Alat Optik
Alat Optik
B b
=
G g
dank arena URF2 TSF2 maka :
B : tinggi bayangan
(3.1)
G
f
(3.2)
=
B b f
g: jarak benda
Kalau selanjutnya digunakan susunan lensa yang terdiri atas sebuah lensa
cembung (konveks) yang telah diukur fokusnya dengan cara di atas dan
sebuah lensa cekung (konkaf), maka fokus lensa cekungnya adalah :
1
1
1
=
fz
f com f
atau f z =
(3.9)
s
f com. f s
(3.10)
f s f com
B b f
(3.12)
=
G
f
250 mm
(3.15)
f2
' y' f 2
f
=
= 1 (3.17)
y ' f1
f2
f1
f2
(3.18)
B. Daftar Alat
No.
Nama Alat
Kode
Tipe
Connecting Cord
KABEL-12
0,5 M, Blue
Connecting Cord
KABEL-13
0,5 M, Blue
Lamp Transformer
PSV-02
6V
Lensa
LENSA-01
f=+20 mm
Lensa
LENSA-02
f=+50 mm
Lensa
LENSA-03
f=+100 mm
Lensa
LENSA-04
f=+300 mm
Lensa
LENSA-05
f=-50 mm
Lensa
LENSA-06
f=-200 mm
10
Double Condenser
LENSA-07
f=+60 mm
11
BENCH-01
1m
Konfigurasi
Lamp Transformer
1 buah
Kabel Power
1 buah
Double Condenser
1 buah
Condenser Holder
1 buah
2 buah
Experiment Lamp
LAMP-01
Max. 12 V/ 10 W
13
Lens Holder
LHOLD-01
14
Lens Holder
LHOLD-02
15
Diaphragm Holder
DHOLD-01
16
Diaphragm Holder
DHOLD-01
17
Transparency
TRANSP-01
18
MP Dog Flea
PREPARAT-01
19
Stage Micrometer
PREPARAT-02
20
Swinging Arm
ARM-01
21
Screen, Translucent
LAYAR-03
1 MM, 10 DIV
300 MM X 300
MM
22
Screen
LAYAR-04
Dengan
Arrow
Slit
23
LAYAR-05
Referensi
PHY-WE, University Laboratory Experiments, Edition 94/95, Volume I 5, 2.2
Laws of Lenses and Optical Instruments.
III. DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 3.1 Pengukuran panjang focus dengan metode konvensional
Lensa
g (mm)
100
100
(f=100 mm)
150
282
97,72
200
192
97,96
300
145
97,75
500
124
99,36
50
75
133
47,96
100
100
50
200
70
51,85
300
67
54,77
II
(f=50 mm)
b (mm)
f (mm)
f (mm)
ef(%)
98,598
1,402
50,916
1,832
50
e (mm)
f (mm)
f (mm)
ef (%)
98,54
1,46%
50,94
1,88%
(mm)
I
400
60
97,75
(f=100 mm)
500
231
98,32
600
348
99,54
II
200
15
49,72
(f=50 mm)
300
167
51,76
400
279
51,35
f com
f z (mm)
ef (%)
(mm)
100
800
288
174,08
-234,99
17,495
II
50
800
655
65,93
-206,94
3,47
Tabel 3.1
Percobaan ini menggunakan metode konvensional.
Pada lensa I (f teori = 100 mm), didapatkan f praktek rata-rata adalah sebesar
98,598 mm. Dengan demikian deviasi error yang terjadi adalah sebesar
1,402%.
Pada lensa II (f teori = 50 mm), didapatkan deviasi error sebesar 1,832%.
Deviasi error menjadi lebih besar, karena focus yang lebih pendek. Semakin
pendek focus, maka kemungkinan deviasi errornya jadi meningkat.
Adanya kesalahan dengan persentase yang kecil ini adalah wajar mengingat
sulitnya menentukan posisi yang benar-benar tepat dalam percobaan.
Tabel 3.2
Percobaan ini menggunakan metode Bessel.
Pada lensa I (f = 100 mm), didapatkan f praktikum rata-rata sebesar 98,54
mm. Sehingga deviasi error menjadi sebesar 1,46%.
Pada lensa II (f = 50 mm), f percobaan rata-rata adalah 50,94 mm. Deviasi
error didapatkan sebesar 1,88%.
Nilai deviasi error tersebut dapat timbul karena ketidak telitian dari praktikan
dalam menentukan bayangan terbaik yang terbentuk.
Tabel 3.3
Percobaan ini menggunakan metode kombinasi.
Pada percobaan ini didapatkan nilai deviasi error yang cukup besar, yaitu
17,495% untuk lensa I dan 3,47% untuk lensa II. Perbedaan deviasi error yang
cukup besar dengan metode lainnya disebabkan oleh lensa gabungan yang
digunakan. Ketika lensa gabungan tersebut digunakan, ternyata kedua lensa
tidak berhimpit dengan tepat, sehingga focus gabungan kurang tepat.
* 2 buah Base
* 5 buah Slide Mount, h=30 mm
* 1 buah Slide Mount, h=80 mm
Berfungsi untuk tempat untuk menaruh semua peralatan praktikum.
1 buah Experiment Lamp (LAMP-01)
Berfungsi sebagai lampu percobaan.
