Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata pestisida,
herbisida, insektisida atau nama lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan
kita tidak bisa lepas dari pestisida dalam berbagai bentuknya. Dari gunung
sampai pantai, dari desa sampai kota. Petani di pegununganpun tidak lepas
dari penggunaan pestisida. Petani sayuran di Dieng, Kopeng, atau petani
tembakau di lereng gunung Sindoro dan Sumbing. Nelayan dalam pembuatan
ikan asin misalnya, ada yang menggunakan pestisida. Tentunya cara ini tidak
dibenarkan, namun demikian adanya masyarakat kita. Pemakaian pestisida di
rumah tangga seperti penggunaan obat nyamuk, anti rayap / ngengat,
pengusir nyamuk (repelent) dan banyak lagi macamnya. Untuk itulah kita
perlu mengenal lebih jauh tentang pestisida. Penggunaan pestisida di
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut Atmawijaya, pada
tahun 1985 diperkirakan menggunakan 10.000 ton pestisida, pada tahun 1991
meningkat menjadi 600.000 ton. Jumlah ini mencapai 5 % konsumsi dunia.
Pestisida merupakan suatu bahan yang banyak dijumpai dan digunakan
secara luas dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai tujuan penggunaan
termasuk perlakuan yang bersifat pencegahan maupun untuk tujuan
pengendalian organisme pengganggu pada hampir semua sektor dalam
masyarakat, diantaranya sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, perikanan,
perdagangan, perindustrian, ketenagakerjaan, perhubungan, lingkungan hidup
dan di rumah tangga.
Tidak hanya di bidang pertanian, pengunaaan pestisida dalam rumah
tangga Indonesia sudah demikian luas juga. Berbagai merek obat serangga
dapat kita temui di etalase supermarket hingga warung kecil, memudahkan
kita untuk mengakses racun ini dan memasukkannya ke dalam rumah kita.
Pestisida dalam rumah tangga biasanya digunakan untuk mengatasi semut,
mengatasi kecoa, mengusir lalat, mengatasi ngengat, mengatasi tikus,
mengatasi nyamuk. Walau banyak laporan dan penelitian tentang dampak
negatif pestisida ini (pada manusia dan lingkungan), seolah kita tidak punya
pilihan lain selain menyemprot hama pengganggu (dan pembawa penyakit)
ini dengan obat hama. Sekalipun sebagai bahan beracun (biosida) yang
memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia, pestisida banyak digunakan karena mempunyai
kelebihan-kelebihan antara lain dapat diaplikasikan dengan mudah pada
hampir semua tempat dan waktu, hasilnya dapat dirasakan dalam waktu yang
relatif singkat, dan dapat diaplikasikan dalam areal yang luas. Tanpa kita
sadari terdapat berbagai jenis pestisida yang tersimpan dirumah. Pestisida ini
bukan saja digunakan di dalam rumah tetapi juga digunakan dihalaman
rumah dan kebun untuk melindungi tanaman dari gulma dan hewanperusak
lainnya. Anak-anak merupakan korban utama pada kasus racunanini karena
rasa keingin tahuannya yang tinggi dan tingkah lakunya yaitu senang sekali
memasukan apa saja yang ditemui ke dalam mulutnya. Memperhatikan hal-
hal tersebut diatas maka merupakan suatu keharusan bahwa pestisida perlu
dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Untuk melindungi
keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya
kekayaan alam hayati maka dalam pengelolaan pestisida antara lain adalah
peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1973. berdasarkan peraturan pemerintah
tersebut, maka setiap pestisida yang akan diedarkan, disimpan dan digunakan
harus terlebih dahulu terdaftar dan memperoleh izin menteri pertanian.
Mengacu pada peraturan pemerintah tersebut, menteri pertanian telah
mengeluarkan beberapa keputusan yang bersifat kebijaksanaan dalam
kaitannya dengan pengelolaan pestisida, antara lain keputusan menteri
pertanian nomor 434.1 tahun 2001 tentang syarat dan tata cara pendaftaran
pestisida, dan keputusan menteri pertanian nomor 517 tahun 2002 tentang
pengawasan pestisida.
Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi
keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida
adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman atau hasil pertanian.
2. Memberantas gulma
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,
kecuali yang tergolong pupuk
5. Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
6. Memberantas atau mencegah hama air
7. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga
8. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahu tentang Pestisida Rumah Tangga
2. Tujuan Khusus
(1) Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
(2) Pengertian dari Pestisida di rumah tangga
(3) Peranan Pestisida di rumah tangga
(4) Macam dan contoh pestisida
(5) Formulasi dan kimia pestisida
(6) Cara dan petunjuk penggunaan pestisida
(7) Peraturan Pemerintah tentang pestisida Petunjuk keamanan dan
pertolongan pertama pada keracunan pestisida
(8) Cara pestisida meracuni manusia
(9) Alternatif pestisida dalam rumah tangga

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud
hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria
dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran
mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan
pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun
lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga
berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702
formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan
bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai
alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi
memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani
masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah
baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang
bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri
dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara
aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

B. Peranan Pestisida di Rumah Tangga


Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam
bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang
lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan
lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap
atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat
mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia,
sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.

C. Macam dan Contoh Pestisida


Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan
fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida.
Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
3. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti
burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta
pengontrol populasi burung.
4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.
5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos
yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan,
keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh
ulat atau larva.
9. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti
berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema
yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
11. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi
untuk membunuh telur.
12. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma.
Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
13. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan.
Berfungsi untuk membunuh ikan
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
14. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
16. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
15. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi
untuk membunuh pohon.
16. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga
pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.

D. Formulasi dan Kimia Pestisida


Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu.
Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar,
kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh
formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang
sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan
besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen
berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan
perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk
emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian
sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran
biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek
dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar
2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida
butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida
formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan
G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif
dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida
formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien.
Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).

4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan
aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75
persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang
nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP
(water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak
seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer.
Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau,
asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di
gudang penyimpanan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21
unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon,
hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan
yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury,
zinc dan arsenic.

E. Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida


Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun
jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka
menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara,
kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih
panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang
tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang
menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan
pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu
rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat
mempercepat timbulnya resistensi.

1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman
yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau
diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan
satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif
pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan
volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum
dalam label pestisida.

2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaan pestisida :
1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu
pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau
gram setiap liter air.
3) Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase
kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam
seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume
larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya
dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer
(ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet :
a. Veri coarse spray lebih 300 m
b. Coarse spray 400-500 m
c. Medium spray 250-400 m
d. Fine spray 100-250
e. Mist 50-100 m
f. Aerosol 0,1-50 m
g. Fog 5-15 m

F. Petunjuk Keamanan dan Pertolongan Pertama Pada Keracunan Pestisida


1. Petunjuk Keamanan
a. Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja.
b. Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan
pakaian berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari
nyala api pada waktu membuka wadah dan memindahkan pada
waktu bekerja
c. Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja,
cucilah tangan atau kulit yang terkena insektisida ini dengan air
sabun, yang banyak, jangan menggunakan insektisida ini 10 hari
sebelum tanaman dipanen untuk tanaman pangan.
d. Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot
dan pakaian pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan
sumber air lainnya dengan insektisida ini atau wadah bekasnya.
e. Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan
kering, jauh dari bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan
anak-anak.
f. Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-
kurangnya 0,5 meter di dalam tanah dan jauh dari sumber air.
2. Gejala Dini Keracunan
a. Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala,
banyak menimbulkan keringat, mual, mencret,badan gemetar,
pingsan.
b. Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti
bekerja, lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke
Puskesmas/dokter terdekat.
c. Petunjuk Pertolongan Pertama pada Keracunan :
Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini.
Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang
banyak.
Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama
sedikitnya 15 menit.
Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan
permuntahan dengan memberikan segelas air hangat yang
diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik
tenggorokan penderita dengan jari tangan yang bersih sampai
cairan muntahan menjadi jernih.
Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang
pingsan/tidak sadar.
Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara
sejuk/segar, apabila perlu berikan pernafasan buatan melalui
mulut atau dengan pemberian oksigen.
d. Perawatan oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan gejala
yang timbul.

