penimbunan
jaringan
ikat.
Pembuluh
darah
mengalami
tetapi jika dagu menjauhi dada hingga kepala menengadah dan tulang
punggung berada dalam posisi lordosis akan menghasilkan sikap defleksi.
(b) Letak
(c) Letak janin dibagi menjadi 3 yaitu :
i.
Letak membujur (longitudinal)
Letak kepala: letak fleksi dan letak defleksi (letak puncak kepala,
dahi, muka)
Letak sungsang/letak bokong: letak bokong sempurna (complete
breech), letak bokong (frank breech), dan letak bokong tidak
sempurna (incomplete breech)
Letak lintang (transverse lie)
Letak miring (oblique lie)
Letak kepala mengolak
Letak bokong mengolak
(d) Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk
ii.
iii.
di bagian bawah rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi
atau pemeriksaan dalam. Jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi
kepala, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah
oksiput. Sementara itu, jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi
bokong, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah
sakrum; sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi
adalah skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaanperbedaan tersebut adalah letak janin dan sikap janin (kepala janin fleksi
atau ekstensi). (Sondakh, 2013)
(e) Posisi Janin
Untuk menetapkan bagian janin yang berada di bagian bawah, indikator
yang dapat digunakan adalah posisi janin. Posisi janin dapat berada di
bawah pada sebelah kanan, kiri, depan atau belakang kepala (LBK), ubunubun kecil (UUK) kiri depan dan UUK kanan belakang.
Saat melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin didapatkan
dengan menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu,
sedangkan pada pemeriksaan dalam, posisi janin yang terendah terhadap
jalan lahir, bagian yang terendah tersebut dinamakan penunjuk. Penunjuk
tersebut dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau kanan dari ibu.
Pada bagian terendah tersebut terdapat UUK untuk presentasi belakang
kepala, UUB untuk presentas puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk
dahi, dagu untuk presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan
akromion skapula untuk presentasi bahu (letak lintang) (Sondakh, 2013).
b) Jalan lahir (passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.
(1)
Jalan Lahir Lunak
Serviks (Manuaba, 2010)
Merupakan bagian uterus yang sangat penting untuk dapat
mempertahankan kehamilan sampai aterm dengan jalan :
a) Tertutup kaku karena dominasi jaringan ikat
b) Dapat enhan berat uterus hamil saat berdiri tegak, sejakusia
kehamilan muda sampai aterm
c) Kanalisnya tertutup oleh mukose plug sehingga terhindar dari
infeksi ascenden
d) Dapat menahan kontraksi Braxton Hicks yang makin frekuen
sejak kehamilan berumur 20-23 minggu
Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam
persalinan normal.
Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari 3 lapis, yang berasal dari kedua
tanduk rahim, yaitu longitudinal (memanjang), melingkar dan
miring. Segera setelah persalinan, susunan otot rahim tersebut
sedemikian rupa akan mengkondisikan pembuluh darah menutup
untuk menghindari terjadinya perdarahan dari tempat implantasi
plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim membuka secara pasif,
kontraksidominan yang terjadi pada fundus pada kala I persalinan
juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan lahir
(2)
persalinan
yaitu
diatas
terjadi
pada
primigravida
ataupun
saraf
serta
bersifat
intermitten
yang
memberikan
pembukaan
dapat
terjadi
bersamaan
dengan
pendataran
Sistem Kardiovaskuler (Rohani, 2011)
(a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama
posisi
yang
diberikan
pada
ibu
bertujuan
untuk
(1)
(2)
(4)
(5)
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu
bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu
jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segerasetelah mencapai dasar panggul sehingga persalinan
tidak begitu bertambah panjang.
c) Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda tanda di bawah ini :
(1) Uterus menjadi globuler
(2) Tali pusat bertambah panjang
(3) Terjadi semburan darah tiba-tiba
Mekanisme Pelepasan Plasenta (Rohani, 2011)
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi
ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga
plasenta mudah melepaskan diri dari dinding uterus karena
plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi
atau berelaksasi. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta
dan selanjutnya membantu pemisahan.
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan
plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai
dengan
pengeluaran
selaput
ketuban
dan
bekuan
darah
retroplasenta
d) Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Rata-rata jumlah perdarahan yang
dikatakan
biasanya 100 - 300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah
dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya.
Hal hal yang perlu diobservasi :
(1) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan uterotonika,
seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin
(2) Perdarahan : ada atau tidak , banyak atau biasa
(3) Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan
(4)
(5)
(6)
(7)
Agama
: Mengetahui
kepercayaan
sebagai
dasar
dalam
S, 2009)
: Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya
apa
nyeri/kontraksi,
penyebabnya,
berapa
lama,
kapan
ibu
seberapa
mulai
kuat,
merasakan
serta
lokasi
menjadi teratur dan untuk membedakan his palsu dan his persalinan.
(Rohani, 2011)
Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan (Romauli, 2011)
(i) Riwayat KB
Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu
menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan
selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan.
(Romauli, 2011)
(j) Riwayat kehamilan Sekarang (Marjati, 2010)
Trimester I
: berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil
muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan
gerakan janin (gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan
pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu), serta
imunisasi yang didapat.
Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
(k) Pola kebiasaan sehari-hari
Pola Nutrisi : Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah
sebagai berikut: kapan atau jam berapa terakhir kali makan, makanan
yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, seandainya saat ini
ingin makan.
Pada masa persalinan, data mengenai inake cairan sangat penting
karena akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data
yang perlu ditanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah sebagai
berikut: kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang diminum, apa
yang diminum.
Pola Eliminasi : BAB dan BAK berapa kali sehari, adakah gangguan,
konsistensi, warna.
Pola Istirahat : Tidur siang dan malam berapa jam, adakah gangguan.
Nadi
Suhu
dengan cepat
: N= 70x/menit, ibu hamil 80 90x/menit
: Normal (36,5oC-37,5oC) bila suhu tubuh hamil > 37,5 C
RR
BB
16-24 x/menit.
: ... Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III
TB
Lila
kesempitan panggul)
: > 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm merupakan
indicator kuat untuk status gizi ibu
yang kurang/buruk, sehingga ia beresiko melahirkan
BBLR.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Muka
Mata
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
a) Leopold I
Normal
: Tinggi fundus sesuai dengan usia kehamilan
Tujuan
: Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dan
bagian yang teraba di fundus uteri.
Tanda kepala : keras, bundar, melenting
Tanda bokong: lunak, kurang bundar, kurang melenting.
b) Leopold II
Normal
: Teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung)
pada satu sisi uterus danpada sisi lain teraba bagian kecil janin
Tujuan
menentukan
bagian
terdahulu
janin
yaitu
kepala/bokong
Bagian terendah
menentukan
bagian
terendah
janin
yaitu
UUK/UUB/dahi/muka/sacrum
Moulage
1) Syok
2) Partus lama
d) Identifikasi Kebutuhan Segera
1) Lakukan rujukan
e) Intervensi/Perencanaan
Dx : Ny. .... G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine
Inpartu Kala ... fase .... dengan Keadaan ibu dan janin baik
Tujuan:
1) Kala I fase aktif berjalan lancar
2) tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin
3) Keadan ibu dan janin baik
Kriteria Hasil
fase laten tidak 6 jam
TTV dalam batas normal,yaitu :
TD : 100/60 130/90 mmHg
Nadi : 60-90x/ menit
RR : 16-24x/ menit
Suhu : 36,5-37,5 C
DJJ 120-160x/menit
His 3-4x. 10. 40-50
Partograf tidak melewati garis waspada
Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R: Pengetahuan ibu bertambah dan ibu bisa kooperatif
2. Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan saling percaya
dengan komunikasi terapeutik
R.: Hubungan yang baik dengan ibu dan keluarga dapat menimbulkan sifat
kooperatif ibu dan ketenangan
3. Jaga privasi ibu dalam melakukan setiap tindakan
R : Privasi merupakan salah satu hak manusia
4. Anjurkan ibu untuk makan dan minum di saat tidak ada kontraksi
R: Makan dan minum memenuhi kecukupan energi selam proses
persalinan. Dehidrasi dapat membuat ibu lelah dan menurunkan kekuatan
his
5. Anjurkan dan bantu ibu BAK dan BAB bila menginginkan.
R: BAB dan BAK membantu memperlancar proses kemajuan persalinan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat sewaktu his mereda
R : Istirahat yang cukup dapat menambah tenaga ibu pada waktu meneran
7. Observasi his, DJJ, nadi setiap 30 menit, dan TD, kandung kemih
kemajuan persalinan setiap 4 jam , dan cairan yang keluar pervaginam lalu
masukkan dalam partograf
Intervensi :
1. Berikan informasi pada klien tentang proses persalinannya
R : Informasi yang tepat dapat membantu klien
untuk
bersamaan
dengan
terjadinya
kontraksi
dan
merasakan
kepada
ibu
untuk
meneran
saat
kontraksi.
25. Melakukan penilaian selintas : a. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas
perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
KALA III
Tanggal ......... pukul ..........
S
: mengetahui apa yang dirasakan ibu pada kala III, perasaan ibu
terhadap kelahiran bayi apakah senang/sedih/kecewa/khawatir dan
mengetahui apa yang dirasakan ibu dengan adanya uterus yang kembali
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. (JNPK-KR, 2008 : 100)
O
: (JNPK-KR, 2008 : 100)
kontraksi uterus keras/lembek
kandung kemih kosong/penuh
tanda lepasnya plasenta:
a. perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus
b. tali pusat memanjang
c. temburan darah mendadak dan singkat
baik/tidak
P
: (JNPK-KR, 2008)
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik
yang tersedia.
KALA IV
Tanggal ......... pukul ..........
S
: mengetahui apa yang dirasakan ibu pada kala IV, perasaan ibu
terhadap kelahiran bayi dan ari-ari apakah senang/sedih/kecewa/khawatir.
(JNPK-KR, 2008)
O
: (JNPK-KR, 2008)
kontraksi uterus keras/lembek
kandung kemih kosong/penuh
TFU normalnya 2 jari di bawah pusat
perdarahan sedikit/sedang/banyak
TTV dalam batas normal yaitu :
a.
b.
c.
d.
A
TD
: 90/60-120/80 mmHg
Nadi
: 60-96x/menit
RR
: 12-20x/menit
Suhu : 36,5 37,5 C
: P_ _ _ _ Ab _ _ _ Inpartu Kala IV dengan keadaan ibu dan bayi
baik/tidak
P
: (JNPK-KR, 2008 : 116-117)
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi
untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
52. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai
pakaian bersih dan kering.
sarung
tangan
dalam
keadaan
terbalik
dan