Anda di halaman 1dari 30

2.

1 Konsep Dasar Persalinan


a. Pengertian
Persalinan adalah proses di mana janin, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo,
2009).
Menurut (Sondakh, 2013), proses persalinan dapat dikatakan normal atau
spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala
dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta tidak
melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam.
b. Fisiologi Persalinan
1) Etiologi
Terjadinya persalinan belum dapat diketahui. Besar kemungkinan semua
faktor bekerja bersama-sama sehingga pemicu persalinan menjadi
multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain :
a) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat mulai.
b) Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu karena
terjadi

penimbunan

jaringan

ikat.

Pembuluh

darah

mengalami

penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan


sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot
rahim mulai berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
c) Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan menurunnya
konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkat aktivitas
d) Teori Prostalglandin

Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu


yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin saat hamil
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
2) Tanda-Tanda Persalinan
Adapun tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a) Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan adalah:
(1) Pinggang terasa sakit hingga menjalar ke depan
(2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin besar
(3) Makin beraktivitas, kekuatan his semakin bertambah
b) Pengeluaran lendir dan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan :
(1) Pendataran dan pembukaan
(2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
(3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari
24 jam.
3) Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain yaitu penumpang
(passanger), jalan lahir (passage), kekuatan (power), respon psikologi
(Psychology Response), penolong. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan:
a) Penumpang (passanger)
Faktor passenger atau biasa yang disebut faktor penumpang. Bagian yang
termasuk dalam faktor ini adalah janin dan plasenta.
Postur janin dalam rahim
(a) Sikap
Sikap janin yang fisiologis adalah badan janin dalam keadaan kifosis
sehingga punggung menjadi konveks, kepala dalam sikap hiperfleksi
dengan dagu dekat dada, lengan bersilang di depan dada, tali pusat terletak
di antara ektremitas dan tungkai terlipat pada lipat paha, serta lutut yang
rapat pada badan. Sikap fisiologis ini akan menghasilkan sikap fleksi,

tetapi jika dagu menjauhi dada hingga kepala menengadah dan tulang
punggung berada dalam posisi lordosis akan menghasilkan sikap defleksi.
(b) Letak
(c) Letak janin dibagi menjadi 3 yaitu :
i.
Letak membujur (longitudinal)
Letak kepala: letak fleksi dan letak defleksi (letak puncak kepala,
dahi, muka)
Letak sungsang/letak bokong: letak bokong sempurna (complete
breech), letak bokong (frank breech), dan letak bokong tidak
sempurna (incomplete breech)
Letak lintang (transverse lie)
Letak miring (oblique lie)
Letak kepala mengolak
Letak bokong mengolak
(d) Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk
ii.
iii.

di bagian bawah rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi
atau pemeriksaan dalam. Jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi
kepala, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah
oksiput. Sementara itu, jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi
bokong, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah
sakrum; sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi
adalah skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaanperbedaan tersebut adalah letak janin dan sikap janin (kepala janin fleksi
atau ekstensi). (Sondakh, 2013)
(e) Posisi Janin
Untuk menetapkan bagian janin yang berada di bagian bawah, indikator
yang dapat digunakan adalah posisi janin. Posisi janin dapat berada di
bawah pada sebelah kanan, kiri, depan atau belakang kepala (LBK), ubunubun kecil (UUK) kiri depan dan UUK kanan belakang.
Saat melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin didapatkan
dengan menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu,
sedangkan pada pemeriksaan dalam, posisi janin yang terendah terhadap
jalan lahir, bagian yang terendah tersebut dinamakan penunjuk. Penunjuk
tersebut dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau kanan dari ibu.
Pada bagian terendah tersebut terdapat UUK untuk presentasi belakang
kepala, UUB untuk presentas puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk

dahi, dagu untuk presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan
akromion skapula untuk presentasi bahu (letak lintang) (Sondakh, 2013).
b) Jalan lahir (passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.
(1)
Jalan Lahir Lunak
Serviks (Manuaba, 2010)
Merupakan bagian uterus yang sangat penting untuk dapat
mempertahankan kehamilan sampai aterm dengan jalan :
a) Tertutup kaku karena dominasi jaringan ikat
b) Dapat enhan berat uterus hamil saat berdiri tegak, sejakusia
kehamilan muda sampai aterm
c) Kanalisnya tertutup oleh mukose plug sehingga terhindar dari
infeksi ascenden
d) Dapat menahan kontraksi Braxton Hicks yang makin frekuen
sejak kehamilan berumur 20-23 minggu
Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam
persalinan normal.
Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari 3 lapis, yang berasal dari kedua
tanduk rahim, yaitu longitudinal (memanjang), melingkar dan
miring. Segera setelah persalinan, susunan otot rahim tersebut
sedemikian rupa akan mengkondisikan pembuluh darah menutup
untuk menghindari terjadinya perdarahan dari tempat implantasi
plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim membuka secara pasif,
kontraksidominan yang terjadi pada fundus pada kala I persalinan
juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan lahir
(2)

sehingga ikut aktif dalam membuka mulut rahim (Sondakh, 2013).


Jalan Lahir Keras
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os coxae, os
sacrum dan os coxygis.
Bidang Hodge (Sondakh, 2013)
Bidang hodge dipelajari untuk menentukan sampai dimana
bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan, yaitu :
a) Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis
dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu
atas panggul

b) Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I


c)

terletak setinggi bagian bawah simfisis


Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I

dan II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri


d) Bidan Hodge IV : bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, III,
terletak setinggi os coccygis
c) Kekuatan (power)
Power merupakan tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan janin, yaitu
kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu.
d) Respon Psikologi (Psychology Response )
Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikologis diantaranya :
(1) Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir
(2) Kesakitan saat kontraksi dan nyeri
(3) Ketakutan saat melihat darah
Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya
persalinan, his kurang baik dan pembukaan kurang lancar. Menurut
Pitchard, perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap
kontraksi uterus dan dilatasi serviks sehingga persalinannya lama.
e) Penolong
Penolong persalinan adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses
persalinan. Faktor penolong ini memegang peranan penting karena
mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi.

4) Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


Dalam melalui proses persalinan seorang ibu akan membutuhkan beberapa
kebutuhan dasar agar masa persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
nyaman. Kebutuhan dasar tersebut antara lain:
a) Asuhan Tubuh dan Fisik
Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses
persalinan, hal ini juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi.
Adapun asuhan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
(1) Menjaga kebersihan diri ibu, dengan menganjurkan ibu untuk
membasuh sekitar kemaluannya sesudah BAK dan BAB dan
menjaganya agar tetap bersih dan kering serta mandi di
bak/shower
(2) Perawatan mulut
Ibu yang sedang dalam persalinan biasanya nafasnya berbau, bibir
kering dan pecah-pecah dan tenggorokan kering. Perawatan yang
dapat diberikan adalah: menggosok gigi, mencuci mulut,
pemberian gliserin dan pemberian permen
(3) Pengipasan
b) Kehadiran seorang pendamping
Fungsi hadirnya seorang pendamping saat

persalinan

yaitu

mengurangi rasa sakit, membuat waktu persalinan lebih singkat dan


menurunkan kemungkinan persalinan dengan operasi
c) Pengurangan rasa nyeri
Menurut Varney, pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
rasa sakit yaitu menghadirkan seseorang yang dapat mendukung
persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan pengaturan pernapasan,
istirahat dan privasi, penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan
dan prosedur tindakan, asuhan tubuh, dan sentuhan.
d) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
Dapat diberikan informasi tentang penjelasan tentang proses dan
perkembangan persalinan, penjelasan semua hasil pemeriksaan,
penjelasan tentang prosedur dan adanya pembatasan.
5) Tahapan Persalinan
Proses persalinan memiliki beberapa kala yaitu kala 1-4. Berikut akan
dijelaskan kala-kala dalam persalinan:
a) Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai


pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
(1) Fase Laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka
sampai 3 cm
(2) Fase Aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4
cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam
3 fase:
(a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm sampai
4 cm
(b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung dari 4 cm menjadi 9 cm
(c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam
waktu 2 jam pembukaan 2 cm sampai lengkap
Proses

diatas

terjadi

pada

primigravida

ataupun

multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang


lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung selama kurang
lebih 12 jam, sedangkan pada multigravida kurang lebih 8 jam.
Perubahan Fisiologis pada Kala I
Sistem Reproduksi
(a) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim
Sejak kehamilan lanjut, uterus terbagi menjadi 2 bagian yaitu
segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen
bawah rahim yang dibentuk oleh isthmus uteri. Saat SAR
berkontraksi ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar,
sedangkan SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi
menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.
(b) Perubahan bentuk uterus
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan dan
pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan.
Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena menimbulkan
rasa yang sangat sakit dan bersifat involunter bekerja di bawah
kontrol

saraf

serta

bersifat

intermitten

yang

memberikan

keuntungan berupa adanya periode istirahat/relaksasi diantara dua


kontraksi.

Terdapat 4 perubahan fisiologis pada kontraksi uterus, yaitu:


(Rohani, 2011)
Fundal dominan atau dominasi fundus
Kontraksi berawal dari fundus pada salah satu kornu, kemudian
menyebar ke samping dan ke bawah. Kontraksi terbesar dan
terlama pada fundus
Kontraksi dan Retraksi
Segemen atas rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang
aslinya setelah kontraksi, namun relatif menetap pada panjang
yang lebih memendek. Hal ini disebut retraksi
Polaritas
Terjadi keselarasan saraf-saraf otot yang berada pada dua segmen
uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas uterus berkontraksi
dengan kuat dan retraksi, maka segmen bawah uterus hanya
berkontraksi sedikit dan membuka
Diferensiasi atau perubahan kontraksi uterus
Selama persalinan, uterus berubah menjadi dua bagian yang
berbeda yaitu segmen atas rahim yang aktif berkontraksi dan
segmen bawah rahim relatif pasif dan berdinding lebih tipis. Cincin
retraksi terbentuk pada persambungan segmen bawah dan atas
uterus.
(c) Perubahan pada Serviks (Rohani, 2011)
Pendataran
Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikali, yang semula
berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter menjadi satu
lubang dengan pinggir yang tipis
Pembukaan
Pembukaan adalah pembesaran dari ostium eksternum yang
tadinya berupa lubang dengan diameter beberapa milimeter
menjadi lubang yang dapat dilalui janin. Pada primigravida,
pembukaan didahului oleh pendataran serviks, sedangkan pada
multigravida

pembukaan

dapat

terjadi

bersamaan

dengan

pendataran
Sistem Kardiovaskuler (Rohani, 2011)
(a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama

kontraksi uterus, sistol

meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg.

Antara kontraksi tekanan darah kembali normal seperti sebelum


persalinan. Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring
dapat mengurangi peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan
darah ini juga disebabkan oleh rasa takut dan khawatir
(b) Jantung
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan
peningkatan curah jantung sebesar 10-15%
Sistem Pencernaan (Rohani, 2011)
(a) Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob akan
meningkat secara terus-menerus. Kenaikan ini disebabkan oleh
kecemasan dan kegiatan otot tubuh. Kenaikan metabolisme
tercermin dari kenaikan suhu tubuh, denyut jantung, pernapasan,
kardiak output dan kehilangan cairan
(b) Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara
substansial berkurang sangat banyak selama persalinan
(c) Rasa mula dan muntah bisa terjadi selama kala I
Sistem Perkemihan (Rohani, 2011)
(a) Proteinuri (+1) dianggap normal dalam persalinan
(b) Poliuria sering terjadi selama persalinan yang disebabkan oleh
peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi glomerolus dan
peningkatan aliran plasma ginjal
Perubahan Endokrin (Rohani, 2011)
Terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
esterogen, prostaglandin dan oksitosin.
b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II adalah kala pengeluaran janin. Lamanya kala II untuk primigravida
1,5 2 jam dan multigravida 1,5 1 jam. Gejala utama kala II adalah
sebagai berikut :
(1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik
(2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
(3) Ketuban pecah mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat
tertekannya pleksus Frankenhauser

(4) Pengeluaran lendir bercampur darah


Dalam proses persalinan kala II ibu dianjurkan untuk menentukan
posisi yang nyaman agar mendukung kelancaran proses kala II. Posisi
ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan.
Perubahan

posisi

yang

diberikan

pada

ibu

bertujuan

untuk

menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman dan memperbaiki


sirkulasi. Posisi tegak (contoh : posisi berdiri, berjalan duduk, dan
jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu,
posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.
Adapun beberapa posisi ibu selama persalinan, yaitu :
(1) Posisi Miring
Keuntungannya peredaran darah balik ibu lancar, kontraksi uterus lebih
adekuat, memudahkan bidan dalam menolong persalinan dan persalinan
berlangsung lebih nyaman. Sedangkan kerugiannya, memerlukan
bantuan untuk memegangi paha kanan ibu.
(2) Posisi Jongkok
Keuntungan dari posisi ini yaitu memperluas rongga panggul, proses
persalinan lebih mudah, menggunakan gaya gravitasi dan mengurangi
trauma pada perineum. Kerugiannya yaitu berpeluang kepala bayi
cedera.
(3) Posisi Merangkak
Keuntungan dari posisi ini yaitu posisi yang paling baik bagi ibu yang
yang mengalami nyeri punggung, dapat mengurangi rasa sakit,
mengurangi keluhan haemoroid
(4) Posisi Setengah Duduk
Keuntungan posisi ini yaitu memudahkan melahirkan kepala bayi,
membuat ibu nyaman, jika ibu merasa lelah ibu bisa beristirahat dengan
mudah
(5) Posisi Duduk
Keuntungan dari posisi ini yaitu memanfaatkan gaya gravitasi, memberi
kesempatan untuk istirahat dan memudahkan melahirkan kepala
(6) Posisi Berdiri
Keuntungan dari posisi ini yaitu memanfaatkan gaya gravitasi,
memudahkan melahirkan kepala dan memperbesar dorongan untuk
meneran

(1)

Mekanisme Persalinan Normal adalah sebagai berikut:


Penurunan Kepala (Rohani, 2011)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke
dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP) dapat
dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengahtengah jalan lahir tepat di antara simfisis dan promontorium.
Pada sinklitsmus, os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
asinklitismus, ada dua jenis asinklitismus yaitu :
(a) Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati simfisis
dan os paritalis belakang lebih rendah dari os parietal depan
(b) Asinklitismus anterior
: bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan dari os parietal belakang
Penurunan kepala lebih lanjut pada kala I dan II persalinan. Hal ini
disebabkan adanya kontraksi dan retraksi dari semen atas rahim,
yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin.
Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah
rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini
menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan
kepala ini juga disebabkan tekanan intrauterin, kekuatan meneran,
kontraksi otot abdomen dan melurusnya badan anak.

(2)

Fleksi (Rohani, 2011)


Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan
ini, dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Hal ini disebabkan karena adanya
tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan
adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). Sampai dasar panggul, biasanya
kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya


(3)

mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.


Rotasi Dalam (Putar Paksi Dalam) (Rohani, 2011)
Putar paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin menutar ke depan
ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang memutar ke depan ke arah
simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk

(4)

jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.


Ekstensi (Rohani, 2011)
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simfisis, maka terjadi ekstensi pada kepala janin. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai
dasar panggul tidak melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menembusnya.
Suboksiput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi
pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu

(5)

bayi dengan gerakan ekstensi.


Rotasi Luar (Putar Paksi Luar) (Rohani, 2011)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala
bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu
dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di
dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam
dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan dri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu
kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan

dengan tuber ischiadicum sepihak.


(6)
Ekspulsi (Rohani, 2011)

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu
bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu
jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segerasetelah mencapai dasar panggul sehingga persalinan
tidak begitu bertambah panjang.
c) Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda tanda di bawah ini :
(1) Uterus menjadi globuler
(2) Tali pusat bertambah panjang
(3) Terjadi semburan darah tiba-tiba
Mekanisme Pelepasan Plasenta (Rohani, 2011)
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi
ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga
plasenta mudah melepaskan diri dari dinding uterus karena
plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi
atau berelaksasi. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta
dan selanjutnya membantu pemisahan.
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan
plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai
dengan

pengeluaran

selaput

ketuban

dan

bekuan

darah

retroplasenta
d) Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Rata-rata jumlah perdarahan yang

dikatakan

normal adalah 250 cc,

biasanya 100 - 300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah
dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya.
Hal hal yang perlu diobservasi :
(1) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan uterotonika,
seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin
(2) Perdarahan : ada atau tidak , banyak atau biasa
(3) Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan
(4)
(5)
(6)
(7)

berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter


Luka-luka: jahitannya baik tau tidak, ada perdarahan atau tidak
Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap
Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan
Bayi dalam keadaan baik

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


a. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan hal-hal yang dilakukan meliputi
pengkajian data, mengidentifikasi diagnosa dan masalah, mengidentifikasi
diagnosa dan masalah potensial, mengidentifikasi kebutuhan segera,
merencanakan tindakan/intervensi, melaksanakan asuhan/implementasi,
serta mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanankan. Langkah-langkah
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) KALA I
a) Pengkajian
Pengkajian data meliputi kapan, dimana, dan oleh siapa pengkajian
dilakukan. Adapun pengkajian data meliputi pengkajian data subjektif dan
objektif yang akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Data Subyektif
Nama
: Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah
kekeliruan (Marjati, 2010)
Umur

: Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun


akan sangat menentukan
proses kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel telur
wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan
sel telur pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun). (Ari S,
2009)

Agama

: Mengetahui

kepercayaan

sebagai

dasar

dalam

memberikan asuhan saat hamil dan


bersalin (Romauli, 2011)
Pendidikan
: Mengetahui tingkat pengetahuan untuk memberikan
konseling sesuai
pendidikannya. Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat
berperan dalam kualitas
perawatan bayinya. (Ari S, 2009)
Pekerjaan
: Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. Penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat
pengetahuan lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja (Ari
Alamat

S, 2009)
: Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya

tentang kehamilan serta


untuk kunjungan rumah jika diperlukan. (Marjati, 2010)
Penghasilan : Mengetahui keadaan ekonomi ibu, berpengaruh apabila
sewaktu-waktu ibu dirujuk.
Juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik
dan psikologis ibu hamil. (Ari S, 2009)
(b) Keluhan Utama
Mengetahui apa yang dirasakan ibu, sejak kapan timbulnya keluhan,
urutan kejadian dan tindakan apa saja yang sudah diakukan terhadap
keluhan tersebut. (Rohani, 2011)
(c) Riwayat Haid
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi /
kandungan, meliputi halhal seperti; umur menarche (pada wanita
Indonesia umumnya sekitar 12 16 tahun), lamanya (frekuensi haid
bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid (lebih awal atau lebih lambat
dari siklus normal 28 hari), banyaknya darah, HPHT (membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran), keluhan saat haid (keluhan
yang disampaikan dapat menunjukkan diagnose tertentu, seperti sakit
kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak) (Ari S, 2009)
(d) Riwayat perkawinan
Ditanyakan menikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama
menikah dan berapa lama menikah. (Marjati, 2010)
(e) Riwayat penyakit yang lalu

Apakah Ibu pernah menderita penyakit menular dan menurun yang


dapat mempengaruhi kondisi Ibu sehingga dapat mempengaruhi
kelancaran proses persalinan
(f) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang
dapat mempengaruhi kondisi Ibu atau penyakit munurun yang
merupakan faktor predisposisi penyulit persalinan
(g) Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji apakah ibu mengalami sakit kepala hebat, pandangan
berkunang-kunang, ataunyeri epigastrum. Hal ini digunakan untuk
mendeteksi adanya komplikasi pada kehamilan sehingga bidan dapat
mempersiapkan bila terjadi kegawatan pada persalinan. Perlu juga
diketahui apa ibu mempunyai penyakit berbahaya seperti jantung,
paru-paru, pernapasan atau perkemihan. Hal ini juga untuk
memdeteksi adanya komplikasi yang mungkin menyertai persalinan
(Rohani, 2011)
(h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan
Diperlukan penjelasan tentang jumlah gravida dan para pada ibu
untuk mengidentifikasi masalah potensial pada kelahiran kali ini dan
periode pascapartum. Paritas/para mempengaruhi durasi persalinan
dan insiden komplikasi. Semakin tinggi paritas insiden abrupsio
plasenta, plasenta previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu dan
perinatal juga meningkat. (Rohani, 2011)
Persalinan
Diperlukan informasi tentang jarak antara dua kelahiran, tempat
melahirkan, cara melahirkan (spontan, vakum, forsep atau operasi),
masalah atau gangguan yang timbul pada saat hamil dan melahirkan
seperti perdarahan, letak sungsang, pre eklamsi dsb, berat dan panjang
bayi waktu lahir jenis kelamin, kelainan yang menyertai bayi,bila bayi
meningga

apa

nyeri/kontraksi,

penyebabnya,
berapa

lama,

kapan

ibu

seberapa

mulai
kuat,

merasakan

serta

lokasi

nyeri/kontraksi yang ibu rasakan. Informasi ini penting untuk


menetapkan awal persalinan, biasanya dimulai sejak kontraksi

menjadi teratur dan untuk membedakan his palsu dan his persalinan.
(Rohani, 2011)
Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan (Romauli, 2011)
(i) Riwayat KB
Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu
menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan
selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan.
(Romauli, 2011)
(j) Riwayat kehamilan Sekarang (Marjati, 2010)
Trimester I
: berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil
muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan
gerakan janin (gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan
pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu), serta
imunisasi yang didapat.
Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
(k) Pola kebiasaan sehari-hari
Pola Nutrisi : Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah
sebagai berikut: kapan atau jam berapa terakhir kali makan, makanan
yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, seandainya saat ini
ingin makan.
Pada masa persalinan, data mengenai inake cairan sangat penting
karena akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data
yang perlu ditanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah sebagai
berikut: kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang diminum, apa
yang diminum.
Pola Eliminasi : BAB dan BAK berapa kali sehari, adakah gangguan,
konsistensi, warna.
Pola Istirahat : Tidur siang dan malam berapa jam, adakah gangguan.

Pola Aktivitas : Bentuk aktivitas, adakah gangguan atau tidak dengan


aktivitas yang dilakukan
Pola kebersihan : Mandi ...... kali/hari, GosokGigi .......kali/hari, Ganti
Pakaian ......kali/hari,
Ganti celana dalam......kali/hari
(l) Data Psikososial
Psikologis : Kelahiran anak direncanakan /diharapkan /tidak,
tanggapan suami, orang tua, keluarga lain terhadap kelahiran anak,
apakah ada gangguan atau tidak.
Sosial : Hubungan suami istri, orang tua dan keluarga lain apakah
baik atau tidak. Orang yang berpengaruh dalam keluarga
Data Obyektif.
Pemeriksaan Umum.
K/U

: Baik/ tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan

umum pasien secara


keseluruhan
Kesadaran
: Composmentis/apatis/letargis/somnolen
TD

: Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90


mmHg. Bila tekanan darah
meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau
diastolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut
menjadi pre eklamsi dan eklamsi jika tidak ditangani

Nadi
Suhu

dengan cepat
: N= 70x/menit, ibu hamil 80 90x/menit
: Normal (36,5oC-37,5oC) bila suhu tubuh hamil > 37,5 C

RR

dikatakan demam, berarti


ada infeksi dalam kehamilan
: Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan. Normalnya

BB

16-24 x/menit.
: ... Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III

TB

bertambah 0,5 kg/hari)


: < dari 145 cm. (resiko meragukan, berhubungan dengan

Lila

kesempitan panggul)
: > 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm merupakan
indicator kuat untuk status gizi ibu
yang kurang/buruk, sehingga ia beresiko melahirkan

BBLR.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Muka

: Muka bengkak/oedem tanda eklampsi, terdapat cloasma


gravidarum sebagai tanda kehamilan. Muka pucat tanda

Mata

anemia, perhatikan ekspresi ibu, kesakitan atau meringis.


: Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan,

Mulut
Leher

Sclera icterus perlu dicurugai ibu mengidap hepatitis.


: Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda dehidrasi.
: Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu
kekurangan iodium, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

Dada

kretinisme pada bayi dan bendungan vena jugularis/tidak.


: Puting susu datar atau tenggelam membutuhkan perawatan

payudara untuk persiapan menyusui.


Abdomen : Terdpat bekas luka operasi/tidak
Genetalia : penilaian adanya luka, cairan, lendir darah, perdarahan atau
cairan ketuban.
Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes
melitus, varises/tidak, kaki sama panjang/tidak mempengaruhi
jalannya persalinan.
Palpasi
Leher

: Tidak terdapat bendungan vena jugularis. Jika ada hal ini

berpengaruh pada saat


persalinan terutama saat meneran. Hal ini dapat menambah
Payudara

tekanan pada jantung. Potensial terjadi gagal jantung.


: colostrom keluar, tidak ada benjolan

Abdomen
a) Leopold I
Normal
: Tinggi fundus sesuai dengan usia kehamilan
Tujuan
: Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dan
bagian yang teraba di fundus uteri.
Tanda kepala : keras, bundar, melenting
Tanda bokong: lunak, kurang bundar, kurang melenting.
b) Leopold II
Normal
: Teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung)
pada satu sisi uterus danpada sisi lain teraba bagian kecil janin

Tujuan

: Menentukan letak punggung anak pada letak memanjang

dan menentukan letak kepala pada letak lintang.


c) Leopold III
Normal
: Pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat, keras,
melenting (kepala)
Tujuan
: Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah bagian
terbawah sudah masuk PAP atau belum.
d) Leopold IV
Posisi tangan masih bisa bertemu, dan belum masuk PAP (konvergen).
Jika posisi tangan tidak berubah dan sudah masuk PAP (divergen)
Tujuan
: Untuk mengetahui seberapa jauh bagian terendah janin
sudah masuk PAP
HIS : pemantauan kontraksi uterus yangterjadi dalam kurun waktu 10
menit yang meliputi durasi atau lama setiap kontraksi. (JNPK-KR,
2008)
Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes melitus.
(Romauli, 2011)
Auskultasi
Denyut Jantung Janin
Frekuensi DJJ normal adalah 120-160x/menit. Frekuensi jantung kurang
dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit menunjukkan adanya gawat
janin (fetal distress). Selain itu, perlu dikaji lokasi punctum maksimum dan
keteraturan denyut jantung janin (Rohani, 2011).
Pemeriksaan Dalam (Rohani, 2011)
Vulva, vagina : ada lendir dan darah/tidak
Pembukaan : menentukan pembukaan serviks uteri untuk menentukan
tahap dan fase persalinan Effecement: mengetahui berapa % penipisan
ostium uteri eksternum
Ketuban
: mendeteksi ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika
sudah pecah nilai warna cairan, kepekatan cairan, jumlah dan banyaknya
cairan
Bagian terdahulu

menentukan

bagian

terdahulu

janin

yaitu

kepala/bokong
Bagian terendah

menentukan

bagian

terendah

janin

yaitu

UUK/UUB/dahi/muka/sacrum

Moulage

: menentukan penyusupan tulang kepala janin untuk

memastikan adanya CPD atau tidak, dipaparkan dalam derajat 0, 1, 2, 3, 4


Hodge
: menentukan posisi bagian terdahulu terhadap panggul ibu
Di sekitar bagian terdahulu teraba kecil janin /tidak
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium yang mencakup pemeriksaan hemoglobin,
golongan darah, urinalisis
b) Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny. .... G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine Inpartu
Kala ... fase .... dengan Keadaan ibu dan janin baik
Ds : ibu mengatakan hamil keUKbulan, merasa kenceng kenceng sejak
tanggaljamserta keluar darah lendir sejak jam keluar cairan dari
kemaluan seperti kencing yang tidak bisa ditahan sejak........ HPHT..........
Do : TTV dalam batas normal
DJJ (120-160x/ menit )
Pemeriksaan Dalam:
Vulva dan vagina
: ada lendir dan darah/tidak
Pembukaan
: 0-10 cm
Effecement
: berapa %
Ketuban
: utuh/tidak
Bagian terdahulu
: Kepala/bokong
Bagian terendah
: UUK/UUB
Hodge berapa
: I - IV
Di sekitar bagian terdahulu teraba bagian kecil janin/tidak
Masalah
1. Nyeri his persalinan
DS : Ibu mengatakan perutnya mulas, makin lama makin sering
DO : His : 3-4x.10.40-50, Inspeksi : wajah ibu tampak menahan sakit
saat timbul his
2. Cemas memikirkan persalinannya
DS : Ibu mengatakan takut dengan masalah dalam persalinannya
DO: Ibu sering bertanya bagaimana keadaan bayinya

3. Ketidaktahuan ibu mengenai cara meneran yang benar


DS : Ibu tidak tahu cara meneran yang benar
DO
: Kepala tidak mengalami kemajuan saat ibu meneran
c) Identifikasi Diognosa dan Masalah Potensial

1) Syok
2) Partus lama
d) Identifikasi Kebutuhan Segera
1) Lakukan rujukan
e) Intervensi/Perencanaan
Dx : Ny. .... G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine
Inpartu Kala ... fase .... dengan Keadaan ibu dan janin baik
Tujuan:
1) Kala I fase aktif berjalan lancar
2) tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin
3) Keadan ibu dan janin baik
Kriteria Hasil
fase laten tidak 6 jam
TTV dalam batas normal,yaitu :
TD : 100/60 130/90 mmHg
Nadi : 60-90x/ menit
RR : 16-24x/ menit
Suhu : 36,5-37,5 C
DJJ 120-160x/menit
His 3-4x. 10. 40-50
Partograf tidak melewati garis waspada
Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R: Pengetahuan ibu bertambah dan ibu bisa kooperatif
2. Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan saling percaya
dengan komunikasi terapeutik
R.: Hubungan yang baik dengan ibu dan keluarga dapat menimbulkan sifat
kooperatif ibu dan ketenangan
3. Jaga privasi ibu dalam melakukan setiap tindakan
R : Privasi merupakan salah satu hak manusia
4. Anjurkan ibu untuk makan dan minum di saat tidak ada kontraksi
R: Makan dan minum memenuhi kecukupan energi selam proses
persalinan. Dehidrasi dapat membuat ibu lelah dan menurunkan kekuatan
his
5. Anjurkan dan bantu ibu BAK dan BAB bila menginginkan.
R: BAB dan BAK membantu memperlancar proses kemajuan persalinan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat sewaktu his mereda
R : Istirahat yang cukup dapat menambah tenaga ibu pada waktu meneran
7. Observasi his, DJJ, nadi setiap 30 menit, dan TD, kandung kemih
kemajuan persalinan setiap 4 jam , dan cairan yang keluar pervaginam lalu
masukkan dalam partograf

R: tanda-tanda vital merupakan parameter adanya kelainan.


8. Sarankan pada Ibu untuk miring kiri
R: Untuk mencegah terjadinya sindroma vena cava inferior
9. Ajarkan ibu cara meneran yang efektif
R: Meneran yang benar membantu mempercepat proses persalinan dan
mencegah kelelahan
10. Hadirkan orang yang dianggap penting dapat memberikan dukungan dan
semangat bagi ibu
R: kehadiran orang yang dianggap penting dapat memberikan semangat
dan dukungan bagi ibu
11. Siapkan Partus set
R: Persiapan kala II bersih dan aman
Masalah 1: Nyeri His persalinan
Tujuan : ibu dapat beradaptasi dengan his persalinan
KH
: ibu dapat lebih rileks dengan persalinannya
ibu dapat melakukan relaksasi dengan baik
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri
R: penjelasan akan menambahan pengetahuan ibu dan dapat
mengurangi kecemasan ibu
2. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi
R: Relaksasi mengurangi keregangan otot yang akan mengurangu
intensitas nyeri dan distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu dan
nyeri yang dirasakan
3. Berikan sentuhan /masase dengan menggosok-gosok punggung ibu
dan minta pendamping ibu untuk memperagakannya
R: sentuhan/masase merupakan salah satu cara memblok impuls nyeri
dalam korteks serebri melalui respon kondisi dan stimulasi cutan
4. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan ibu istirahat jika his sudah
mereda
R : lingkungan yang tenang memberikan kesempatan optimal untuk
istirahat dan relaksasi diantara his
Masalah 2: Cemas dalam menghadapi proses persalinan
Tujuan : Cemas dapat diatasi dan ibu dapat beradaptasi
KH
: - Ibu dapat tenang dan rileks
- Perhatian tidak berkurang, nyaman dan aman
- TTV dalam batas normal yaitu :
TD
: 100/60- 130/90 mmHg
Nadi : 60-90x/menit
RR
: 16-24x /menit
Suhu : 36,50C-37,5 0C

Intervensi :
1. Berikan informasi pada klien tentang proses persalinannya
R : Informasi yang tepat dapat membantu klien

untuk

mempertahankan kontrol selama persalinannya


2. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
R : dukungan keluarga dapat membuat ibu lebih tenang
3. Jelaskan pada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan
R : meningkatkan pengetahuan klien sehingga rasa cemas klien
berkurang, membantu klien agar lebih kooperatif
4. Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi senyaman mungkin
R : Posisi nyaman membantu ibu untuk lebih rileks mengahadapi
persalinannya
Masalah 3 : Ketidaktahuan ibu tentang cara meneran yang benar
Tujuan : pengetahuan ibu bertambah sehingga dapat meneran dengan
benar
KH

: Ibu dapat memperagakan kembali cara meneran yang benar

Kepala dapat turun dengan baik


Intervensi
1. Ajari Ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala,
tempelkan dagu ke dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan lahir
R: cara meneran yang benar dapat mempercepat proses persalinan
2. Motivasi ibu untuk meneran jika ada dorongan
R: meneran jika ada dorongan, membantu ibu untuk menghemat
tenaga
f) Implementasi
Implementasi yang dilakukan mengacu pada intervensi
g) Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan mengacu pada kriteria hasil
KALA II
Tanggal ......... pukul ..........
S
: mengetahui apa yang dirasakan ibu pada kala II, biasanya ibu
akan merasakan tanda gejala kala II persalinan yaitu merasakan ingin
meneran

bersamaan

dengan

terjadinya

kontraksi

dan

merasakan

pengeluaran lendir darah semakin banyak. (JNPK-KR, 2008)


O
: (JNPK-KR, 2008)
Terdapat tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva terbuka
Pemeriksaan dalam

Vulva dan vagina


: lendir, darah
Pembukaan
: 10 cm
Effecement
: 100%
Ketuban
: - , jernih/mekonial
Bagian terdahulu
: Kepala/bokong
Bagian terendah
: UUK/UUB
Hodge berapa : III
Di sekitar bagian terdahulu teraba bagian kecil janin/tidak
: G_ P_ _ _ _ Ab _ _ _ UK ... minggu, Tunggal/Ganda,

Hidup/Mati, Intrauterine/Ekstrauterine, presentasi......, puka/puki Inpartu


Kala II dengan keadaan ibu dan janin baik
P
: (JNPK-KR, 2008 : 89-91)
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai
2 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn
sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang


kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm,
memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika
telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk
melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan
kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi
yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa
steril kemudianmemeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan

kepada

ibu

untuk

meneran

saat

kontraksi.

Denganlembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu


depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas : a. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas
perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
KALA III
Tanggal ......... pukul ..........
S
: mengetahui apa yang dirasakan ibu pada kala III, perasaan ibu
terhadap kelahiran bayi apakah senang/sedih/kecewa/khawatir dan
mengetahui apa yang dirasakan ibu dengan adanya uterus yang kembali
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. (JNPK-KR, 2008 : 100)
O
: (JNPK-KR, 2008 : 100)
kontraksi uterus keras/lembek
kandung kemih kosong/penuh
tanda lepasnya plasenta:
a. perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus
b. tali pusat memanjang
c. temburan darah mendadak dan singkat

: P_ _ _ _ Ab _ _ _ Inpartu Kala III dengan keadaan ibu dan bayi

baik/tidak
P

: (JNPK-KR, 2008)
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik

yang tersedia.
KALA IV
Tanggal ......... pukul ..........
S
: mengetahui apa yang dirasakan ibu pada kala IV, perasaan ibu
terhadap kelahiran bayi dan ari-ari apakah senang/sedih/kecewa/khawatir.
(JNPK-KR, 2008)
O
: (JNPK-KR, 2008)
kontraksi uterus keras/lembek
kandung kemih kosong/penuh
TFU normalnya 2 jari di bawah pusat

perdarahan sedikit/sedang/banyak
TTV dalam batas normal yaitu :
a.
b.
c.
d.
A

TD
: 90/60-120/80 mmHg
Nadi
: 60-96x/menit
RR
: 12-20x/menit
Suhu : 36,5 37,5 C
: P_ _ _ _ Ab _ _ _ Inpartu Kala IV dengan keadaan ibu dan bayi

baik/tidak
P
: (JNPK-KR, 2008 : 116-117)
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi
untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
52. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai
pakaian bersih dan kering.

53. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk


membantu apabila ibu ingin minum.
54. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
55. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan

sarung

tangan

dalam

keadaan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%


56. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
57. Melengkapi partograf.

terbalik

dan

Anda mungkin juga menyukai