G. Cara Pestisida Meracuni Manusia


1. Melalui kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung
pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot,
ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur
pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci
pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan,
cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
2. Melalui pernapasan
3. Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau
pada orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat
bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau.
4. Melalui mulut
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun
tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau
ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah
berurusan dengan pestisida.

H. Alternatif Pestisida Dalam Rumah Tangg


Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat dimanfaatkan sesuai
dengan jenis kegunaan sehingga tidak mengakibatkan keracunan dan
kerugian , yaitu :
1. Mengatasi semut
2. Taburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa
datang, dapat juga menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit
jeruk pada tempat semut datang.
3. Mengatasi kecoa
Campurlah tepung gandum dengan gips kapur dengan perbandingan
sama, atau campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di daerah
yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh beberapa lembar
daun salam (segar) di area yang dijelajahi kecoa.
4. Mengusir lalat
Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah dengan
membuat lem perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning terang
yang diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit jeruk yang
digores, letakkan di tempat yang banyak lalat.

5. Mengatasi ngengat
Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga mawar
kering dan daun mint kering, letakkan di lemari atau laci.
6. Mengatasi tikus
gunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula dan bubuk coklat,
lalu taburkan campuran tersebut ditempat tikus biasa ditemukan.
Perhatikan juga rumah anda, apakah arsitektur rumah anda sudah
cukup anti-tikus? Jangan sediakan tempat di rumah anda untuk tikus
berkembang biak, dan sedemikian rupa, halangi akses masuk tikus ke
rumah
7. Mengatasi nyamuk
Gunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil sebagai pemukul juga
sama ampuhnya dengan raket beraliran listrik. jangan lupa pasang
kasa pada pintu dan jendela. Kemudian menyebarkan bunga melati
atau kamboja di ruangan sdapat juga mengurangi nyamuk.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan bio-secutity yang intinya
menjaga kebersihan lingkungan adalah syarat mutlak untuk
mengendalikan nyamuk dan beberapa serangga lain.

BAB III
BEDAH KASUS KERACUNAN PESTISIDA
A. Kasus Keracunan Pestisida Racun Tikus di China
Harian China Daily Beijing, 4 Juli 2003 11:22
Keracunan makanan di Cina telah menewaskan 89 orang dan
mengakibatkan sebanyak 3643 orang dirawat dalam enam bulan pertama
tahun ini, demikian menurut media resmi Cina, Jumat, mengutip Kementerian
Kesehatan. Sebagian besar dari warga yang tewas itu, atau sebanyak 52
orang, tewas langsung akibat keracunan makanan, yang juga menyebabkan
sebanyak 977 orang jatuh sakit. Jumlah total, sebanyak 116 kasus keracunan
makanan dilaporkan ke kementerian kesehatan itu dalam enam bulan pertama
tahun ini, sebanyak 42 di antaranya disebabkan karena tercemar produk kimia
seperti pestisida atau racun tikus.

B. Analisis Terhadap Kasus Keracunan Pestisida di China


1. Penyebab Keracunan
Kalau dilihat kasus keracunan makanan yang dilaporkan ke kementerian
kesehatan itu disebabkan karena makanan yang tercemar oleh produk
kimia pestisida Racun Tikus yang digunakan dalam rumah tangga.
Menurut analisa kami kasus Keracunan makanan yang terjadi karena racun
tikus masuk kedalam bahan mentah makanan dan makanan jadi sehingga
bahan mentah makanan dan makanan jadi terkontaminasi oleh racun tikus.
Kemudian makanan yang telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi oleh
manusia sehingga menyebabkan keracunan.
Kenapa racun tikus bisa sampai masuk kedalam bahan mentah makanan
dan makanan jadi?, hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah :
1) Faktor Manusia
Faktor manusia ini bisa jadi disebabkan karena unsur
kelalaian:
Kelalaian kelalaian dalam penyimpanan.
Racun tikus yang digunakan ditempatkan berdekatan
dengan bahan makanan atau makanan sehingga racun
tersebut tumpah atau dan masuk kedalam makanan.
Kelalaian dalam pelabelan
Bisa jadi label atau merk yang ada telah terbuka baik
disengaja atau tidak sehingga tercampur dengan bahan
makanan ataupun makanan jadi.
Kelalaian dalam ketelitian kerja
Karena ketidak telitian kerja sehingga menyebabkan racun
tikus tercampur kedalam bahan makanan dan makanan.
2) Prilaku
Tidak membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum
menyentuh makanan setelah memegang racun tikus
Merasa akrab dengan racun tersebut karena sudah terbiasa
melihat dan menggunakannya sehingga racun tikus tersebut
bisa saja diletakan disembarang tempat bahkan berdekatan
dengan bahan makanan dan makanan
Tidak membuang kemasan racun tikus di tempat yang
seharusnya sehingga bisa saja digunakan oleh anak-anak
bermain, bahkan oleh anak digunakan untuk tempat
makanan
3) Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang ancaman
bahaya dari racun tikus dan tata cara penggunaan dan
penyimpanan yang aman didalam rumah tangga.
Kurangnya sosialisasi dari pihak yang berkompeten dalam
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
racun tikus tersebut
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara alternatif
membasmi tikus tanpa menggunakan racun

