Anda di halaman 1dari 15

Jurnal

Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Maret 2008
Desiani Maentiningsih
Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja
xiii + 51 halaman + 5 halaman daftar pustaka + lampiran ; 5 bab

ABSTRAKSI

Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia. Pada
masa remaja, teman sebaya atau peers memiliki arti yang amat penting. Umumnya mereka ikut
dalam kelompok-kelompok, klik-klik, gang-gang atau peer group dimana perilaku dan nilai-nilai
kolektif remaja sangat dipengaruhi oleh perilaku serta nilai-nilai individu yang menjadi
anggotanya. Pada masa ini remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan selama masa remaja
diantaranya adalah kebutuhan akan kasih sayang atau secure attachment dan kebutuhan
berprestasi atau motivasi berprestasi. Dimensi karakteristik secure attachment dapat berupa
sikap hangat dalam berhubungan dengan orang lain, tidak terlalu bergantung pada orang lain,
tidak akan menjauhi orang lain, sangat dekat dengan orang yang disayangi, lebih empati,
sangat percaya pada orang yang disayangi, dan lebih nyaman bersama dengan orang yang
disayangi. Sedangkan dimensi motivasi berprestasi berupa karakteristik tanggung jawab,
mempertimbangkan resiko pemilihan tugas, memperhatikan umpan balik, kreatif dan inovatif,
waktu penyelesaian, dan keinginan menjadi yang terbaik. Sehingga peneltian ini bertujuan
untuk menguji hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang dibagi 20 orang setiap kelas dari
kelas 1 sampai kelas 3 murid SMU laki-laki dan perempuan.
Untuk pengukuran secure attachment dan motivasi berprestasi dilakukan uji validitas
dengan korelasi product moment dan reliabilitas dengan alpha cronbach dengan bantuan SPSS
versi 11.05 for windows. Pada angket secure attachment dengan 42 aitem yang diuji cobakan
terdapat 11 aitem yang dinyatakan gugur dan aitem yang valid bergerak antara 0.3277 sampai
dengan 0.7192. sementara pada angket motivasi berprestasi dengan 50 aitem yang diuji
cobakan terdapat 11 aitem yang dinyatakan gugur dan aitem yang valid bergerak antara 0.3170
sampai dengan 0.9295 dan hasil uji reliabilitas secure attachment diperoleh nilai sebesar
0.9291dan hasil uji reliabilitas motivasi berprestasi diperoleh nilai sebesar 0.9385. keduanya
memiliki reliabel yang cukup karena mendekati 1.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pada remaja sama-sama memiliki mean
empirik secure attachment dan motivasi berprestasi yang lebih tinggi dari nilai mean
hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara secure attachment pada remaja
dengan motivasi berprestasi. Kemudian berdasarkan hasil dari analisis data dengan korelasi
rank spearman diperoleh nilai korelasi spaermans rho sebesar 0.995 dan sig (2-tailled) 0.000
(p<0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara secure
attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Maka hipotesis ha diterima.
Adanya hubungan yang signifikan antara secure attachment dengan motivasi
berprestasi pada remaja tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor yang dominan seperti jenis
kelamin, usia, urutan anak dan tinggalnya subjek penelitian.

Kata kunci : secure attachment, motivasi berprestasi

Fakulty of Psychology
University of Gunadarma
March 2008
Desiani Maentiningsih
The relation between secure attachment and achievement motivation in teenagers
xiii + 51 pages + 5 pages of bibliography + appendix ; 5 chapters

ABSTRACTION

The teenage is the main periode in human life. In this phase, peers have important
meaning. Commonly, they are join into communities, kliks, and also gangs or peer groups.
Where the conduct and collective values are influenced by their own behavior. In this term,
adolescent has need along the puberty like affection or secure attachment, achievement
motivation. The characteristic of secure attachment can be form of good attitude when make
relation, not too dependent on the people, will not keep from society, stay close with the people
who they loved, more emphathy, extremely believe and more confident with people around
them. Whereas the achievement motivation as a responsibility of characteristic, considering the
choice of assignments risk, concerning the feedback, creative and innovative, the ending time
and also more motivation to be the best. So that, in this experiment purposed to test the relation
between secure attachment and achievement motivation in teenagers. The total number of
respondent was 60 students, they were devided to 20 for every class, from the 1st until 3rd grade
of senior high school, male and female.
While measured secure attachment and achievement motivation had been done the
valid test among the product moment correlation and reliability with alpha cronbach and also aid
version 11.05 for windows. In the secure attachment list 42 items had been tested, there was 11
items that decided fail in the valid items moved between 0.3277-0.7192. while the achievement
motivation list where 50 items were tested, only 11 items were appeared fail and the valid items
moved to 0.3170 until 0.9295. the final result of reliability test of secure attachment was got
0.9291 point and for the achievement motivation result obtained 0.9385 point. Both of them,
almost reached point 1.
According to the result could be gained, the value of mean empiric had same as the
secure attachment and achievement motivation that higher from the value of mean hipotetic.it
showed that there was a relation between secure attachment and achievement motivation in
teenagers. Then, based on the result from the analysis data with use rank spearmans
correlation had been got the value as much 0.995 and sig (2 tailled) 0.000 (p<0.01). it mean
there was a significant relation between secure attachment and achievement motivation. So, the
hipotesis (ha) had been accepted.
There was a significant relation between secure attachment and achievement motivation
in teenagers, that because some of factors in this experiment subjects are dominated like
gender, age, the sequence of children in family.

