Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

ANALISIS DATA
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
mengenai non-floristik, diambil plot hutan pantai yaitu plot 1, 2, 3 dan plot hutan homogen
yaitu plot 23, 24, dan 25 pada stasiun sebelas (11). Dari keenam plot tersebut diperoleh data
yang selanjutnya dianalisis sebagai berikut.
1. Plot Satu
Hasil dari pengamatan non floristik pada plot satu dapat dituliskan dalam peta vegetasi
sebagai berikut.
Tinggi (m)

36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8,0
6,0
4,0
2,0

1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1

25

35

Jumlah
Spesies

Pada plot satu ditemukan 4 spesies diantaranya adalah 25 dari spesies Allophylus cobe,
tumbuhan ini memiliki ciri yaitu bentuk hidupnya perdu atau tumbuhan berkayu pendek,
memiliki tinggi 0,5 sampai dengan 2 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran
lebar dan besar, tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang.
35 dari spesies Callophyllum sp yang memiliki ciri yaitu memiliki bentuk hidup yaitu perdu
atau tumbuhan berkayu pendek, memiliki tinggi 0,5 sampai dengan 2 meter, memiliki daun
yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat
penutupannya sangat jarang. 1 dari spesies Gymnema litoralis memiliki ciri yaitu bentuk
hidupnya adalah tumbuhan memanjat pada pohon, memiliki tinggi 0,1 sampai dengan 0,5
meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur daunnya
sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang. 1 dari spesies Alustonia mirogilis
memiliki ciri yaitu bentuk hidup pohon tinggi berkayu, memiliki tinggi antara 10 sampai
dengan 25 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur
daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya sangat jarang.
Keberadaan spesies-spesies tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik
yaitu suhu tanah yaitu 32oC, pH tanah yaitu 7, intensitas cahaya 0, kesuburan tanah dalam
kategori too little, dan kelembaban tanah adalah dry. Dari faktor abiotik dan data spesies yang
didapatkan ini maka dapat disimpulkan bahwa tumbuhan yang hidup di lingkungan yang
ekstrim

dengan spesifikasi keadaan faktor abiotik tersebut diatas adalah tumbuhan dari

golongaan perdu dan pohon.


2. Plot Dua
Hasil dari pengamatan non floristik pada plot satu dapat dituliskan dalam peta vegetasi
sebagai berikut.
Tinggi (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2

Jumlah
Spesies

Pada plot dua ditemukan 3 spesies diantaranya adalah 1 Caesaria grewiaefolia yang
memiliki ciri bentuk hidup perdu atau tumbuhan berkayu pendek, memiliki tinggi antara 0,5
sampai dengan 2 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar,
tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang. 1 Hybiscus
tilliacius memiliki bentuk hidup yaitu pohon tinggi berkayu, memiliki tinggi antara 10 sampai
dengan 25 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur
daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya sangat jarang. 2 Allophylus cobe yang
memiliki ciri yaitu bentuk hidupnya perdu atau tumbuhan berkayu pendek, memiliki tinggi
0,5 sampai dengan 2 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar,
tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang.
Jumlah spesies yang ditemukan pada plot dua ini, lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah spesies yang ditemukan pada plot satu. Namun, terdapat spesies yang sebelumnya
muncul pada plot satu, kini muncul lagi pada plot dua. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor
abiotik yang telah diukur meliputi suhu tanah yaitu 31 oC, pH tanah yaitu 7, intensitas cahaya
0, kesuburan tanah too little, dan kelembaban tanah adalah dry. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Allophylus cobe memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga mampu hidup pada
lingkungan yang ekstrim dan jumlah keberadaannya juga paling tinggi pada plot ini
dibandingkan dengan spesies yang lain.
3. Plot Tiga
Hasil dari pengamatan non floristik pada plot satu dapat dituliskan dalam peta vegetasi
sebagai berikut.
Tinggi (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2

Jumlah
Spesies

Pada plot tiga ditemukan 3 spesies diantaranya adalah 2 Callophyllum sp yang


memiliki ciri bentuk hidup perdu atau tumbuhan berkayu pendek, memiliki tinggi antara 0,5
sampai dengan 2 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar,
tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang. 1 Hybiscus
tilliacius memiliki bentuk hidup yaitu pohon tinggi berkayu, memiliki tinggi antara 10 sampai
dengan 25 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur
daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya sangat jarang. 2 Voacanga grandifolia yang
memiliki ciri yaitu bentuk hidupnya herba atau tumbuhan yang tidak berkayu, memiliki tinggi
0,1 sampai dengan 0,5 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan
besar, tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang.
Jumlah spesies yang ditemukan pada plot ini adalah sama dengan plot sebelumnya.
Ada 1 spesies yang sama dengan plot sebelumnya dan 1 spesies sama dengan plot yang
pertama. Keberadaan spesies ini juga dipengaruhi oleh faktor abiotik yang telah diukur
sebagai berikut. Suhu tanahnya adalah 33oC, pH tanah 7, intensitas cahaya 0, kesuburan tanah
masuk pada kategori too little, dan kelembaban tanah masuk dalam kategori dry. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa faktor abiotik yang hampir sama pada setiap plot menjadikan
spesies yang muncul atau ada tidaklah berbeda jauh. Spesies Callophyllum sp adalah spesies
yang mendominasi hampir di setiap plot karena memiliki tingkat adaptasi yang tinggi.
4. Plot Dua Puluh Tiga
Hasil dari pengamatan non floristik pada plot satu dapat dituliskan dalam peta vegetasi
sebagai berikut.
Tinggi (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
Jumlah
Spesies

