Anda di halaman 1dari 9

Resume Seputar Paritas Internasional

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

Dosen : Rahmasari Fahria, S.E., M.M., Ak

Definisi Paritas Internasional, Prinsip-Prinsip Syarat Paritas Internasional, dan Mekanisme Pasar Internasional

Rizky Dwi Yulianto


1302015167 | UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

A. Paritas Internasional

Nilai tukar mata uang suatu negara akan berbeda dengan nilai mata uang asing lainnya ini
disebabkan oleh kondisi paritas (perbedaan daya beli) atau secara teori ekonomi, perubahan nilai tukar,
tingkat harga dan tingkat suku bunga dikaitkan dengan situasi makro negara tersebut hal ini merupakan
kondisi paritas internasional. Syarat-syarat paritas (parity condition) adalah kondisi-kondisi yang
mempengaruhi harga mata uang negara-negara. International parity condition (syarat-syarat paritas
internasional) merupakan suatu pola empirik yang mempengaruhi perubahan kurs valas suatu negara
yang diformulasikan dalam hubungan ekonomi (Kuncoro, 179:1996).

Faktor-faktor umum bagi syarat-syarat paritas adalah penyesuaian atas berbagai macam “harga”,
yaitu: suku bunga (harga dari mata uang domestik), kurs (harga valas) dan inflasi (indikator tingkat harga
umum di suatu negara). Menurut teori moneter modern, inflasi merupakan akibat logis dari ekspansi
jumlah uang beredar yang melebihi pertumbuhan output riil, yang pada akhirnya menurunkan daya beli
uang (depresiasi mata uang domestik). Hubungan antara pertumbuhan jumlah uang beredar, inflasi, suku
bunga dan kurs valas didasari anggapan bahwa uang adalah netral, artinya perubahan jumlah uang tidak
mempunyai dampak terhadap variabel riil. Dengan demikian, walaupun perubahan jumlah uang yang
beredear akan mempengaruhi harga dan kurs, namun perubahan tersebut tidak mempengaruhi tingkat
pertukaran barang-barang domestik dengan luar negeri maupun tingkat pertukaran barang saat ini
dengan masa mendatang (Kuncoro, 181:1996).

B. Prinsip-Prinsip Syarat Paritas Internasional

1. Paritas Daya Beli (Purcashing-Power Parity/PPP)

Teori paritas daya beli ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Swedia, Gustav Cassel, pada
tahun 1918. Teori paritas daya beli ini menghubungkan kurs valas dengan dengan harga-harga
komoditi yang dinyatakan dalam uang lokal di pasar internasional. Hubungan antara kurs valas
dan harga komoditi dalam doktrin paritas daya beli yaitu kurs valas akan cenderung menurun
dengan proporsi yang sama dengan kenaikan harga (Kuncoro, 1996:181).
Pada dasarnya, teori paritas daya beli adalah sebuah cara untuk meramalkan kurs keseimbangan,
jika suatu negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran. Kurs keseimbangan adalah
kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor suatu negara (Salvatore, 1997:43). Jadi

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 1
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

jika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspornya (defisit) maka mata uang negara tersebut
akan mengalami depresiasi atau kursnya melemah.

Lebih lanjut, teori paritas daya beli mencoba untuk menjelaskan bahwa pergerakan kurs
antara mata uang dua negara disebabkan oleh tingkat harga masing-masing negara. Dalam jangka
panjang, tingkat harga domestik akan mempengaruhi pembentukan suatu kurs.
Teori paritas daya beli memprediksikan bahwa kenaikan tingkat harga domestik mencerminkan
adanya penurunan daya beli mata uang domestik. Penurunan daya beli mata uang tersebut akan
diikuti dengan depresiasi mata uangnya. Demikian pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang
domestik mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang tersebut secara proporsional dalam
pasar valuta asing.

Adanya depresiasi ataupun apresiasi mata uang yang proporsional ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan dalam perdagangan internasional. Jadi, suatu negara tidak akan
mengalami kelebihan impor atau ekspor, dengan kata lain, nilai ekspor-impornya seimbang.
Teori paritas daya beli memiliki dua versi yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori paritas daya
beli absolut mengatakan bahwa kurs ekuilibrium sama dengan rasio tingkattingkat harga yang
berlaku di kedua negara yang terkait. Sedangkan versi relatifnya menyatakan bahwa perubahan
kurs dalam jangka waktu tertentu akan bersifat proporsional atau sebanding besarannya
terhadap perubahan tingkat-tingkat harga yang berlaku di kedua negara selama periode yang
sama. Jadi, paritas daya beli relative mengubah versi absolutnya, dari sebuah pernyataan
mengenai tingkatan harga dan kurs menjadi perubahan harga dan perubahan kurs (Salvatore,
1997:126).