2 buah Lens Holder (LHOLD-01-02)
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan lensa.
2 buah Diaphragm Holder (DHOLD-01)
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan diaphragm.
1 buah Transparency (TRANSP-01)
Berfungsi untuk objek untuk mengetahui jatunya bayangan terbalik atau tidak.
1 buah MP Dog Flea (PREPARAT-01)
Adalah preparat yang terdapat kutu anjing.
Digunakan sebagai objek untuk percobaan mikroskop.
1 buah Screen, Translucent (LAYAR-03)
Berfungsi sebagai penangkap bayangan.
1 buah Screen (LAYAR-04)
Berfungsi sebagai benda.
1 buah Ground Glass Screen (LAYAR-05)
Berfungsi untuk memperjelas.
Pada praktikum digunakan double condenser agar cahaya benar-benar lurus
mengenai benda.
Jika tidak digunakan double condensor maka mungkin tidak diperoleh hasil yang
sama, karena cahaya bisa saja tidak tepat mengenai benda sehingga jarak fokus
tidak bisa ditentukan dengan tepat.
3. Perhatikan persamaan-persamaan berikut
S1 + S1 = d
(3.4)
S1 S1 = e
(3.5)
S1 = ( d e )
(3.6)
S1 = ( d + e )
(3.7)
S2 =S1
S2 =S1
di mana : S1 =jarak benda ke posisi lensa 1
S1 =jarak bayangan 1
S2 =jarak benda ke posisi lensa 2
S2 =jarak bayangan 2
d =jarak benda dengan layar
e =jarak posisi lensa 1 dengan posisi lensa 2
h1 =tinggi bayangan 1
h2 =tinggi bayangan 2
h =tinggi benda
Rumus perbesaran bayangan adalah :
h1 S 1 '
=
h
S1
maka :
1
( d e)h1
S1 h1 2
(d e)
h=
=
=
h1
1
S1 '
(
d
+
e
)
(d + e)
2
atau :
h1 S 2 '
=
h
S2
1
( d + e )h 2
S h
( d + e)
h= 2 2 = 2
=
h2
1
S2'
(d e )
(d e )
2
1
(d e) h1
S1 h1 2
( d e)
h=
=
=
h1
1
S1 '
(
d
+
e
)
( d + e)
2
1
(d + e) h2 (d + e)
Sh
h= 2 2 = 2
=
h2
1
S2 '
(
d
e
)
( d e)
2
( d e)
h1
( d + e)
1=
( d + e)
h2
( d e)
( d e)
h2 ( d + e)
=
h1 ( d + e)
( d e)
h2 ( d e) 2
=
h1 ( d + e) 2
h2 d e
=
h1 d + e
Jadi Terbukti !
4. Tidak mungkin suatu lensa yang bersifat konvergen pada suatu medium menjadi
bersifat divergen pada medium lainnya. Perhatikan rumus berikut :
n1 n2 n2 n1
+
=
S S'
R
n = indeks bias
S=benda
S=bayangan
R=jari- jari kelengkungan lensa
Berdasarkan rumus di atas, kita dapat mengetahui bahwa yang berubah jika lensa
dipindahkan dari suatu medium ke medium lainnya hanyalah indeks bias dan
jarak bayangan lensa.
5. Rumus lensa tipis 1 = 1 + 1' tidak berlaku jika percobaan dilakukan di dalam air.
f
Hal ini disebabkan adanya perbedaan indeks bias antara air dan udara.
Jika percobaan dilakukan di dalam air, maka rumus yang berlaku adalah :
1 n n' 1 1
=
f
n' r ' r ' '
dimana n adalah indeks bias masing- masing medium.
6. dari persamaan pembesaran: (3.1)
B b
=
G g
V=
B1
b1 =
B1 g1
G
b1
g1
-- Persamaan (1)
V=
b1 =
b2
b1
G.b 2
B2
- Persamaan (2)
G 2 = B1 .B 2
G = B1 .B2
karena tinggi benda h1 dan h2 dinyatakan dalam B1 dan B2,serta h dinyatakan
dalam G, maka persamaannya dapat ditulis juga:
h = h1 .h2
V. Kesimpulan
1. Untuk menghitung focus dari suatu lensa, dapat digunakan tiga metode, yaitu :
konvensional, Bessel, dan kombinasi.
2. Fokus teori dengan focus hasil percobaan kemungkinan tidak sama.
Ketidaksamaan ini menyebabkan terjadinya deviasi error.
3. Apabila focus lensa sama dengan jarak benda ke cermin maka jarak bayangan
menjadi tak terhingga.
4. Rumus lensa tipis tidak berlaku di segala medium.
5. Panjang focus ditentukan oleh jarak benda ke lensa dan jarak bayangannya ke
lensa pada metode konvensional, jarak benda bayangan dan jarak 2 posisi lensa
yang bayangannya bagus pada metode Bessel, panjang focus lensa cembung dan
jarak benda bayangan serta jarak 2 posisi lensa yang bayangannya bagus pada
metode kombinasi.
6. Sifat konvegen/divergen dari suatu lensa tidak mungkin berubah.
7. Semua percobaan yang dilakukan kali ini adalah optik geometris.