KONSEP DASAR
2.1 Kista Ovarium
2.1.1 Definisi
1) Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya
memakai kesuburan (Soemadi, 2006).
2) Kista adalah suatu jenis kantong yang berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macM (Jacoeb, 2007).
3) Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan atau abnormal pada ovarium yang
membentuk kantong (Agusfarly, 2008).
4) Kista merupakan penyakit yang superhalus, rumit, unik, sebab keberadaannya mirip dengan
kehamilan, dimana semua wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini (Chyntia,
2010).
2.1.2 Sifat Kista
1) Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus
menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti
kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan
pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak
perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih
mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin
kistanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.
2) Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian
yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan
keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut,
penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari
si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu
sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak
membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat
ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan
pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di
bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas.
Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini
dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti
penyebab perubahan sifat tersebut.Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat
sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi
cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat
ganas.
2.1.3 Jenis Kista
Jenis kista indung telur meliputi:
1) Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah,
tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa
mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
2) Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa
jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan
biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
3) Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar
dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada dinding luar
indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid
yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur.
Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4) Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat
menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi
tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
1. Kistadenoma ovarii serosum.
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler perlu
dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
Patofisiologi
Menurut Wikjosastro (2005), banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
1) Akibat pertumbuhan, Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya
tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di
rongga perut kadang kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta da pat
juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
2) Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3) Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit sedikit sehingga berangsur angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala gejala klinik yang minimal. Akan
tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di
perut.
b. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit. Infeksi pada tumor terjadi jika di
dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista dermoid cenderung mengalami
peradangan disusul penanahan.
c. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika robekan kista
disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda tanda abdomen akut.
d. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan.
2.1.5 Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium adalah :
1)
Sebelumnya ada rasa bengkak di perut bagian bawah
2)
Nyeri tekan pada perut bagian bawah
3)
Perubahan pola eliminasi urin
4)
Pembesaran jaringan ovarium
5)
Kadang disertai pola menstruasi
6)
Kadang disertai oedem
7)
Cemas
8)
Bias disertai dengan kehamilan
9)
Nyeri perut mendadak
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wikjosastro (2005), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
Penatalaksanaan
Operatif dilakukan salfingo ovarektomi (pengangkatan ovarium dan tuba falopi)
Masalah Kebidanan
1)
Pre Operasi
a.
b.
c.
Nyeri
Cemas
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
d.
2)
a.
b.
c.
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakit
dan
penatalaksanaannya.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4) Kurang pengetahuan tenang kondisi prognosi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan rendahnya tingkat pendidikan dan tidak mengenal sumber informasi
5) Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor.
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paruparu) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran
(scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien
merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain
terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
2.2.2
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi
dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas
dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah
duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan di
atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi
mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali).
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut.
lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan
tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan
seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran
pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan
optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan
secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan
mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi
proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan
merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Pukul
Tempat:
A.
Data Subyektif
a.
Biodata
Nama
Umur
Agama
Alamat
b.
c.
Keluhan utama
Klien mengatakan diperut bagian bawah terdapat benjolan, terasa sakit, terdapat nyeri
tekan, dan perdarahan di luar siklus haid.
Biasanya berupa tanda gejala kista ovarium yang mendorong ibu untuk memeriksakan
keadaannya ke nakes, antara lain:
i.
ii.
iii.
hiperplasia
endometrium.,permukaan
endometrium,
atropi
iv.
d.
Riwayat haid
Biasanya terjadi perdarahan di luar siklus haid atau haid lebih banyak dan lama dari
normal, terdapat rasa sakit / nyeri saat haid.
Mengkaji riwayat haid sebelum dan saat penyakit timbul. Hal ini terkait dengan
munculnya tanda dan gejala adanya myoma.
Menometroraghi merupakan gejala penyakit myoma uteri akibat pecahnya pembuluh
darah pada pembesaran kavum endometrium dan daerah permukaan yang lebih luas pada
endometrium.
e.
f.
g.
h.
Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, umur saat menikah karena menikah di usia
muda dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginekologi seperti kista karena
ketidaksiapan organ reproduksi untuk proses reproduksi selanjutnya.
i.