39

Plot dua puluh tiga adalah plot pertama pada hutan homogen. Pengamatan pada plot
ini kemudian didapatkan data hasil pengamatan metode non-floristik yang selanjutnya
dianalisis sebagai berikut. Pada plot ini hanya ditemukan 1 jenis spesies yaitu 39 Polycaulax
sp yang memiliki ciri bentuk hidup pohon tinggi berkayu, memiliki tinggi 8 sampai dengan
10 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun berukuran lebar dan besar, tekstur daunnya
sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah sangat jarang.
Keberadaan spesies pada masing-masing plot dipengaruhi pula oleh faktor abiotik.
Faktor itu telah dilakukan penghitungan sebagai berikut. Suhu tanah 35oC, pH tanahnya yaitu
7,5, intensitas cahayanya adalah 3, kesuburan tanahnya dalam kategori too little, dan
kelembaban tanah pada kategori dry. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa Polycaulax sp
memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga persebarannya seragam dan mendominasi.
5. Plot Dua Puluh Empat
Tinggi (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
Jumlah
Spesies

43

Plot dua puluh empat adalah plot kedua pada hutan homogen. Pengamatan pada plot
ini kemudian didapatkan data hasil pengamatan metode non-floristik yang selanjutnya
dianalisis sebagai berikut. Pada plot ini hanya ditemukan 1 jenis spesies yang sama dengan
plot sebelumnya yaitu 43 Polycaulax sp yang memiliki ciri bentuk hidup pohon tinggi
berkayu, memiliki tinggi 8 sampai dengan 10 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun
berukuran lebar dan besar, tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah
sangat jarang.
Keberadaan spesies pada masing-masing plot dipengaruhi pula oleh faktor abiotik.
Faktor itu telah dilakukan penghitungan dan didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan
plot sebelumnya. Hasil pengukuran faktor abiotik pada plot dua puluh empat adalah meliputi

Suhu tanah 35oC, pH tanahnya yaitu 7,5, intensitas cahayanya adalah 5,7, kesuburan tanahnya
dalam kategori too little, dan kelembaban tanah pada kategori dry. Dari kelima faktor abiotic
yang diukur, maka dapat diketahui perbedaan faktor abiotik terdapat pada intensitas cahaya.
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa Polycaulax sp mampu hidup di lingkungaan yang
memiliki intensitas cahaya berkisar antara 5 sampai dengan 7. Selain itu, Polycaulax sp juga
memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga persebarannya seragam dan mendominasi.
6. Plot Dua Puluh Lima
Tinggi (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
Jumlah
Spesies

28

35

Plot dua puluh lima adalah plot ketiga pada hutan homogen. Pengamatan pada plot ini
kemudian didapatkan data hasil pengamatan metode non-floristik yang selanjutnya dianalisis
sebagai berikut. Pada plot ini hanya ditemukan 2 jenis spesies yang salah satunya sama
dengan plot sebelumnya yaitu 35 Polycaulax sp yang memiliki ciri bentuk hidup pohon tinggi
berkayu, memiliki tinggi 8 sampai dengan 10 meter, memiliki daun yang selalu hijau, daun
berukuran lebar dan besar, tekstur daunnya sclerophyllus, dan sifat penutupannya adalah
sangat jarang. 28 Swietenia macrophylla yang memiliki ciri diantaranya bentuk hidupnya
adalah herba atau merupakan tumbuhan yang tidak berkayu, memiliki tinggi 0,1 sampai
dengan 0,5 meter, daunnya selalu hijau, berbentuk graminoid atau rumput, tekstur daunnya
adalah sclerophyllus, dan pola penutupannya adalah sangat jarang.
Keberadaan spesies pada masing-masing plot dipengaruhi pula oleh faktor abiotik.
Faktor itu telah dilakukan penghitungan sebagai berikut. Suhu tanah 35oC, pH tanahnya yaitu
8, intensitas cahayanya adalah 6, kesuburan tanahnya dalam kategori too little, dan
kelembaban tanah pada kategori dry. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa Polycaulax sp
mampu hidup secara optimal pada pH tanah mendekati netral yaitu berkisar antara 7 sampai

dengan 8 dan pada daerah dengan intensitas cahaya yang cukup besar yaitu antara 5 sampai
dengan 6. Selain itu, Polycaulax sp memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi daripada
Swietenia macrophylla sehingga persebarannya seragam dan mendominasi.

Anda mungkin juga menyukai