Triyono (Analisis Perubahan Kurs Rupiah) PDF
Triyono (Analisis Perubahan Kurs Rupiah) PDF
ABSTRACT
This research analyse influence of money supply, inflation, SBI rate of interest, and
import to Indonesia Rupiah exchange rate to US Dollar. In analysis, used multiple
regression analysis instrument with model Error Correction Model (ECM). With
this method obtained equation of regression in long-run and short-run equilibrium.
In the long run equilibrium model, covered series of adjustment process that
bringing every shock to equilibrium. In other word, in the long run very possibly
performed full adjustment to every changes in arising out. Estimation result from
regression ECM and long-run analysis indicate that inflation variable, SBI rate of
interest, and import have significant influence with positive direction to exchange
rate. While variable JUB have influence with negative direction to exchange rate.
Keywords: exchange rate, ECM, monetary tight policy
PENDAHULUAN
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara
(kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang
tersebut (Levi, 1996:129). Kurs merupakan
salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan
oleh adanya kseimbangan antara permintaan
dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat
dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan
nilai mata uang yang stabil menunjukkan
bahwa negara tersebut memiliki kondisi
ekonomi yang relatif baik atau stabil
(Salvator, 1997:10). Ketidakstabilan nilai
tukar ini mempengaruhi arus modal atau
157
merupakan perbandingan nilai atau harga
antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs
(exchange rate). Nilai tukar biasanya
berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa
depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata
uang rupiah terhadap dolar AS artinya suatu
penurunan harga dollarAS terhadap rupiah.
Depresiasi mata uang negara membuat harga
barang-barang domestik menjadi lebih murah
bagi fihak luar negeri. Sedang apresiasi
rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan
rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi mata
uang suatu negara membuat harga barangbarang domestik menjadi lebih mahal bagi
fihak luar negeri (Sukirno, 1981:297). Kurs
rupiah terhadap dollar AS memainkan peranan sentrel dalam perdagangan internasional,
karena kurs rupiah terhadap dollar AS
memungkinkan kita untuk membandingkan
harga semua barang dan jasa yang dihasilkan
berbagai negara. Kurs valuta asing dapat
diklasifikasikan kedalam kurs jual dan kurs
beli. Selisih dari penjualan dan pembelian
merupakan pendapatan bagi pedagang valuta
asing. Sedang bila ditinjau dari waktu yang
dibutuhkan dalam menyerahkan valuta asing
setelah transaksi kurs dapat diklasifikasikan
dalam kurs spot dan kurs berjalan (forward
exchange).
Semua transaksi valuta asing yang berlangsung seketika atau langsung di mana
kedua belah pihak sepakat untuk saling
membayar secepatnya saat itu atau paling
lambat dua hari setelah transaksi, disebut
kurs spot (spot exchange rate). Sedangkan
kesepakatannya disebut transaksi spot. Beberapa kesepakatan sering seringkali secara
khusus menetapkan tanggal lebih dari dua
hari, misalnya 30 hari, 90 hari,atau 180 hari
atau bahkan beberapa tahun. Kurs yang
158
159
berpendapat bahwa pengetatan moneter
yang mendorong peningkatan suku bunga
akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar
karena adanya pemasukan modal dan
luar negeri (Arifin, 1998: 4).
c. Hubungan Nilai Impor dengan Kurs
Di dalam pasar bebas perubahan kurs
tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing
diperlukan guna melakukan transaksi
pembayaran keluar negeri (impor).
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin
besar kemampuan untuk impor makin
besar pula permintaan akan valuta asing.
Kurs valuta asing cenderung meningkat
dan harga mata uang sendiri turun.
Demikian juga inflasi akan menyebabkan
impor naik dan ekspor turun kemudian
akan menyebabkan valuta asing naik.
(Nopirin, 1997: 148)
Berdasarkan perumusan masalah yang
ada, maka dapat diambil suatu hipotesis yang
merupakan jawaban yang bersifat sementara
dan masih harus diuji kebenarannya sebagai
berikut;
1. Jumlah uang beredar berpengaruh positif
terhadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
2. Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap kurs Rupiah terhadap
dollar AS.
3. Besarnya inflasi berpengaruh positif terhadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
4. Besarnya nilai impor berpengaruh negatif
terhadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
160
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dan satu variabel terikat yaitu
kurs dan empat variabel bebas yaltu jumlah
uang yang beredar, inflasi, tingkat suku
bunga SBI, dan nilai impor. Data sekunder
ini bersumber pada Bank Indonesia (BI) dan
beberapa pustaka lainnya.
Definisi Operasional Variabel
1. Kurs
Kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate) merupakan harga suatu
mata uang terhadap mata uang lain.
Dalam penelitian digunakan nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS. Diukur dalam
satuan rupiah (Rp/$ ).
2. Tingkat Inflasi (INF)
Inflasi adalah kenaikan harga-harga
barang kebutuhan umum yang terjadi
secara terus-menerus. Inflasi diukur
dalam satuan persen (%)
3. Jumlah uang yang beredar (JUB)
Jumlah uang yang beredar adalah uang
dalam arti sempit yang terjadi dari uang
kartal dan uang giral yang dipegang oleh
masyarakat. Data jumlah uang yang beredar yang digunakan diukur dalam satuan
rupiah.
4. Tingkat Suku Bunga SBI (SBI)
Tingkat suku bunga SBI adalah rata-rata
persentase suku bunga SBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Data suku
bunga yang digunakan diukur dalam
satuan persen.
161
jat integrasi (Integration Test) sampai
memperoleh data yang stasioner.
=
=
Log M t-1
ECT
Ut
D
t
=
=
=
=
=
162
besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara dua sisi (two tail).
Koefisien
Std. error
T. Ststistik
Prob
C
D(INF)
D(LNM)
D(SBI)
D(LNJUB)
INF(-1)
LNM(-1)
SBI(-1)
LNJUB(-1)
ECT
3.546013
-0.000168
0.041126
0.011526
0.749601
-0.482204
-0.371070
-0.483551
-0.545433
0.483191
1.795917
0.002526
0.031006
0.017263
0.274389
0.156806
0.134930
0.155602
0.197522
0.156966
1.974485
-0.066645
1.326398
0.667668
2.731896
-3.075165
-2.750087
-3.107607
-2.761380
3.078313
0.0595
0.9474
0.1967
0.5105
0.0114
0.0050
0.0109
0.0047
0.0106
0.0050
163
2
tabel
= 27,587 >
2
hitung
= 13,798244 berar-
Keterangan:
* = signifikan pada = 0,05
Spesifikasi Model
Dalam penelitian ini digunakan uji RamseyReset. Karena Fhitung = 2,18131 < Ftabel = 3,40
berarti model linier.
1. Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji
White dengan kesimpulan, karena nilai
C
INF(-1)
JUB(-1)
SBI(-1)
M(-1)
Perhitungan
3,546013/0,490864
-0,482204 + 0,490564/0,490864
-0,545433 + 0.490864/0,490864
-0,483551 + 0,490564/0,490864
-0,371070 + 0,490564/0,490864
5,99146
Variabel
02, 05;3 =
= 7,22402
= 0,01764
= -0,11117
= 0,01490
= 0,24405
164
Uji Statistik
1. Uji t
Variabel
t hitung
t tabel
Kesimpulan
Inflasi
-0,066645
2,056
JUB
SBI
2,731896
0,66768
2,056
2,056
Import
1,326398
2,056
Inflasi-1
JUB-1
-3,075165
-2,761380
-2,056
-2,056
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
Tidak
berpengaruh
Tidak
berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
SBI-1
Impor-1
-3,107607
-2,750087
-2,056
-2,056
Berpengaruh
Berpengaruh
ECT
3,078313
2,056
Berpengaruh
C
D(INF)
D(LNM)
D(SBI)
D(LNJUB)
INF(-1)
LNM(-1)
SBI(-1)
LNJUB(-1)
ECT
Koefisien Regresi
Jangka
Panjang
Jangka
Pendek
3.546013
-0.000168
0.041126
0.011526
0.749601
-0.482204
-0.371070
-0.483551
-0.545433
0.483191
7,22402
0,01764
0,24405
0,01490
-0,11117
-
2. Uji F
1. Inflasi
Dengan
kesimpulan:
Karena
Fhitung=
2,678083 > Ftabel = 2,27 berarti model yang
dipakai adalah eksis.
2. JUB
Hasil analisis jangka pendek variabel JUB
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs sebesar 0,749601 dengan arah
positif yang berarti naiknya variabel JUB
akan mengakibatkan naiknya variabel kurs
sebesar 0,74601 atau 74,601 persen. Sedangkan perhitungan jangka panjang variabel JUB
berpengaruh signifikan terhadap kurs sebesar
-0,11117 dengan arah negatif artinya turun-
165
1. Berdasarkan hasil uji stasioneritas
menunjukkan bahwa variabel impor
sudah stasioner pada derajat = 5%.
Sedangkan variabel kurs, inflasi, JUB
dan SBI tidak stasioner pada derajat =
5%.
2. Berdasarkan uji kointegrasi menunjukkan
bahwa inflasi, impor, SBI dan JUB tidak
berkointegrasi terhadap kurs pada derajat
kepercayaan = 5%.
3. Berdasarkan uji derajat integrasi menunjukkan bahwa variabel kurs, inflasi, JUB,
SBI dan impor stasioner pada derajat =
5%.
4. Berdasarkan hasil estimasi regresi ECM
dan analisis jangka panjang variabel
inflasi, SBI dan impor mempunyai
pengaruh yang signifikan pada = 0,05
dengan arah positif terhadap kurs.
Sementara variabel JUB mempunyai
pengaruh dengan arah negatif terhadap
kurs pada = 0,05.
5. Berdasarkan hasil pengujian asumsi
klasik, tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam
model. Model yang digunakan dalam uji
normalitas tidak terdapat penyimpangan,
sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi Ut normal. Dalam uji linieritas
menunjukkan spesifikasi model benar.
6. Hasil analisis dengan uji t diketahui
bahwa regresi jangka pendek variabel
inflasi, SBI dan impor tidak signifikan
terhadap kurs pada = 5%, sementara
variabel JUB berpengaruh secara signifikan terhadap kurs pada = 5%. Dalam
regresi jangka panjang variabel inflasi,
JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara
signifikan terhadap kurs pada = 5%.
166
167
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonorni
Modern Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru dan A. Totok
Budi Santoso. 2000. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Utomo, Yuni Prihadi. 2005. Penurunan
Model Estimasi Jangka Pendek ECM.
Surakarta (makalah tidak diterbitkan).