Key word : secure attachment,achievement motivation

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa remaja merupakan periode
penting dalam rentang kehidupan manusia,
karena masa remaja adalah suatu periode
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Pada masa ini remaja merasakan
adanya perubahan yang terjadi pada dirinya
seperti perubahan fisik yang hampir
menyerupai orang dewasa atau yang biasa
disebut dengan masa puber, perubahan
sikap, perasaan atau emosi yang sering
tanpa disadari oleh remaja itu sendiri seperti
rasa malu, gembira, iri hati, sedih, takut,
cemas, cemburu, kasih sayang dan rasa
ingin tahu. Seperti yang dikemukakan oleh
Mappiare
(1982)
yang
mengatakan
sebagian
besar
remaja
mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai
konsekuensi dari usaha penyesuaian diri
pada pola perilaku dan harapan sosial yang
baru namun meskipun emosi remaja
seringkali sangat kuat dan tidak terkendali
tetapi pada umumnya dari tahun ketahun
terjadi perbaikan perilaku emosional.
Pada masa ini remaja mulai mencari
jati dirinya dimana hal ini akan menentukan
kehidupannya dimasa dewasa nanti.
Orangtua memegang peranan penting
khususnya pada masa remaja karena akan
mencegah seorang remaja terjerumus oleh
lingkungan dan teman sebaya yang
memberikan pengaruh negatif seperti
tawuran antar pelajar, kekerasan fisik dan
seks, penyalahgunaan narkoba, free sex,
VCD porno dan lain sebagainya. Selain
perubahan fisik dan emosi, remaja juga
mengalami perkembangan dan perubahan
intelegensi yang cukup pesat dimana pada
masa remaja giat mencari informasi
mengenai hal-hal yang baru baginya,
Pada masa ini remaja ingin dirinya
diterima sebagai individu yang memiliki
wawasan yang sama dengan orang dewasa
lainnya, dan semakin banyak wawasan
yang dimiliki oleh seorang remaja maka
kebutuhan remaja untuk dihargai akan

menumbuhkan rasa kepercayaan diri.


Semakin tinggi rasa percaya diri seorang
remaja maka ia akan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan dimana remaja itu
berada. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Panuju (1999) yang mengatakan
apabila
seorang
remaja
dapat
menyesuaikan diri dengan baik dengan
lingkungannya, maka dapat dikatakan
remaja
tersebut
telah
berhasil
menyesuaikan diri secara pribadi maupun
sosial.
Menurut Conger (Heaven & Callan,
1990) remaja biasanya menganggap
hubungan yang baik dengan orangtua jauh
lebih penting ketika mereka mendapat
dukungan positif dan kasih sayang dari
orangtua sehingga remaja tidak terlalu
bergantung pada peersnya. Salah satu
bentuk keterikatan kasih sayang yang
dimulai dari kehidupan individu adalah
secure attachment. Secure attachment
merupakan salah satu dari tipe-tipe
attachment yang dikembangkan pertama
kali oleh Bowlby. Secure attachment
merupakan keterikatan yang aman berupa
kasih sayang yang diberikan orangtua pada
anak secara konsisten dan responsif dalam
menumbuhkan rasa aman dan kasih
sayang (Morrison, 2002).
Menurut
McClelland
(Santrock,
1999) pada masa remaja cenderung
memiliki motivasi dalam dirinya dan salah
satu motivasi yang ingin dicapai pada masa
remaja
adalah
motivasi
berprestasi.
Menurut
Gunarsa
(1991)
motivasi
berprestasi adalah sesuatu yang ada dan
menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan
dibawa
dari
lahir
yang
kemudian
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui
interaksi dengan lingkungannya.
Remaja yang matang secara fisik
dan emosi ini tidak terlepas dari dukungan
dan kasih sayang orangtua dalam bentuk
keterikatan yang aman (secure attachment).
Seorang remaja yang apabila dimasa
kanak-kanak telah memiliki karakteristik
individu yang memiliki secure attachment
maka dengan seiring berjalannya waktu
mereka akan tumbuh dengan karakteristik
secure attachment yang menurut Santrock

(1999)
individu
tersebut
memiliki
karakteristik seperti bersikap hangat dalam
berhubungan dengan orang lain, tidak
terlalu bergantung dengan orang lain, lebih
empati, sangat percaya serta lebih nyaman
bersama orang yang disayangi. Tanpa
adanya ikatan dan rasa aman, seorang
remaja tidak akan tumbuh menjadi seorang
individu yang mampu bersosialisasi dengan
orang lain dan tidak mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan dimana remaja
tinggal. Remaja dengan secure attachment
akan terpenuhi rasa aman dan kasih
sayang dari orangtua sehingga mampu
mencapai kebutuhan penghargaan dari
orang lain (aktualisasi diri) khususnya
dalam bentuk prestasi. Dari uraian dimuka,
maka penulis tertarik untuk menguji apakah
ada hubungan antara secure attachment
dengan motivasi berprestasi pada remaja ?

B. Tujuan penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk menguji secara
empiris hubungan antara secure attachment
dengan motivasi berprestasi pada remaja.

C. Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi para orangtua
untuk membina ikatan yang kuat sehingga
secure attachment dapat meningkatkan
kepercayaan diri remaja. Selain itu juga
dapat memberikan masukan bagi remaja
untuk lebih memotivasi dirinya agar dapat
berprestasi dengan baik.
2. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya bidang psikologi perkembangan
dan psikologi sosial dan dapat dipakai
sebagai pedoman dalam penelitian lebih
lanjut terutama yang berkaitan dengan
secure attachment dan motivasi berprestasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Secure attachment
1. Definisi secure attachment
Sebelum membicarakan secure
attachment akan terlebih dahulu diuraikan
attachment
agar
dapat
mencapai
pemahaman yang lebih komprehensif
mengenai secure attachment. Secure
attachment merupakan salah satu dari
jenis-jenis attachment.
Menurut Santrock (1999) attachment
adalah
keterikatan
(connectedness).
Sedangkan menurut Pennington (1999)
attachment dapat didefinisikan sebagai
kekuatan, keterikatan, cinta dan perawatan
antara orangtua dengan anak. Erickson &
Freud (Morrison, 2002) juga mendefinisikan
attachment sebagai dasar dari segala
hubungan sosial.
Attachment merupakan teori yang
diungkapkan pertama kali oleh seorang
psikiater asal Inggris bernama John Bowlby
pada tahun 1969. Penelitian Bowlby
(Chekley, 1998) adalah mengenai dampak
dari bayi yang dipisahkan dengan ibunya
secara emosional dan penelitiannya terdiri
dari 3 volume, yaitu attachment (1969),
separation (1973), dan loss (1980).
Attachment
kemudian
dikembangkan lagi oleh seorang psikiater
asal Kanada bernama Mary Ainsworth
(1978) dalam penelitiannya yaitu strange
situation. Menurut Ainsworth (Morrison,
2002) attachment dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu secure attachment, anxious-insecure
attachment, dan ambivalent attachment.
Ditambahkan dalam penelitian Ainsworth
yang dilaporkan oleh Main dan Solomon
pada tahun 1986 (Morrison, 2000) lebih
lanjut, Ainsworth menambahkan jenis
attachment
menjadi
4
jenis
yaitu,
disorganized attachment.
Menurut Ainsworth (Pennington,
1999) secure attachment adalah keterikatan
yang aman secara emosional antara
orangtua dengan anak dan sebagai dasar
perkembangan psikologis. Menurut Blatt

