Anda di halaman 1dari 2

Go-Jekdan Business Model Innovation

Dewasa ini banyak kita temuai ojek modern sperti Go-Jek dan Grab Bike. Kemunculan ojek
modern sebenarnya terjadi sebelum Go-Jek mulai populer. Beberapa tahun yang lalu dikenal
Taksi Motor. Taksi motor ini mencoba mengemas ulang jasa ojek dengan memperbaiki
layanannya. Taksi motor ini adalah layanan semacam ojek namun dengan menggunakan armada
yang lebih bagus, pengemudi atau driver-nya bersih, rapi, dan wangi, konsumen dibekali dengan
alat pelindung diri seperti helm, kemudian cara pemesanan menggunakan telepon. Sesuai
namanya, penghitungan tarifnya-pun menggunakan argo.
Taksi motor sudah mencoba mengemas ulang persaingan. Taksi motor mencoba melakukan
inovasi denganmemperbaiki yaitu kemudahan order. Bagus, tapi pertanyaannya apakah inovasi
seperti itu cukup?Ternyata inovasi yang dilakukan oleh Taksi Motor tersebut tidaklah cukup,
kepopuleran Taksi Motor tidak beranjak naik seperti Go-Jek pada saat kemunculannya dan
kesuksesan bisnisnya juga tidak cukup fantastis.
Inovasi banyak diasosiasikan dengan inovasi pada produk atau layanan, tetapi sebenarnya inovasi
bisa dilakukan pada banyak kategori lain seperti proses (process), penawaran (offering), delivery,
dan keuangan (finance). Di samping pengkategorian tersebut, banyak pengkategorian lain
termasuk business model innovation eperti yang dilakukan Go-Jek.Business Model adalah model
yang mendeskirpsikan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, mengantarkan, dan
menangkap value / nilai kepada stakeholdernya (atau konsumennya dalam konteks organisasi
bisnis).
Pesatnya perkembangan teknologi membuat ada yang ditawarkan oleh Taksi Motor menjadi
cepat usang. Call center konvensional untuk melakukan pemesanan layanan ojek digantikan oleh
aplikasi di telepon seluler yang memungkinkan pengguna memesan dari mana saja dan kapan
saja dengan cara yang lebih mudah serta tariff yang sudah diketahui sebelum konsumen
menggunakan layanan ojek. Ini yang dilakukan oleh Go-Jek.Aplikasi Go-Jek tersebut menjadi
platform untuk business model Go-Jek. Apabila Taksi Motor menerapkan Business Model yang
konvensional, dengan memiliki kendaraan bermotor dan karyawan sendiri sebagai driver, Go-Jek
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi baik sebagai pengguna layanan ojek maupun sebagai
driver. Dalam istilah business model, ini disebut multisided platform. Business Model seperti ini
mempunyai beberapa sisi pengguna, dan biasanya meraup untung apabila terdapat basis
pengguna dari sisi yang berbeda dengan jumah banyak.
Konsep yang digunakan Go-Jek mirip dengan crowdcsourcing. Crowdsourcing adalah konsep yang
digunakan untuk memperoleh sumber daya yang berupa ide, dana, produk dari pihak lain untuk
kepentingaan si pencari. Sebaliknya crowdsourcing juga dapat digunakan untuk menawarkan
memperoleh sumber daya yang berupa ide, dana, produk ke pihak lain. Pada dasarnya itu adalah
platform, seperti marketplace. Demikian halnya dengan Go-Jek, pengguna jasa mencari layanan
ojek dan sebaliknya pemilik motor atau pengemudi ojek menawarkan layanannya pada aplikasi
Go-Jek. Go-Jek akan laku apabila terdapat basis penguna aplikasi yang yang berlaku sebagai
driver atau pengemudi ojek dan sebaliknya sebagai pengguna. Berbeda dengan Taksi motor atau

ojek konvesional. Go-Jek tidak memiliki armada sendiri, Go-Jek memanfaatkan sumber daya atau
kapabilitas yang dimiliki oleh driver yang menjadi pengguna aplikasi mereka untuk melayani
pelanggan yang juga merupakan pengguna aplikasi mereka.
Inovasi pada business model bisa menjadi salah satu cara untuk memenangkan persaingan yang
sangat ketat pada lingkungan bisnis saat ini. Salah satu penyebab kenapa business model ini
menjadi kunci kesuksesan Go-jek adalah karena Go-Jek tidak memiliki asset yag berupa armada
kendaraan bermotor sendiri sehingga fixed cost dan modal mereka relatif lebih rendah
dibandingkan denan taksi motor dengan business model yang konvensional, yaitu motor memiliki
kendaraan bermotor dan karywaan sendiri sehinggafixed cost tinggi, butuh modal besar untuk
ekspansi dan pada akhirnya menjadi kurang kompetitif ketika pasar mendekati mature.
Dwinanda Septiadhi,
Strategic Management Manager PT Gajah Tunggal, Tbk

Anda mungkin juga menyukai