Anda di halaman 1dari 6

Definisi Sampah Rumah Tangga

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sedangkan sampah rumah tangga adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat, yang terjadi pada skala rumah tangga. Pada UU no 18 Tahun 2008
dijelaskan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah rumah
tangga. Lebih lanjut, dalam UU no 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dijelaskan bahwa
setiap orang dilarang:
1. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Mengimpor sampah;
3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
5. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah disediakan dan ditentukan;
6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir;
dan/atau
7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.
Sampah yang banyak menumpuk di lingkungan memberikan berbagai dampak negatif antara lain
pencemaran air, penurunan kesehatan penduduk, mengganggu keindahan, menyebabkan
kecelakaan, dan berbagai dampak yang disebabkan oleh pencemaran udara. Menurut Sadono &
Antonius (1996) sampah dapat menyebabkan pencemaran udara, misalnya bau busuk, asap, dan
sebagainya. Goldberg dkk. (1995) juga menjelaskan bahwa sampah menimbulkan biogas yang
mengandung banyak metan dan karbondioksida serta berbagai senyawa kimia berbahaya lainnya.
Ibu-ibu yang tinggal di sekitar TPA, yang terpapar dengan substansi biogas memiliki risiko tinggi
kelahiran bayi dengan berat badan rendah dan mempengaruhi umur kehamilan. Hal ini kemudian
di dukung oleh Goulet dkk. (1991 dalam Goldberg dkk., 1995) yang menyatakan
bahwa ibu-ibu yang terpapar dengan substansi biogas berpotensi menderita gangguan

hipertensi pada saat kehamilan, stillbirths (kematian janin pada keha-milan tua),
dan cacat bawaan. Lebih lanjut, tingkat dampak yang ditimbulkan tersebut
bergantung pada sifat, waktu , dan intensitas paparan.

Pemukiman adalah suatu tempat hunian masyarakat dan merupakan salah satu bentuk
aktivitas penduduk yang banyak menghasilkan sampah rumah tangga. Di pihak lain limbah
rumah tangga merupakan limbah yang dihasilkan oleh satu rumah atau beberapa rumah. Sumber
limbah rumah tangga adalah sebagai berikut:
1. Limbah Organik,
Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang
mengandung unsur Karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran
hewan dan manusia seperti tinja (feaces) bepungsi mengandung mikroba potogen, air seni
(urine) umumnya mengandung Nitrogen dan Posfor) sisa makanan (sisa-sisa sayuran, wortel,
kol, bayam, salada dan lain-lain) kertas, kardus, karton, air cucian, minyak goreng bekas dan
lain-lain. Diantara limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi, misalnya: sisa
obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan
beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit
penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya. Namun secara
teknis sebagian orang mendefinisakan limbah organik sebagai limbah yang hanya berasal dari
mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya bahan-bahan organik alami namun sulit
membusuk/atau terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang sulit membusuk
atau terurai.
2. Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimawi, limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti
logam (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas dan almunium dari kaleng bekas atau
peralatan rumah tangga), kaca dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen
dan fospor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah anorganik yang sering
diterapkan dilapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah) agak sedikit
berbeda dengan pengertian diatas secara teknis limbah anorganik di definisikan sebagai limbah

yang tidak dapat atau sulit terurai atau busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam
hal ini bahan organic seperti plastik, karet, kertas, juga dikelompokan sebagai limbah anorganik.
Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya memebentuk
rantai kimia yang kompleks dan panjang.
Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu:
1. Sampah Organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah berupa bahanbahan organic yang mudah busuk.
2. Sampah Anorganik dan organic tak membusuk (rubbish) yaitu limbah padat anorganik atau
organic cukup kering yang sulit terurai oleh mikro organisme, sehingga sulit membusuk,
misalnya kertas, plastik kaca dan logam.

Gambar 1: Sampah Anorganik dan organic tak membusuk (rubbish)

3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang (bead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang.
5. Sampai sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi
berbagai sampah yang tersebar di jalanan.
6. Sampah industri (industry waste), yaitu sebuah limbah padat buangan industri.
Upaya mengatasi pencemaran limbah rumah tangga dengan mengubah paradigma baru
mengelola sampah dengan 6M
Pengubahan paradigma bahwa sampah harus dibuang menjadi paradigma sampah harus dikelola
merupakan langkah yang paling awal harus dilakukan guna merintis upaya pengelolaan sampah
yang terpadu. Menurut Al Muhdar (1998), konsep pembudayaan 6M (mengurangi, menggunakan
kembali, mengganti, memisahkan, mendaurulang, dan mengomposkan) merupakan salah satu
alternatif pemecahan masalah sampah rumah tangga melalui perubahan perilaku masyarakat.
Mengurangi berarti suatu upaya mengurangi jumlah sampah yang kita timbulkan; Menggunakan
kembali berarti memakai atau memanfaatkan kembali sampah rumah tangga; Mengganti berarti

mengganti jenis bahan kebutuhan rumah tangga tertentu dengan jenis bahan yang lain;
Memisahkan berarti memisahkan sampah rumah tangga antara sampah basah dan sampah kering.
yang sejenis; Mendaurulang berarti memanfaatkan kembali sampah rumah tangga dengan
mengolahnya terlebih dahulu; Mengomposkan berarti suatu upaya mengolah sampah rumah
tangga menjadi kompos. Lebih lanjut, di bawah ini disajikan beberapa contoh cara-cara paling
sederhana yang dapat dilakukan guna menerapkan 6M:
1. Mengurangi
Cara mengurangi antara lain: (1) berbelanja lebih berhati-hati; (2) membuat lebih banyak
makanan di rumah sebagai ganti membeli makanan jadi; (3) membuat hadiah dan kartu-kartu
ucapan sendiri di rumah dengan memanfaatkan bahan-bahan sisa kegiatan kita sehari-hari, dari
pada membeli; (4) memperbaiki pakaian, mainan, peralatan, dan alat-alat daripada membeli baru;
dan (5) menyewa daripada membeli jika memungkinkan. Jika berbelanja cobalah mengikuti
gagasan-gagasan berikut. (1) Bawalah tas, keranjang, atau kotak ketika berbelanja; (2) Bawalah
daftar belanjaan. Belilah barang yang betul-betul diperlukan; (3) Hindari benda-benda dengan
pembungkus yang berlebihan; (4) Pilihlah produk-produk yang dapat diisi ulang (contohnya
ballpoint); (5) Jika membeli benda-benda berbungkus, pilihlah pembungkus yang terbuat dari
bahan yang dapat didaurulang atau dapat digunakan kembali; (6) Belilah produk-produk yang
terbuat dari bahan yang mudah didaurulang (contohnya kertas); (7) Jangan terlalu banyak
membeli produk-produk yang mudah dapat dibuang seperti kertas tisu; (8) Jika ada berbagai
ukuran yang tersedia, pilihlah ukuran yang paling besar yang dapat digunakan; dan (9) Tolaklah
tas-tas plastik untuk pembelian satu barang saja.
2. Menggunakan kembali
Menggunakan kembali dapat ditempuh dengan cara: (1) gunakan kembali botolbotol plastik atau
botol-botol gelas yang masih layak; (2) jika mempunyai banyak barang yang sudah tidak
digunakan lagi, berikan kepada orang lain untuk menggunakan kembali; (4) gunakan kembali
kertas-kertas yang telah digunakan pada satu sisinya untuk: kertas gambar bagi anak, draf surat,
lembar belajar bagi anak, daftar belanjaan, pesan-pesan telepon, permainan anak, dan lain-lain;
(5) berhati-hatilah dalam membuka amplop dan gunakan kembali; dan (6) gunakan kembali tastas plastik dan simpanlah untuk digunakan kembali pada lain waktu.
3. Mengganti

Gantilah pembungkus barang atau makanan dengan pembungkus yang dapat digunakan
kembali, mudah didaurulang, atau dikomposkan, dan pisahkan pada saat memasukkan ke tempat
sampah.
4. Memisahkan
Memisahkan berarti memisahkan sampah rumah tangga antara sampah basah dan sampah
kering. Sampah basah adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan dan lainnya.
Sampah kering adalah sampah yang tidak mudah membusuk seperti kertas, plastik, logam, gelas,
karet, kain, baterai, dan sampah rumah tangga lain Cara-cara praktis pemisahan sampah rumah
tangga adalah: (1) menyediakan dua tempat sampah, satu untuk sampah basah dan yang lain
untuk sampah kering. Sangat disarankan untuk merancang almari kabinet di dapur yang
dirancang untuk menunjang pemisahan sampah rumah tangga; (2) memisahkan antara sampah
basah dan sampah kering pada saat memasak serta pada kegiatan sehari-hari; dan (3) sampah
basah dimasukkan ke dalam tempat sampah basah dan sampah kering dimasukkan ke dalam
tempat sampah kering.
5. Mendaurulang
Kegiatan memisahkan antara sampah basah dan sampah kering akan berarti memperlancar
proses daurulang sampah kota, karena sampah yang akan didaurulang tidak tercampur aduk
dengan sampah lainnya. Daurulang sampah merupakan kegiatan pemanfaatan sampah dengan
proses tertentu. Daurulang meliputi daurulang sampah kertas, plastik, kaleng, gelas, dan lainlain.
6. Mengomposkan
Pengomposan sampah rumah tangga dapat dilakukan bersamaan dengan pemendaman
sampah basah. Sampah basah dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan, dapat
dicampur dengan sedikit tanah, dan diberi cacing tanah untuk mempercepat proses penguraian.
Cacing tanah dapat diperoleh dari kebun sendiri atau membeli. Pengomposan juga dapat
dilakukan tanpa menggunakan cacing tanah. Berbagai starter dapat diberikan pada proses
pengomposan agar mempercepat penguraian sampah menjadi kompos. Starter tersebut dapat
dibeli ataupun diproduksi sendiri secara teknik sederhana sehingga memungkinkan kemudahan

dalam penerapannya. Setelah sampah terurai dan menjadi pupuk kompos, maka siap untuk dijual
atau digunakan untuk memupuk tanaman di kebun sendiri.
Daftar Rujukan:
Al Muhdhar, M.H.I. 1998. Keterkaitan antara Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor
Budaya, Pengetahuan, dan Sikap Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah
Rumah

Tangga,

dengan

Manifestasi

Perilaku

Ibu-ibu

Rumah

Tangga

dalam

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kotamadia Surabaya. Disertasi tidak


diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Goldberg, M. S. dkk. 1995. Low Birth Weight and Preterm Births among Infants Born
to Women Living Near a Municipal Solid Waste Landfill Site in Montreal, Quebec.
Enviromental Research. 69, 37-50 (1995). Montreal: Academic Press, Inc.
Sadono, G. & Antonius. 1996. Limbah Domestik. Makalah disajikandalamKegiatan
Penyuluhan Lingkungan Hidup Pengurus PKK Kotamadya Malang tanggal 18
September 1996. Malang: Dinas Kesehatan Daerah Kotamadia Daerah Tingkat II
Malang.
Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Pasal 14 ayat 1 tentang
Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup.

(http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan%20Daera.
diakses 13 September 2016.

(Online),
pdf),

Anda mungkin juga menyukai