Anda di halaman 1dari 11

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN KE- 6 : ……………….. [Multinational Capital Budgeting]


Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional
Dosen Pengampu: Achmad Agus Yasin Fadli,SE,MM

PENGANTAR:
[Dosen menyusun meringkaskan materi yang akan dibahas pada tiap
pertemuan]
Kondisi Paritas Internasional
Salah satu hal yang menandai pergerakan meluasnya globalisasi adalah
semakin bebasnya pasar dunia, hambatan perdagangan mulai berkurang dan
semakin tidak berarti. Transaksi melewati batas negara merupakan hal yang
relatif mudah dan bukan hal yang luar biasa. Sehingga volume perdagangan
internasional pun semakin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya perdagangan internasional, meningkat pula
penggunaan valuta asing. Nilai tukar valuta asing selalu berubah-ubah. Banyak
hal yang mempengaruhi perubahan tersebut, misalnya tingkat inflasi, tingkat
pendapatan masyarakat, suku bunga, kontrol pemerintah atas perekonomian,
termasuk harapan atau perkiraan masyarakat mengenai kondisi-kondisi
perekonomian di masa yang akan dating juga turut mempengaruhi perubahan
dalam nilai tukar mata uang (Madura, 1997:108-114).

Lebih jauh, adanya perbedaan daya beli mata uang suatu negara dengan negara
lainnya akan memberikan kesempatan luas bagi pihak tertentu untuk
mengambil keuntungan sebesar-besarnya, yang dikenal dengan istilah
international arbitrage. Pada prinsipnya para international arbitrageurs berusaha
“membeli komoditi dengan harga serendah mungkin untuk kemudian dijual
dengan harga setinggi mungkin,” dengan demikian dapat dikatakan bahwa
seorang arbitrageurs akan mengharapkan perbedaan nilai tukar antar mata uang
tetap tinggi dan tidak stabil.
Akibat diatas mendorong adanya pemberlakuan hukum satu harga atau the law
of one price dimana perdagangan barang dan jasa, termasuk komoditi lainnya
antar Negara haruslah memiliki biaya transaksi yang sama nilainya di seluruh
dunia. Oleh sebab itu, nilai tukar antara mata uang domestik dan komoditi
domestik haruslah sama dengan nilai tukar antara mata uang domestik dengan
komoditi luar negeri, dengan kata lain, satu unit mata uang dalam negeri
seharusnya memiliki nilai daya beli yang sama di seluruh dunia (Salvatore,
1997:44).

Menurut pengamatan para ahli dan praktisi, kurs valas selalu mengikuti suatu
pola empiric tertentu. Pola ini kemudian diformulasikan dalam hubungan
ekonomi yang dikenal dengan nama international parity condition (syarat-syarat
paritas internasional). Seberapa besar variabel-variabel fundamental ekonomi
dalam mempengaruhi fluktuasi kurs valas akan dikaji dengan beberapa model
kurs valas dengan pendekatan moneter yang telah dipakai oleh beberapa peneliti
sebelumnya dengan menggunakan teori-teori yang ada dalam international
parity condition (syarat-syarat paritas internasional) (Kuncoro, 1996:179).

TUJUAN PERKULIAHAN:
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
 ……………………… [deskripsi kompetensi yang ditentukan oleh dosen, sesuai
kebutuhan]
 ……………………… [deskripsi kompetensi yang ditentukan oleh dosen, sesuai
kebutuhan]
A. Penguasaan ilmu dan ketrampilan (elemen kompetensi a)
1. Mengetahui, mengenal, dan memahami konsep dan ruang lingkup
manajemen keuangan internasional, nilai tukar, dan paritas harga dan
tingkat bunga,
2. Mengatahui dan memahami nilai tukar, dan transaksi derivatives,
3. Mengatahui dan memahami manajemen risiko terhadap nilai tukar,
4. Mengatahui dan memahami pendanaan korporasi multinasional.

B. Kemampuan berkarya: (elemen kompetensi c)


1. Mahasiswa mampu menghitung, menginterpretasikan terbentuknya
nilai tukar antar negara, paritas harga dan tingkat bunga, neraca
perdagangan, serta risiko bisnis lintas negara.
2. Mahasiswa mampu menerapkan konsep paritas harga dan tingkat
bunga, serta risiko transaksi lintas negara terhadap pembentukan nilai
tukar mata uang (kurs) dalam kondisi nyata.
3. Mahaisiswa mampu menjelaskan cara mengelola risiko perubahan
nilai tukar dan pendanaan korporasi internasional.
4. Mahasiswa mampu menggunakan software pendukung yang dapat
digunakan dalam keuangan internasional.

C. Sikap dan perilaku : (elemen kompetensi d)


1. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan pemahaman terhadap setiap
topik pembahasan yang telah dikuasai dalam manajemen keuangan
internasional baik secara lisan atau tulisan secara akademik.
2. Bekerja dalam team dengan baik.
3. Memperoleh dan menggali informasi terkini tentang perkembangan
manajemen keuangan dan exposure internasional

URAIAN MATERI:
 SUB TOPIK 1 [Dikembangkan oleh dosen, sesuai kebutuhan]
Pengertian Paritas Internasional

Nilai tukar mata uang suatu negara akan berbeda dengan nilai mata uang asing
lainnya ini disebabkan oleh kondisi paritas (perbedaan daya beli) atau secara
teori ekonomi, perubahan nilai tukar, tingkat harga dan tingkat suku bunga
dikaitkan dengan situasi makro negara tersebut hal ini merupakan kondisi
paritas internasional. Syarat-syarat paritas (parity condition) adalah kondisi-
kondisi yang mempengaruhi harga mata uang negara-negara. International
parity condition (syarat-syarat paritas internasional) merupakan suatu pola
empirik yang mempengaruhi perubahan kurs valas suatu negara yang
diformulasikan dalam hubungan ekonomi (Kuncoro, 179:1996).
Faktor-faktor umum bagi syarat-syarat paritas adalah penyesuaian atas berbagai
macam “harga”, yaitu: suku bunga (harga dari mata uang domestik), kurs (harga
valas) dan inflasi (indikator tingkat harga umum di suatu negara). Menurut teori
moneter modern, inflasi merupakan akibat logis dari ekspansi jumlah uang
beredar yang melebihi pertumbuhan output riil, yang pada akhirnya
menurunkan daya beli uang (depresiasi mata uang domestik). Hubungan antara
pertumbuhan jumlah uang beredar, inflasi, suku bunga dan kurs valas didasari
anggapan bahwa uang adalah netral, artinya perubahan jumlah uang tidak
mempunyai dampak terhadap variabel riil. Dengan demikian, walaupun
perubahan jumlah uang yang beredear akan mempengaruhi harga dan kurs,
namun perubahan tersebut tidak mempengaruhi tingkat pertukaran barang-
barang domestik dengan luar negeri maupun tingkat pertukaran barang saat ini
dengan masa mendatang (Kuncoro, 181:1996).

B. Prinsip-prinsip Syarat-syarat Paritas Internasional

Syarat-syarat paritas internasional dirangkum dalam beberapa prinsip, yaitu: (1)


paritas daya beli (purcashing-power parity = PPP); (2) paritas suku bunga
(interes rate parity = IRP); (3) hipotesis kurs forward yang tidak bias (unbiased
forward rate hypothesis = UFR); (4) syarat paritas Fisher (Fisher parity
condition = FE); (5) paritas Fisher internasional (international Fisher parity =
IFE); (6) paritas suku bunga riil (real interest rate parity).

1. Paritas Daya Beli (Purcashing-Power Parity/PPP)

Teori paritas daya beli ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Swedia, Gustav
Cassel, pada tahun 1918. Teori paritas daya beli ini menghubungkan kurs valas
dengan dengan harga-harga komoditi yang dinyatakan dalam uang lokal di
pasar internasional. Hubungan antara kurs valas dan harga komoditi dalam
doktrin paritas daya beli yaitu kurs valas akan cenderung menurun dengan
proporsi yang sama dengan kenaikan harga (Kuncoro, 1996:181).

Pada dasarnya, teori paritas daya beli adalah sebuah cara untuk meramalkan
kurs keseimbangan, jika suatu negara mengalami ketidakseimbangan neraca
pembayaran. Kurs keseimbangan adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai
impor dan ekspor suatu negara (Salvatore, 1997:43). Jadi jika nilai impor lebih
besar daripada nilai ekspornya (defisit) maka mata uang negara tersebut akan
mengalami depresiasi atau kursnya melemah.

Lebih lanjut, teori paritas daya beli mencoba untuk menjelaskan bahwa
pergerakan kurs antara mata uang dua negara disebabkan oleh tingkat harga
masing-masing negara. Dalam jangka panjang, tingkat harga domestik akan
mempengaruhi pembentukan suatu kurs.
Teori paritas daya beli memprediksikan bahwa kenaikan tingkat harga
domestik mencerminkan adanya penurunan daya beli mata uang domestik.
Penurunan daya beli mata uang tersebut akan diikuti dengan depresiasi mata
uangnya. Demikian pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik
mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang tersebut secara proporsional
dalam pasar valuta asing.
Adanya depresiasi ataupun apresiasi mata uang yang proporsional ini
menyebabkan terjadinya keseimbangan dalam perdagangan internasional. Jadi,
suatu negara tidak akan mengalami kelebihan impor atau ekspor, dengan kata
lain, nilai ekspor-impornya seimbang.
Teori paritas daya beli memiliki dua versi yaitu versi absolut dan versi relatif.
Teori paritas daya beli absolut mengatakan bahwa kurs ekuilibrium sama
dengan rasio tingkattingkat harga yang berlaku di kedua negara yang terkait.
Sedangkan versi relatifnya menyatakan bahwa perubahan kurs dalam jangka
waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding besarannya terhadap
perubahan tingkat-tingkat harga yang berlaku di kedua negara selama periode
yang sama. Jadi, paritas daya beli relative mengubah versi absolutnya, dari
sebuah pernyataan mengenai tingkatan harga dan kurs menjadi perubahan harga
dan perubahan kurs (Salvatore, 1997:126).
Paritas daya beli absolut menyatakan bahwa keseimbangan nilai mata uang
dalam negeri terhadap nilai mata uang luar negeri merupakan perbandingan
harga absolut dalam dan luar negeri. Teori paritas daya beli ini dapat
dinyatakan:
S=P/P* 2.1

di mana S adalah nilai kurs valas, P adalah tingkat harga, dan tanda (*)
menunjukkan variabel luar negeri. Paritas daya beli absolut ini selanjutnya
menghasilkan hukum satu harga (law of one price) yang menyatakan bahwa
untuk satu jenis barang yang sama, maka harga di tempat lain juga harus sama.

Paritas daya beli relatif menyatakan bahwa kurs valas merupakan suatu
prosentase perbandingan perubahan harga absolut dalam negeri terhadap luar
negeri. Paritas daya beli relative ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

Δ s et = Δ p et - Δ p e*t 2.2

di mana Δ s et = harapan perubahan kurs spot, (set+1 – s t ); Δ p et = harapan


perubahan inflasi, (p et+1 – p t ); notasi yang dinyatakan dalam huruf kecil
berarti dinyatakan dalam bentuk logaritma natural (misal: s = In S); tanda * di
atas variabel menunjukan negara asing.

Baik PPP versi absolut maupun relatif dapat dinyatakan dalam nilai kurs PPP
riil (real exchange rate, StPPP ) sebagai berikut:
S tPPP = S t .P *t / Pt 2.3

di mana mendefinisikan kurs riil dalam nilai daya beli antara dua kelompok
konsumsi barang. Dengan kata lain, PPP absolut dinyatakan sebagai S tPPP = 1;
dan PPP relatif dapat dinyatakan dalam S t+1PPP = S tPPP

Asumsi utama yang mendasari teori paritas daya beli adalah bahwa pasar
komoditi merupakan pasar yang efisien baik dari segi alokasi, operasional,
penentuan harga, dan informasi. Asumsi ini selanjutnya menyatakan bahwa
(Kuncoro, 1996: 182): (1) Semua barang merupakan barang yang
diperdagangkan di pasar internasional (tradable goods) dan tidak ada biaya
transportasi; (2) Tidak ada restriksi-restriksi dalam perdagangan internasional;
(3) Barang dalam negeri dan luar negeri bersifat homogen sempurna untuk
masing-masing barang; (4) Terdapat kesamaan indeks harga yang digunakan
untuk memperhitungkan daya beli mata uang asing dan domestik, terutama
untuk indeks harga dan elemen indeks harga.

2. Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity/IRP)

Paritas suku bunga (interest rate parity) merupakan teori yang paling dikenal
dalam keuangan internasional. Doktrin paritas suku bunga ini mendasarkan nilai
kurs berdasarkan tingkat bunga antar negara yang bersangkutan. Dalam negara
dengan sistem kurs valas bebas, tingkat bunga domestik (i) cenderung
disamakan dengan tingkat bunga luar negeri (i*) dengan memperhitungkan
perkiraan laju depresiasi mata uang negara yang bersangkutan terhadap negara
lain. Paritas suku bunga diformulasikan dalam:

ft – st = rt – rt* 2.4

di mana ft = kurs forward, st = kurs spot, rt = suku bunga nominal dalam negeri,
r*t = suku bunga nominal di luar negeri.

Asumsi yang melandasi paritas suku bunga adalah bahwa pasar asset
merupakan pasar yang efisien. Karena itu paritas ini dapat diterapkan untuk
investasi dan pinjaman internasional. Logikanya, untuk proyek investasi,
investor membandingkan hasil (retrun) dari pasar domestik dengan hasil dari
pasar internasional, di mana yang terakhir adalah hasil dari asset luar negeri
ditambah premi forward. Bagi proyek pembiayaan, peminjaman
membandingkan biaya dari pasar domestik dengan pasar luar negeri.
Ekuilibrium akan tercapai bila syarat paritas dipenuhi (Kuncoro, 1996:186-
187).

 SUB TOPIK 2 [Dikembangkan oleh dosen, sesuai kebutuhan]


4.Hipotesis Kurs Forward yang Tidak Bias (Unbiased Forward Rate
Hypothesis/UFR)
Hipotesis Kurs Forward yang Tidak Bias (Unbiased Forward Rate
Hypothesis/UFR) atau sering disebut juga sebagai Paritas Suku Bunga Tidak
Tertutup (Uncovered Interest Rate Parity) juga digunakan untuk menganalisis
model kurs valas. Dalam teori paritas suku bunga tidak tertutup, diasumsikan
pasar yang efisien terjadi bila kurs forward merupakan peramal yang tidak bias
untuk nilai kurs spot pada masa yang akan datang (Syafrudin, 1994:53).

Hipotesa kurs forward yang tidak bias (UFR) menekankan pentingnya


menggunakan informasi kurs forward seefektif mungkin untuk memprediksi
kurs spot di masa yang akan datang. Asumsinya, para pelaku ekonomi memiliki
harapan yang rasional dan di pasar valas terdapat efisiensi waktu. Hipotesis ini
mengatakan bahwa harapan pasar terhadap variabel ekonomi fundamental yang
mempengaruhi kurs dicerminkan oleh kurs forward. Memang seringkali kurs
forward memprediksi kurs spot masa mendatang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, namun rata-rata kurs forward kurang lebih sama dengan kurs spot masa
mendatang. Oleh karena itu, kurs forward dipandang sebagai alat prediksi bagi
kurs spot masa mendatang, atau:
set+1 = ft atau set+1 – st = ft – st 2.5
di mana set+1 adalah harapan kurs spot masa mendatang; ft adalah kurs
forward; stt+1 adalah kurs spot saat ini; hurup kecil berarti dinyatakan dalam
logaritma natural (Kuncoro, 1996:187-188).
4. Syarat Paritas Fisher (Fisher Parity Condition/FE)
Syarat paritas Fisher, yang ditemukan oleh Irving Fisher, diturunkan dari
persamaan Fisher yang menyatakan bahwa suku bunga nominal kira-kira sama
dengan suku bunga rill ditambah harapan inflasi. Dengan kata lain, bila
persamaan Fisher terbukti benar bagi kedua negara, maka perbedaan suku
bunga nominal akan mencerminkan perbedaan harapan inflasi antara kedua
negara, atau :
rt – rt* = Δpte – Δpte* 2.6
dimana rt adalah suku bunga nominal dan pte adalah harapan inflasi; tanda ”*”
menunjukan negara lain; huruf kecil dinyatakan dalam logaritma natural.
Uji empiris menunjukan bahwa paritas Fisher terjadi terutama untuk surat
berharga jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah seperti obligasi
Departemen Keuangan. Bagi surat berharga yang jatuh temponya lebih lama
mengandung risiko finansial yang lebih besar sebagai mana tercermin dari
fluktuasi nilai pasar dari obligasi sebelum jatuh tempo (Kuncoro, 1996:188-
189).

5. Pritas Fisher Internasional (International Fisher Parity/IFE)


Bila syarat PPP dimasukan dalam syarat paritas Fisher, terlihat bahwa harapan
perubahan kurs berhubungan dengan perubahan suku bunga. Inilah yang disebut
paritas Fisher Internasional, yaitu bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah
yang sama namun dengan arah yang berkebalikan dengan perbedaan suku
bunga antara dua negara, atau:

set+1 – st = rt – rt* 2.7


6. Paritas Suku Bunga Riil (Real Intereset Rate Parity)
Kadang-kadang, peneliti maupun inpestor tidak hanya peduli dengan hubungan
nominal tetapi juga dengan hubungan riil antara kurs dengan perbedaan suku
bunga. Oleh karena itu, kita dapat menyatakan syarat paritas Fisher
Internasionala dalam bentuk riil dengan cara mendeplasi perbedaan harapan
inflasi (atau dengan mengurangi logaritma natural dari perbedaan harga) dari
syarat paritas Fisher Internasional. Ini mengasilkan suatu hubungan yang
disebut paritas suku bunga riil, yaitu bahwa harapan perubahan kurs riil sama
dengan perbedaan suku bunga riil, atau:
Δ set – (Δpte – Δpte*) = (rt – Δpte) – (rt* - Δpte*) 2.8
Dengan kata lain, perubahan dengan kurs riil diakibatkan oleh perubahan kurs
nominal relatip terhadap perubahan dalam harga relatif. Bila PPP tercapai, yaitu
bila Δst = (Δpt – Δp* t), maka kurs riil sama dengan nol. Dengan demikian,
perubahan dalam kurs riil pasti disebabkan oleh penyimpangan dalam PPP
(Kuncoro, 1996:189-190).

 SUB TOPIK …………. [DAN SETERUSNYA. [Diisi oleh dosen, sesuai


kebutuhan])
Tujuan-tujuan Dalam Penerapan Konsep Syarat-syarat Paritas Internasional
Pada umunya, prinsip-prinsip yang terdapat pada syarat-syarat paritas
internasional yang sering digunakan hanya dua dari enam prinsip-prinsip yang
ada, yaitu paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) dan paritas suku
bunga (Interest Rate Parity/IRP). Sebelum kita menganalisi secara komparatif
mengenai syarat-syarat paritas internasional sebaiknya kita melihat penerapan
konsep syarat-syarat paritas internasional salah satunya adalah paritas daya beli
atas negara-negara maju untuk mencapai beberapa tujuan, yang didefinisikan ke
dalam empat hal, yaitu:
1. Menentukan nilai tukar mata uang beberapa negara yang seharusnya berlaku
pada periode tersebut atau nilai tukar paritas daya beli terhadap nilai tukar
aktualnya.
Nilai tukar aktual mata uang adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya yang sesungguhnya berlaku, dalam hal ini digunakan nilai tukar mata
uang tujuh negara-negara maju terhadap Dolar Amerika selama periode
tertentu. Nilai tukar aktual di sini merupakan nilai tukar yang bersifat seketika
(on the spot) dan melandasi transaksi spot (spot transaction), disebut juga
sebagai spot rate (Salvatore, 1997:17).
Nilai tukar tersebut telah diolah berdasarkan rata-rata harian (daily averages)
dan menggunakan suku bunga antar bank (interbank rate). Sedangkan nilai
tukar paritas daya beli adalah nilai tukar yang dihasilkan dengan cara, pertama,
membagi indeks harga konsumen negara bersangkutan pada periode 1(periode
i) dengan indeks harga konsumen periode dasar , yaitu bulan Januari 1990.
Kedua, membagi indeks harga konsumen Amerika, sebagai negara pembanding,
pada periode 1 (periode i) dengan periode dasarnya. Ketiga, membagi hasil
pembagian pertama dengan kedua, dan hasilnya dikalikan dengan nilai tukar
aktual pada bulan Januari 1990 negara yang bersangkutan (kecuali untuk negara
Inggris bulan Oktober 1990). Hasil dari perkalian tersebut dinamakan nilai
tukar paritas daya beli.
2. Mengukur sensitivitas perubahan indeks harga konsumen terhadap perubahan
nilai tukar aktual mata uang negara masing-masing.

Sensitivitas di atas diukur dengan cara, pertama, menemukan prosentase


perubahan indeks harga konsumen negara yang bersangkutan dari periode ke
periode, selama jangka waktu penelitian, dengan cara mengurangkan indeks
harga konsumen suatu periode dengan indeks harga konsumen periode
sebelumnya, dan dibagi dengan indeks harga konsumen periode sebelumnya.
Kedua, menemukan prosentase perubahan nilai tukar aktual mata uang negara
tersebut tiap-tiap periode, selama jangka waktu penelitian yaitu mulai bulan
Januari tahun 1990 sampai bulan April tahun 1997, di mana nilai tukar aktual
suatu periode dikurangi nilai tukar aktual pada periode sebelumnya, kemudian
dibagi dengan nilai tukar periode sebelumnya. Prosentase perubahan dari
periode ke periode, baik indeks harga konsumen maupun nilai tukar aktual mata
uang negara tersebut, masing-masing dijumlahkan kemudian masing-masing
dirata-rata. Dua hasil prosentase tersebut menunjukkan adanya sensitivitas
dimana perubahan indeks harga konsumen sebesar prosentase tertentu akan
mempengaruhi perubahan nilai tukar aktual sebesar prosentase tertentu.
3. Melihat apakah nilai tukar mata uang berdasarkan konsep paritas daya beli
berbeda secara signifikan dengan nilai tukar aktualnya.

Hal ini dicapai dengan cara mengurangkan nilai tukar aktual mata uang setiap
negara dengan nilai tukar paritas daya belinya pada masing-masing periode
yang sama.

4. Melihat sejauhmana faktor inflasi mempengaruhi nilai tukar mata uang


masingmasing negara terhadap Dolar Amerika.

Inflasi didefinisikan sebagai peningkatan tingkat harga rata-rata keseluruhan


dalam perekonomian suatu negara, yang dalam penelitian ini dicerminkan oleh
indeks harga konsumen. Dengan kata lain, inflasi diukur berdasarkan perubahan
prosentase dalam indeks harga konsumen tersebut. Jika suatu indeks pada suatu
tahun sebesar 1.05 kali lebih besar dari tahun sebelumnya, berarti pada tahun
tersebut terjadi inflasi sebesar 5%.
Ada dua pengujian yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, pertama,
menggunakan fungsi regresi linear. Dimana prosentase perubahan nilai tukar
aktual mata uang negara bersangkutan dan prosentase perubahan indeks harga
konsumennya dari periode ke periode yang telah ditemukan, diolah
menggunakan alat analisis regresi. Kedua, menggunakan fungsi regresi
kuadratik, dimana prosentase perubahan indeks harga konsumen negara tersebut
dari periode ke periode dikuadratkan. Hasil ini diolah bersama-sama prosentase
perubahan nilai tukar aktual mata uang negara tersebut, menggunakan metode
dan alat analisis yang sama seperti yang digunakan fungsi regresi linear.
CATATAN:
 Uraian materi berjumlah antara 15 sampai 20 halaman.
 Bersumberkan minimal 5 buku sumber.
 Harap dilengkapi dengan contoh biar mahasiswa mudah memahami
konsep/prosedur/metode
UJI PEMAHAMAN MATERI
PERTEMUAN KE 6 : ………… [Multinational Capital Budgeting]
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional
Dosen Pengampu: Achmad Agus Yasin Fadli,SE,MM

Nama : ______________________________________ )*
NIM : ______________________________________ )*
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional
Dosen : Achmad Agus Yasin Fadli,SE,MM
)* : Diisi oleh Mahasiswa

PETUNJUK:
 Bacalah materi pertemuan ke ……….6, dengan topik: “Multinational Capital
Budgeting”.
 Jawablah pertanyaan di bawah ini secara berurutan.
 Kirimkan jawaban ke UJI PEMAHAMAN MATERI.

PERTANYAAN)*

1. Sebut dan Jelaskan perbedaan Arbitrasi Internasional dan Paritas


Suku Bunga?

)* : Silahkan Bapak/Ibu dosen yang menentukan.


REVIEW MATERI

PERTEMUAN KE 6: …………… [Multinational Capital Budgeting]


Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional
Dosen Pengampu: Achmad agus Yasin Fadli,SE,MM

PETUNJUK:
 Setelah Anda membaca materi topik 6 (silahkan sesuaikan), Anda ditugaskan
untuk mereview materi.
 Format review materi dapat mengikuti format, silahkan download format
review materi.
 Save file dengan nama Review Materi Kuliah Manajemen Keuangan
Internasional .
 Kirimkan file ke >> TUGAS REVIEW MATERI.

REVIEW MATERI

Anda mungkin juga menyukai