Anda di halaman 1dari 3

NAMA

: TIANA RACHMADITA

KELAS

: 2A

NIM

: 1401100034

Tak Boleh Lagi Ada Promosi Gencar Susu Formula


TEMPO.CO, JakartaTaiching: Angka rata-rata nasional bayi dengan ASI eksklusif baru 33,6 persen.

JAKARTA - Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan,
Slamet Riyadi, menyatakan, seiring dengan disahkannya peraturan pemerintah tentang
pemberian ASI eksklusif, mulai 2013 pemerintah akan memperketat aturan promosi susu formula
untuk bayi. "Nanti, tidak akan ada lagi promosi susu segencar saat ini," kata Slamet Jumat 9 Juni
2012.
Kelak, produsen atau distributor susu formula untuk bayi hanya boleh mempromosikan
produknya di media cetak khusus kesehatan. Produsen dan distributor juga wajib mendapat izin
menteri, serta memberikan keterangan bahwa susu formula bukan pengganti ASI. Selain itu,
produsen susu formula dilarang memberikan contoh produk cuma-cuma, menawarkan produknya
langsung ke rumah-rumah, serta memberikan potongan harga atau bonus sebagai bentuk
promosi.
Produsen dan distributor susu formula juga dilarang menggunakan tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi tentang susu formula bayi. "Seluruh hal tersebut nantinya akan diatur.
Karena itu semua kebanyakan adalah bentuk promosi yang terselubung," kata Slamet.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, gencarnya promosi susu formula adalah salah satu
penyebab rendahnya angka pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayi. Angka rata-rata
nasional bayi dengan ASI eksklusif baru 33,6 persen. Hampir seluruh ibu di Indonesia tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Bahkan, daerah timur Indonesia, angkanya di bawah
rata-rata nasional, kata Slamet.
Sebenarnya, kata dia, persentase tersebut sudah membaik mengingat, pada 2004, angka
pemberian ASI eksklusif bagi bayi di bawah umur 6 bulan hanya 19,5 persen. "Memang ada
peningkatan, tetapi jumlahnya tidak menggembirakan," kata Slamet.
Namun pemerintah memastikan pengetatan promosi tidak akan merugikan produsen susu
formula karena hanya berlaku untuk produk susu bayi berumur 6 bulan ke bawah. "Tolong
jangan ganggu bayi berumur 6 bulan ke bawah," kata Slamet.
Sementara itu, anggota Komisi Kesehatan DPR RI, Rieke Dyah Pitaloka, menilai pengetatan
promosi bagi susu formula kurang tepat karena hal yang penting justru edukasi kepada
masyarakat."Percuma bila ada aturan itu tapi edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya ASI
tidak ada. Itu tanggung jawab pemerintah, dan sudah dianggarkan, kok," ujarnya ketika
dihubungi.
Persoalan penggunaan susu formula oleh para ibu, menurut Rieke, tidak bisa disederhanakan
hanya karena banyaknya susu formula. "Orang tidak memberikan ASI itu banyak alasannya. Ibu
tidak memberikan ASI bisa saja karena ASI-nya yang memang tidak keluar ataupun kurang
baik," katanya.
Source: https://m.tempo.co/read/news/2012/06/09/173409417/tak-boleh-lagi-adapromosi-gencar-susu-formula (diakses pada 17 maret 2016)

No
.
1.

DIAGNOSA

TUJUAN

SASARAN

ISI

METODE

MEDIA

Kurangnya
pengetahuan
ibu akan
pentingnya asi
eksklusif

Individu
dan
kelompok

1. Penyebaran
leaflet
mengenai ASI
eksklusif
2. Pendidikan
mengenai
pentingnya
pemberian ASI
eksklusif
dengan
penyuluhan
seperti di
Posyandu
termasuk
membimbing
teknik
menyusui
yang benar

a. Metode
komunikasi:
Pemberdayaan
dapat dilakukan
dengan pilihan
metode:
ceramah &
tanya jawab,
dialog,
demonstrasi.
b.Sarana
komunikasi:
menggunakan
media yang
telah disiapkan

menggunakan
lembar-balik
ukuran lebih
besar,
pertunjukan
slides (melalui
overhead
projector, slide
projector,
komputer &
LCD projector,
atau lainnya),
dan pertunjukan
filem (melalui
film projector)

Peningkatan
pengetahuan
atau sikap
masyarakat
Peningkatan
perilaku
masyarakat
Peningkatan
status
kesehatan
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai