Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Diare
2.1.1 Definisi
Menurut WHO ( 1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
( Mansjoer, 2008)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Defekasi yang tidak normal
dan bentuk tinja cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
(Wahyuni, 2011:19)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besdar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah dari 3x buang air besar.
(Sudarti, 2010: 77)
2.1.2 Etiologi
Faktor diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a.

Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
a) infeksi bakteri
b) infeksi virus
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut ( OMA ), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c.

Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas


(Ngastiyah, 2005: 224)

2.1.3 Patogenis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena 5terdapat peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
(Sudarti, 2010: 78-79 ; Rukiyah 2012 : 152)
2.1.4 Potofisiologi
a. Diare Akut
Masuknya jasad renik ka dalam usus halus setelah melewati
asam lambung
Jasad renik mengeluarkan racun
Hipersekresi
Diare
b. Diare Kronik
Infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll
Kerusakan mukosa
Diare

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi :


a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
(Sudarti, 2010:79)
2.1.5 Gejala Klinis
Mula-mula anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja mungkin lama-lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karna tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
lecet karna seringnya defekasi.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubunubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
c.
d.
e.
f.
g.

Cengeng
Gelisah
Suhu meningkat
Nafsu makan menurun
Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama berwarna hijau

dan asam
h. Anus lecet
i. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun,
j.
k.
l.
m.

kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.


Berat badan turun
Turgor kulit menurun
Mata dan ubun-ubun cekung
Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

Kriteria penentuan derajat dehidrasi menurut WHO :


Gejala
Keadaan umum

Nadi

Ringan
Haus, sadar, gelisah

Normal

Ubun-ubun
Turgor
Mata
Air mata
Selaput lender
Urin
Hilangnya

Normal
Segara kembali
Normal
Ada
Basah
Normal
40-50 ml/kg BB

Sedang
Haus, gelisah

lemah,

syok,

Cepat, kecil

koma
Cepat,

kecil,

Cekung
Lambat
Cekung
Berkurang
Kering
Oliguria
60-90 ml/kg BB

bisa tak teraba


Cekung sekali
Sangat lambat
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Anuria
100-110 ml/kg

cairan
Keterangan :
< 1 detik
: Turgor baik
1-2 detik
: Turgor kurang
>2 detik

Berat
Ngantuk,

BB

: turgor sangat kurang

2.1.6 Komplikasi
Sebagai akibat kekurangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, sebagai berikut :
n. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi
1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi sedang apabila >5% BB 10% BB
3) Dehidrasi berat apabila >10% BB 15% B

o.

Renjatan hipovoelemik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan


volume darah mencapai 15%BB 25%BB akan menyebabkan penurunan

p.

tekanan darah
Hipokalemia (dengan gejala-gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

q.
r.

bradikardia, perubahan pada elekrodiogram)


Hipoglikemia
Intoleransi sekunder sebagai akibat kerusakan vili mukosa, mukosa usus, dan

s.
t.

defisiensi enzim lactase.


Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
(Sudarti. 2010:79-80)

2..1.7 penatalaksanaan medis


Dasar pengobatan diare :
u. Pemberian Cairan
Pada pemberian cairan pasien dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan
keadaan umum.
1. Cairan Peroral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang berisikan NaCl
dan NaHCO3, KCl dan glukosa. Pada anak di bawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan atau sedang, kadar natrium 50-60 mEq/L.
2. Cairan Parenteral
Ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien,
misalnya untuk bayi atau pasien MEP.
Table : kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut BB (berat badan)
Berat

Umur

Badan
0-3 kg
3-10 kg

0-1 bulan
1bulan

PWL
150
- 125

NWL

CWL

Jumlah

125
100

25
25

300
250

2tahun
2-5 tahun
5-10 tahun

10-15 kg
100
80
25
205
15-25 kg
80
25
25
130
Keterangan :
PWL(Previous Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang karena muntah
NWL(Normal Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang melalui urin, kulit,
pernapasan
CWL(Concomitan Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang karena muntah
hebat
Pemberian cairan tergantung berat ringannya dehidrasi sesuaikan dengan umur
dan berat badannya.
Cara pemberian cairan :
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik)
Selanjutnya
: 125 ml/kg BB/hari ad libitum
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kg BB per oral (intragastrik)
Selanjutnya
: 125 ml/kg BB/hari ad libitum

d. Dehidrasi berat
1) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan (BB) 2-3 kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam
Jenis cairan
: 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1,5%)
Kecepatan
:
a) 4 jam pertama
: 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit
b) 20 jam berikutnya
: 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit
2) Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun berat badan (BB) 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam, 10 tetes/kg BB/menit atau 13 tetes/kg
BB/menit.
7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB/jam, 3 tetes/kg BB/menit atau 4 tetes/kg
BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak
tidak mau minum, teruskan D6 aa intravena 2 tetes/kg
BB/menit.
v.

Pengobatan Dietetik
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau lainnya).
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan, misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.

w. Obat-obatan
Medikasi untuk diare :
1) Obat-obatan sekresi
Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorpromazin.
Dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti Papaverin, Ekstrak beladona, opium
loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Antibiotic diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis,
bronchitis, atau bronchopneumonia.
(Sudarti, 2010:80-81)

2.2

Konsep Manajemen Varney


Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun data
obyektif disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk
rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor register.
1) Data Subyektif
1) Biodata
a) Data Anak
Nama anak

: Nama anak untuk mengenal, memanggil, dan menghindari


terjadinya kekeliruan.

(Christina, 1993: 41)


Umur

Berguna

untuk

mengantisipasi

diagnosa

masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan.


(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Jenis kelamin :

Untuk mencocokkan identitas kelamin sesuai nama

anak, serta menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan


nama anak dengan pasien yang lain.
Anak ke

Untuk mengetahui paritas dari orang tua.

b) Biodata Orang Tua


Nama

Untuk

mengenal/memanggil

klien,

serta

sebagai

penanggung jawab terhadap anak.


Umur

Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami.

Agama

Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam

kehidupan termasuk kesehatan, dan akan mudah dalam


mengatasi masalah kesehatan pasien.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI:
10)
Suku

: Untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal


dan menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan
kepada anak.

Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam

tindakan asuhan kebidanan selain itu anak akan lebih


terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat
pendidikannya tinggi.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI:
10)
Pekerjaan

: Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan


ekonomi keluarga dan juga dapat mempengaruhi kesehatan.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI:
10)

Penghasilan

Mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan

status gizi pada anak.


Alamat

: Dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan


mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan tempat
tinggal pasien.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI:
10)

2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji
agar dapat mengetahui tindakan apa yang dilakukan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji
agar dapat mengetahui tindakan apa dilakukan. Ibu mengatakan anaknya BAB
lebih dari 3 kali/ hari dengan konsistensi cair
4) Riwayat Perinatal dan Neonatal
a) Hamil
Untuk mengetahui Kondisi ibu selama hamil, periksa kehamilan dimana
dan berapa kali, serta mendapatkan apa saja dari petugas kesehatan selama
hamil.
b) Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, adakah penyulit
selama melahirkan seperti perdarahan.
c) Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau Pasi, berapa BB Lahir, PB
lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak.
5) Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak

6) Riwayat Kesehatan keluarga


Untuk mengetahui apakah keluarganya mempunyai penyakit menurun,
menular, dan menahun.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
Kebiasaan minum ASI/ PASI anak berapa kali dalam sehari.
b) Eliminasi
BAB 3- 4 kali/ hari, warna kuning, konsistensi lembek/ cair dan BAK 7- 8
kali/ hari
c) Istirahat
tidur pada siang hari 2-3 jam / hari dan tidur pada malam hari 7-8 jam/ hari
d) Personal Hygiene
Berapa kali anak mandi, ganti baju dan berapa lama ganti popok.
e) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas anak aktif atau tidak
8) Riwayat Psikososial
a) Psikologi
Untuk mengetahui psikologi anak terhadap orang tua dan lingkungan
maupun sebaliknya.
b) Sosial
Untuk menngetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang dianut oleh
keluarganya, adakah kebiasaan ibu yang dianggap kurang baik menurut
kesehatan.
c) Data Spiritual

Untuk mengetahui pendidikan agama yang diterima oleh anak.


d) Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan keluarga dan anak tinggal bersama siapa saja.
2) Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui kesehatan umum anak, keadaan yang kurang baik, tekanan
darah cenderung menurun 90 60 mmHg, nadi, suhu, berat badan adanya
kelaiana yang dapat mempengaruhi kesehatan anak
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

Kepala : Simetris/tidak, tampak benjolan abnormal/tidak,


ada lesi/tidak, kulit kepala bersih

Rambut : Hitam/tidak, ada ketombe/tidak, rontok/ tidak

Wajah

: Pucat/tidak

Mata

: Ada lesi/tidak, conjungtiva pucat/tidak, scelera

kuning/tidak, tampak cowong

Hidung :

Simetris/tidak,

tampak

bersih/tidak,

ada

secret/tidak, ada pernafasan cuping hidung/tidak.

Mulut

Mukosa

bibir

terlihat

lembab/tidak,

bersih/tidakk, tampak ada stomatitis/tidak.

Leher

: Tampak pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar

lymfe maupun pembesaran vena jugolaris/tidak.

Dada

Simetris/tidak,

tampak

benjolan

yang

abnormal/tidak, nafas teratur/tidak.

Perut

Genetalia

: Tampak buncit/tidak. Adanya benjolan/tidak.


: Untuk mengetahui kelengkapan dan

keadaannya.

Integumen

Bersih/tidak,

tampak

pucat/tidak,

kering/lembab.

Ekstremnitas

- Atas

Simetris/tidak, pergerakan bebas/tidak.

- Bawah

Simetris/tidak, pergerakkan bebas/tidak

b) Palpasi
Kepala

: Teraba benjolan abnormal/tidak

Leher

: Teraba pembesaran kelenjar tyorid, kelenjar lymfe


maupun pembesaran vena jugolaris/tidak.

Dada

: Simetris/tidak, tampak benjolan yang abnormal/tidak,


nafas teratur/tidak.

Perut

: Teraba benjolan yang abnormal/tidak..

Integumen

: Kering/lembab, turgor jelek/tidak

c) Auskultasi
Dada

: Terdengar ronchi dan wheezing/tidak

Abdomen

: terdengar bising usus/tidak

d) Perkusi
Reflek patella kanan/kiri positif/tidak
Perut

: ada kembung/tidak

3) analisa data
Dx

: An .... dengan diare

Ds

: Data yang diperoleh dari anamnesa

Do

: Data dari hasil pemeriksan petugas kesehatan

Keadaan Umum
Kesadaran

: baik/cukup/lemah

: composmentis/somnolen/koma

Warna Kulit

: merah/pucat/ikterus

Turgor kulit

: baik/jelek

Bayi/anak menangis kuat/lemah


Tanda- tanda Vital:
Suhu (N 36,5-37,30 C)
RR

(N 40-60 x/menit)

Nadi (N 100-140 x/menit)


BB

: Normal sesuai usia dikaji untuk mengetahui keadaan/naik

Dx : Anak .... dengan gastroenteritis tanpa dehidrasi


Ds : Ibu mengatakan anaknya mengalami diare .... kali, mulai....hari yang lalu
Do : Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Kesadaran

: Composmentis/apatis/somnolen/koma

Mata tidak cekung


Bibir tidak kering
Turgor kulita baik (<1 detik)
TTV

: N : normal 80-120x/menit
S : ada yang normal asda yang meningkat (normal 36,50RR : normal (20-4-x/menit)

Perut kembung dan BB turun


Masalah

1. Gangguan pola istirahat


Ds : Ibu mengatakan tidur anak terganggu
Do : anak rewel

37,50C)

2. Gangguan pola makan dan nutrisi


Ds : Ibu mengatakn nafsu makan anak berkurang
Do : BB turun
4) Intervensi
Dx

: Anak ..... dengan gastroenteritis tanpa dehidrasi

Tujuan

: diare dpaat disembuhkan

KH

KU

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Suhu

: 36,50-37,50 C

Nadi

: 80-120x/menit

RR

: 20-40x/menit

Konsistensi feses lunak, tidak cair, frekuensi BAB <3x sehari


Ubun-ubun besar dan mata tidak cekung
Mulut dan bibir lembab
Perut tidak kembung
Turgor kulit kembali dengan cepat (<1 detik)
BB naik/sesuai dengan usia anak
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital dan beritahu keadaan anak pada Ibu
R : Tanda-tanda vital merupakan parameter keadaan umum dan seteksi dini adanya
kelainan. Memberitahu keadaan anak pada Ibu agar Ibu tidak cemas.
2. Ajarkan Ibu cara membuat oralit dan beritahu Ibu untuk memberikan oralit setiap kali
anak selesai BAB.
R ; Oralit dapat memenuhi kebutuhan elektrolit yang telah berkurang dan
mempertahankan permeabilitas dinding/membran sel tubuh.
3. Berikan nasehat-nasehat tentang kebersihan pasa Ibu
R : dengan menjaga kebersihan menghindarkan masuknya kuman ke dalam saluran
gastrointestinal
4. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi obat
R : Terapi obat dapat mempercepat penyembuhan diare
5. Beritahu Ibu untuk memberikan obat/terapi pada anak sesuai aturan pakai
R : pemberian obat sesuai aturan pakai akan mempercepat proses penyembuhan
Masalah
1. Gangguan pola makan dan nutrisi
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi
KH
: nafsu makan meningkat, BB anak/sesuai umur
Intervensi
1. Beritahu Ibu untuk terus memberikan minum agar dapat mengganti cairan yang
hilang.
R : cairan yang cukup dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh

2. Beritahu Ibu untuk memberikan makanan lunak


R : makanan lunak dapat mempercepat proses absorbsi makana dan mengurangi
kerja usus.
3. Jelaskan pada Ibu tentang pembatasan diet
R : diet yang tepat dapat mempercepat penyembuhan diare
2. Gangguan pola istirahat
Tujuan
: kebutuhan istirahat anak terpenuhi
KH
: anak tidak rewel
Intervensi
1. Beritahu ibu untuk memberikan obat/terapi sesuai aturan pakai
R : pemberian obat/terai sesuai aturan pakai akan mempercepat proses
penyembuhan sehingga pola istirahat anak seperti sebelum sekit cepat terpenuhi
2. Beritahu Ibu untuk mendampingi anak terus selama sakit, terutama saat tidur
R : Kehadiran orangtua dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan tenang
3. Beritahu Ibu untuk membaringkan anak dalam posisi terlentang dengan kompres
hangat di atas perut
R : kompres hangat dapat merilekskan perut yang mengalami distensi
4. Beritahu Ibu untuk menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau tidak sedap,
tidak ramai atau gaduh
R : Lingkungan yang bersih, jauh dari bau tidak sedap, tidak ramai atau gaduh
dapat membuat anak bisa istirahat dengan tenang
IV. Implementasi
Mengacu pada Intervensi
V. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil dengan metode SOAP

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ruseono, dkk. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.
2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai