pembedahan
dianjurkan. Tujuan pembedahan adalah untuk menstabilkan segmen spinal dan
menekan elemen saraf jika dibutuhkan.
Etiologi dan Klasifikasi Spondilolistesis
Etiologi spondilolistesis adalah multifaktorial. Predisposisi kongenital
tampak pada spondilolistesis tipe 1 dan tipe 2, dan postur, gravitasi, tekanan
rotasional dan stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan
penting dalam terjadinya pergeseran tersebut.
Terdapat lima tipe utama spondilolistesis:
a. Tipe I disebut dengan spondilolistesis displastik dan terjadi sekunder
akibat kelainan kongenital pada permukaan sacral superior dan
permukaan L5 inferior atau keduanya dengan pergeseran vertebra L5.
b. Tipe II, isthmic atau spondilolitik, dimana lesi terletak pada bagian
isthmus atau pars interartikularis, mempunyai angka kepentingan klinis
yang bermakna pada individu dibawah 50 tahun. Jika defeknya pada pars
interartikularis
tanpa
adanya
pergeseran
tulang, keadaan ini disebut dengan spondilolisis. Jika satu vertebra
38
39
40
41
42
a. Gambaran klinis
Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena merupakan
gejala khas. Umumnya nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas.
Aktivitas membuat nyeri makin bertambah buruk dan istirahat akan dapat
menguranginya. Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang
belakang merupakan ciri spesifik.
Gejala neurologis seperti nyeri pada bokong dan otot hamstring tidak
sering terjadi kecuali jika terdapatnya bukti adanya subluksasi vertebra.
Keadaan umum pasien biasanya baik dan masalah tulang belakang umumnya
tidak berhubungan dengan penyakit atau kondisi lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
Biasanya normal, bilamana subluksasio yang terjadi bersifat ringan.
Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur. Pergerakan tulang
belakang berkurang karena nyeri dan terdapatnya spasme otot. Penyangga
badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri
umumnya terletak pada bagian dimana terdapatnya pergeseran/keretakan,
kadang nyeri tampak pada beberapa segmen distal dari level/tingkat dimana
lesi mulai timbul. Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup (prone) di
atas meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi
ketika palpasi dilakukan secara langsung diatas defek pada tulang belakang.
Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang sering dijumpai. Pada
banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah diketahui
bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka keatas
seperti posisi fetus (fetal position). Defek dapat diketahui pada posisi
tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu membuat massa otot paraspinal
lebih tipis pada posisi tersebut. Pada beberapa pasien, palpasi pada defek
tersebut kadang-kadang sulit atau tidak mungkin dilakukan. Pemeriksaan
neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis biasanya negatif. Fungsi
berkemih dan defekasi biasanya normal, terkecuali pada pasien dengan
sindrom cauda equina yang berhubungan dengan lesi derajat tinggi.
c. Pemeriksaan radiologis
Foto polos vertebra lumbal merupakan modalitas pemeriksaan awal
dalam diagnosis spondilosis atau spondilolistesis. X ray pada pasien dengan
spondilolistesis harus dilakukan pada posisi tegak/berdiri. Film posisi AP,
Lateral dan oblique adalah modalitas standar dan posisi lateral persendian
lumbosacral akan melengkapkan pemeriksaan radiologis. Posisi lateral pada
lumbosacral joints, membuat pasien berada dalam posisi fetal, membantu
43
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Aulina. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Jakarta: 2003.
Benly T, Cicek H, Comparison of sagital plane realignment and reduction with
posterior instrumentation in developmen low and hihg dysplatic
Spondilolysthesis Dalam: www.bmjjournals.com. Diakses Tanggal 24
Juni 2015
Bodner RJ, Heyman S, Spondilolysthesis Dalam: www.google.com. Diakses
Tanggal 24 Juni 2015
Bruner dan Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8 volume 1.
EGC: Jakarta. 2002.
Dachlan, Leo Muchamad. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah
(Studi Eksperimen Perbandingan Dua Model Latihan Punggung Bawah
Di RS Dr. Moewardi Surakarta). Tesis. Magister Kedokteran keluarga
Minat Utama pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta 2009
Deyo RA, Nachemson A, Mirza SK, Spondilolysthesis Dalam: Dalam:
www.wikipedia.com. Diakses Tanggal 24 Juni 2015
Grow up Clinic. 2012. Penyebab dan Pencegahan Nyeri Punggung. Diunduh
tanggal
24
Juni
2015.
Available
URL:
http://painkillerclinic.wordpress.com/2012/09/30/penyebab-danpencegahan-nyeri-punggung
Mc Donald J, Management of Spondilolysthesis Dalam: www.bmjjournals.com.
Diakses Tanggal 24 Juni 2015
Meliala L, Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta: 2003.
Mller H, Hedlund R, Spondilolysthesis Dalam: www.google.com. Diakses
Tanggal 24 Juni 2015
Rodts M, Spondilolysthesis Dalam: www.google.com. Diakses Tanggal 24 Juni
2015
Vookshoor A, Spondilolisthesis, spondilosis and spondilysis Dalam:
www.eMedicine.com. Diakses Tanggal 24 Juni 2015