Anda di halaman 1dari 22

KISAH SAHABAT NABI

MANISNYA IMAN (KISAH


ABDULLAH BIN HUDZAFAH
RADHIYALLAHU ANHU
BERSAMA HERAKLIUS)
KISAH ISLAM APRIL 4, 2013

6 1 6.1K 5

Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu anhu adalah salah seorang panglima kaum
muslimin yang ikut serta dalam pembebasan negeri Syam. Dia diserahi misi penting
untuk memerangi penduduk Kaisariah, sebuah kota benteng di wilayah Palestina,
tepatnya di tepi Laut Tengah. Namun Allah Subhanahu wa Taala menakdirkan Abdullah
bin Hudzafah radhiyallahu anhu gagal dalam salah satu pertempuran, sehingga
akhirnya ia ditangkap oleh tentara Romawi.
Heraklius merasa berkesempatan untuk menyakiti dan menyiksa kaum muslimin. Lalu
ia mendatangkan Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu anhu ke hadapannya. Ia ingin
menguji seberapa kuat agamanya dan ingin menjauhkannya dari Islam. Heraklius

memulai dengan memberikan bujukan dan penawaran. Ia menawarkan kepada


Abdullah radhiyallahu anhu beberapa tawaran yang menggiurkan.
Heraklius berkata kepadanya, Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka engkau akan
mendapatkan harta yang engkau inginkan. Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu menolak
tawaran ini. Kemudian Heraklius menambahkan, Masuklah ke dalam agama Nasrani,
maka saya akan menikahkanmu dengan putriku. Ibnu Hudzafah radhiyallahu
anhu juga menolak tawaran kedua. Lantas Heraklius berkata lagi, Masuklah ke dalam
agama Nasrani, maka saya akan merekrutmu menjadi orang penting dalam
kerajaanku. Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu pun menolak tawaran ketiga ini.
Heraklius menyadari bahwa ia tengah berhadapan dengan bukan sembarang lelaki.
Maka ia pun memberikan penawaran keempat. Ia berkata kepadanya, Masuklah ke
dalam agama Nasrani, maka saya akan memberikan kepadamu separuh dari
kerajaanku dan separuh hartaku. Lantas Ibnu Hudzafahradhiyallahu anhu memberikan
jawaban yang tegas dan mematikan, Meskipun kamu memberikan kepadaku semua
harta yang kamu miliki dan semua harta yang dimiliki oleh orang Arab, saya tidak akan
kembali meninggalkan agama Muhammad shallallahu alaihi wa sallam meskipun hanya
sekejap mata.
Setelah Heraklius gagal dalam memberikan penawaran dan bujukan, maka ia menekan
Ibnu Hudzafahradhiyallahu anhu dengan cara memaksa, menyiksa, mengintimidasi,
dan mengancamnya. Maka, Heraklius berkata kepadanya, Kalau demikian, saya akan
membunuhmu? Heraklius tidak menyadari bahwa orang yang tidak tergiur dengan
tawaran dan bujukan, tentunya juga tidak akan menyerah menghadapi paksaan dan
siksaan. Orang yang menginjak dunia dengan kedua kakinya, tidak akan kikir untuk
menyerahkan nyawa untuk menebus agamanya. Ia berkata kepada Heraklius, Silakan
kamu melakukan hal itu.
Kemudian Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu dijebloskan ke dalam penjara dan tidak
diberi makan dan minum selama tiga hari. Setelah itu ia disuguhi arak dan daging babi
agar ia memakannya. Akan tetapi, Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu menolak
mencicipinya. Akhirnya sampai berhari-hari ia tidak menyentuh makanan dan minuman
sehingga ia hampir mati. Kemudian Heraklius mengeluarkannya dan bertanya
kepadanya, Apa yang membuatmu enggan minum arak dan makan daging babi

padahal engkau dalam kondisi terpaksa dan kelaparan? Ia menjawab, Ketahuilah!


Kondisi darurat memang telah menjadikan hal tersebut halal bagi saya dan tidak ada
keharaman bagi saya memakannya. Akan tetapi, saya lebih memilih untuk tidak
memakannya, sehingga saya tidak memberikan kesempatan kepadamu untuk bersorak
melihat kemalangan Islam.
Kemudian Heraklius memerintahkan kepada anak buahnya agar mereka menyalib Ibnu
Hudzafahradhiyallahu anhu dan mengikatnya pada kayu. Para pemanah siap-siap
melesakkan anak panah dari posisi yang dekat darinya. Ia pun tetap bertahan.
Heraklius masih menawarkan agar ia memeluk agama Nasrani, tetapi ia tetap menolak.
Kemudian ia diturunkan. Heraklius memerintahkan agar disiapkan air di dalam kuali
besar dan dinyalakan api di bawahnya. Ketika air di dalam kuali telah mendidih,
didatangkanlah seorang tawanan muslim, lalu ia diceburkan ke dalamnya, maka
dagingnya pun meleleh sehingga tinggal tulang kerangka. Kemudian tawanan muslim
yang kedua diceburkan di dalamnya sedangkan Ibnu Hudzafah radhiyallahu
anhu melihatnya.
Kemudian Heraklius memerintahkan agar Ibnu Hudzafah radhiyallahu
anhu dilemparkan ke dalam air mendidih. Ketika mereka memegang Ibnu
Hudzafah radhiyallahu anhu untuk dilemparkan ke dalam air mendidih, maka ia
menangis. Lantas dilaporkan kepada Heraklius bahwa Ibnu Hudzafah radhiyallahu
anhu menangis. Heraklius mengira bahwa Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu menangis
karena ia takut mati serta menunjukkan bahwa ia mundur dari posisinya dan
membatalkan ketetapan hatinya dan ia akan mengabulkan keinginan Heraklius. Lantas
Heraklius memanggilnya dan memberi tawaran kepadanya agar ia memeluk agama
Nasrani. Ia pun tetap menolaknya. Lalu Heraklus bertanya kepadanya, Kalau demikian
mengapa engkau menangis? Lalu ia memberikan jawaban yang menakjubkan, benarbenar melemahkan, dan menetapkan kegagalan dan kekalahan Heraklius, Saya
menangis karena saya hanya memiliki jiwa sebanyak rambut saya, pastilah saya
korbankan untuk menebus agamaku. Sehingga, semuanya mati di jalan Allah.
Akhirnya Heraklius mengakui kekalahannya di hadapan Ibnu Hudzafahradhiyallahu
anhu. Kekalahannya yaitu bahwa ia memiliki harta, pangkat, kekuatan, dan dunia
berhadapan dengan seseorang muslim yang tidak bersenjata dan tidak menyandang
apa-apa. Lantas ia memberikan tawaran terakhir sebagai bentuk kekalahan.

Demi menjaga martabatnya, Heraklius berkata, Hai Ibnu Hudzafah! Maukah kamu
mengecup kepalaku? Saya akan membebaskanmu dan melepaskanmu? Ibnu
Hudzafah radhiyallahu anhu menjawab, Baiklah, dengan syarat engkau harus
melepaskan semua tawanan kaum muslimin yang berada di dalam penjara kalian saat
itu ada lebih dari 300 tawanan. Lantas Umar radhiyallahu anhu berdiri menghampiri
Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu dan mengecup kepalanya, lalu para sahabat lainnya
mengikutinya.
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah,
Pustaka Arafah Cetakan 1
Artikel www.KisahMuslim.com

Jumat, 13 Mei 2011, 22:31 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Abdullah


bin Hudzafah, Penebus
Tawanan Muslim
Red: cr01
tintamujahid90.blogspot.com

Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Abdullah bin Hudzafah As-Sahmy. Dia adalah


seorang sahabat yang beruntung lantaran pernah menemui dua raja besar di
zamannya; Kisra, Raja Persia dan Kaisar Agung, Raja Romawi.
Suatu ketika Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzafah untuk mengirimkan
surat beliau yang berisi ajakan masuk Islam kepada Kisra Abrawis, Raja
Persia. Ia pun mempersiapkan segala keperluannya. Anak-anak dan
keluarganya ia titipkan kepada para sahabat.
Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Abdullah bin Hudzafah tiba
di ibukota Persia. Setelah mendapat sedikit kesulitan, ia dipersilakan
menghadap Kisra. Abdullah menghadap sang Raja dengan pakaian
sederhana, sebagaimana kesederhanaan orang-orang Islam. Namun
kepalanya tetap tegak dan jalannya pun tegak penuh wibawa.
Tatkala Kisra melihat Abdullah menghadap, dia memberi isyarat kepada
pengawalnya supaya menerima surat yang dibawa Abdullah. Namun

Abdullah menolak memberikannya kepada pengawal. "Rasulullah


memerintahkan supaya memberikan surat ini langsung ke tangan Kisra
tanpa perantara. Saya tidak mau menyalahi perintah Rasulullah," kata
Abdullah.
"Biarkan dia mendekat kepadaku!" bentak Kisra dengan hati mendongkol. Ia
menerima surat yang diberikan Abdullah dan memerintahkan sekretarisnya
untuk membaca isinya: "Dari Muhammad, kepada Kisra, Raja Persia.
Berbahagialah siapa saja yang mengikuti petunjuk..."
Baru sampai di situ sekretaris membaca surat, api kemarahan menyala di
dada Kisra. Mukanya berubah merah. "Kurang ajar, berani-beraninya dia
menulis namanya lebih dahulu dari namaku. Padahal dia adalah budakku,"
umpat Kisra geram. Surat yang sedang dibaca sekretarisnya itu ia sambar
dan robek-robek. Lalu ia memerintahkan pengawalnya untuk mengusir
Abdullah dari ruang pertemuan.
Setibanya di hadapan Rasulullah, Abdullah bin Hudzafah segera melaporkan
segala kejadian yang dilihat dan dialaminya, diantaranya perbuatan Kisra
yang merobek surat beliau.
Mendengar laporan tersebut, Rasulullah bersabda, "Semoga Allah merobekrobek kerajaannya pula!"
Pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kaisar Agung terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab. Pada tahun 19 Hijriyah, Khalifah
Umar mengirim angkatan perangnya untuk menyerang Romawi. Dalam
pasukan itu terdapat seorang perwira senior; Abdullah bin Hudzafah.
Kaisar Romawi telah mengetahui keunggulan dan sifat-sifat tentara Muslim.
Sumber kekuatan mereka adalah iman yang membaja dan keyakinan yang
dalam, serta keberanian mereka menghadapi maut. Jihad di Allah menjadi
tekad dan cita-cita hidup mereka.

Kaisar Romawi memerintahkan kepada para perwiranya, "Jika kalian berhasil


menawan tentara Muslim, jangan kalian bunuh, tapi bawa ke hadapanku!"
Ditakdirkan Allah, Abdullah bin Hudzafah tertawan. Ia dibawa menghadap
sang Kaisar. Setelah memerhatikan Abdullah bin Hudzafah agak lama, Kaisar
berkata, "Aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu."
"Apa yang hendak anda tawarkan?" tanya Abdullah.
"Maukah kau masuk agama Nasrani? Jika mau, aku akan membebaskanmu
dan memberikan hadiah yang besar," kata Kaisar.
Abdullah menjawab lantang, "Aku lebih suka mati seribu kali daripada
menerima tawaran anda."
Kaisar tersenyum. "Aku lihat kau adalah seorang perwira yang pintar. Jika
kau mau menerima tawaranku, aku akan mengangkatmu menjadi pembesar
kerajaan."
Abdullah membalas tersenyum dan berkata, "Demi Allah, seandainya anda
berikan padaku seluruh kerajaan anda, ditambah semua kerajaan yang ada
di tanah Arab ini, agar aku keluar dari agama Muhammad walau sekejap
mata, aku tetap tidak akan menerimanya!"
"Kalau begitu, kau akan kubunuh!" bentak Kaisar marah.
"Silakan, lakukanlah apa saja yang anda suka!" jawab Abdullah mantap.
Tubuh Abdullah bin Hudzafah akhirnya diikat di kayu salib. Kemudian Kaisar
memerintahkan tukang panah untuk memanah lengan Abdullah. Setelah itu
Kaisar bertanya lagi, "Bagaimana? Maukah kau masuk agama Nasrani?"

"Tidak!" jawab Abdullah.


"Panah kakinya!" perintah Kaisar. Maka anak panah kembali meluncur
mengenai kaki Abdullah.
"Maukah kau pindah agama?" bujuk Kaisar.
Abdullah tetap menolak. Karena tidak berhasil, Kaisar menyuruh
menghentikan siksaan dengan panah. Abdullah diturunkan dari tiang salib.
Kaisar kemudian meminta sebuah kuali besar, lalu dituangkan minyak ke
dalamnya. Setelah minyak menggelegak, Kaisar meminta dua orang
tawanan Muslim. Seorang diantaranya dilemparkan ke dalam kuali. Sebentar
kemudian, daging orang itu hancur hingga tulang-belulangnya keluar.
Kaisar kembali membujuk Abdullah agar mau pindah agama, namun ia tetap
menolak. Akhirnya Kaisar memerintahkan pengawal untuk melempar
Abdullah ke dalam kuali.
Ketika pengawal menggiring Abdullah mendekati kuali, ia menangis. Kaisar
mengira Abdullah menangis karena takut. Ternyata dugaannya salah.
Abdullah tetap tak mau pindah agama.
"Kurang ajar, Lalu apa yang menyebabkan kamu menangis?" bentak Kaisar.
"Aku menangis karena keinginanku selama ini tidak terkabul. Aku ingin mati
di medan tempur. Ternyata kini aku akan mati konyol dalam kuali," jawab
Abdullah.
"Kalau begitu, maukah kau mencium kepalaku?" tanya Kaisar tiba-tiba.
"Kalau kau mau, aku akan membebaskanmu dan seluruh tawanan."
Abdullah berpikir sejenak. "Aku harus mencium kepala musuh Allah, tapi aku
dan kawan-kawanku bebas. Ah, tidak ada ruginya."

Ia pun menghampiri Kaisar dan mencium kepalanya. Kaisar kemudian


memerintahkan para pengawal membebaskan semua tawanan Muslim.
Setibanya di hadapan Khalifah Umar, Abdullah bin Hudzafah melaporkan
semua peristiwa yang dialaminya. Khalifah Umar sangat gembira mendengar
laporan Abdullah tersebut.
Ketika memeriksa pasukan Muslim yang tertawan dan bebas bersama-sama
Abdullah, Umar berkata, "Sepantasnyalah setiap Muslim mencium kepala
Abdullah bin Hudzafah. Nah, aku yang memulai!"
Khalifah Umar bin Al-Khathab berdiri lalu mencium kepala Abdullah bin
Hudzafah As-Sahmy.

Sudah sepatutnya setiap Muslim mencium kepala Abdullah bin


Hudzafah as-Sahmiy dan saya adalah orang pertama yang
melakukannya (Umar bin al-Kaththab)
Pemeran cerita kita kali ini adalah salah seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Hudzafah asSahmiy.
Boleh saja sejarah tidak mengangkat pembicaraan tentang tokoh ini sebagaimana telah berjuta-juta
orang arab sebelumnya yang tidak pernah diangkat. Akan tetapi Islam yang agung telah
menakdirkan Abdullah bin Hudzafah as-Sahmiy bertemu dengan para pembesar dunia pada zaman
itu; Kisra Persia dan Kaisar Romawi. Kisah ini kemudian diabadikan oleh sejarah sepanjang zaman.
Kisahnya bersama Kisra raja persia terjadi pada tahun ke-enam Hijriyyah ketika Nabi Shallallhu
alaihi Wa Sallam berkeinginan mengirimkan sekelompok para sahabatnya untuk mengantarkan
surat kepada raja-raja Ajam (non Arab). Surat tersebut berisi ajakan beliau kepada mereka untuk
memeluk Islam. Dan Rasul Shallallhu alaihi Wa Sallam sangat menyadari bahwa tugas ini amat
berbahaya.
Para utusan itu akan pergi ke negeri nun jauh yang belum pernah menjalin perjanjian sebelumnya.
Mereka tidak mengerti bahasanya dan tidak mengetahui tabiat-tabiat rajanya. Kemudian mereka
akan mengajak raja-raja itu untuk meninggalkan agamanya dan berpisah dengan kebesaran dan
kerajaannya serta memeluk agama suatu kaum yang beberapa di antara mereka adalah penduduk
wilayah yang tunduk terhadap kekuasaan mereka.

Ini adalah perjalanan yang berbahaya. Yang pergi dalam perjalanan itu akan dianggap hilang dan
yang bisa kembali pulang seolah-olah dilahirkan kembali.
Untuk itu Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya dan berpidato di hadapan mereka. Setelah
memuji dan menyanjung Allah, bersyahadat lalu berkata:
(Amma badu, Sesungguhnya aku ingin mengutus sebagian kamu kepada raja-raja Ajam, maka
janganlah kamu membantah kepadaku sebagaimana bani Israil membantah kepada Isa bin
Maryam).
Maka para sahabat Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam berkata, Wahai Rasulullah, kami siap
melaksanakan apa yang engkau kehendaki, maka utuslah kami dengan sesuka hati engkau.
Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam memilih enam orang sahabatnya untuk menyampaikan
surat-suratnya kepada raja-raja Arab dan Ajam, dan di antara ke-enam orang tersebut adalah
Abdullah bin Hudzafah as-Sahmiy, ia dipilih untuk menyampaikan surat Nabi Shallallhu alaihi Wa
Sallam kepada Kisra Persia.
Abdullah bin Hudzafah menyiapkan kendaraannya dan berpamitan dengan istri dan anaknya, lalu
bergerak melaksanakan tugasnya dengan turun dan naik gunung, sendirian tidak ada yang
menemaninya kecuali Allah, hingga ia sampai ke negeri Persia, kemudian ia meminta izin masuk
untuk menemui sang kisra dan menyerahkan surat kepadanya.
Sang kisrapun memerintahkan agar istananya dihiasi dan memanggil pembesar-pembesar Persia
untuk hadir di kerajaannya, Kemudian Abdullah bin Hudzafah dipersilahkan masuk.
Abdullah bin Hudzafah menemui penguasa Persia itu dengan pakaian tipis yang membalut tubuhnya
yang dirangkap jubahnya yang kasar, tampak padanya kesederhanaan orang Arab.
Namun ia sangat percaya diri, berdiri tegap, nampak pada penampilannya kewibawaan Islam dan
bercokol dalam hatinya kebesaran Iman.
Ketika Kisra melihatnya sedang menghadapnya, ia menunjuk salah seorang ajudannya untuk
mengambil surat dari tangannya, maka Abdullah berkata, Tidak!, Rasulullah Shallallhu alaihi Wa
Sallam menyuruhku supaya aku menyerahkan surat ini langsung ke tanganmu dan aku tidak akan
mengingkari perintah Rasulullah.
Lalu Kisra berkata, Biarkan ia mendekat kepadaku. dan setelah ia mendekat kepadanya, Kisra
mengambil surat dari tangannya.
Kemudian Kisra memanggil juru tulis arab dari negeri penduduk Hirah dan menyuruhnya supaya
membuka surat dan membacanya di hadapannya. Dan ternyata di dalamnya,
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad utusan Allah
kepada Kisra pembesar Persia, kesejahteraanlah bagi orang yang mengikuti petunjuk
Ketika Kisra mendengar sepotong surat ini, maka menyalalah kemarahan di dadanya, mukanya
merah dan otot lehernya melembung besar, karena Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam
memulai dengan menyebutkan?, lalu ia menarik surat dari tangan juru tulisnya dan merobek-

robeknya tanpa mengetahui apa yang tertulis dalam surat itu, lalu ia berteriak: Apakah ia menulis
surat kepadaku dengan seperti ini, sedangkan ia adalah hambaku!!
Lalu ia menyuruh supaya Abdullah bin Hudzafah dikeluarkan dari singgasananya, lalu ia dikeluarkan.
Abdullah bin Hudzafah keluar dari kerajaan Kisra, dan ia tidak tahu apa yang akan ditakdirkan oleh
Allah kepadanyadibunuh atau dibiarkan pergi?.
Akan tetapi ia masih bisa berkata, Demi Allah aku tidak perduli terhadap keadaanku setelah aku
menyampaikan surat Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam . dan ia menaiki kendaraannya dan
pergi.
Dan ketika Kisra telah reda dari marah, ia menyuruh supaya Abdullah dipanggil masuk kembali
kepadanya, namun Abdullah tidak ditemukan lalu mereka mencarinya akan tetapi mereka tidak
menemukan jejaknya Hingga mereka mencari di jalan yang menuju ke negeri arab dan mereka
menemukannya namun ia telah jauh.
Dan ketika Abdullah menemui Nabi Shallallhu alaihi Wa Sallam ia menceritakan apa yang terjadi
tentang Kisra dan surat yang dirobek olehnya, Rasul langsung berkata, Mudah-mudahan Allah
merobek-robek kerajaan-nya.
Adapun Kisra, ia telah menulis surat kepada Badzan wakilnya yang ditugaskan di Yaman, Utuslah
dua orang prajuritmu yang kuat-kuat kepada orang yang muncul di Hijaz ini, dan perintahkanlah
keduanya agar membawanya kepadaku, maka Badzan mengutus dua orang terbaiknya kepada
Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam, ia juga membekali surat untuk diberikan kepadanya, di
dalam surat itu ia menyuruhnya supaya beliau berangkat bersama kedua orang itu untuk menemui
Kisra dengan segeraDan ia meminta dari kedua orang itu untuk mendengar khabar Nabi
Shallallhu alaihi Wa Sallam dan memata-matainya, dan menyampaikan berita yang diperolehnya
kepadanya.
Kedua orang itu segera berangkat sehingga mereka sampai ke Thaif dan menjumpai para pedagang
Quraisy, lalu keduanya bertanya kepada mereka tentang Muhammad Shallallhu alaihi Wa Sallam,
maka mereka menjawab, Ia berada di Yatsrib!.
Kemudian para pedagang itu bergegas menuju ke Mekkah dengan riang untuk menyampaikan
khabar gembira, mereka mengucapkan selamat bagi orang-orang Quraisy sambil berkata,
Bersenang-senanglah kalian, karena Kisra telah menangani Muhammad dan kalian bakal aman
dari kejahatannya.
Adapun kedua orang tadi, mereka telah pergi menuju kota Madinah dan bertemu Nabi Shallallhu
alaihi Wa Sallam, dan memberikan surat Badzan kepadanya, dan keduanya berkata kepada beliau,
Sesungguhnya raja diraja Kisra telah menulis surat kepada raja kami Badzan supaya ia mengutus
orang kepadamu, orang itu akan membawamu kepadanya Dan kami telah mendatangimu supaya
kamu pergi bersama kami kepadanya, jika kamu menuruti kami, kami akan memberi tahu Kisra
tentang sesuatu yang berguna bagi kamu dan ia akan menahan siksaannya darimu, dan jika kamu

tidak mau, maka ia adalah orang yang kamu telah tahu keganasannya, kekerasannya dan
kemampuannya untuk membinasakanmu dan kaummu. Maka Rasul Shallallhu alaihi Wa Sallam
tersenyum dan berkata kepada keduanya, Hari ini, kembalilah kamu berdua ke tempat tendamu dan
datanglah kamu berdua besok ke sini.
Dan keesokan harinya keduanya datang kepada Nabi Shallallhu alaihi Wa Sallam dan mereka
berkata kepadanya, Apakah kamu telah siap untuk berangkat bersama kami kepada Kisra? Beliau
berkata kepada mereka berdua, Kamu berdua tidak akan menemukan Kisra setelah hari ini Allah
telah membinasakannya, anaknya (Syirwaih) telah membunuhnya pada malam ini di bulan ini
Maka keduanya mencermati wajah Nabi dan mulai nampaklah keheranan di wajah mereka, dan
keduanya berkata, Apakah anda sadar apa yang anda katakan? bolehkah kami menulis hal itu
kepada Badzan? Beliau menjawab, Ya, dan katakan kepadanya Bahwa agamaku akan sampai ke
seluruh kekuasaan Kisra, dan jika kamu masuk Islam aku akan memberikan apa yang kamu kuasai,
dan aku jadikan kamu raja atas kaummu.
Kedua orang itu keluar dari Rasulullah Shallallhu alaihi Wa Sallam dan pulang menemui Badzan
dan menyampaikan khabar; maka Badzan berkata, Jika apa yang dikatakan Muhammad benar,
maka ia adalah seorang nabi, dan jika tidak benar, maka kita akan pikirkan lagi nanti.
Tidak lama kemudian datanglah surat Syirwaih kepada Badzan, ia berkata dalam surat itu, Amma
badu, aku telah membunuh Kisra, dan aku tidak membunuhnya kecuali karena balas dendam untuk
kaumku, ia telah banyak membunuh pembesar-pembesar mereka, memboyong perempuanperempuan mereka dan menjarah harta mereka, jika suratku ini telah datang kepadamu, maka
jadilah kamu dan kaummu orang-orang yang taat kepadaku.
Ketika Badzan membaca surat Syirwaih, ia tidak melanjutkan bacaannya, akan tetapi ia
melemparkannya ke sampingnya dan ia menyatakan masuk Islam, dan begitu pula orang-orangnya
dari Persia yang ada di Yaman semua masuk Islam.
Ini adalah kisah pertemuan Abdullah bin Hudzafah dan Kisra raja Persia.
Lalu bagaimana pertemuannya dengan Kaisar pembesar Romawi?
Pertemuannya dengan Kaisar adalah terjadi pada zaman khalifah Umar bin al-Khaththab radliyallhu
anhu pada saat itu ia mempunyai kisah yang sangat indah
Pada tahun kesembilan hijriyah Umar bin al-Khaththab mengutus pasukan untuk memerangi
Romawi, dan diantaranya Abdullah bin Hudzafah as-Sahmiy. Kaisar pembesar Romawi sendiri telah
mendengar khabar tentang pasukan-pasukan kaum muslimin yang mempunyai kebenaran iman,
kekokohan aqidah dan keteguhan jiwa dalam menegakkan jalan Allah dan Rasul-Nya.
Maka Kaisar menyuruh pasukannya bahwa jika mereka mendapatkan tawanan dari kaum muslimin,
supaya mereka tidak membunuhnya dan membawa kepadanya dalam keadaan hidup Dan Allah
memang telah berkehendak bahwa Abdullah bin Hudzafah as-Sahmiy jatuh tertawan oleh pasukan

Romawi, lalu mereka membawanya kepada rajanya, dan mereka berkata, Dia termasuk sahabat
Muhammad yang lebih dahulu memeluk agamanya, dan ia telah menjadi tawanan kami, lalu kami
hadirkan ia kepada engkau.
Raja Romawi menatap Abdullah bin Hudzafah agak lama dan berkata, Aku akan menawari kamu
sesuatu!
Ia berkata, Apa itu?
Maka ia berkata, Aku tawari kamu untuk masuk Nasranijika kamu menerima aku akan
membebaskan kamu, dan aku beri kamu kedudukan. Maka tawanan itu berkata dengan lantang dan
yakin, Tidak!Kematian adalah seribu kali lebih aku cintai daripada apa yang kamu tawarkan
kepadaku itu!
Maka Kaisar berkata, Sungguh aku melihatmu sebagai orang pemberaniJika kamu menerima
tawaranku, aku beri kamu jabatan dan aku bagi kerajaanku kepadamu.
Maka tawanan yang terikat itu tersenyum dan berkata, Demi Allah jika kamu memberiku semua apa
yang kamu miliki dan semua apa yang dimiliki orang-orang arab supaya aku meninggalkan agama
Muhammad dalam sekejap mata, aku tidak akan melakukannya!
Ia berkata, Kalau begitu aku akan membunuhmu.
Ia berkata, Terserah kamu. Kemudian ia menyalibnya, dan ia berkata kepada para ahli panahnya
dengan bahasa romawi Panahlah dekat tangannya, sambil ia menawarinya untuk masuk nasrani,
dan Abdullah menolaknya.
Lalu ia berkata, Panahlah dekat kakinya. Dan ia menawarkan kepadanya supaya ia meninggalkan
agama Muhammad, tetapi ia menolak.
Setelah itu Kaisar menyuruh supaya mereka berhenti menyakitinya, dan supaya menurunkannya dari
kayu salib, kemudian ia meminta supaya didatangkannya panci besar, lalu panci itu diisi dengan
minyak dan diletakkan di atas api sehingga minyak itu mendidih, lalu kaisar meminta supaya
didatangkan dua orang tawanan dari kaum muslimin, lalu ia menyuruh supaya salah seorang dari
keduanya diceburkan di dalamnya, maka bertebaranlah dagingnya dan tulangnya nampak
menganga.
Lalu Kaisar menengok ke arah Abdullah bin Hudzafah dan mengajaknya untuk memeluk agama
Nasrani, akan tetapi tawaran itu ditolaknya dengan amat keras, bahkan lebih keras dari sebelumnya.
Dan setelah Kaisar telah putus asa, ia menyuruh supaya Abdullah diceburkan di panci yang dipakai
untuk menceburkan kedua sahabatnya. Dan ketika ia telah didekatkan dengan panci itu, keluarlah
air matanya, maka berkatalah orang-orang Kaisar kepada rajanya, Ia menangis!
Maka Kaisar menyangka bahwa ia telah jera dan berkata, Kembalikan ia kepadaku. Ketika ia telah
sampai di depannya, Kaisar menawarinya untuk memeluk agama Nasrani dan ia menolak, maka
Kaisar berkata, Sialan kamu, lalu apa yang membuatmu menangis?
Ia menjawab, Yang membuatku menangis adalah bahwa aku berkata kepada diriku, Kamu
diceburkan di panci ini sekarang lalu jiwamu melayang, dan sesunggungnya aku menginginkan
kalau aku mempunyai nyawa sejumlah rambutku lalu diceburkan semuanya di panci ini di dalam

jalan Allah.'
Maka berkatalah Kaisar durjana itu, Maukah kamu mencium kepalaku dan aku membebaskanmu?
Maka Abdullah berkata, beserta semua tawanan muslim juga?
Kaisar berkata, Dan semua tawanan muslim juga. Abdullah berkata, Aku bergumam dalam hati,
Aku mencium kepala salah satu dari musuh Allah lalu ia membebaskanku dan tawanan muslim
semuanya, tidak masalah bagiku.
Lalu ia mendekatinya dan mencium kepalanya, maka raja Romawi itu menyuruh supaya tawanantawanan muslim dikumpulkan dan diserahkannya kepadanya, maka diserahkanlah mereka
kepadanya.
Abdullah bin Hudzafah datang kepada Umar bin al-Khaththab radliyallhu anhu dan menceritakan
kisahnya, maka sangat bergembiralah al-Faruq, dan ketika beliau melihat tawanan-tawanan, beliau
berkata, Setiap orang islam selayaknya mencium kepala Abdullah bin Hudzafah dan aku orang
pertama yang melakukannya! Lalu beliau berdiri dan mencium kepalanya.*
* Untuk bahan tambahan tentang biografi Abdullah bin Hudzafah, bisa dibaca di:
1. al-Ishabah fi tamyizi ash-shahabah oleh Ibnu Hajar, 2:287-288
2. as-sirah an-nabawiyyah oleh Ibnu Hisyam, tahqiq as-saqa
3. Hayatus al-Shahabah oleh Muhammad Yusuf al-Kandahlawiy, jilid 4
4. Tahdzibu at-Tahdzib, 5:185
5. Imtaul asma, 1:308,444
6. Husnu ash-Sahabah, Hal.503
7. Muhbar, Hal.77
8. Tarikh Islam oleh adz-Dzahabiy, 2:88
Dia adalah Ibnu Qais, Abu Hudzafah As-Sahmi, salah satu As-Sabiqun Al Awwalun.
Dia termasuk sahabat yang ikut hijrah ke Habsyah dan dikirim oleh Nabi SAW sebagai delegasi untuk
menemui Kisra, Raja Persia.
Ketika dia pergi ke Syam sebagai seorang mujahid, dia ditawan oleh orang-orang Qaisariyah lalu dibawa
kepada pemimpin mereka, lantas dipaksa untuk keluar dari agamanya, tetapi dia tetap memegang teguh
agamanya.
Diriwayatkan dari Abu Salamah, bahwa Abdullah bin Hudzafah pernah melaksanakan shalat dengan
mengeraskan suaranya, maka Nab SAW bersabda, Wahai Hudzafah, engkau tidak perlu
memperdengarkan bacaan shalat ini kepadaku, akan tetapi perdengarkanlah kepada Allah.
Diriwayatkan dari Umar bin Hakam bin Tsauban, bahwa Abu Said berkata: Rasulullah SAW pernah
mengutus sebuah pasukan yang dipimpin oleh Alqamah bin Al Mujazziz, dan aku termasuk di dalamnya.
Kami pun berangkat. Manakala kami berada di tengah perjalanan, beberapa orang dari kami meminta izin
dari Alqamah, dan dia pun memberikan izin kepada mereka. Dia kemudian menyuruh Abdullah bin
Hudzafah untuk memimpin rombongan tersebut. Dalam perjalanan, di antara kami terjadi senda-gurau
dan main-main. Di tengah-tengah perjalanan, orang-orang menyalakan api untuk menghangatkan tubuh
dan memasak sesuatu. Tiba-tiba Hudzafah berkata, Apakah aku berhak untuk didengar dan ditaati oleh
kalian? Mereka menjawab, Ya. Hudzafah lanjut berkata, Aku menuntut hakku dari kalian agar ditaati,
maka melompatlah di atas api ini! Orang-orang pun berdiri dan melaksanakan perintahkannya, hingga

ketika Hudzafah menyangka mereka terjatuh di dalam api tersebut, dia berkata, Cukup, aku hanya ingin
bercanda dengan kalian.
Ketika mereka datang kepada Rasulullah, mereka menceritakan hal tersebut kepada beliau, lalu beliau
bersabda, Siapa saja yang menyuruhmu berbuat maksiat, jangan dipatuhi!
Diriwayatkan dari Abu Rafi, dia mengatakan bahwa Umar pernah mengutus bala tentara ke Romawi.
Sesampainya di sana, tentara Romawi menangkap Abdullah bin Hudzafah dan membawanya ke
hadapan raja, lalu berkata, Dia sebenarnya salah satu sahabat Muhammad. Mendengar itu, sang raja
berkata, Jika kamu mau menjadi Nasrani maka aku akan memberimu setengah kekuasaanku. Hudzafah
menjawab, Walaupun engkau memberiku semua yang dimiliki dan seluruh wilayah kerajaan Arab, aku
tidak akan berhenti dan tidak akan berpaling dari agama Muhammad, meskipun sekejap mata. Raja
kemudian berkata, Aku akan membunuhmu! Diancam seperti itu, Hudzafah menjawab, Semua terserah
padamu.
Selanjutnya dia diseret kemudian disalib. Raja lalu berkata kepada pasukan pemanah, Panahlah dia
dekat tubuhnya agar dia merasa takut! Akan tetapi dia tetap menolak. Dia kemudian diturunkan. Raja
lantas meminta sebuah periuk besar berisi air mendidih, kemudian memanggil dua orang tawanan
muslim, lalu menyuruh agar salah satunya dilemparkan ke dalam periuk tersebut. Akan tetapi ia tetap
menolak untuk menjadi Nasrani. Tawanan itu menangis hingga raja mengira ia ketakutan, kemudian dia
pun diturunkan. Raja berkata, Apa yang menyebabkanmu menangis? Temannya menjawab, Mengapa
hanya satu orang yang dilemparkan ke dalam api, padahal aku berharap jumlah orang yang dilempar ke
dalam api neraka karena Allah melebihi jumlah rambut yang ada di kepalaku ini.
Mendengar itu, raja berkata kepada Hudzafah, Apakah kamu mau mencium kepalaku dan pergi dariku?
Hudzafah menjawab, Apakah begitu juga dengan semua tawanan? Raja berkata, Ya. Hudzafah pun
mencium kepalanya.
Ketika Hudzafah datang menemui Umar bersama dengan semua tawanan, dia menceritakan kejadian
tersebut. Umar lalu berkata, Setiap muslim wajib mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, dan aku
sendiri yang akan memulainya. Umar pun mencium kepalanya.
Mungkin raja itu telah menjadi muslim walaupun itu dilakukannya secara diam-diam. Hal itu terlihat dari
penghormatannya yang berlebihan kepada Abdullah bin Hudzafah.
Begitu juga dengan Hirqal (Raja Romawi). Ketika dia merasa takut, dia berkata, Sesungguhnya aku
hanya menguji kalian, seberapa kuat dan kokoh pendirian kalian terhadap agama kalian.
Siapa pun yang beriman kepada agama Islam secara diam-diam, mudah-mudahan selamat dari siksa api
neraka yang kekal, karena di dalam hatinya telah ada rasa keimanan, hanya saja dia masih khawatir
ketahuan telah masuk Islam dan tunduk kepada Rasulullah SAW serta meyakini bahwa keduanya benar,
sementara ia juga meyakini agama yang dianutnya benar. Sehingga, dia seperti itu terlihat
mengagungkan kedua agama yang diyakininya benar, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang,
dan tentunya keyakinannya terhadap kebenaran Islam seperti itu tidak bermanfaat kecuali jika dia
membebaskan dirinya dari perbuatan syirik.
Abdullah bin Hudzafah meninggal pada masa pemerintahan Utsman RA.

Muqaddimah

Awal
Aqidah

Manhaj

Aliran Sempalan

Fatwa

Fiqih

Nasehat

Wanita

Biografi Salaf

Al-Quran

Arsip

Abdullah Bin Hudzafah As-Sahmi (Wafat 28 H)


Posted on 12 Juni 2008. Filed under: Para Sahabat |
Tags: Biografi, Contoh, Figur, Hadits, Khalifah, Pemimpin, profil, Sahabat, sahabat
nabi, Tauladan,Tokoh, Ulama |

Sahabat yang memeluk Islam dari sejak dini sempat mengikuti emigrasi ke Abessinia
kemudian hijrah ke Madinah. Beliau sempat mengikuti penaklukan daerah Syam (Suriah dan
sekitarnya), tapi malang beliau tertawan oleh pasukan Romawi dalam penyerbuan di
Kaisariah. Beliau meninggal di Mesir di masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Seorang sahabat yang dikenal dengan Abdullah ibnu Hudzafah as-Sahmi. Sejarah telah
mencatat sepak terjang laki-laki ini sebagaimana pahlawan yang tidak pernah hilang dari
benak orang Arab, bahkan Islam amat berjasa kepada Abdullah ibnu Huzhafah dengan
mempertemukannya dengan para pemimpin dunia pada masa hidupnya seperti Kisra Parsi
dan Kaisar Rum. Kisah Abdullah ibnu Hudzafah dengan kedua raja itu merupakan cerita
yang tidak akan terlupakan sepanjang masa dan akan senantiasa terukir di dalam sejarah.

Kisah dengan Kisra, Raja Parsi, terjadi tahun 6 H ketika Nabi berniat untuk mengutus
beberapa sahabat beliau untuk menyampaikan surat-surat kepada raja-raja non-Arab untuk
mengajak mereka memeluk Islam. Dan Rasulullah amat mengetahui risiko dari tugas-tugas
itu. Para utusan tersebut akan pergi menuju daerah-daerah yang ditentukan oleh Nabi yang
belum pernah mereka tempuh sebelumnya. Para utusan tadi tidak menguasai bahasa
mereka dan tidak mengetahui bagaimana karakter raja-raja tersebut. Mereka akan
mengajak raja-raja tersebut untuk meninggalkan agama mereka, melepaskan wibawa dan
kekuasaan mereka, selanjutnya memeluk suatu agama yang sebelum ini pengikutnya
berasal dari masyarakat mereka sendiri. Ini merupakan perjalanan yang amat berisiko.
Hidup dan kembali dengan selamat atau mati di sana.
Karena tugas yang mulia dan berat ini, Rasulullah mengumpulkan para sahabat beliau dan
berkhotbah di depan mereka. Setelah mengucapkan hamdalah membaca syahadat,
Rasulullah berkata, Amma badu. Sesungguhnya aku berniat untuk mengutus sebagian
kalian kepada para raja non-Arab. Maka janganlah kalian berseteru dengan mereka
sebagaimana kaum bani Israil terhadap Isa ibnu Maryam.
Para sahabat berkata kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, Wahai Rasulullah,
kami akan melaksanakan apa yang engkau inginkan. Maka utuslah siapa saja dari kami
yang engkau kehendaki.
Nabi Shalallahu alaihi wasallam memilih enam orang sahabat beliau untuk menyampaikan
surat dakwah kepada para raja Arab dan non-Arab. Salah seorang dari mereka adalah
Abdullah ibnu Hudzafah as-Sahmi. Ia diutus untuk menyampaikan surat Nabi kepada Kisra
Raja Persia.
Abdullah ibnu Hudzafah telah mempersiapkan perjalanannya. Ia meninggalkan istri serta
anaknya. Dalam perjalanan, ia naik-turun bukit dan lembah seorang diri. Tiada yang
menemaninya selain Allah Subhanahu wa Taalahingga akhirnya ia menginjakkan kaki di
perumahan Parsi. Ia kemudian meminta izin untuk menemui raja mereka, salah seorang
pengawal mengambil surat yang dibawanya.
Ketika itu, Kisra menyuruh pengawal memanggil para pejabat istana untuk menghadiri
majelis. Mereka pun hadir semuanya. Setelah itu, Abdullah ibnu Hudzafah diizinkan
memasuki istana.
Abdullah masuk menemui Kisra hanya dengan memakai pakaian yang tipis, selendang yang
dijahit tebal. Ia begitu mencerminkan kesederhanaan orang Arab.
Akan tetapi, ia adalah seorang yang tinggi tegap, bahunya lebar dan berisi, karena
kemuliaan Islam, di hatinya terhunjam kuat keimanan. Ketika Kisra melihatnya dengan
mantap dan menyuruh salah seorang pengawalnya mengambil surat yang ada di tangannya,

Abdullah berkata, Tidak. Rasulullah menyuruhku untuk menyerahkannya kepadamu


langsung dan aku tidak mau menyalahi amanah Rasulullah.
Kisra pun berkata kepada pengawalnya, Biarkanlah dia memberikannya kepadaku.
Lalu Abdullah mendekati Kisra dan menyerahkan surat tersebut. Kemudian Kisra memanggil
seorang penulis bangsa Arab dari Hirah dan menyuruhnya untuk membuka surat yang ada
di tangannya dan membacakan surat tersebut kepadanya.
Bismillahirhamanirrahim.
Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra yang agung Raja Parsi, keselamatan bagi yang
mengikuti petunjuk.
Tatkala Kisra mendengar potongan kalimat tersebut, bergejolaklah api kemarahan
menyesakkan dadanya. Mukanya memerah, keluarlah keringatnya karena marah, karena
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memulai suratnya dengan namanya sendiri. Kisra
langsung merebut surat itu dan merobeknya tanpa ingin mengetahui lanjutan isi surat
tersebut. Ia berkata dengan nada marah, Apakah ia menulis ini untukku, padahal ia adalah
hambaku?
Kemudian ia mengusir Abdullah ibnu Hudzafah dari istana. Abdullah pun langsung keluar.
Abdullah ibnu Hudzafah keluar dari istana Kisra dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi
pada dirinya. Dibunuh atau dibiarkan bebas? Akan tetapi, ia tetap yakin dan berkata, Demi
Allah, aku tak peduli apa yang akan terjadi setelah aku menyampaikan surat Rasul.
Lalu ia pun menunggangi kudanya dan pergi. Setelah kemarahan Kisra reda, ia menyuruh
pengawalnya untuk memanggil Abdullah, tetapi Abdullah sudah tidak ada. Mereka mencaricarinya di setiap tempat. Mereka mencarinya di jalan menuju Arab dan mereka hanya
mendapati bekas jejaknya.
Ketika Abdullah menghadap Rasul, ia menceritakan apa yang telah terjadi tentang Kisra
yang merobek surat beliau. Mendengar hal itu, Rasul hanya berkata, Allah akan
menghancurkan kerajaannya.
Kemudian, Kisra menyuruh wakilnya, Badzan, di Yaman untuk mengutus dua orang kuat
dari Hijaz untuk menyusul Abdullah dan membawanya kembali. Lalu Badzan mengutus dua
orang laki-laki pilihannya menemui RasulullahShalallahu alaihi wasallam untuk
menyampaikan sebuah surat. Surat tersebut berisi agar Rasul membiarkan orang tersebut
membawa Abdullah ke Kisra segera. Badzan meminta dua orang tersebut menemui Rasul
dan mengutarakan urusannya.

Maka dua orang itu pun segera berangkat. Ketika sampai di Thaif, ia menjumpai para
pedagang Quraisy dan bertanya kepada mereka tentang Nabi Shalallahu alaihi wasallam.
Mereka menjawab, Ia sekarang ada di Yatsrib.
Para pedagang tadi membawa berita gembira tersebut ke Mekah. Mereka menceritakan
berita baik itu kepada kaum Quraisy dan berkata, Bergembiralah. Sesungguhnya, Kisra
akan menghalangi Muhammad dan akan menghentikan dakwahnya.
Sedangkan dua orang utusan itu terus melanjutkan perjalanan ke Madinah. Setelah
menemui Nabi Shalallahu alaihi wasallam, mereka memberikan surat Badzan dan
berkata, Maharaja Kisra menulis surat kepada raja kami, Badzan, untuk menjemput
kembali orang yang datang kepadanya beberapa hari yang lalu. Kami datang untuk
menjemputnya. Jika engkau mengizinkan, Kisra mengucapkan terima kasih kepadamu dan
membatalkan niatnya untuk menyerangmu. Jika engkau enggan mengizinkannya, maka dia
sebagaimana engkau ketahui, kekuatannya akan memusnahkanmu dan kaummu.
Rasulullah pun tersenyum dan berkata kepada utusan itu, Sekarang pulanglah kalian
berdua dan besok kembali lagi.
Keesokan harinya, utusan itu kembali menemui Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan
berkata, Apakah engkau telah mempersiapkan apa yang akan kami bawa menemui Kisra?
Nabi berkata, Kalian berdua tidak akan menemui Kisra setelah hari ini. Allah akan
membunuhnya. Pada malam ini, bulan ini, anaknya, Syirawaih akan membunuhnya.
Mereka menatap tajam wajah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, mereka terlihat sangat
geram lalu berkata,Kau sadar apa yang kau ucapkan? Kami akan mengadukannya kepada
Badzan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menjawab, Silakan! Katakan kepadanya, Agamaku
akan sampai dan tersebar di kerajaan Kisra. Dan kamu, jika engkau masuk Islam aku akan
menjadikanmu raja bagi kaummu.
Kedua utusan itu pergi dari hadapan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Mereka
langsung menemui Badzan dan menceritakan apa yang telah terjadi. Badzan berkata, Jika
benar apa yang kalian katakan, berarti ia benar adalah seorang Nabi. Jika tidak, kita akan
lihat apa yang akan terjadi.
Belum lama mereka bersama Badzan, datanglah surat dari Syirawaih, Aku telah
membunuh Kisra untuk membalaskan dendam kaum kami. Ia telah membunuh orang yang
kami muliakan, menawan para wanita kami, dan merampas harta-harta kami. Jika surat ini
datang ke tanganmu, maka aku sekarang adalah raja kalian.

Setelah membaca surat itu, ia membuangnya dan langsung menyatakan memeluk Islam,
kemudian orang-orang Furs dan Yaman juga memeluk Islam.
Begitulah sekilas kisah pertemuan antara Abdullah ibnu Hudzafah dan Kisra Parsi. Lalu
bagaimanakah kisah pertemuannya dengan Kaisar Agung Rum? Pertemuannya itu terjadi
pada masa khalifah Umar ibnul Khaththabradhiyallahu anhu.. Peristiwa itu merupakan kisah
yang amat mengagumkan.
Pada tahun 19 H, Umar ibnul Khaththab mengutus pasukan memerangi Romawi. Salah
seorang di antara mereka adalah Abdullah ibnu Hudzafah as-Sahmi. Saat itu, Kaisar Agung
Romawi mengetahui kabar kedatangan pasukan muslimin, kekuatan iman yang ada di
dalam dada mereka, keyakinan teguh mereka, serta keikhlasan atas diri mereka di jalan
Allah.
Lalu ia menyuruh pasukannya jika menang atas pasukan muslimin untuk membawa hiduphidup tawanan kepadanya dan Allah menakdirkan Abdullah ibnu Hudzafah termasuk dalam
tawanan pasukan Romawi itu. Mereka membawa Hudzafah menghadap Kaisar. Mereka
berkata, Orang ini adalah tawanan dari sahabat Muhammad yang telah lama memeluk
Islam. Kami membawanya untukmu.
Raja Romawi menatap Abdullah ibnu Hudzafah dalam-dalam dan berkata, Aku akan
menawarkan kepadamu sesuatu?
Abdullah menjawab, Apa itu?
Raja Romawi tadi berkata, Aku menawarkanmu untuk memeluk Nasrani. Jika engkau
lakukan, aku akan membebaskanmu dan memberimu kemuliaan.
Berkatalah Abdullah, Enyahlah, sesungguhnya, kematian lebih aku sukai seribu kali lipat
daripada apa yang engkau tawarkan.
Kaisar pun berkata, Tetapi aku melihatmu sebagai seorang laki-laki yang kesatria. Jika kau
mengabulkan tawaranku, aku akan membagimu kerajaanku dan menjadikanmu pemimpin.
Tersenyumlah Abdullah yang terikat itu dan berkata, Demi Allah, seandainya engkau pun
akan memberikan seluruh kerajaanmu dan seluruh kerajaan yang ada di Arab agar aku
meninggalkan agama Muhammad, sungguh tidak akan pernah aku lakukan.
Raja itu kemudian berkata, Aku akan membunuhmu! Abdullah menjawab, Silakan
kerjakan apa yang kau inginkan.
Lalu Kaisar menyuruh pengawalnya untuk menyalib Abdullah. Ia berkata kepada
algojonya, Panahlah dari dekat mulai dari tangannya.

Raja Romawi itu terus menawarkan Abdullah untuk memeluk Nasrani, tetapi Abdullah tetap
dalam pendiriannya.
Raja itu berkata lagi, Panahlah kedua kakinya, sambil terus menawarkan Abdullah agar
meninggalkan agama Muhammad. Akan tetapi, Abdullah tetap dalam pendiriannya.
Lalu Raja Romawi tadi memerintahkan untuk berhenti dan menurunkan Abdullah dari tiang
salib. Kemudian ia memerintahkan untuk mengambil kuali besar dan memasukkan minyak
ke dalamnya. Lalu kuali itu dipanaskan di perapian. Dan ia menyuruh membawa para
tawanan dan melemparkannya salah seorang mereka ke dalamnya, sehingga dagingnya
remuk dan meleleh hingga tulangnya kelihatan.
Lalu Kaisar menoleh kepada Abdullah ibnu Hudzafah dan mengajaknya untuk memeluk
Nasrani. Tetapi hasilnya, Abdullah semakin mantap dengan pendiriannya.
Ketika kaisar telah putus asa, ia memerintahkan untuk melemparkan Abdullah ke dalam
kuali yang telah dimasuki dua orang sahabatnya. Ketika akan masuk, ia menangis dan air
matanya bercucuran. Para pengawal tadi pun memberi tahu Raja Romawi tadi bahwa
Abdullah menangis.
Raja Romawi itu mengira bahwa Abdullah takut dan berkata, Kembalikan ia kepadaku.
Ketika berada di depan Raja Romawi, ia kembali menawarkannya memeluk Nasrani, tetapi
Abdullah tetap enggan. Kaisar berkata, Celakalah engkau! Lalu apa yang membuatmu
menangis?
Abdullah berkata, Yang membuatku menangis adalah bahwa aku berkata kepada diriku,
Sekarang kau dilemparkan ke kuali ini dan kau pun mati, sedang aku ingin sekali memiliki
nyawa yang banyak bagi jasadku, sehingga semuanya dilemparkan ke dalam kuali di jalan
Allah.
Kaisar lalu berkata, Maukah engkau mencium dahiku dan aku akan melepaskanmu?
Abdullah berkata, Engkau akan melepaskan semua kaum muslimin?
Kaisar berkata, Ya, semua kaum muslimin.
Abdullah berkata, Aku berkata di dalam hatiku. Ia adalah musuh Allah, aku mencium
dahinya lalu ia melepaskanku dan semua kaum muslimin, hal itu tak ada masalah bagiku.
Lalu ia mendekat dan mencium dahinya. Kemudian Kaisar melepaskannya dan semua kaum
muslimin.

Setelah peristiwa itu, Abdullah ibnu Hudzafah datang menghadap Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu anhu Lalu ia menceritakan semua yang dialaminya. Mendengar cerita itu,
Umar al-Faruq amat senang.
Ketika ia melihat para tawanan, ia berkata, Setiap muslim wajib mencium dahi Abdullah
ibnu Hudzafah. Dan akulah yang akan mencium pertama kali. Kemudian ia berdiri dan
mencium dahinya.

Sumber: Shuwar min Hayaatis Shahabah, karya Doktor Abdurrahman Rafat Basya
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/12/abdullah-bin-khuzafah-as-sahmi-wafat-28-h/

Anda mungkin juga menyukai