Anda di halaman 1dari 3

PENYAKIT TROMBOEMBOLI

Trombosis di akibatkan oleh pembentukan bekuan darah atau sumbatan didalam pembulu
darah dan di sebabkan oleh inflasi (tromboflebitis) atau obstruksil parsial pembuluh darah.
Tiga kondisi tromboemboli yang dikhawatirkan pada periode porstpartum:
1. Trombosis vena superfisialmelibatkan sistem vena safena superfisial.
2. Trombosis vena dalamketerlibatan berfariasi namun dapa meluas dari kaki hingga
regio ilifemoral.
3. Embolisme parukomplikasi trombosis vena dalam terjadi ketika bagian dari bekuan
darah lepas dan dibawa ke arteri pulmona, di mana bekuan darah ini menyambat
pembuluh darah dan mengobstruksi aliran darah ke paru-paru.
Insiden dan etiologi.
Insiden penyakit tromboemboli pada periode postpartum bervariasi dari sekitar 1 dari 1.000
wanita hingga 1 dari 2.000 wanita (pettker & lockwood, 2007) insiden telah menurun dalam
20 tahun terakhir karena ambulasi dini setelah melahirkan telah menjadi praktik standar.
Penyebab utama penyakit tromboemboli adalah statis vena dan hiperkoagulasi, keduanya
terdapat pada kehamilandan terus berlanjut hingga periode postpartum. Faktor resiko lainnya
meliputi kelahirsn vagina operatif, kelahiran cesar, riwayat trombosis vena atau verises,
obesitas, usia ibu lebih tua dari 35 tahun, multuparitas, infeksi, imobilitas, dan merokok. Ibu
dengan faktor resiko genetik yang terkait juga beresiko (pettker & lockwood).
Manifestasi klinis
Trombosis vena superfisial adalah bentuk tromboflebitis postpartum yang paling sering.
Pemeriksaan fisik dapat nyeri pada extremitas bawah. Pemeriksaan fisik dapat menunjukan
vena yang mengeras, membesar, merah, dan hangat pada daerah trombosis. Trombosis
dalam lebih sering selama kehamilan di bandingkan setelah melahirkan dan ditandai dengan
nyeri tungkai unilateral, nyeri betis, dan membengkak (figur 2-23). Pemeriksaan fisik dapat
tampak merah dan hangat, namun banyak wanita hanya memiliki sedikit gejala jika ada.
Tanda homans positif dapat timbul, namun evaliasi lebih lanjut diperlukan karena nyeri betis
dapat di sebapkan oleh penyebab lainnya, seperti ketegangan otot akibat posisi melahirkan.
Embolisme paru akut ditandai dengan dispnea dan takipnea (>20 kali/menit). Tanda da
gejala lainnya yang sering ditemukan meliputi takikardia ( 100 denyut/menit), kecemasan,
batuk, hemoptisis, peningkatan temperatur, sinkop, dan nyeri dada pleuritis (cunningham
dkk., 2005;.
Pemeriksaan fisik bukan merupakan indikator diagnostik yang sensitif untuk trombosis.
Venografi merupakan metode yang paling akurat untuk mengdiagnosis trombosis vena dalam;
namun, hai ini merupakan prosedur invasif yang berhubungan dengan komplikasi serius.
Metode diagnostik noninvasif sering digunakan; metode ini meliputi ultrasound doppler
berwarna dan real-time. Auskultasi jantung dapat menggunakan murmur pada embolisme
paru. Elektrokardiogram biasanya normal. Tekanan oksigen arteri dapat lebih rendah dari
normal.

Penatalaksana medis
Trombosis vena superfisial diobati dengan analgesik (agen antiinflamasi non steroid),
beristirahat dengan menaikan tungkai yang bermasalah, serta kaos kaki elastis (cinningham
dkk). Aplikasi lokal panas juga dapat digunakan. Trombosis vena dalam awalnya ditangani
denagn terapi antikoagulan (biasanya heparin IV berkelanjutan), tirah baring dengan hasil
elavasi tungkai yang bersangkutan, serta analgesik. Setelah gejala berkurang, ibu dapat
dipasangkan kaos kaki elastis (elastic stocking) untuk digunakan ketika ia di perbolehkan
untuk berjalan. Terapi heparin IV berlanjut selama 3-5 hari atau hingga gejala menghilang.
Terapi antikoagulan oral (warfarin) dimulai pada saat ini dan akan dilanjutkan sekitar 3 bulan.
Terapi heparin IV berkelanjutan digunakan untuk embolisme paru hingga gejala menghilang
dan diikuti oleh heparin subkutan atau terapi antikoagulan oral hingga selama 6 bulan.
Intervensi keperawatan
Pada tatanan rumah sakit, asuhan keperawatan ibu dengan trombosis terdiri atas pengkajian
berkelanjutan: inpeksi dan palpasi daerah yang bersangkutan; palpasi denyut perifer;
memeriksa tanda homans; pengukuran dan perbandingan lingkar tungkai; inpeksi tanda-tanda
pendarahan; memonitor tanda-tanda embolisme paru, meliputi nyeri dada, batuk, dispnea, dan
takipnea; serta status pernapasan terhadap adanya ronki. Hasil laboratorium di monitor akan
waktu protrommbin atau tromboplastin parsial. Ibu dan keluarganya dikaji terhadap tingkat
pengetahuan mengenai diagnosis dan kemampuan beradaptasi selama periode penyembuhan
memanjang yang tidak terduga.
Intervensi meliputi penjelasan dan edukasi mengenai diagnosis dan pengobatan. Ibu akan
membutuhkan bantuan untuk perawatan diri selama ia melakukan tirah baling; keluarga harus
didukung untuk berpartisipasi dalam perawatan jika hal tersebut yang diinginkan ibu dan
keluarganya. Ketika ibu melakukan tirah baring, ia harus di sarankan untuk sering mengubah
posisi dan menghindari posisi kaki tertekuk yang dapat menyebabkan kumpulan darah di
ekstremitas bawah. Ia juga harus di peringkatkan untuk menghindari memijat area yang
bermasalah, karena tindakan ini dapat menyebapkan lepasnya sumbatan pembulu darah.
Setelah ibu di perbolehkan untuk melakukan ambulasi, ia diajarkan bagaimana mencegah
penyumbatan vena dengan memasangkan kaos kaki elastis sebelum turun dari tempat tidur.
Heparin dan warfarin diberikan sesuai instruksi dokter, dan segera laporan ke dokter jika
masa pembekuan melebihi kadar terapeutik. Pada ibu menyusui, yakinkan bahwa heparin
maupun warfarin tidak dieksresi dalam jumlah yang signifikan ke dalam ASI. Jika bayi telah
dipulangkan, keluarga disarankan untuk membawa bayi untuk disusui sesuai kebijakan rumah
sakit; ibu juga dapat memeras susunya untuk dibawa pulang.
Nyeri dapat di tangani dengan berbagai usaha. Perubahan posisi, mengelevasi tungkai, dan
apliksi kompres hangat dan lembap dapat mengurangi ketidaknyamanan. Pemberian obat
analgesik dan antiinflamasi mungkin di perlukan.
Ibu biasanya di pulangkan kerumah dengan antikoagulan oral dan akan membutuhkan
penjelasan mengenai jadwal pengobatan serta evek samping yang mungkin terjadi. Jika akan

diberikan injeksi subkutan, ibu dan keluarganya diajarkan bagaimana cara memberiksn obat
dan mengenai tempat rotasi. Ibu dan keluarganya juga harus diberikan informasi mengenai
praktik perawatan yang aman untuk meencegah pendarahan dan perlukaan ketika ia mendapat
obat-obatan antikoagulan, seperti menggunakan sikat gigi yang lembut dan menggunakan alat
cukur elektrik. Ia juga akan membutuhkan informasi mengenai pemeriksaan ulang oleh
petugas kesehatan untuk memonitor masa pembekuan dan untuk memastikan dosis terapi
antikoagulan yang tepat tetap terjaga. Ibu juga harus mengunakan metode kontrasepsi yang
terpercaya jika mengonsumsi warfarin, karena pengobatan ini diduga bersifat teratogenik.
Kontrasepsi ooral dikontraindikasikan karena meningkatkan resiko trombosis.

Anda mungkin juga menyukai