Pada mioma kemungkinan menurunkan fertilitas, pengaruh mioma pada uteri pada
kehamilan harus segera diwaspadai dengan ibu riwayat kehamilan yang sering
abortus, kelainan letak, placenta previa dan placenta akreta.
Ibu nulipara kemungkinan terkena mioma lebih besar dibandingkan ibu yang
pernah hamil (Prawirohardjo, 2006).
b) Riwayat persalinan dan nifas
Pada riwayat persalinan ibu sering mengalami persalinan yang lama karena
mioma menghalangi jalan lahir. Kala ketiga dapat terjadi gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan.
c) Riwayat kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen dosis tinggi
dapat memacu timbulnya myoma uteri dan menyebabkan neoplasma membesar
dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dan mencapai ukuran yang sangat besar.
j.
Pola Nutrisi
Di rumah :normalnya makan 3x sehari dengan porsi nasi, lauk pauk sayur, normal
minum 7 8 gelas/hari
Di RS
ii.
Pola aktifitas
Di rumah :Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa
Di RS
iii.
Pola istirahat
Di rumah :Tidur siang normalnya 2 jam, tidur malam normalnya 7 jam
Di RS
iv.
Pola kebersihan
Di rumah :Mandi normalnya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju dan celana
dalam 2x sehari
Di RS
:Mandi normalnya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju dan celana
dalam 2x sehari
v.
Pola eliminasi
Di rumah :BAB normalnya 1x/hari
BAK normalnya 4 5 x sehari
Di RS
k.
B.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengematan akan bidan laporkan dengan kriteria : baik, jika
pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta
secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan; lemah, jika ia
kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan
pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Composmentis,
letargis, somnilen, apatis, coma.
Tanda vital
Tekanan darah
Suhu
: 36 37,5oC.
Nadi
: 60 80 x/menit
RR
: 16 - 24 x/menit.
b.
Pemeriksaan fisik
i.
Inspeksi
- Muka
- Mata
- Genetalia
ii.
c.
i.
Palpasi
- Abdomen : terdapat/terasa massa padat pada perut bagian bawah
Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sample darah
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
II.
Ds
: Perdarahan lewat jalan lahir, nyeri pada perut bagian bawah, nyeri tekan perut
bagian bawah kanan dn kiri, terasa benjolan
Do
: - KU
: 30 70 x/menit
: 36,5o 37,5o C
RR : 16 24 x/menit
- Terdapat perdarahan pervaginaan
- Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan dan kiri
- Teraba massa di perut bagian bawah kanan dan kirit
III. Antisipasi Masalah Potensial
b. Perdarahan pervaginaan berulang
c. Syok hipovolemik
d. Syok neuragik
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
e. Infus RL
f. Kolaborasi dengan dr. SpOG
V.
Intervensi
Tanggal :
Jam :
Dx
Tujuan
Fungsi dependent
a. Lakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
R/
Pengosongan saluran cerna agar sisa makanan tidak keluar atau pasien tidak
f. Lakukan tindakan lavement 2x pada jam 19.00 WIB dan 06.00 WIB
R/
Pengosongan lambung agar sisa makanan tidak naik atau keluar sehingga
Masalah
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi:
1. Jelaskan manfaat tindakan operasi yang akan dilakukan
R/ Ibu dapat mengerti dan lebih yakin menjalani operasi
2. Jelaskan akibat bila tidak dilakukan operasi
R/ Ibu dapat mengerti dan lebih yakin untuk melaksanakan operasi
3. Berikan dukungan psikologi pada ibu untuk menjalankan operasi
R/ Membantu menguatkan tekad dan keyakinan ibu untuk operasi
4. Anjurkan ibu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME
R/ Memberikan ketenangan batin pada ibu sebelum menjalankan operasi
5. Yakinkan ibu bahwa operasi akan berjalan dengan baik
R/ Tindakan dilakukan oleh petugas yang professional sehingga kekhawatiran ibu dapat
berkurang
VI. Implementasi
Implementasi sesuai intervensi
VII. Evaluasi
Tanggal
Jam
Tempat
Sesuai SOAP