SKRIPSI
SKRIPSI
JUDUL
PENYUSUN
NPM
: 160110110060
Menyetujui:
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
RianaWardani, drg.,MS
NIP. 19561228 198403 2 002
iv
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap
waktu Dia selalu dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan (Ar Rahman : 29-30)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman
bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah?Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqara : 214)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas izin dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prevalensi Infeksi HSV-1 dalam
Rongga Mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung Periode Juni 2014
Mei 2015. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan pelajaran
berharga, bantuan dan bimbingan serta motivasi. Penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. drg. Nina Djustiana, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran Bandung.
2. drg. Riani Setiadhi, Sp. PM, selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, semangat, dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
3. drg. Riana Wardani, MS, selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, semangat dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dr. drg. Yetty Herdiyati, S. Sp. Ped (K), Dr. drg Amaliya, MSc., drg Yuti
Malinda, MM., selaku dosen penguji yang telah memberikan penulis revisi
dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Dr. drg. Sri Susilawati, M.Kes, selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, motivasi kepada penulis selama mengikuti kuliah
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran yang telah mendidik penulis.
vi
7. Dokter-dokter residen di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan
Mulut RSHS Bandung yang telah menyemangati dan memotivasi penulis
selama penelitian.
8. Pak Edwin yang telah memberikan penulis banyak masukan, bantuan, dan
semangat selama penelitian.
9. Pak Koko yang telah meberikan penulis bantuan dan semangat.
10. Kepada yang tercinta Ayah (Asril, S.S.Kar., M.Hum), Bunda (Adjuoktoza
Rovylendes, S.St., M.Sn), Zhafran Abartha Riyadhi, Oma (Roslina S.
Taslim), yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, bimbingan,
nasehat, motivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis.
11. Tante Endang, Om Erin, Tante Tuti, Galih, yang telah memberikan penulis
banyak bantuan, bimbingan dan pengarahan selama penulis tinggal di
Bandung.
12. Bang Hendra Saputra yang telah mendengarkan, membatu, menyemangati,
menemani dan menasehati penulis selama penulisan skripsi.
13. Teman-temanku Mahardhika, Lia, Zaky, Ansila, Mv Voice, rekan koasku
Angel, Akhyardyni, dan seluruh rekan FKG Unpad angkatan 2011 yang
telah membantu dan menyemangati penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungan dan doa.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak, serta semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi yang membacanya.
Penulis
Prevalensi Infeksi HSV-1 dalam Rongga Mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit
Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung Periode Juni 2014-Mei 2015 Syania Artha Rovynia 160110110060
ABSTRAK
HSV-1 termasuk kedalam famili Human Herpes Virus atau virus herpes
yang menyerang manusia. Setelah pertama kali menginfeksi tubuh, virus ini akan
laten di ganglion saraf Trigeminal dan dapat aktif kembali jika dipicu oleh
menstruasi, stres, paparan sinar matahari. Umumnya menginfeksi daerah
pinggang keatas terutama daerah mulut dan wajah. Prevalensi infeksi HSV-1
cukup tinggi hampir diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prevalensi infeksi HSV-1 dalam rongga mulut di Sub Bagian IPM SMF Gigi dan
Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung periode Juni 2014-Mei 2015.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei. Sampel adalah
rekam medik / data pasien dengan diagnosa infeksi HSV-1 di Sub Bagian Ilmu
Penyakit Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin yang dipilih dengan teknik purposive
sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 468 pasien yang dirawat di Sub
Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung, 3.42% terinfeksi HSV-1, terdiri atas 15 pasien baru dan 1 orang dengan
kasus kambuhan. Lebih banyak terjadi pada wanita (60%) dibandingkan pria
(40%) dengan rasio 3:2 dan paling banyak menyerang kelompok usia 41-50 tahun.
Simpulan penelitian ini prevalensi infeksi HSV-1 dalam rongga mulut di
Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung periode Juni 2014-Mei 2015 sebesar 3.42%.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARv
ABSTRAK ...... vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..... xv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 16
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................... 16
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 18
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 19
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 19
1.4.1 Aspek Teoritis ............................................................................. 19
1.4.2 Aspek Praktis .............................................................................. 19
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 20
1.6 Metodologi Penelitian.......................................................................... 22
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 22
Etiologi ..................................................................................... 30
Bandung
Periode
Juni
2014-Mei
201546
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase Penderita Infeksi HSV-1 di Sub Bagian Ilmu Penyakit
Mulut SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Bulan Juni 2014-Mei 2015..47
Diagram 4.2 Persentase Infeksi HSV-1 Pria dan Wanita49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
dalam famili virus herpes yang menyerang manusia (HHV) atau Herpesviridae.
Virus-virus lain yang tergabung dalam famili ini diantaranya: Varicella-zoster
virus, Epstein-Barr virus, Cytomegalovirus, Human Herpes Virus-6, Human
Herpes Virus-7, dan Kaposis sarcoma herpesvirus (Tidy,2013). HSV terdiri dari
2 jenis, yaitu HSV-1 dan HSV-2, HSV-1 umumnya menginfeksi fasial, oral, dan
okular, sementara HSV-2 umumnya menimbulkan lesi di genital dan kutaneus.
(Ajar dan Chauvin, 2002).
Penyebaran infeksi HSV secara umum dipengaruhi oleh, ras, jenis kelamin,
tingkat sosial ekonomi dan wilayah geografi. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa infeksi herpes pada negara-negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan dengan negara maju. Di Amerika Serikat, kurang lebih 45 juta
orang terinfeksi HSV, 20% diantaranya berusia diatas 12 tahun dan diperkirakan
terjadi satu juta infeksi baru setiap tahunnya (Mitaart, 2010).
Infeksi HSV dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui kontak
langsung dengan bagian tubuh yang terinfeksi. Penularan ini dapat terjadi
meskipun tidak ada luka HSV yang terbuka. Pada umumnya pasien yang
terinfeksi HSV, terutama HSV-1, tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi
16
17
virus tersebut, sehingga penularannya dapat terjadi tanpa disadari oleh kedua
belah pihak. Penularan infeksi HSV-1 dapat terjadi melalui sekresi oral, ataupun
luka pada kulit, dapat menyebar melalui ciuman, penggunaan sikat gigi bersama,
dan juga penggunaan alat makan bersama. Penularan HSV-2 dapat terjadi apabila
ada kontak seksual dengan pasien yang terinfeksi HSV-2, atau pun dapat
ditularkan dari ibu yang hamil kepada anaknya pada saat melahirkan.
Penelitian tahun 2002 oleh Smith dan Robinson, menemukan bahwa
hampir di seluruh dunia prevalensi infeksi HSV-1 cukup tinggi dibandingkan
dengan infeksi HSV-2, kecuali pada pasien dengan HIV positif dan pasien
Cerebral Salt Wasting syndrome, dengan prevalensi HSV-2 > 65%. Cerebral Salt
Wasting
syndrome
(CSWs)
adalah
berkurangnya
volume
ekstraseluler
18
40% kemudian akan meningkat menjadi 60-90% pada usia lanjut (Smith dan
Robinson, 2002).
Penelitian mengenai prevalensi HSV di Indonesia masih sangat jarang
dilakukan. Suwardi Haksohusodo pada tahun 1989 melakukan penelitian di
Yogyakarta dan menemukan bahwa penduduk pada usia 10-19 tahun yang
terinfeksi HSV berkisar antara 48% kemudian meningkat menjadi 87% pada usia
di atas 20 tahun. 50 dari 59 wanita hamil (85%) dinyatakan positif terinfeksi HSV,
pada pekerja seks komersial (PSK) persentase pasien yang terinfeksi virus ini
dinyatakan lebih tinggi (Haksohusodo, 1989).
Dikarenakan sedikitnya penelitian mengenai prevalensi infeksi HSV-1 di
Indonesia, maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Prevalensi infeksi HSV-1 dalam rongga mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit
Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung periode Juni 2014-Mei 2015.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
Berapa prevalensi infeksi HSV 1 dalam rongga mulut di Sub Bagian Ilmu
Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan
Sadikin Bandung periode Juni 2014-Mei 2015.
19
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi HSV 1 dalam
rongga mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah
Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung periode Juni 2014-Mei 2015.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Aspek Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
1.4.2
Aspek Praktis
20
1.5
Kerangka Pemikiran
Perkembangan taksonomi virus telah dicatat semenjak tahun 1971 oleh
Herpesvirus
dinaikkan
tingkatan
taksonominya
menjadi
famili
Replikasi
Inang
Efek
terhadap
sel inang
Laten
Herpes Virus
Cepat
Beragam
Menghancurkan sel
inang
Ganglia sensori
Herpes Virus
Lambat
Terbatas
Menyebabkan
pelebaran pada sel
inang
Kelenjar sekretori,
lymphoreticular,
ginjal
Herpes Virus
Sangat lambat
Sangat terbatas
Jaringan limfoid
21
infeksi
HSV.
Semenjak
vaksinasi
VZV
(Varivax,
Merck)
22
1.6
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan cara survei, sedangkan
1.7
Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan Juli
2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
sekelompok besar DNA virus dan secara umum memiliki fitur biologis yang sama
yaitu dapat laten di tubuh inangnya. Terdapat delapan virus herpes yang tergabung
kedalam kelompok ini, yaitu, Virus Herpes Simpleks tipe 1, Virus Herpes
Simpleks
tipe
2,
Varicella
zoster
virus,
Epstein-Barr
virus,
Human
23
24
25
pada genital atau sekitarnya, dan pada rektum. Lepuh kemudian pecah dan
menimbulkan ulser yang akan sembuh dalam waktu 2 hingga 4 minggu (Scully,
2010). Penting bagi wanita hamil untuk tidak terinfeksi HSV-2 karena beresiko
menularkan infeksi tersebut kepada bayi yang baru lahir dan menimbulkan infeksi
yang fatal apabila sang ibu menularkannya ketika proses persalinan (Scully,
2010).
26
yang menyadari pecahnya vesikel di dalam rongga mulut mereka. Pada penderita
dewasa, lesi akan terasa sakit, sementara pada penderita anak, jarang terdapat
keluhan (Warnakulasuriya dan Tilakaratne, 2014).
VZV dapat laten dalam ganglia dorsal, apabila aktif kembali pada manula
ataupun penderita dengan sistem imun yang lemah, virus ini akan menyebabkan
zoster (shingles). 8 sampai dengan 10% penderita yang terkena zoster umumnya
memiliki sistem imun yang lemah, beberapa diantaranya berkaitan dengan
HIV/AIDS dan neoplasma (Scully, 2010).
Zoster menyebabkan ruam pada wajah atau dada dan menimbulkan rasa
sakit yang cukup hebat. Ruam yang ditimbulkan mirip dengan varicella, namun
lebih terlokalisasi pada dermatom, yaitu daerah kulit yang dipersarafi oleh satu
atau lebih ganglia saraf (Warnakulasuriya dan Tilakaratne, 2014). Zoster yang
muncul pada regio saraf trigeminal maksila atau mandibula, akan menyebabkan
ruam pada wajah yang terkadang memicu rasa sakit menyerupai sakit gigi, dan
juga dapat menimbulkan ulser pada rongga mulut yang bersifat unilateral dan
terletak pada daerah distribusi saraf (Scully, 2010). Lesi pada rongga mulut
umumnya ditemukan pada anterior lidah, palatum lunak, dan pipi. Vesikel di
dalam rongga mulut pecah dalam beberapa jam dan menimbulkan ulser dengan
permukaan berwarna abu kekuning-kuningan, dan tepi eritem. Lesi pada oral akan
sembuh lebih cepat dibandingkan lesi pada kulit. (Warnakulasuriya dan
Tilakaratne, 2014).
27
28
29
dapat muncul.
30
2.2
2.2.1 Etiologi
Infeksi HSV-1 disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 yang
tergabung ke dalam sub famili alfa herpes virus. Virus ini dapat menyebabkan
gingivostomatitis herpetika, herpes labialis, herpes simpleks keratitis, herpetik
eczema, herpes pada genital, herpes simpleks ensefalitis, herpes simpleks
31
meningitis, dan herpes visceral (Tidy, 2010). Infeksi yang disebabkan oleh HSV1 dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7 sampai dengan 14 hari. Masa
inkubasi dari infeksi ini 5 hari dan virus dapat menyebar melalu kontak langsung
dengan mukosa yang terinfeksi (Warnakulasuriya dan Tilakaratne, 2014).
Terdapat gejala prodromal sebelum lesi pada mulut muncul, yaitu,demam,
kehilangan nafsu makan, malaise, myalgia (sakit pada otot), sakit kepala, dan
mual. 1 sampai dengan 3 hari setelah gejala prodromal, lesi akan muncul. Sakit
pada rongga mulut yang disebabkan oleh lesi, dapat berakibat pada kurangnya
asupan makanan dan akan memperlambat penyembuhan. Pada kondisi yang lebih
buruk dibutuhkan perawatan di rumah sakit (Greenberg, 2008).
2.2.2 Patofisiologi
Terdapat dua bentuk infeksi HSV-1 pada manusia, yaitu infeksi primer
atau sistemik, dan infeksi sekunder atau lokal. Kedua bentuk infeksi tersebut
dapat pulih dengan sendirinya, namun kekambuhan infeksi sekunder sering terjadi
dikarenakan virus ini dapat bersembunyi di dalam ganglion pada fase latennya
(Chaudhary, 2011).
menularkan HSV-1. Virus ini akan berikatan dengan permukaan sel epitel melalui
sulfat heparin diikuti dengan aktifnya gen-gen spesifik selama fase lisis dari
infeksi (Chaudhary, 2011).
Masa inkubasi setelah paparan virus ini berkisar antara beberapa hari
hingga dua minggu. Setelah infeksi primer pada mukosa ataupun kulit, virus ini
kemudian bergerak secara sentripetal sepanjang serabut saraf dan beristirahat pada
32
ganglia saraf kranial, khususnya pada trigeminal ganglion. Virus ini dapat laten
selama beberapa tahun hingga mendapat stimulus kembali untuk bereplikasi
(Gandolfo et al, 2006).
Penyakit sistemik, paparan sinar matahari, trauma, stres, dan menstruasi
dapat menjadi faktor penyebab kambuhnya HSV-1. Faktor-faktor ini dapat
menstimulasi aktifnya kembali HSV-1 dengan beberapa mekanisme. Pertama,
dengan induksi secara langsung oleh gen virus, (ICP4 dan VPI4). ICP4 dan VPI4
adalah gen virus yang berperan penting dalam proses aktifnya kembali HSV-1.
Panas dapat menginduksi gen-gen HSV-1 baik secara langsung ataupun melalui
produk yang dihasilkan oleh panas itu sendiri. Gen-gen virus yang teraktifasi akan
bangkit dari fase laten kemudian bereplikasi. Mekanisme lainnya adalah dengan
induksi secara tidak langsung yang melibatkan sistem imun. Sinar ultraviolet yang
berlebih mampu menekan sistem imun dan menginduksi sitokin yang dapat
memicu terjadinya inflamasi. Sitokin ini akan mempengaruhi dendrit, selanjutnya
dendrit akan mengirimkan sinyal ke neuron, lokasi DNA virus ini berada. Gengen virus yang sebelumnya laten akan teraktivasi dan memulai untuk bereplikasi
(Scully, 2010). Setelah bereplikasi, virus ini akan melintasi serabut saraf secara
sentrifugal dan muncul dalam bentuk vesikel berkelompok pada area yang
terinfeksi (Gandolfo et al, 2006).
33
34
Bentuk reaktifasi dari virus pada satu per tiga penderita berupa herpes
labialis. Dalam 24 jam sebelum lesi muncul, terdapat tanda prodromal, berupa
gatal, menusuk-nusuk dan sensasi terbakar. Kemudian muncul lepuh yang akan
sembuh dalam 10 hingga 14 hari (Warnakulasuriya dan Tilakaratne, 2014).
ulser
dangkal
dan
tepi
ireguler
berwarna
kemerahan
Gambar 2.3 Lesi Pada Mukosa Labial Penderita Infeksi HSV-1 di IPM RSHS
35
Gambar 2.4 Lesi Pada Lidah Penderita Infeksi HSV-1 di IPM RSHS
Gambar 2.5 Lesi pada Lidah Penderita Infeksi HSV-1 di IPM RSHS
Gambar 2.6 Lesi Pada Mukosa Bukal Penderita Infeksi HSV-1 di IPM RSHS
36
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis awal dari lesi herpes pada kulit dan membran mukosa dapat
ditegakkan dengan cara mengenali pola lesi dan juga dengan melakukan
pemeriksaan Tzanck smear, yang akan memperlihatkan adanya multinucleate
giant cell dan karakteristik intranuklear dari virus herpes. Pemeriksaan ini tidak
membedakan antara herpes simpleks dan varicella-zoster virus, sensitifitas dari
pemeriksaan ini akan menurun sejalan dengan peningkatan usia lesi (Gandolfo et
al, 2006).
HSV dapat diidentifikasi dengan menggunakan kultur sel. Dasar lesi
diambil dan diletakkan di atas glass lab. Sediaan diberi pewarnaan wrigh,
giemsa/papanicolauci untuk melihat karakteristik infeksi, yaitu sel raksasa
multinukleat yang akan terlihat pada histopatologinya (Greenberg, 2008).
Infeksi HSV primer berkaitan dengan meningkatnya immunoglobulin
(Ig)M
diikuti
dengan
peningkatan
secara
permanen
titer
IgG
yang
37
Fitur diagnosis
Adanya gambaran sel multinukleat
raksasa
Adanya keterlibatan eosinofil
intranuklear
Partikel-partikel virus
Tidak berguna pada infeksi primer
38
Gambar 2.8 Lesi pada Stomatitis aftosa rekuren a. pada gingiva, b. pada lipatan
mukobukal (Tilliss dan Jhon, 2002)
Gambar 2.9 Lesi HSV-1 a. Pada Gingiva, b. Pada Palatum (Tilliss dan Jhon,
2002)
39
Menegakkan doagnosa yang tepat untuk RAS dan HSV-1 penting dalam
menentukan rencana perawatan. Lesi HSV-1 yang sedang aktif, berpotensi
menularkan virus kepada orang lain, sehingga kesalahan mendiagnosa dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya penularan infeksi (Tilliss dan Jhon, 2002).
Tabel 2.2 Perbedaan HSV-1 dan RAS (Tilliss dan Jhon, 2002)
HSV-1
Vesikel
RAS
Ulser
virus
70-80%
Banyak faktor
Kemungkinan di atas 66%
Infeksi
primer
Bentuk lesi
Lokasi
Jumlah
Lama
infeksi
Etiologi
Prevalensi
2.2.8 Penatalaksanaan
Pemberian asiklovir pada penderita dengan infeksi HSV-1 cukup efektif.
Asiklovir, famsiklovir, atau obat antivirus lainnya penting diberikan untuk
mengontrol infeksi pada penderita dengan gangguan sistem imun. Pemberian
antivirus disertai dengan perawatan yang mendukung, seperti asupan cairan yang
cukup, antipiretik dan analgesik (biasanya asetaminofen), menjaga kebersihan
rongga mulut yang baik serta menggunakan obat kumur klorheksidin (Scully,
2010).
40
Asiklovir (5x200 mg) dapat diberikan secara oral selama kurang lebih 5
hari. Antivirus ini akan menghambat proses multiplikasi virus. Ketika diberikan
segera setelah paparan virus (dalam72 jam pertama), rasa sakit yang diderita
penderita akan berkurang relatif lebih cepat (dua hingga tiga hari) (Greenberg,
2008). Pada penderita dengan rasa sakit yang lebih parah, dapat disertai
pemberian 100 mg diklofenak satu atau dua kali sehari pada hari pertama hingga
hari ketiga (Petersen, 2006).
Ketika infeksi dapat diidentifikasi dengan cepat (dalam 3 hari) pemberian
antiviral sistemik ataupun topikal akan membantu. Setelah 4 sampai dengan 5
hari, penyebaran virus akan sulit untuk diidentifikasi, sehingga pemberian
antivirus akan manjadi tidak efektif. Apabila kondisi klinis dapat diidentifikasi
berdasarkan waktu penyerangannya, maka kekambuhan infeksi HSV-1 dapat
diminimalkan ataupun dihindari dengan pemberian profilaksis dan antivirus
(Silverman et al, 2001).
41
2.3
Prevalensi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan cara survei untuk mengetahui
3.2
di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum
Pusat Hasan Sadikin Bandung dari Juni 2014-Mei 2015. Pengambilan sampel
secara purposive sampling. Adapun kriteria sampelnya adalah sebagai rekam
medik dan logbook pasien dengan diagnosa infeksi HSV-1 di Sub Bagian Ilmu
Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan
Sadikin Bandung periode Juni 2014-Mei 2015.
Kriteria inklusi:
Pasien dengan diagnosa infeksi HSV-1 dan telah dikonfirmasi melalui
pemeriksaan laboratorium.
42
43
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang belum melakukan pemeriksaan laboratorium (diagnosa suspek
infeksi HSV-1).
3.3
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti pada penelitian ini adalah Prevalensi
infeksi HSV-1 dalam rongga mulut di di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung mulai dari
Juni 2014-Mei 2015.
3.4
Definisi Operasional
1. Prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus yang terjadi di suatu wilayah dan
dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini jumlah kasus yang dimaksud
adalah kasus infeksi HSV 1 dalam rongga mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit
Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung mulai dari Juni 2014-Mei 2015.
44
2. Infeksi HSV-1 (Virus Herpes Simpleks) adalah Infeksi yang disebabkan oleh
virus dan menimbulkan lesi pada tubuh (daerah di atas pinggang) dapat
disertai dengan adanya sensasi terbakar (burning sensation), demam, sakit
tenggorokan dan pembesaran nodus limfa di leher. Pengukuran ditentukan
berdasarkan diagnosa yang tertera di rekam medik dan telah dikonfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorium.
3. SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin adalah
salah satu Staf Medik Fungsional/ sekelompok dokter dalam jabatan
fungsional yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung yang bertugas melaksanakan upaya preventif, rehabilitatif dan
kuratif di bidang kesehatan gigi dan mulut.
3.5
1.
Rekam Medik
2.
3.
Pulpen/pena
4.
Buku
3.6
1.
Prosedur Penelitian
Mengurus surat permohonan izin penelitian kepada Direktur Umum RSUP
Dr Hasan Sadikin Bandung,
2.
45
3.
4.
Peneliti memeriksa dan mencatat data rekam medik pasien yang terinfeksi
HSV-1 dalam rongga mulut selama periode Juni 2014-Mei 2015,
5.
3.7
Hasil kemudian diolah dan dan disusun dalam bentuk tabel dan grafik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Data Jumlah Penderita Infeksi HSV-1 di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut
SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung Periode Juni
2014-Mei 2015
Tabel 4.1 Data Jumlah Penderita Infeksi HSV-1 di Sub Bagian Ilmu
Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr Hasan
Sadikin Bandung Bulan Juni 2014-Mei 2015
Bulan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Tahun
Kasus Baru
Rekuren
Jumlah Pasien
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2015
2015
2015
2015
2015
5 orang
1 orang
0 orang
1 orang
1 orang
0 orang
1 orang
3 orang
1 orang
2 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
0 orang
1 orang
18 orang
17 orang
41 orang
39 orang
47 orang
29 orang
28 orang
57 orang
58 orang
41 orang
31 orang
17 orang
46
47
Hasil penelitian diperoleh data 15 pasien dengan infeksi kasus baru dan 1
kasus berulang (rekuren). Angka prevalensi infeksi HSV-1 tiap bulannya
cenderung fluktuatif, tertinggi terjadi pada bulan Juni 2014 dengan presentase
sebesar 27% dan terendah pada bulan Agustus 2014, November 2014, dan April
2015 sebesar 0%.
48
Usia Pasien
10-20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
61-70 tahun
70-80 tahun
Jumlah
1 orang
3 orang
3 orang
4 orang
3 orang
1 orang
Persentase
6, 67%
20%
20%
26,67%
20%
0%
6,67%
49
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Pria
Pria
Wanita
Wanita
Pria
Wanita
Wanita
Wanita
Wanita
Wanita
Usia
38 Tahun
30 Tahun
37 Tahun
54 Tahun
13 Tahun
28 Tahun
51 Tahun
50 Tahun
24 Tahun
58 Tahun
45 Tahun
44 Tahun
50 Tahun
76 Tahun
31 Tahun
40%
60%
Pria
Wanita
50
4.2
Perhitungan Data
Menghitung
prevalensi
infeksi
HSV-1
dapat
dilakukan
dengan
Bila data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus di atas maka akan diperoleh
hasil sebagai berikut:
51
4.3
Pembahasan
Tabel 4.1 dan diagram 41 menunjukkan jumlah kasus infeksi HSV-1
dalam rongga mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit Mulut SMF Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung periode Juni 2014 Mei
2015. Angka kejadian infeksi HSV-1 selama 1 tahun terakhir mengalami fase naik
turun. Persentase paling tinggi terjadi pada bulan Juni 2014 sebesar 27%; diikuti
Juli 2014 dan Mei 2015 sebesar 5.9%; Januari 2015, 5.3%; Maret 2015, 4.9%,
Desember 2014, 3.6%; September 2014, 2.6%; Oktober 2014, 2.1%; Februari
2015 1.7%; dan Agustus 2014, November 2014, April 2014 sebesar 0%. Pada
bulan Juni, setiap pasien yang datang dengan diagnosa infeksi HSV-1 dihitung
sebagai kunjungan pertama, dan pada kedatangan berikutnya di bulan lain, namun
masih dalam proses penyembuhan, tidak dihitung, sehingga jumlah pasien pada
bulan itu menjadi lebih banyak dibandingkan pada bulan lain. Bulan Juni juga
bertepatan denga bulan Ramadhan (puasa) dan semester/tahun ajaran baru,
sehingga beban atau tingkat stress masyarakat cenderung meningkat, mengingat
pada bulan tersebut pengeluaran relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya.
Penelitian sebelumnya mengenai profil lesi mulut akibat infeksi HSV-1 di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG Unpad periode bulan September 2010
sampai dengan Agustus 2014 jumlah kasus infeksi HSV-1 adalah 14 kasus, terdiri
atas 6 orang pria dan 8 orang wanita. (Nuraeny dkk, 2015). Pada penelitian yang
peneliti lakukan, jumlah kasus infeksi HSV-1 sebanyak 16 kasus, 15 kasus baru
dan 1 kasus lama (rekuran) yang terdiri atas 6 orang pria dan 9 orang wanita.
52
Jumlah itu tidak jauh berbeda dikarenakan Pada periode penelitian peneliti, sub
bagian IPM SMF Gigi dan Mulut RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung, sudah cukup
dikenal masyarakat, sehingga masyarakat yang memiliki keluhan mengenai lesilesi rongga mulut dapat langsung datang ke IPM RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
53
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Prevalensi infeksi HSV-1 dalam rongga mulut di Sub Bagian Ilmu Penyakit
Mulut SMF Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung periode Juni 2014-Mei 2015 sebesar 3.42 %.
2. Infeksi HSV-1 lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
rasio 2:3. Paling banyak menyerang kelompok 41-50 tahun paling sedikit pada
rentang usia 61-70 tahun. Usia termuda yang terinfeksi HSV-1 13 tahun dan
tertua berusia 76 tahun.
5.2
Saran
55
56
infeksi
penatalaksanaannya.
HSV-1,
penularannya,
pencegahan,
serta
DAFTAR PUSTAKA
Ajar, A. H., & P. J, Chauvin. (2002). Acute Herpetic Gingivo Stomatitis in Adult.
Clinical Practice. Volume 68, Halaman 247.
Bedadala, G. R., & R.P, Jayavardhana (2011). Lytic HSV 1 infection induces the
multifunctional transcription factor early growth response 1 (EGR-1).
Virology Journal. Volume 8, halaman 262
Bolle.L.D. et al. (2005). Update on Human Herpes Virus 6 Biology, Clinical
Features, and Teraphy. Clincal Microbiology. Volume 18. No 1, halaman
225, 226.
Daldiyono (2006).Bagaimana Dokter Berpikir, Bekerja.Gramedia: Jakarta
Davison, A. J. (2010, Juni 16). Herpesvirus Systematics. Rockville: Elsevier
Gandolfo, S., et al. (2006). Oral Medicine. London: Elsevier
Greenberg, G.M., & Jonathan. (2008). Burket's Oral Medicine. Hamilton: BC
Decker Inc,35-36.
Haksohusodo, S. (1989). Seroepidemiology of Herpes Simplex Virus in
Yogyakarta, Indonesia. 1.
Herpes Available from:
"http://jid.oxfordjournals.org/content/181/4/1454.full.pdf+html"
http://jid.oxfordjournals.org/content/181/4/1454.full.pdf+html . (diakses 2
Desember 2014)
Kinchington. (2012). Herpes simplex virus and varicella zoster virus, the house
guests who never leave. Herpesviridae, 1-13.
Kountur, R. (2007). Metode penelitian. Jakarta: PPM.
Medac, D. (2010). HSV serology and HSV serum-CSG diagnosis from Medac.
Available
from:
http://www.medac.de/medac_international/data/diagnostics/brochures/Fol
der_HSV_03_05_2010_engl_A4.pdf (diakses 5 Februari 2015)
Mitaart, A.(2010).Infeksi herpes pada pasien imunokompeten. Available from:
"file:///C:/Users/X200ma/Downloads/Buku7_ADOLF%20H%20MITAART.pdf"
file:///C:/Users/X200ma/Downloads/Buku7_ADOLF%20H%20MITAART.pdf (diakses 1 Maret 2015)
57
58
59
Warnakulasuriya, S., & Tilakaratne, W.M. (2014) Oral Medicine and Pathology:
A Guide to Diagnosis and Management. First edition. New Delhi: Jaypee.
Warrell, D.A. et al. (2005). Oxford Textbook of Medicine. Edisi ke 4. Volume1.
Amierika Serikat : Oxford University Press. Halaman 327
Weigmann. H.S., et al. (2005). Viral Infection and Treatment. New York: Marcel
Dekker
Williams, Lippincot dan Wilkins. (2009). Diagnostik Test Made Incredibly Easy.
Second edition. Amerika Serikat: Wolter Kluwer halaman 167
60
61
62
63
64
No
Pasien
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DS
IS
D
EHS
YP
MK
AR
N
SS
B
Z
MI
IJ
TS
DA
Usia
(Tahun
)
38
30
37
54
13
28
51
50
24
L
P
P
P
P
P
Jenis
Kelamin
No
Medrec
Diagnosa
Operator
Pembimbing
L
P
L
P
L
L
L
P
P
58
45
44
50
76
31
1322162
1360455
1301556
1374778
1376220
1380676
1389208
1293028
1418342
352638
1423614
101487
35378
135434
724288
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
Infeksi HSV-1
HCW
HCW
HCW
HCW
HCW
DOT
DOT
IG
FM
DOT
DOT
DOT
FM
IG
DOT
65
66