4) Kondisi alam
Tingginya angka kematian dan kesakitan yang disebabkan
oleh keracunan racun tikus di china menunjukan bahwa
Keadaan alam yang memungkinkan untuk berkembang
biaknya tikus secara cepat sehingga untuk membasmi tikus
tersebut menyebabkan penggunaan racun tikus meningkat
bahkan sangat tinggi
China dengan keadaan alam yang luas dan masyarakat
menyebar bahkan ada yang tinggal didaerah pengunungan
menyebabkan transportasi tidak lancar dan jauh dari akses
pelayanan kesehatan sehingga masyarakat yang keracunan
menjadi lambat tertolong dan mengakibatkan banyak terjadi
kasus kematian

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang
dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi
(jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti
cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
2. Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam
bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang
lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu
kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
3. Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan
berdasarkan fungsi dan asal katanya yaitu Akarisida, Algisida, Avisida,
Bakterisida, Fungisida, Herbisida, Insektisida, Larvisida, Molluksisida,
Nematisida, Ovisida, Pedukulisida, Piscisida, Rodentisida, Predisida,
Silvisida, Termisida, Atraktan, Kemosterilan, Defoliant, Desiccant.
Disinfektan, Repellent, Sterilan tanah, Pengawet kayu, biasanya
digunakan pentaclilorophenol (PCP). Stiker, Surfaktan dan agen
penyebar, Inhibitor, dan Stimulan tanaman.
4. Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21
unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon,
hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan
yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury,
zinc dan arsenic.
5. Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama dan dalam
menggunakan pestisida harus menggunakan petunjuk-petunjuk yang
telah ditetapkan
6. Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan
alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat
digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan
pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. dan
surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973
7. Dalam menggunakan pestisida agar tidak merusak maka harus sesuai
dengan petunjuk dan cara penggunaan yang sesuai dengan Keamanan

8. Agar tidak terjadi keracunan yang lebih maka kita harus mengetahui
gejala dini dari keracunan
9. Pestisida dapat meracuni manusia melalui kulit, melalui mulut, dan
melalui pernapasan
10. Apabila terjadi kasus keracunan maka dalam melakukan langkah awal
harus mengikuti petunjuk pertolongan pertama pada keracunan
11. Perawatan keracunan oleh pestisida oleh Dokter dilakukan secara
simptomatik sesuai dengan gejala yang timbul.
12. Ada bemacam-macam pestisida alternatif yang berasal dari alam yang
bisa dimanfaatkan secara aman sesuai dengan jenis kegunaannya.
13. Tingginya angka keracunan pestisida Racun Tikus yang menimbulkan
kesakitan bahkan kematian yang terjadi di China disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu faktor manusia seperti : kelalaian, perilaku,
pengetahuan , keadaan alam dan aspek hukum yang mengaturnya. Selain
itu dalam memanfaatkan racun tikus haruslah sesuai dengan aturan dan
petunjuk pada kemasan serta pengetahuan tentang cara pertolongan
pertama pada keracunan racun tikus sehingga tidak menjadi berat dan
menimbulkan kematian.

B. Saran
Untuk mencegahan agar terhindar dari keracunan racun tikus di rumah seperti
yang terjadi di China tersebut dapat diperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Sebelum menggunakannya bacalah label yang ada dikemasan.
2. Jaga label jangan sampai rusak karena didalamnya terdapat informasi
mengenai cara menggunakannya, penyimpanan, bahayanya dan
pertolongan pertama jika terjadi keracunan serta informasi lainnya.
3. Racun tikus hendaklah disimpan dan dipasang ditempat yang aman ( di
tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak seperti dilemari yang
terkunci atau tempat yang agak tinggi) sebelum dan setelah digunakan.
Jangan menyimpan dan memasang dekat dengan bahan-bahan makanan
dan minuman.
4. Simpan dalam wadah aslinya dan jangan di pindahkan ke dalam wadah
lain terutama ke dalam wadah bekas makanan/minuman.
5. Jangan sekali-kali menggunakan bekas wadah untuk tempat makanan atau
minuman sekalipun untuk hewan peliharaan.
6. Jangan menggunakan racun tikus dengan tangan kosong, gunakanlah alat
seperti sendok plastik dan cuci tangan setelah menyediakan racun
tersebut.
Selain itu perlu sangsi hukum tegas yang tertuang dalam peraturan maupun
perundang-undangan yang mengatur terhadap pelanggaran tata cara pebuatan,
penjualan, penyimpanan dan penggunaan racun tikus agar tidak
membahayakan terhadap nyawa manusia, misalnya bagi orang yang
menyimpan, memasang dan membuang kemasan bekas racun tikus secara
sembarangan dan tidak mentaati aturan yang berlaku di hukum dengan
hukuman perdata yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

1) SEDIKIT TENTANG PESTISIDA Oleh : Dwi Handojo


2) Pengenalan Pestisida Oleh Joeli Hartono Rianto. Kasubdit Pendaftaran
Pestisida/Sekretaris II Komisi Pestisida
3) Alternatif Pestisida Untuk Rumah Tangga Senin, 12-01-2009 18:37:29
oleh: Mediansyah
4) Bates N., et all, Paediatric Toxicology : Hanbbook of Poisoning in
Children, Macmillan Refference LTD, London, 1997.
5) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Untuk Pertanian dan
Kehutanan, Dit Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan
RI, Jakarta, 2001.
6) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Higiene Lingkungan, Dit
Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta,
2001. Olson K.R., Poisoning and Drug Overdosis 4th ed. Appleton &
Lange, USA. 2004.
7) Sentra Informasi Keracunan, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
Untuk Rumah Sakit, Sentra Informasi Keracunan DitJen POM Depkes
RI, Jakarta, 2001.
8) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for
Pesticides Poisonings, National Poisons Information Centre Department
of Pharmacology, New Delhi, 1995.
9) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry
of Health Singapore, Singapore, 2001.
10) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for
Pesticides Poisonings, National Poisons Information Centre Department
of Pharmacology, New Delhi, 1995.
11) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry
of Health Singapore, Singapore, 2001.
12) Modul Pelatihan Pengendali Hama (Pest Control) Tingkat Supervisor
Dinas Kesehatan DKI Jakarta bekerjasama dengan DPP IPPHAMI
tanggal 10-15 Maret 2003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME ,bahwa penulis telah
menyelesaiakan tugas makalah Keracunan Pestisida
Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau makalah ini, Tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi.Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan
pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis jugah menyampaikan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
memberikan informasi tentang materi yang terkait.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi
motifasi,khususnya bagi penulis.
Pariaman , Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang..................................................................... 1
1.4 Tujuan................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


I. Pengertian Pestisida............................................................. 4
J. Peranan Pestisida di Rumah Tangga.................................... 4
K. Macam dan Contoh Pestisida............................................... 5
L. Formulasi dan Kimia Pestisida............................................. 6
M. Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida............................ 8
N. Petunjuk Keamanan dan Pertolongan Pertama Pada Keracunan
Pestisida................................................................................ 10
O. Cara Pestisida Meracuni Manusia........................................ 11
P. Alternatif Pestisida Dalam Rumah Tangga.......................... 12

BAB III BEDAH KASUS KERACUNAN PESTISIDA


C. Kasus Keracunan Pestisida Racun Tikus di China............... 14
D. Analisis Terhadap Kasus Keracunan Pestisida di China...... 14

BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan.......................................................................... 17
D. Saran..................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai