Anda di halaman 1dari 3

Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi

hipoksemia, hiperkapnea (peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri), dan


asidosis. (Arif Muttaqin, 2008).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

Menurut Wilkinson (2006) dan Santosa (2005), beberapa


diagnosa yang dapat muncul pada pasien gagal nafas adalah :
a)
Pola
nafas
tidak
efektif
b.d.
hiperventilasi
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusiventilasi
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan
produksi
sekret
d) Disfungsional respon penyapihan ventilatori berhubungan dengan
penurunan motifasi; tak berdaya; pasien merasakan tidak nyaman
dalam
kemampuan
penyapihan
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan
dan
suplai
oksigen
f) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan
selang
endotrakeal
g) Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
h) Ansietas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap
kematian
i) Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak
selang endotrakeal

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien
mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru mengalami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penafasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena "kerja pernafasan" menjadi tinggi
sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg). Penyebab gagal nafas terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernafasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien
dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia
dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan
anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiod. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke
gagal nafas akut (Anonim B, 2009).

Menurut Purnawan (2008) beberapa tanda dan gejala gagal


nafas adalah :
a. Sianosis (warna kebiruan) dikarenakan rendahnya kadar
oksiegen dalam darah
b. Kebingungan dan perasaan mengantuk akibat tingginya
kadar karbondioksida dan peningkatan keasaman darah
c. Pernafasan cepat dan dalam, sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan karbondioksida tapi jika paru-paru tidak
berfungsi secara normal maka pola nafas seperti itu tidak
dapat membantu.
d. Rendahnya kadar oksigen dengan segera bisa menyebabkan
gangguan pada otak dan jantung. Hal ini ditandai dengan
penurunan kesadaran atau pingsan yang menyebabkan
aritmia jantung yang bisa membawa pada kematian.
e. Frekunsi nafas lebih dari 40 kali/menit, frekunsi normal nafas
adalah 16-20 kali/menit, jika sampai 25 kali/menit, status
pasien harus mulai dievaluasi.
f. Kapasitas Vital kurang dari 10-20 ml/kg

Beberapa gejala gagal nafas bervariasi berdasarkan


penyebabnya:
Pada anak dengan sumbatan jalan nafas karena
aspirasi benda-benda asing akan tampak terengah-engah
dan melakukan usaha keras dalam bernafasnya.Sedangkan
pada seseorang yang keracunan mungkin tampak tenang
sampai dengan koma.

Anda mungkin juga menyukai