(Checkley, 1998) secure attachment is


caring and dependenable parents who are
able
to
establish
appropriate
and
constructive
limits,
set
appropriate
standards and goals, and provide approval
and critism in constructive ways.
Menurut Morrison (2002) secure
attachment adalah keterikatan yang aman
berupa kasih sayang yang diberikan
orangtua pada anak secara konsisten dan
responsif sehingga menumbuhkan rasa
aman dan kasih sayang. Menurut
Pennington (1999) mengatakan bahwa
secure attachment akan mengarah pada
pengembangan rasa percaya diri, sikap
atau ego yang kuat sehingga akan
menentukan
kesuksesan
dalam
menghadapi berbagai masalah.
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa secure attachment
adalah keterikatan yang aman secara
emosional antara orangtua dengan anak
sebagai dasar perkembangan yang secara
konsisten peranannya bagi perkembangan
psikologis.
2. Karakteristik individu yang memiliki
secure attachment
Berikut ini akan diuraikan beberapa
karakteristik individu yang memiliki secure
attachment menurut Benokraitis,1996 yaitu:
a. Sikap hangat dalam berhubungan
dengan orang lain.
Individu yang secure attachment
cenderung lebih bersikap hangat
dalam hal ini lebih ramah dalam
berhubungan dengan orang lain, baik
dalam lingkungan keluarga ataupun
dalam hal pertemanan.
b. Tidak terlalu bergantung pada orang
lain.
Individu yang secure attachment
sangat mandiri karena tidak selalu
bergantung dengan orang lain.
Umumnya individu yang secure
attachment merasa yakin dalam
melakukan
sesuatu
hal
dan
kemampuan akan dirinya karena
mendapat kasih sayang yang cukup
dari keluarganya.
c. Tidak akan menjauhi orang lain.

d.

e.

f.

g.

Individu yang secure attachment


cenderung tidak akan menjauhi orang
lain,lebih terbuka dengan orang lain.
Individu yang secure attachment
mampu menjalin hubungan dengan
orang disekitarnya.
Sangat dekat dengan orang yang
sangat disayanginya.
Individu yang secure attachment
biasanya sangat dekat dengan orang
yang disayanginya dalam hal ini
adalah orangtua dan keluarga.
Individu yang secure attachment juga
umumnya sangat dekat dengan
dengan saudara kandungnya seperti
kakak atau adik.
Lebih empati terhadap orang lain.
Individu yang secure attachment lebih
empati dengan orang lain karena
individu yang secure attachment
memiliki rasa sosial yang tinggi.
Sangat percaya pada orang yang
disayangi.
Individu yang secure attachment
cenderung lebih percaya terhadap
orang yang disayanginya seperti
orangtua dan keluarga karena individu
yang secure attachment memiliki
hubungan yang sangat dekat dan
didasari oleh kasih sayang yang
sangat kuat dengan keluarganya.
Lebih nyaman bersama orang yang
disayangi.
Individu yang secure attachment lebih
nyaman untuk menghabiskan waktu
bersama dengan orang-orang yang
disayanginya seperti keluarganya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi


secure attachment
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi secure
attachment (Santrock1999), yaitu :
a. Peran orangtua.
Peran orangtua khususnya ibu sangat
penting bagi perkembangan seorang
anak. Hal ini karena ibu memiliki
hormon prolaktin atau hormon ibu
yang menyebabkan hubungan antara
ibu
dan
anak
lebih
dekat
(http://www.bconnex.net/-ccpcc

/daycare/attach.htm). Namun seorang


anak tetap membutuhkan kasih
sayang dari ayahnya karena seorang
anak
memerlukan
cinta
dan
perawatan, yaitu dari kedua orang
tuanya
(http://www.
augie.edu/dept/educ/andrews/concept
ualframework.pdf).
b. Komunikasi antara orangtua dengan
anak.
Komunikasi sangat diperlukan dalam
hubungan antara orangtua dan anak,
khususnya pada anak remaja karena
dengan komunikasi yang baik akan
terbentuk secure attachment. Seperti
yang diuraikan dalam penelitian Collier
(1999) bahwa komunikasi sangat
penting pengaruhnya terhadap secure
attachment antara orangtua dengan
remaja
(http://www.newswise.com/articles/199
8/11/teens-uva. html).
c. Konflik antara orangtua dengan anak.
Dalam hubungannya antara orangtua
dengan remaja, attachment diantara
keduanya tidaklah selalu berjalan
lancar, selalu saja ada konflik antara
orangtua dengan remaja. Hal ini
merupakan akibat dari masa puber
dan perkembangan kognitif pada
remaja. Namun adanya konflik antara
orangtua dengan remaja dapat
berpengaruh
positif
dalam
perkembangannya (Blos & Hill dalam
Santrock, 1999). Maksud positif disini
adalah sebagai masa transisi remaja
dari ketergantungan dengan orangtua
untuk menjadi individu yang mandiri.

B. Motivasi berprestasi
1. Definisi motivasi berprestasi
Sebelum membicarakan motivasi
berprestasi akan diuraikan terlebih dahulu
pengertian tentang motivasi. Motivasi
adalah salah satu aspek penting yang harus
dipahami untuk dapat mengerti mengenai
tingkah laku manusia karena motivasi
memiliki beberapa motif meliputi sebab

atau alasan mengapa seseorang bertingkah


laku tertentu.
Gerungan
(1991)
mengatakan
bahwa motivasi adalah semua penggerak
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan seseorang
berbuat sesuatu dimana motif-motif itu
memberi tujuan dan arah kepada tingkah
laku kita. Maka dari pernyataan diatas
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan motivasi adalah kondisi dalam diri
individu yang dapat mendorongnya untuk
bertindak atau bertingkah laku untuk
mencapai pemenuhan dari kepentingan dan
tujuannya.
Istilah motivasi berprestasi berasal
dari teori kepribadian Henry Murray yang
dikembangkan
oleh
McClelland
dan
Atkinson
(Slavin,
1994)
yang
mengemukakan bahwa salah satu jenis
motivasi yang terpenting dalan dunia
pendidikan adalah motivasi berprestasi (nach).
Menurut Gunarsa (1991) motivasi
berprestasi adalah sesuatu yang ada dan
menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan
dibawa
dari
lahir
yang
kemudian
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui
interaksi dengan lingkungan. Menurut
Santrock (2001) motivasi berprestasi adalah
keinginan dan dorongan seorang individu
untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil
baik.
McClelland
(1987)
mengatakan
bahwa motivasi berprestasi adalah suatu
keinginan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong orang tersebut untuk
berusaha mencapai suatu standar atau
ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini
dapat dengan acuan prestasi orang lain,
akantetapi
juga
dapat
dengan
membandingkan prestasi yang dibuat
sebelumnya.
Menurut Chaplin (Gunarsa, 1991)
motivasi berprestasi adalah kecenderungan
seseorang untuk mencapai kesuksesan
atau memperoleh apa yang menjadi tujuan
akhir yang dikehendaki, keterlibatan diri
individu terhadap suatu tugas, harapan
untuk berhasil dalam suatu tugas yang
diberikan, serta dorongan untuk mengatasi

rintangan-rintangan
untuk
melakukan
pekerjaan-pekerjaan sulit secara cepat dan
tepat.
Dari uraian dimuka dapat diberikan
suatu
batasan
mengenai
motivasi
berprestasi adalah suatu keinginan dan
pendorong seseorang untuk mencapai
kesuksesan atau memperoleh sesuatu yang
menjadi tujuan akhir yang dikehendaki serta
harapan untuk berhasil dalam melakukan
tugas yang diberikan secara cepat dan
tepat.
2. Karakteristik individu yang memiliki
motivasi berprestasi
Berikut ini akan dijelaskan beberapa
karakteristik individu yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi menurut McClelland
(Morgan dkk, 1995) yaitu :
a. Tanggung jawab.
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan merasa dirinya
bertanggung jawab terhadap tugas
yang
dikerjakannya
dan
akan
berusaha
sampai
berhasil
menyelesaikannya,
sedangkan
individu yang memiliki motivasi
berprestasi rendah memiliki tanggung
jawab yang kurang terhadap tugas
yang diberikan kepadanya dan bila
mengalami kesukaran cenderung
mengalahkan hal-hal lain diluar dirinya
sendiri.
b. Mempertimbangkan resiko pemilihan
tugas.
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi
tinggi
akan
mempertimbangkan terlebih dahulu
resiko
yang
akan
dihadapinya
sebelum memulai suatu pekerjaan dan
cenderung
lebih
menyukai
permasalahan
yang
memiliki
kesukaran yang sedang, menantang
namun
memungkinkan
untuk
diselesaikan. Sedangkan individu
yang memiliki motivasi berprestasi
rendah justru menyukai pekerjaan
yang sangat mudah sehingga akan
mendatangkan
keberhasilan
bagi
dirinya.
c. Memperhatikan umpan balik.

Individu yang memiliki motivasi


berprestasi tinggi sangat menyukai
umpan balik atas pekerjaan yang telah
dilakukannya karena menganggap
umpan balik sangat berguna sebagai
perbaikan bagi hasil kerjanya dimasa
yang akan datang. Sedangkan
individu yang memiliki motivasi
berprestasi rendah tidak menyukai
umpan balik karena dengan adanya
umpan balik akan memperlihatkan
kesalahan-kesalahan
yang
dilakukannya dan kesalahan tersebut
akan diulang lagi pada tugas
mendatang.
d. Kreatif dan inovatif.
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan mencari cara
baru untuk menyelesaikan tugas
seefektif dan seefesien mungkin.
Individu
juga
tidak
menyukai
pekerjaan rutin yang sama dari waktu
kewaktu, sebaliknya individu yang
memiliki motivasi berprestasi rendah
justru sangat menyukai pekerjaan
yang sifatnya rutinitas karena dengan
begitu tidak usah memikirkan cara lain
dalam menyelesaikan tugas.
e. Waktu penyelesaian tugas.
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan berusaha
menyelesaikan setiap tugas dalam
waktu yang cepat serta tidak suka
membuang waktu. Sedangkan individu
yang memiliki motivasi berprestasi
rendah kurang tertantang untuk
menyelesaikan
tugas
secepat
mungkin
sehingga
cenderung
memakan waktu yang lama, sering
menunda-nunda dan tidak efisien.
f. Keinginan menjadi yang terbaik.
Individu yang memiliki motivasi
berprestasi
tinggi
senantiasa
menunjukkan hasil kerja yang sebaikbaiknya dengan tujuan agar meraih
predikat terbaik serta tingkah laku
mereka lebih berorientasi kedepan.
Sedangkan individu yang memiliki
motivasi
berprestasi
rendah
menganggap bahwa predikat terbaik
bukan merupakan tujuan utama dan

hal ini membuat individu tidak


berusaha seoptimal mungkin dalam
menyelesaikan tugasnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi McClelland, yaitu :
a. Keinginan
untuk
mendapatkan
pengakuan dari seorang yang ahli.
Individu ingin mengerjakan suatu hal
yang menantang, yaitu sesuatu yang
belum dikerjakan oleh orang lain,
sehingga
hasil
kerja
yang
dikerjakannya
itu
mendapat
pengakuan dari orang lain, misalnya
dari orangtua dan guru. Keinginan ini
mulai terbentuk pada masa kanakkanak. Menurut Bandura & Walters
(Morgan, dkk 1986) seringkali anak
belajar meniru perilaku orang lain
seperti orangtua dan orang-orang
yang penting baginya dan kemudian
digunakan sebagai model untuk
dirinya.
b. Kebutuhan
untuk
mendapatkan
penghargaan.
Individu menginginkan hasil kerjanya
dihargai orang lain. Selain status,
kehormatan
dan
materi,
tidak
seorangpun yang tidak ingin diberi
penghargaan atas hasil jerih payahnya
sendiri. Menurut McClelland (1987)
individu yang memiliki motivasi
berprestasi
cenderung
melihat
penghargaan
sebagai
pengukur
kesuksesan.
c. Kebutuhan untuk sukses karena
usaha sendiri.
Seperti yang telah dijelaskan oleh
McClelland, dkk (1984) bahwa individu
yang memiliki motivasi berprestasi
lebih
memilih
pekerjaan
yang
menantang
dan
menjanjikan
kesuksesan. Jadi individu yang
memiliki motivasi berprestasi memiliki
keinginan
untuk
sukses
dalam
mengerjakan suatu tugas.

d. Kebutuhan untuk dihormati teman.


Individu memiliki keinginan untuk
dihormati oleh orang lain disekitarnya
seperti orangtua ataupun oleh temanteman mereka. Pada individu yang
memiliki motivasi berprestasi mereka
terfokus
untuk
memperoleh
kehormatan dan status dari temanteman
mereka
(http://www.mentalhelp.net/psyhel/cha
p4/chap4k.httm).
e. Kebutuhan untuk bersaing.
Individu memiliki keinginan untuk
bersaing dengan orang lain, misalnya
dalam prestasi di sekolah atau bahkan
dalam
pertandingan
olahraga.
Keinginan tersebut sangat mendasar
dan merupakan kebutuhan manusia.
Seperti yang dijelaskan oleh Murray
(Morgan, dkk 1986) bahwa individu
yang memiliki motivasi berprestasi
memiliki tujuan untuk bersaing dengan
orang lain.
f. Kebutuhan untuk bekerja keras dan
lebih unggul.
Dalam
memenuhi
kebutuhannya
manusia
harus
bekerja
untuk
mendapatkan
sesuatu.
Bekerja
merupakan suatu hakekat dalam
kehidupan manusia karena selama
hidup manusia harus bekerja. Dengan
bekerja manusia berusaha untuk
mencapai suatu kebutuhan (Leavit,
1997). Murray juga menambahkan
(Morgan, dkk 1986) bahwa individu
yang memiliki motivasi berprestasi
bertujuan untuk menyelesaikan tugas
dan berusaha melebihi orang lain.

C. Remaja
1. Definisi remaja
Masa remaja merupakan periode
yang penting dalam rentang kehidupan
manusia, karena remaja bukan lagi seorang
anak dan juga bukan orang dewasa. Masa
remaja sering pula disebut adolesensi (lat.
adolescere = adultus ; menjadi dewasa atau
dalam perkembangan menjadi dewasa).
Secara global masa remaja berlangsung

antara usia 12-21 tahun. Fase pada masa


remaja dibagi menjadi 3 (Hurlock dalam
Mappiare, 1990) yaitu masa remaja awal
(13-15 tahun), masa remaja madya (15-17
tahun), masa remaja akhir (17-21 tahun).
Istilah yang biasa diberikan bagi remaja
awal adalah teenagers atau anak usia
belasan tahun.
Menurut Monks, dkk (1999) remaja
adalah suatu periode peralihan dari masa
kanak-kanak kemasa dewasa. Menurut
Ausubel (Monks, dkk 1999) remaja adalah
masa setelah pemasakan seksual atau
yang biasa disebut pubertas. Sedangkan
menurut Panuju (1999) masa remaja
merupakan suatu masa belajar yang luas
meliputi bidang intelegensi, sosial, maupun
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
kepribadian.
Dari uraian diatas maka dapat
diambil kesimpulan pengertian remaja
adalah masa peralihan dari masa kanakkanak kemasa dewasa yang merupakan
proses pembelajaran diri dalam aspek
intelegensi, sosial, dan pembentukan
kepribadiannya dimasa dewasa nanti.
Dari uraian diatas maka dapat
diambil kesimpulan pengertian remaja
adalah masa peralihan dari masa kanakkanak kemasa dewasa yang merupakan
proses pembelajaran diri dalam aspek
intelegensi, sosial, dan pembentukan
kepribadiannya dimasa dewasa nanti.
D. Dinamika hubungan antara secure
attachment dengan motivasi berprestasi
pada remaja
Masa remaja adalah proses dimana
seorang anak memulai kehidupannya
menuju kematangan dan kemandirian pada
saat dewasa. Keluarga merupakan faktor
penting dalam perkembangan seorang
anak, dimana keluarga adalah kelompok
sosial pertama dalam kehidupan individu
sebagai tempat seseorang untuk belajar
dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya (Gerungan, 2002).
Pendapat Jersild (Mappiare, 1982)
yang menyebutkan bahwa pada masa

remaja
mereka
cenderung
mulai
memperhatikan prestasinya karena hal
tersebut akan menjadikan remaja berbeda
dari teman-teman sebayanya sehingga
akan mendapat pengakuan dari orangorang dewasa bahwa dirinya tidak lagi
seorang anak kecil. Pada masa remaja
mereka
mencapai
kematangan
dan
kemandirian dan pada masa remaja ini
kebutuhan berprestasinya sangat tinggi.
Dari uraian dimuka maka penulis memiliki
dugaan bahwa ada hubungan antara secure
attachment dengan motivasi berprestasi
pada remaja.
E. Hipotesis
Pada
penelitian
ini
penulis
mengajukan hipotesis bahwa ada yang
signifikan antara secure attachment dengan
motivasi berprestasi pada remaja.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi variabel-variabel
penelitian
Dalam penelitian ini beberapa variabel
yang akan dikaji adalah :
1. Variabel prediktor : Secure attachment
2. Variabel kriterium : Motivasi berprestasi

B. Definisi operasional variabel


penelitian
Definisi operasional dari variabel penelitian
ini adalah :
1. Secure attachment adalah keterikatan
yang aman secara emosional antara
orangtua dengan anak sebagai dasar
perkembangan yang secara konsisten
peranannya
bagi
perkembangan
psikologis yang ditandai dengan sikap
hangat terhadap orang lain, tidak terlalu
bergantung pada orang lain, tidak
menjauhi orang lain, sangat dekat pada

orang yang disayangi, lebih empati


terhadap orang lain, sangat percaya
pada orang yang disayangi serta lebih
nyaman bersama orang yang disayangi
yang kemudian digunakan sebagai
indikator-indikatornya.
2. Motivasi berprestasi adalah keinginan
dan pendorong seseorang untuk
mencapai kesuksesan atau memperoleh
sesuatu yang menjadi tujuan akhir yang
dikehendaki serta harapan untuk
berhasil dalam melakukan tugas yang
diberikan dan melakukan tugas-tugas
sulit secara cepat dan tepat. Indikatorindikator dari motivasi berprestasi
adalah individu yang memiliki tanggung
jawab,
mempertimbangkan
resiko
pemilihan tugas, memperhatikan umpan
balik, kreatif dan inovatif, waktu
penyelesaian, dan keinginan menjadi
yang terbaik.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja :
1. Pelajar SMU kelas 1 sampai dengan
kelas 3 SMU
2. Usia antara 15-18 tahun
3. Berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan

dengan total skor aitem (item total


correlation).
Reliabilitas
merujuk
pada
konsistensi skor yang dicapai oleh orang
sama ketika mereka diuji ulang dengan tes
yang sama pada satu kesempatan yang
berbeda atau dengan seperangkat butirbutir ekuivalen yang berbeda atau dibawah
kondisi pengujian yang berbeda. Reliabilitas
merupakan indeks yang menunjukkan
sejauhmana suatu alat ukur dapat
dipercaya
atau
dapat
diandalkan.
Reliabilitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan teknik alpha cronbach.
Uji validitas dan reliabilitas dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan program komputer
statistical packages for social sciences
(SPSS) versi 11.05 for windows.
F. Teknik analisis data
Pengujian hipotesis pada penelitian
ini menggunakan analisis korelasi rank
spearman, yaitu menganalisis hubungan
antara secure attachment (x) sebagai
prediktor dengan motivasi berprestasi (y)
sebagai kriterium. Analisis data yang
dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 11.05 for windows.

E. Validitas dan reliabilitas alat


pengumpul data
BAB IV
Validitas
adalah
sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur
(skala)
dalam
melakukan
fungsinya (Azwar, 1999). Validitas sebuah
tes memberitahu mengenai apa yang dapat
disimpulkan dari skor-skor tersebut. Suatu
instrumen
dinyatakan
valid
apabila
instrumen tersebut mampu mengukur apa
yang hendak diukur dan seberapa baik
instrumen itu bisa mengukur (Anastasi,
1997) pengujian validitas aitem bagi alat
pengumpul data adalah angket mengenai
secure attachment dan motivasi berprestasi
pada remaja. Uji validitas dalam penelitian
ini
akan
dilakukan
dengan
cara
mengkorelasikan skor tiap-tiap aitem

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN


A. Persiapan penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan penelitian orientasi
kancah
dan
mengedarkan
angket.
Penelitian difokuskan untuk pengambilan
sampel
pada
siswa-siswi
SMU.
Pengambilan sampel mulai disebar dari
tanggal 20 sampai dengan 25 Agustus
2007. Peneliti melakukan pendataan
mengenai jumlah siswa SMU dari kelas 1
sampai dengan kelas 3 SMU yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan yaitu dari
usia 15-18 tahun yang berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan. Dengan demikian


peneliti
mendapat
kepastian
untuk
melakukan penelitian.
B. Pelaksanaan penelitian
1. Pengambilan data pertama dimulai pada
tanggal 20 sampai dengan 25 Agustus
2007. Peneliti mengedarkan angket
dengan datang langsung ke SMU yang
berada didaerah Bekasi dan meminta
kesediaan siswa-siswi tersebut. Mereka
terdiri dari 20 orang siswa-siswi dari
kelas 1 SMU, 20 orang siswa-siswi dari
kelas 2 SMU dan 20 orang siswa-siswi
dari kelas 3 SMU untuk mengisi angket
penelitian ini yang diedarkan sebanyak
60 eksemplar.
2. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur
Uji validitas dan reliabilitas angket
secure
attachment
dan
motivasi
berprestasi
pada
penelitian
ini
merupakan pengambilan sampel yang
kedua dan pada subjek penelitian yang
sama.
a. Uji validitas dan reliabilitas angket
secure attachment
Pengujian
validitas
angket
secure attachment dilakukan dengan
menggunakan
teknik
korelasi
product moment Pearson dengan
melihat item total correlation dengan
bantuan program SPSS versi 11.05.
menurut Azwar (1996) koefisien
validitas
dapat
dianggap
memuaskan apabila melebihi 0.3,
sehingga hanya aitem-aitem yang
memiliki total korelasi lebih dari 0.3
yang dianggap valid.
Pada
angket
secure
attachment, dari 42 aitem yang
diujicoba terdapat 11 aitem yang
dinyatakan gugur sehingga aitem
yang valid berjumlah 31 aitem.
Korelasi skor total pada aitem-aitem
yang valid bergerak antara 0.3277
sampai dengan 0.7192.
Uji reliabilitas dilakukan untuk
melihat konsistensi skor alat tes. Uji
reliabilitas angket secure attachment

pada penelitian ini menggunakan


koefisien alpha cronbach dengan
menggunakan program SPSS versi
11.05. hasilnya diketahui bahwa
koefisien reliabilitasnya sebesar
0.9291 (>0.7), sehingga aitem
dinyatakan reliabel.
b. Uji validitas dan reliabilitas angket
motivasi berprestasi
Pengujian
validitas
angket
motivasi
berprestasi
dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
korelasi product moment Pearson
dengan melihat item total correlation
dengan bantuan program SPSS
versi 11.05. menurut Azwar (1996)
koefisien validitas dapat dianggap
memuaskan apabila melebihi 0.3,
sehingga hanya aitem-aitem yang
memiliki total korelasi lebih dari 0.3
yang dianggap valid.
Pada
angket
motivasi
berprestasi, dari 50 aitem yang
diujicoba terdapat 11 aitem yang
dinyatakan gugur sehingga aitem
yang valid berjumlah 39 aitem.
Korelasi skor total pada aitem-aitem
yang valid bergerak antara 0.3170
sampai dengan 0.7195.
Uji reliabilitas dilakukan untuk
melihat konsistensi skor alat tes. Uji
reliabilitas
angket
motivasi
berprestasi pada penelitian ini
menggunakan
koefisien
alpha
cronbach dengan menggunakan
program SPSS versi 11.05. hasilnya
diketahui
bahwa
koefisien
reliabilitasnya
sebesar
0.9385
(>0.7), sehingga aitem dinyatakan
reliabel.
3. Uji asumsi
Sebelum melakukan analisis uji
hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji
asumsi
normalitas
dan
linearitas
terhadap data penelitian. Uji asumsi
normalitas
dilakukan
dengan
menggunakan
kolmogorov-smirnov
dengan bantuan program komputer
SPSS versi 11.05, begitupula halnya

dengan
uji
linearitas.
Alasan
dipergunakannya
kolmogorov-smirnov
adalah untuk mendapatkan distribusi
normal. Hasil uji asumsi dan hipotesis
adalah sebagai berikut :
a. Uji normalitas
Berdasarkan analisis data dengan
kolmogorov-smirnov, nilai signifikansi
secure attachment sebesar 0.024
(p<0.05) yang menunjukkan bahwa
sebaran
skor
tidak
normal.
Sedangkan nilai signifikansi motivasi
berprestasi sebesar 0.200 (p>0.05)
yang menunjukkan distribusi skor
normal.
b. Uji linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas
diperoleh nilai signifikansi 0.000
(p<0,05) yang secara umum dapat
dikatakan
hubungan
secure
attachment dan motivasi berprestasi
adalah membentuk garis linear.
c. Uji hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan
adalah dengan menggunakan uji
korelasi rank spearman atau yang
biasa disebut dangan spearmans
rho. Hal ini dilakukan mengingat
bahwa syarat untuk uji hubungan
parametrik adalah bahwa semua
variabel harus berdistribusi normal,
sedangkan hasil normalitas pada
penelitian ini didapatkan bahwa
variabel
secure
attachment
berdistribusi tidak normal sehingga
kemudian diambil keputusan untuk
menggunakan uji hubungan non
parametrik
yaitu
dengan
menggunakan uji korelasi rank
spearman.
Dari hasil uji korelasi diperoleh
nilai
korelasi
spearmans
rho
sebesar 0.995 yang menunjukkan
korelasi sangat kuat dan positif,
sedangkan nilai signifikansi sebesar
0.000 (p<0.01) yang menunjukkan
bahwa korelasi antar skor secure
attachment dan motivasi berprestasi

sangat signifikan. Hasil tersebut


menunjukkan bahwa hipotesis yang
berbunyi bahwa terdapat hubungan
antara secure attachment dengan
motivasi berprestasi pada remaja
diterima.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diketahui bahwa ada hubungan
yang signifikan antara secure attachment
dengan motivasi berprestasi pada remaja.
Adanya
hubungan
antara
secure
attachment dengan motivasi berprestasi
pada remaja yang signifikan dikarenakan
oleh
faktor-faktor
yang
sangat
mempengaruhi secure attachment dengan
motivasi berprestasi pada remaja.
Faktor-faktor secure attachment
yang tinggi dipengaruhi oleh adanya peran
dari kedua orangtua yang cukup dominan
yang tidak hanya dengan memberikan kasih
sayang saja namun dukungan serta rasa
aman yang didapat dari orangtua akan
menyebabkan remaja memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis diketahui bahwa ada hubungan
yang signifikan antara secure attachment
dengan motivasi berprestasi pada remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungannya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pada secure attachment dan
adanya faktor peran orangtua yang cukup
dominan misalnya adanya orangtua yang
utuh dan memberikan kasih sayang,
komunikasi antara orangtua dengan remaja
yang baik, dan dukungan dari orangtua
yang membuat remaja menjadi lebih
percaya
diri.
Sedangkan
motivasi
berprestasi pada remaja dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain keinginan untuk
memperoleh pengakuan dari sekolah,

kebutuhan
untuk
memperoleh
penghargaan, kebutuhan untuk dihormati
teman dan kebutuhan untuk bersaing.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat
dikemukakan
beberapa
saran
sebagai berikut :
1. Saran untuk subjek peneliti
Secure
attachment
dan
motivasi
berprestasi pada subjek penelitian
sudah cukup baik, diharapkan dapat
mempertahankan
karena
dapat
digunakan sebagai acuan untuk dapat
menyelesaikan
tugas-tugas
perkembangan dimasa remaja dan
untuk lebih menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
2. Saran untuk penelitian lebih lanjut
Bagi peneliti yang tertarik pada
persoalan yang sama, disarankan untuk
menambahkan dengan variabel-variabel
lain seperti pola asuh, jenis sekolah,
tingkat ekonomi, status sosial dan lain
sebagainya
sehingga
dapat
menguatkan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth,
M.
2002.
Attachment.
http://www.coping.org/courses/child/lectures
/psy2l0_ lecture8infsocemodev.ppt
Allen, J. 1998. Teens actions closely tied to
parental
feeling.
http://www.virginia.
edu/topnews/textonlyarchie/J~anuary_1997/
curfew.txt
Anastasi, A., & Urbina, S. 1997. Tes
psikologi alih bahasa : Robertus, H. Jakarta
: PT. Prenhalindo.
Azwar, S. 1999. Penyusunan skala
psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Blatt , S. J. 1991. Depression and self
destruction behavior in adolescence.

Norwood : NJ
Publishing.Corp

Copyright

by

Ablex

Checkley, S. 1998. The management a


depression. London. UK : Blackwell
Science.
Collier, P. 1999. On research secure
attachment
important
to
teen
communication.
http://www.newswise.com/articies/1998/11/t
eens-uva.html.
Echols, M. J. & Shadily. H. 1996. Kamus
Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
Geller, S. 2002. Social motivation and work
motivation.
http://www.psych.yorku.ca/
mongain/chl.htm
Gerungan, W. A. 2002. Psikologi sosial
(cetakan 15). Bandung : Refika Aditama.
Gunarsa, D. Singgih. 2003. Psikologi untuk
keluarga (cetakan 15). Jakarta : Gunung
Mulia.
Heaven, L. C. P & Callan, J. V . 1990.
Adolescence : An australian perspective.
Sydney, Australia : Hardcourt Brace
Javanovich Group.
Henningsen, M. 1996. Attachment disorder.
http://www.netaxs.com/-sparky/adoption
/attach-3.htm
Henry, C. Perceptions of family dynamics as
predictors of adolescent adaptation. 2000.
http://www.osuours.okstate.edu/report95/report/hes/family.
html
Leavit, A. J. 1997. Psikologi manajemen
(edisi keempat). Diterjemahkan oleh
Muslichah Zarkasih. Jakarta : Erlangga.
Lingren, H. G. 1995. Adolescence and peer
pressure.
http://www.siecus.org/pubs/fact
/fact.html

Mahfuzh, A. J. M. 2001. Psikologi anak dan


remaja muslim penerjemah Abdul Shiddiq &
Ahmad Vathir Zaman. Jakarta : Pustaka alKautzar.

Riyanti, B. D & Prabowo, H. 1998. Psikologi


umum 2 (seri diktat kuliah). Jakarta :
Gunadarma.

Mappiare, A. 1990. Psikologi remaja.


Surabaya : Percetakan Usaha Nasional.

Santrock,
J.
W.
1999.
Life-span
development (7th edition). United-state :
McGraw-Hill . Inc

McClelland, C . D. 1987. Human motivation.


New york : Cambridge University Press.

Santrock, J. W. 2001. Adolescence (8th


edition). Boston : Mc Graw-Hill.

Morgan, T. C ; King, A. R ; Weisz, R. J ;


Schopler,
J.
1986.
Introduction
to
psychology (7th edition). Boston : Mc GrawHill International Editions Psychology
Series.

Sears, W. 2002. Attachment parenting : A


style that works. http://www.beconnex.net/ccpce/daycare/attach.html

Morgan, G. a., & Macturk, R. H. 1995.


Motivation (psychology) developmental
psychology. New Jersey. Mc Graw-Hill.
Morrison, A. 2002. Research stories for life
span development. Boston : Allyn and
Bacon.

Singarimbun, M & effendi, S. 1987. Metode


penelitian survai (edisi revisi). Jakarta :
LP3S.
Sprinthall, A. N & Collins, W. A. 1995.
Adolescent psychology : A development
view (3rd edition). New York : Mc Graw-Hill.

Panuju, P. 1999. Psikologi remaja (cetakan


1). Yogyakarta : Tiara wacana yogya.

Srouf, et. al. 1993. Longitudinal study of


secure attachment for adolescence. http://
bs33w.staffs.ac.uk/schools/sciences/psycho
logy/coursematerials/lifespan/friend.htm.

Papalia, E. D ; Wenkolds, S & Feldmand, D.


R. 2001. Human development (8th edition).
New York : Mc graw hill.

Steers, R. M. , Lyman, W., & Bigley, G. A.


1996. Motivation and leaderships at work.
Mc Graw-Hill Companies. Inc

Papalia, E. D & Olds, S. W. 1998. Human


development (6th edition). New York : Mc
Graw Hill.

Steinberg, L. 2002.
edition). New York
Companies. Inc

Pennington, C. D ; Gillen, K & Hill, P. 1999.


Social psychology. New york : Oxford
University Press.Inc

Suryabrata, S. 2000. Pengembangan alat


ukur psikologi. Yogyakarta : Andi offset

Adolescence (7th
: Mc. Graw-Hill

Prabandari, Y. S. 1989. Hubungan antara


stress dan motivasi berprestasi dengan
depresi . Jurnal psikologi No.1 th. XXVII hal.
17-24.

Tresnawati, F. I . 2001. Hubungan antara


motivasi berprestasi dengan kepercayaan
diri pada siswa kls 3 IPS SMUN 15 Jakarta
Utara. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Persada YAI.

Riyanti, B. D. & Prabowo, H. 1996. Psikologi


umum 1(seri diktat kuliah). Jakarta :
Gunadarma.

Walgito, B. 1995. Pengantar psikologi


umum (edisi ketiga). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.

Werner-Wilson, R. J. Types of attachment.


2003.
http://www.public.iastate.edu/-hdf5
1lx/lecture/types-of attachment.ppt
Zanden, J. W. V. 1988. The social
experience an introduction to sociology.
United-State : Random House.Inc
Adolescent
health.
2003.
http://home.wlu.edu/-notarop/CVjobs.html
Three category attachment theory. 2003.
http://www.psych.northwestem.edu/sengupta /attachment.html
Types
of
attachment.
http://radkid.org/htxnl/typesofattachment.html

******

2002.

Anda mungkin juga menyukai