TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Diare
2.1.1 Definisi
Menurut WHO ( 1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
( Mansjoer, 2008)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Defekasi yang tidak normal
dan bentuk tinja cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
(Wahyuni, 2011:19)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besdar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah dari 3x buang air besar.
(Sudarti, 2010: 77)
2.1.2 Etiologi
Faktor diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a.
Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
a) infeksi bakteri
b) infeksi virus
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut ( OMA ), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c.
2.1.3 Patogenis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena 5terdapat peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
(Sudarti, 2010: 78-79 ; Rukiyah 2012 : 152)
2.1.4 Potofisiologi
a. Diare Akut
Masuknya jasad renik ka dalam usus halus setelah melewati
asam lambung
Jasad renik mengeluarkan racun
Hipersekresi
Diare
b. Diare Kronik
Infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll
Kerusakan mukosa
Diare
menjadi kehijau-hijauan karna tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
lecet karna seringnya defekasi.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubunubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
c.
d.
e.
f.
g.
Cengeng
Gelisah
Suhu meningkat
Nafsu makan menurun
Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama berwarna hijau
dan asam
h. Anus lecet
i. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun,
j.
k.
l.
m.
Nadi
Ringan
Haus, sadar, gelisah
Normal
Ubun-ubun
Turgor
Mata
Air mata
Selaput lender
Urin
Hilangnya
Normal
Segara kembali
Normal
Ada
Basah
Normal
40-50 ml/kg BB
Sedang
Haus, gelisah
lemah,
syok,
Cepat, kecil
koma
Cepat,
kecil,
Cekung
Lambat
Cekung
Berkurang
Kering
Oliguria
60-90 ml/kg BB
cairan
Keterangan :
< 1 detik
: Turgor baik
1-2 detik
: Turgor kurang
>2 detik
Berat
Ngantuk,
BB
2.1.6 Komplikasi
Sebagai akibat kekurangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, sebagai berikut :
n. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi
1) Dehidrasi ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi sedang apabila >5% BB 10% BB
3) Dehidrasi berat apabila >10% BB 15% B
o.
p.
tekanan darah
Hipokalemia (dengan gejala-gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
q.
r.
s.
t.
Umur
Badan
0-3 kg
3-10 kg
0-1 bulan
1bulan
PWL
150
- 125
NWL
CWL
Jumlah
125
100
25
25
300
250
2tahun
2-5 tahun
5-10 tahun
10-15 kg
100
80
25
205
15-25 kg
80
25
25
130
Keterangan :
PWL(Previous Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang karena muntah
NWL(Normal Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang melalui urin, kulit,
pernapasan
CWL(Concomitan Water Loses (ml/kg BB)) : cairan yang hilang karena muntah
hebat
Pemberian cairan tergantung berat ringannya dehidrasi sesuaikan dengan umur
dan berat badannya.
Cara pemberian cairan :
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik)
Selanjutnya
: 125 ml/kg BB/hari ad libitum
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kg BB per oral (intragastrik)
Selanjutnya
: 125 ml/kg BB/hari ad libitum
d. Dehidrasi berat
1) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan (BB) 2-3 kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam
Jenis cairan
: 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1,5%)
Kecepatan
:
a) 4 jam pertama
: 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit
b) 20 jam berikutnya
: 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/menit
2) Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun berat badan (BB) 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam, 10 tetes/kg BB/menit atau 13 tetes/kg
BB/menit.
7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB/jam, 3 tetes/kg BB/menit atau 4 tetes/kg
BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak
tidak mau minum, teruskan D6 aa intravena 2 tetes/kg
BB/menit.
v.
Pengobatan Dietetik
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau lainnya).
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan, misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.
w. Obat-obatan
Medikasi untuk diare :
1) Obat-obatan sekresi
Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorpromazin.
Dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti Papaverin, Ekstrak beladona, opium
loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Antibiotic diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis,
bronchitis, atau bronchopneumonia.
(Sudarti, 2010:80-81)
2.2
Berguna
untuk
mengantisipasi
diagnosa
masalah
Untuk
mengenal/memanggil
klien,
serta
sebagai
Agama
Pendidikan
Penghasilan
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji
agar dapat mengetahui tindakan apa yang dilakukan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji
agar dapat mengetahui tindakan apa dilakukan. Ibu mengatakan anaknya BAB
lebih dari 3 kali/ hari dengan konsistensi cair
4) Riwayat Perinatal dan Neonatal
a) Hamil
Untuk mengetahui Kondisi ibu selama hamil, periksa kehamilan dimana
dan berapa kali, serta mendapatkan apa saja dari petugas kesehatan selama
hamil.
b) Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, adakah penyulit
selama melahirkan seperti perdarahan.
c) Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau Pasi, berapa BB Lahir, PB
lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak.
5) Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak
Wajah
: Pucat/tidak
Mata
Hidung :
Simetris/tidak,
tampak
bersih/tidak,
ada
Mulut
Mukosa
bibir
terlihat
lembab/tidak,
Leher
Dada
Simetris/tidak,
tampak
benjolan
yang
Perut
Genetalia
keadaannya.
Integumen
Bersih/tidak,
tampak
pucat/tidak,
kering/lembab.
Ekstremnitas
- Atas
- Bawah
b) Palpasi
Kepala
Leher
Dada
Perut
Integumen
c) Auskultasi
Dada
Abdomen
d) Perkusi
Reflek patella kanan/kiri positif/tidak
Perut
: ada kembung/tidak
3) analisa data
Dx
Ds
Do
Keadaan Umum
Kesadaran
: baik/cukup/lemah
: composmentis/somnolen/koma
Warna Kulit
: merah/pucat/ikterus
Turgor kulit
: baik/jelek
(N 40-60 x/menit)
: Composmentis/apatis/somnolen/koma
: N : normal 80-120x/menit
S : ada yang normal asda yang meningkat (normal 36,50RR : normal (20-4-x/menit)
37,50C)
Tujuan
KH
KU
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Suhu
: 36,50-37,50 C
Nadi
: 80-120x/menit
RR
: 20-40x/menit
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ruseono, dkk. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.
2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika