Anda di halaman 1dari 14

RMK MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

BAB XIII
“Penentuan dan Peramalan Nilai Tukar”

Oleh :

Kelompok 5

I Gusti Agung Istri Windaryani (2007611013)

Ayu Putu Monika Maharani Dewi (2007611016)

I Gede Krisna Dharma Putra (2007611018)

Sang Ayu Nyoman Nirmala Sri Jayanti (2007611020)

FAKUTLAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
13.1 PENENTUAN NILAI TUKAR : THEORITICAL THREAD DASAR
TEORITIS
Penentuan kurs nilai tukar merupakan hal yang kompleks. Ilustrasi berikut
menggambarkan ulasan secara singkat atas berbagai faktor yang menjadi penentu
(determinan) kurs nilai tukar, dapat di klasifikasikan menjadi tiga pemikiran :
1. Kondisi Paritas
2. Pendekatan neraca pembayaran, dan
3. Pendekatan Pasar Aset.
Selanjutnya, klasifikasi dapat dilakukan menurut faktor pendorong terpisah secara
individual dalam pendekatan tersebut. Ketiga aliran tersebut bukan teori yang
bersaing satu sama lain, melainkan saling melengkapi.
Tanpa gabungan dari kedalaman dan luas masing-masing pendekatan,
kemampuan untuk menangkap kompleksitas pasar mata uang global akan sirna.
Selain itu, untuk memperoleh tambahan pemahaman atas teori dasar, akan sama
pentingnya untuk memperoleh pengetahuan praktir mengenai :
1. Kompleksitas ekonomi politik internasional
2. Infrastruktur social dan ekonomi, dan
3. Kejadian politik, ekonomi, atau social secara acak yang mempengaruhi pasar
valuta asing.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran yang popular untuk menjelaskan penentuan
kurs :
1. Teori Paritas Daya Beli merupakan teori yang paling banyak diterima dari
sejumlah teori penentuan kurs nilai tukar. Elemen Paritas Daya Beli sebagai salah
satu yang paling tua dan popular, banyak ditemukan dalam kerangka teori – teori
penentuan kurs nilai tukar lainnya. Meski demikian, kalkulasi dan perkiraan
dengan PPP diwarnai dengan sejumlah kelemahan terkait dengan perbedaan
struktur ekonomi antar Negara dan banyaknya data perlu di estimasi.
2. Pendekatan neraca pembayaran merupakan teori kedua terpopuler dalam
menjelaskan oenentuan kurs nilai tukar. Pendekatan dasar teori ini menyatakan
bahwa kurs nilai tukar mencapai titik ekuilibrium dengan membandingkan
aktivitas neraca berjalan dan neraca keuangan. Pendekatan ini cukup popoular
digunakan karena data mengenai neraca pembayaran (BOP) tersedia dengan luas.
Kelemahan teori ini adalah tidak memperhitungkan saldo uang atau asset-aset
finansial.
3. Pendekatan moneter dalam bentuk yang peling sederhana menyatakan bahwa kurs
nilai tukar ditentukan melalui penawaran dan permintaan stok moneter nasional,
serta ekspektasi tingkat dan laju pertumbungan stok moneter di masa depan.
Aset financial lain, seperti obligasi, tidak dianggap relevan dalam penentuan kurs
nilai tukar, karena baik obligasi domestic maupun asing dipandang saling
substitusi.

13.2 PARITAS
Teori ekonomi yang menghubungkan kurs nilai tukar, tingkat harga, dan suku
bunga disebut sebagai kondisi paritis internasional. Kondisi paritas internasional ini
membentuk inti teori finansial yang merupakan keunikan dari keuangan internasional.
Teori ini barangkali tidak selalu terlihat tepat ketika dibandingkan dengan apa
yang akan terlihat dalam dunia nyata, namun teori-teori ini penting untuk memahami
bagaimana bisnis multinasional dilakukan dan didanai saat ini.
Kesalahan yang terjadi seringkali tidak terkait dengan teori itu sendiri,
melainkan dengan interpretasi dan penerapannya.
Teori paritas menyatakan bahwa jika suatu produk atas jasa yang serupa :
1. Dijual di dua pasar yang berbeda
2. Tidak ada restriksi atas penjualan
3. Biaya transportasi untuk memindahkan produk antar pasar sama besarnya.
Maka, harga produk atau jasa tersebut semestinya sama di kedua pasar yang ada.
Inilah yang disebut sebagai hukum satu harga (law of one price)
Prinsip utama pasar kompetitif adalah harga akan sama di semua pasar jika tidak
terdapat deviasi misanya biaya transportasi. Karenanya, jika membandingkan
komponen harga saja, maka akan seperti halnya melakukan konversi dari satu mata
uang ke mata uang lainnya, sebagai berikut :
P$ x S = Py
Yaitu, harga produk dalam dolar AS adalah (P$), kurs spot (S) dan harga
dalam Yen (P).
Jika hukum satu harga memang berlaku untuk seluruh barang dan jasa, maka
nilai tukar berdasarkan paritas daya beli (PPP) dapat ditemukan dengan menghitung
harga apa saja. Dengan membandingkan harga produk yang serupa dinyatakan dalam
mata uang yang berbeda, kurs nilai tukar riil dapat ditentukan, dengan catatan pasar
bersifat efisien. Ini yang disebut sebagai teori PPP absolut.
Pengujian empiris terhadap PPP dan hukum satu harga sudah dilakukan berkali
kali, namun masih belum dapat membuktikan bahwa PPP dapat secara akurat
memprediksi kurs nilai tukar di masa mendatang. Dua kesimpulan umum yang dapat
diambil dari pengujian yang dilakukan adalah :
1. PPP Cukup akurat untuk periode waktu yang sangat panjang, namun tidak akurat
untuk periode jangka pendek, dan
2. Teori ini berlaku dengan lebih baik untuk Negara Negara dengan karakteristik
inflasi yang relative tinggi dan pasar modal yang belum maju.
Mata uang suatu Negara perlu untuk dibandingkan dengan mata uang lain untuk
menentukan daya beli relative. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah kurs nilai
tukar suatu mata uang “overvalued” atau “undervalued” dilihat dari aspek PPP. Hal
ini dilakukan melalui pehitungan indeks kurs nilai tukar, seperti yang disebut Indeks
kurs nilai tukar efektif. Salah satu hal yang menimbulkan deviasi terhadap indeks nilai
tukar efektif riil suatu Negara adalah adanta exchange rate pass – through yang tidak
lengkap.
Meskipun PPP menyatakan bahwa seluruh perubahan kurs nilai tukar merupakan
kelanjutan dari ekuivalen perubahan harga dengan para mitra dagang, riset empiris
pada tahun 1980-an telah mempertanyakan asumsi yang lama diyakini ini. Sebagai
contoh, sebuah perusahaan mobil dapat saja melakukan penyesuaian harga mobil
yang dijual di suatu Negara asing jika kurs nilai tukar yang ada mengubah struktur
biaya produsen mobil tersebut jika dibandingkan dengan produsen dari Negara lain.
Efek fisher menyatakan bahwa suku bunga nominal di masing – masing Negara
sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan ditambah dengan kompensasi
untuk ekspektasi inflasi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut ini :
i = r + E(P)
Yaitu : i = tingkat suku bunga nominal, r = suku bunga riil, dan E(P) = Ekspektasi
inflasi.
Pengujian empiris terhadap laju inflasi (secara ex-post) telah menunjukkan
bahwa efek fisher umumnya timbul terhadap sekuritas pemerintah jangka pendek
(seperti surat perbendaharaan atau surat utang-treasury biils dan notes). Hubungan
antara presentase perubahan kurs spot dalam beberapa periode waktu dan selisih
antara suku bunga pada pasar modal nasional berbeda yang dibandingkan disebut
sebagai Efek Fisher Internasional.
“Fisher-Open” demikian istilahnya, menyatakan bahwa kurs spot akan
berubah dalam besaran yang sama namun berkebalikan arah, terhadap selisih suku
bunga antar dua Negara.
S1 – S2
Yaitu is and iY masing masing merupakan suku bunga nasional dan S merupakan kurs
nilai tukar dengan menggunakan kuotasi tidak langsung (Y.$).
Penjelasan terhadap efek fisher internasional adalah bahwa investor harus
mendapatkan imbalan atau pinalti untuk mengimbangi ekspektasi perubahan kurs
nilai tukar.
Untuk Teori paritas Suku Bunga menjelaskan keterkaitan antara pasar valuta
asing dan pasar uang internasional. Teori ini menjelaskan bahwa “perbedaan antara
suku bunga nasional untuk sekuritas yang memiliki risiko dan jatuh tempo yang
serupa memiliki besaran yang sama, namun berkebalikan arah, dengan tingkat
diskonto atau premium forward untuk mata uang asing, dengan tidak memasukkan
biaya transaksi.
Deviasi dari arbitrase suku bunga terlindungi dikenal sebagai Uncovered
Interest Arbitrage (UIA). Dalam kasus ini, investor meminjam di Negara dan dalam
mata uang yang mengindikasikan suku bunga yang jauh lebih tinggi. Transaksi ini
disebut sebagai “tidak terlindungi/uncovered” karena investor tidak menjual forward
mata uang yang menghasilkan imbalan lebih tinggi dan memilih untuk tetap tidak
terlindungi, dengan menerima risiko mata uang melalui penukaran mata uang yang
menghasilkan mata uang yang lebih rendah hasilnya pada akhir periode.
Sejumlah pengamat meyakini bahwa kurs nilai tukar forward dapat
meramalkan tanpa bias kurs spot nilai tukar di masa mendatang. Bila ini benar terjadi,
maka dapat dikatakan bahwa distribusi kurs spot actual yang akan terjadi di masa
depan terpusat pada kurs forward. Prediksi tanpa bias secara sederhana berarti bahwa
secara rata-rata kurs forward mengestimasi kurs spot actual di masa mendatang secara
lebih sederhana dan kurang frekuensi dan besaran yang sama.
Contoh PPP :
 Mata uang asal mengalami inflasi sebesar 5%, sementara inflasi atas mata
uang asing adalah 3% . Berdasarkan PPP, nilai mata uang asing akan berubah
sebagai berikut:
1+ Ih
Ef = −1
1+ If
1+ 0,05
= −1=0,0194 atau1,94 %
1+ 0,03
Maka dari perhitungan diatas, mata uang asing harus terapresiasi sebesar
1,94% sebagai akibat dari inflasi pada negara asal yang lebih tinggi
dibandingkan inflasi negara asing.
 Mata uang asal mengalami inflasi 4% sementara negara asing mengalami
inflasi sebesar 7%. Sesuai PPP mata uang asing akan mengalami penyesuaian
sebagai berikut:
1+ 0,04
Ef = −1=−0,028 atau−2,8 %
1+ 0,07
Maka dari perhitungan diatas , mata uang asing akan terdepresiasi sebesar 2,8
akibat dari inflasi negara asing yang lebih tinggi terhadap inflasi negara asal.

13.3 PERAMALAN NILAI TUKAR : PENDEKATAN PASAR ASET


Proses membuat peramalan dari indikator pasar biasanya dikembangkan
berdasarkan kurs spot atau kurs forward. Pendekatan pasar asset berasumsi bahwa
orang asing bersedia untuk menahan klaim dalam bentuk moneter, yang bergantung
pada sejumlah faktor pertimbangan atau pendorong investasi, antara lain :
1. Suku bunga riil relatif;
2. Prospek pertumbuhan ekonomi;
3. Likuiditas pasar modal;
4. Infrastruktur ekonomi dan sosial suatu negara;
5. Kondisi politik yang aman;
6. Praktik tata kelola perusahaan;
7. Pengaruh krisis yang terjadi dalam wilayah regional dan;
8. Spekulasi.
Para analis teknikal, yang juga dikenal sebagai chartists, memusatkan perhatian
pada data harga dan volume untuk menentukan tren masa lalu yang diperkirakan akan
berlanjut di masa mendatang. Satu elemen terpenting analisis teknikal adalah bahwa
kurs nilai tukar masa depan didasarkan pada kurs nilai tukar saat ini. Pergerakan kurs
nilai tukar dapat dibagi ke dalam tiga periode :
1. Harian
2. Jangka Pendek (beberapa hari hingga beberapa bulan)
3. Jangka Panjang
Semakin panjang horison waktu yang terlibat, akan semakin tidak akurat
peramalan yang dilakukan. Peramalan untuk jangka panjang akan banyak bergantung
pada fundamental ekonomi, yang menjadi faktor penentu nilai tukar, sedangkan
banyak kebutuhan peramalan oleh perusahaan adalah untuk jangka pendek sehingga
menengah, yang dapat dilakukan dengan pendekatan yang tidak terlalu teoritis.
Selain itu, dari beberapa dekade studi teoritis dan empiris, terlihat bahwa kurs
nilai tukar sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa prinsip dan teori fundamental yang
telah dijelaskan sebelumnya. Fundamental sebenarnya berlaku juga untuk jangka
panjang. Oleh karena itu, ada suatu konsep yang disebut sebagai jalur ekuiibrium
fundamental untuk menentukan nilai mata uang. Selain itu, dalam jangka pendek juga
terdapat beragam even acak, friksi institusi, dan faktor teknikal yang dapat
menyebabkan nilai mata uang mengalami deviasi secara signifikan dari jalur
fundamental jangka panjangnya. Kondisi perilaku ini beberapa kali disebut sebagai
gangguan (noise). Oleh karena itu, kita dapat menduga bahwa deviasi dari jalur
jangka panjang tidak hanya akan terjadi, namun akan terjadi secara regular dan
relative panjang.
Contoh :
 Jika para spekulan memperkirakan kurs spot pound sterling Inggris 30hari
mendatang adalah $1,45 dan kurs forward saat ini adalah $1,40, maka mereka
akan membeli forward berjangka 30hari seharga $1,40 dan menjual pound
sterling yang diterima (setelah 30 hari) sesuai kurs spot pada hari tersebut. jika
sejumlah besar spekulan menggunakan strategi tersebut, maka pembelian
forward pound sterling dalam jumlah besar akan menyebabkan kurs forward
meningkat hingga permintaan spekulatif ini berhenti.
Mungkin permintaan spekulatif ini akan berhenti saat kurs forward mencapai
$1,45 karena pada nilai ini tidak ada keuntungan yang akan diperoleh dari
strategi tersebut. jadi, kurs forward akan bergerak ke arah perkiraan umum
pasar mengenai kurs spot di masa depan . dalam hal ini, kurs forward dapat
dilakukan sebagai peramalan berbasis pasar karena kurs ini mencerminkan
perkiraan pasar atas kurs spot pada akhir periode peramalan.
13.4 KETIDAKSEIMBANGAN NILAI TUKAR DI NEGARA
BERKEMBANG

Secara umum faktor-faktor penentu nilai tukar yang dijelaskan di atas pada
umumnya mengasumsikan pasar modal dan pasar uang berukuran besar dan likuid.
Karenanya, kondisi di atas lebih banyak ditemukan di negara maju. Di negara
berkembang pasar modal dan pasar uangnya relatif berukuran lebih kecil dan tidak
terlalu likuid, memperlihatkan banyaknya perilaku dan kondisi yang berlawanan
dengan teori yang ada. Seperti contoh di Eropa Timur, krisis nilai tukar dibarengi
dengan risiko gagal bayar utang yang berpotensi menyeret perbankan negara maju
dan perekonomian global ke dalam krisis lebih buruk dan berkepanjangan. Dampak
krisis finansial global menyebar dengan cepat seperti lidah api ke seluruh wilayah
emerging markets, mulai dari kawasan Baltik, Rusia, Eropa Timur, hingga Amerika
Latin. Bahkan, emerging markets Asia yang kondisinya relatif lebih lebih baik juga
tidak selamat dari tekanan nilai tukar, terutama akibat efek global menguatnya nilai
tukar dollar AS dan pelarian modal di sektor portofolio serta melemahnya ekspor.

Kondisi ini tidak berarti teori-teori yang dijelaskan tidak lagi bermanfaat.
Sebaliknya relevansi asumsi yang mendasari teori yang perlu diperkuat. Beberapa
contoh seperti Krisis Asia 1997 ataupun krisis di Argentina yang menunjukkan efek
psikologis dan penularan berperan besar dalam pasar valas.

13.5 JENIS JENIS EKSPOSUR VALUTA ASING

Eksposur valuta asing (foreign exchange exposure) merupakan ukuran atau


besaran potensi perubahan profitabilitas, arus kas bersih dan nilai pasar suatu
perusahaan karena adanya perubahan kurs nilai tukar. Tugas yang penting untuk
seorang manager keuangan adalah mengukur eksposur valas ini dan mengelolanya
sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar
perusahaan. Perubahan tersebut dapat diukur dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Eksposur transaksi (eksposur transaksi) mengukur perubahan atas nilai


kewajiban keuangan yang ada sebelum terjadi perubahan kurs nilai tukar,
namun belum jatuh tempo. Jadi, eksposur ini berkaitan dengan perubahan
arus kas sebagai hasil dari kewajiban kontraktual yang ada.
2. Eksposur translasi (translation exposure) atau yang juga disebut sebagai
eksposur akuntansi adalah potensi perubahan ekuitas pemilik yang
disebabkan oleh akuntansi, yang terjadi karena kebutuhan untuk
melakukan “translasi” laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam
satu mata uang pelaporan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi
yang mencakup seluruh dunia. Konsekuensi pajak untuk eksposur mata
uang asing cukup beragam di tiap-tiap negara. Namun demikian sebagai
panduan umum, biasanya hanya kerugian valuta asing yang terealisasi
yang dapat menjadi pengurang dalam perhitungan pajak penghasilan.
Dengan demikian, maka hanya keuntungan yang terealisasi yang
menimbulkan penghasilan kena pajak. Maksud terealisasi disini artinya
kerugian atau keuntungan yang melibatkan arus kas.

Contoh :

 Eksposur transaksi
Miami Co menjalankan bisnis international dalam empat mata uang.
Tujuannya pertama-tama adalah mengukur eksposur atas tiap mata uang untuk
kuartal berikut lalu mengestimasi arus kas konsolidasi untuk satu kuartal ke
depan. Miami memperkirakan arus kas masuk dalam dollar kanada adalah
C$2.000.000 selama kuartal berikut. Karenanya Miami memperkirakan arus
kas bersih sebesar C$10.000.000, dengan mempertimbangkan kurs akhir
kuartal sebesar $0,80 , miami dapat mengonversi taksiran arus kas masuk
dalam dollar kanada menjadi taksiran arus kas masuk sebesar $8000.000
(dihitung $10.000.000 x 0,80).
 Eksposur translasi
Locus Co dan Canton Co masing-masing memperoleh 30% penjualannya dari
negara lain. Perbedaannya, locus Co menghasilkan seluruh bisnis
internationalnya dari mengekspor sementara Zeuss memiliki anak perusahaan
besar di Meksiko yang melakukan seluruh bisnis internasionalnya. Locus tidak
terkena eksposur translasi (meskipun terkena dampak eksposur ekonomi)
sementara Zeuss memiliki eksposur translasi yang cukup besar.

13.6 PENTINGNYA LINDUNG NILAI (HEDGING)


Perusahaan multinasional (MNE) memiliki serangkaian arus kas yang sensitif
terhadap perubahan kurs nilai tukar, tingkat bunga dan harga komoditas. Ketiga risiko
finansial ini merupakan subjek utama dari bidang manajemen risiko finansial yang
sedang berkembang. Banyak perusahaan yang berupaya untuk mengelola eksposur
keuangan melalui aktivitas lindung nilai (hedging).

Lindung nilai adalah pengambilan posisi dengan mengambil arus kas, aset atau
kontrak (termasuk kontrak forward) yang nilainya akan naik turun dan mengimbangi
turun naik nilai posisi yang ada saat ini. Lindung nilai dapat melindungi pemilik aset
dari kerugian, namun juga dapat menghilangkan keuntungan dari kenaikan nilai aset
yang dilindung nilai.

Nilai suatu perusahaan, menurut teori finansial, merupakan nilai kini bersih dari
seluruh ekspektasi arus kas pada masa depan. Fakta bahwa arus kas ini merupakan
sesuatu yang diharapkan memberi penekanan bahwa tidak ada hal yang pasti di masa
depan. Fakta bahwa arus kas ini merupakan sesuatu yang diharapkan memberi
penekanan bahwa tidak ada hal yang pasti di masa depan.

Risiko mata uang secara umum merupakan variasi dalam arus kas yang
diharapkan yang terjadi dari perubahan kurs nilai tukar yang tak terduga. Sebuah
perusahaan yang melakukan lindung nilai terhadap eksposur ini dapat mengurangi
beberapa varian arus kas masa depan yang diharapkan. Namun demikian,
pengurangan variabilitas arus kas sendiri apakah menjadi alasan yang memadai untuk
melakukan manajemen risiko mata uang, bergantung pada beberapa hal.

Para pihak yang menentang dilakukannya lindung nilai, menyebutkan alasan


antara lain :

1. Para pemegang saham yang cukup mampu untuk melakukan diversifikasi


risiko mata uang dibandingkan dengan manajemen perusahaan.
2. Manajemen risiko mata uang tidak meningkatkan arus kas perusahaan
yang diharapkan.
3. Manajemen seringkali melakukan aktivitas lindung nilai yang
memberikan manfaat bagi manajemen namun menimbulkan kerugian dari
sisi pemegang saham (konflik agensi).

Para pendukung aktivitas lindung nilai menyebutkan alasannya sebagai berikut:


1. Pengurangan resiko arus kas masa depan dapat meningkatkan kemampuan
perusahaan melakukan perencanaan.
2. Pengurangan resiko arus kas masa depan mengurangi kemungkinan
bahwa arus kas perusahaan akan berkurang hingga di bawah level
kebutuhan minimum yang diperlukan.
3. Manajemen memiliki keunggulan komparatif bila dibandingkan pemegang
saham individual dalam mengetahui resiko keuangan aktual yang dihadapi
perusahaan.
4. Manajemen memiliki posisi yang lebih baik untuk mengambil keuntungan
dari kondisi pasar yang tidak ekuilibrium.

13.7 PENGUKURAN EKSPOSUR TRANSAKSI

Eksposur transaksi mengukur keuntungan atau kerugian yang timbul dari


penyelesaian kewajiban finansial yang ada, yang kondisinya dinyatakan dalam mata
uang asing. Contoh yang paling umum dari timbulnya eksposur transaksi adalah
ketika perusahaan memiliki tagihan (piutang) atau utang dalam mata uang asing.

Eksposur transaksi mata uang asing dapat dikelola melalui lindung nilai
kontraktual, operasi dan finansial. Lindung nilai kontraktual yang utama mencakup
pasar forward, pasar uang, pasar future dan pasar opsi. Lindung nilai operasional dan
finansial memanfaatkan penggunaan perjanjian pembagian risiko, pembayaran leads
dan lag, swap dan strategi lainnya. Istilah lindung nilai natural mengacu pada upaya
untuk mengimbangi arus kas operasi, yaitu utang yang timbul dari aktivitas bisnis.
Lindung nilai finansial mengacu pada mengimbangi kewajiban utang (seperti
pinjaman) atau beberapa jenis derivatif finansial seperti swap suku bunga Untuk itu
perlu kehati-hatian untuk membedakan antara lindung nilai operasional dan lindung
nilai finansial.

13.8 EKSPOSUR TRANSAKSI DAN PENGELOLAAN UTANG DAGANG

Untuk menghadapi eksposur transaksi, terdapat empat alternatif:

1. Tidak melakukan lindung nilai


2. Lindung nilai pada pasar forward
3. Lindung nilai pada pasar uang
4. Lindung nilai pada pasar opsi

Keempat laternatif ini dapat diterapkan untuk piutang usaha atau utang usaha

1. Lindung nilai forward meliputi kontrak forward (atau futures) dan sumber
dana untuk memenuhi kontrak tersebut. Dalam beberapa situasi, dana
untuk memenuhi kontrak forward mata uang masih belum tersedia, atau
akan diterima di kemudian hari, sehingga harus dibeli pada pasar spot di
waktu mendatang, Lindung nilai jenis ini disebut sebagai "terbuka" atau
"uncovered" dan meliputi sejumlah besar risiko karena lindung nilai harus
dilakukan dengan menggunakan dasar kurs spot masa depan yang tidak
pasti untuk memenuhi kontrak forward. Pembelian dengan menggunakan
dana seperti ini pada suatu tanggal di masa mendatang dikenal sebagal
covering.
1. Lindung nilai pasar uang juga melibatkan kontrak dan sumber dana untuk
memenuhi kontrak tersebut. Dalam kasus ini kontrak yang dimaksud adalah
perjanjian pinjaman Perusahaan yang melakukan lindung nilai pasar uang
meminjam dalam satu mata uang dan menukarkannya menjadi mata uang lain.
Dana untuk memenuhi kontrak tersebut yaitu untuk melunasi pinjaman
dihasilkan dari aktivitas bisnis, yang dilindungi dalam aktivitas lindung nilai
pasar uang (covered by money market hedge). Alternatif lain, dana untuk
melunasi pinjaman dapat dibeli pada pasar spot valuta asing ketika pinjaman
tersebut jatuh tempo (yang dikenal sebagai uncovered or open money market
hedge).
2. Lindung nilai dengan opsi memungkinkan perusahaan untuk turut menikmati
setiap potenai kenaikan nilai yang terkait dengan posisi yang diambil, namun
membatasi risiko penurunan. Pilihan harga pelaksanaan merupakan aspek
yang sangat penting dalam memanfaatkan opsi sebagai premi opsi dan dengan
sendirinya pola pay-off akan berbeda.

13.9 PRAKTIK MANAJEMEN RISIKO

Fungsi divisi treasury di suatu perusahaan privat, yaitu bagian yang secara khusus
bertanggung jawab untuk manajemen eksposur transaksi, biasanya diperlakukan
sebagai pusat biaya (cost center). fungsi treasury tidak diharapkan untuk menambah
keuntungan bagi perusahaan. Manajer risiko keuangan diharapkan untuk bersikap
konservatif dalam menghadapi kesalahan ketika mengelola uang perusahaan.
Perusahaan harus memutuskan eksposur manakah yang hendak dilindung nilai:

1. Banyak perusahaan tidak memperbolehkan lindung nilai untuk eksposur


kuotasi semata-mata dengan alasan kebijakan.
2. Banyak perusahaan merasa bahwa sampai timbulnya transaksi pada buku
akuntansi perusahaan, maka probabilitas terjadinya eksposur secara aktual
dianggap kurang dari 100%.
3. Namun demikian, semakin banyak jumlah perusahaan yang aktif
melakukan lindung nilai, tidak hanya terhadap backlog exposures, namun
juga secara efektif melakukan lindung nilai terhadap eksposur kuotasi dan
sebagai antisipasi.
4. Eksposur yang diantisipasi merupakan transaksi yang pada saat ini belum
terdapat kontrak atau perjanjian.

Sebagaimana yang diharapkan, program manajemen eksposur transaksi umumnya


terbagi di sepanjang garis opsi (option-line) yaitu yang menggunakan opsi dan yang
tidak menggunakan opsi. Perusahaan yang tidak menggunakan opsi keuangan
bergantung hanya pada kontrak forward dan lindung nilai pasar uang.
Banyak perusahaan multinasional telah menetapkan kebijakan manajemen risiko
eksposur transaksi yang cukup tegas, yang mengharuskan lindung nilai proporsional.
Kontrak ini umumnya mengharuskan penggunaan lindung nilai kontrak forward
sebesar persentase tertentu dari eksposur transaksi yang ada. Bagian eksposur yang
masih tersisa kemudian dilindung nilai secara selektif berdasarkan toleransi risiko
perusahaan, pandangan atas pergerakan kurs nilai tukar, dan tingkat keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Chartered Accountant. Manajemen Keuangan Lanjutan. Ikatan Akuntan


Indonesia. 2015.

Anda mungkin juga menyukai