Paritas daya beli absolut menyatakan bahwa keseimbangan nilai mata uang dalam negeri
terhadap nilai mata uang luar negeri merupakan perbandingan harga absolut dalam dan luar
negeri. Teori paritas daya beli ini dapat dinyatakan: S=P/P* 2.1 di mana S adalah nilai kurs valas,
P adalah tingkat harga, dan tanda (*) menunjukkan variabel luar negeri. Paritas daya beli absolut
ini selanjutnya menghasilkan hukum satu harga (law of one price) yang menyatakan bahwa untuk
satu jenis barang yang sama, maka harga di tempat lain juga harus sama.

Paritas daya beli relatif menyatakan bahwa kurs valas merupakan suatu prosentase
perbandingan perubahan harga absolut dalam negeri terhadap luar negeri.

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 2
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

Paritas daya beli relative ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Δ s et = Δ p et - Δ p e*t 2.2
di mana Δ s et = harapan perubahan kurs spot, (set+1 – s t ); Δ p et = harapan perubahan inflasi,
(p et+1 – p t ); notasi yang dinyatakan dalam huruf kecil berarti dinyatakan dalam bentuk
logaritma natural (misal: s = In S); tanda * di atas variabel menunjukan negara asing.
Baik PPP versi absolut maupun relatif dapat dinyatakan dalam nilai kurs PPP riil (real exchange
rate, StPPP ) sebagai berikut: S tPPP = S t .P *t / Pt 2.3 di mana mendefinisikan kurs riil dalam nilai
daya beli antara dua kelompok konsumsi barang. Dengan kata lain, PPP absolut dinyatakan
sebagai S tPPP = 1; dan PPP relatif dapat dinyatakan dalam S t+1PPP = S tPPP Asumsi utama
yang mendasari teori paritas daya beli adalah bahwa pasar komoditi merupakan pasar yang
efisien baik dari segi alokasi, operasional, penentuan harga, dan informasi.

Asumsi ini selanjutnya menyatakan bahwa (Kuncoro, 1996: 182):

(1) Semua barang merupakan barang yang diperdagangkan di pasar internasional (tradable
goods) dan tidak ada biaya transportasi;

(2) Tidak ada restriksi-restriksi dalam perdagangan internasional;

(3) Barang dalam negeri dan luar negeri bersifat homogen sempurna untuk masing-masing
barang;

(4) Terdapat kesamaan indeks harga yang digunakan untuk memperhitungkan daya beli mata
uang asing dan domestik, terutama untuk indeks harga dan elemen indeks harga.

2. Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity/IRP)

Paritas suku bunga (interest rate parity) merupakan teori yang paling dikenal dalam
keuangan internasional. Doktrin paritas suku bunga ini mendasarkan nilai kurs berdasarkan
tingkat bunga antar negara yang bersangkutan. Dalam negara dengan sistem kurs valas bebas,
tingkat bunga domestik (i) cenderung disamakan dengan tingkat bunga luar negeri (i*) dengan
memperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata uang negara yang bersangkutan terhadap
negara lain.

Paritas suku bunga diformulasikan dalam: ft – st = rt – rt* 2.4 di mana ft = kurs forward, st
= kurs spot, rt = suku bunga nominal dalam negeri, r*t = suku bunga nominal di luar negeri.
Asumsi yang melandasi paritas suku bunga adalah bahwa pasar asset merupakan pasar yang
efisien. Karena itu paritas ini dapat diterapkan untuk investasi dan pinjaman internasional.

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 3
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

Logikanya, untuk proyek investasi, investor membandingkan hasil (retrun) dari pasar domestik
dengan hasil dari pasar internasional, di mana yang terakhir adalah hasil dari asset luar negeri
ditambah premi forward. Bagi proyek pembiayaan, peminjaman membandingkan biaya dari pasar
domestik dengan pasar luar negeri. Ekuilibrium akan tercapai bila syarat paritas dipenuhi
(Kuncoro, 1996:186-187).

3. Hipotesis Kurs Forward yang Tidak Bias (Unbiased Forward Rate Hypothesis/UFR)

Hipotesis Kurs Forward yang Tidak Bias (Unbiased Forward Rate Hypothesis/UFR) atau sering
disebut juga sebagai Paritas Suku Bunga Tidak Tertutup (Uncovered Interest Rate Parity) juga
digunakan untuk menganalisis model kurs valas. Dalam teori paritas suku bunga tidak tertutup,
diasumsikan pasar yang efisien terjadi bila kurs forward merupakan peramal yang tidak bias untuk
nilai kurs spot pada masa yang akan datang (Syafrudin, 1994:53).

Hipotesa kurs forward yang tidak bias (UFR) menekankan pentingnya menggunakan informasi
kurs forward seefektif mungkin untuk memprediksi kurs spot di masa yang akan datang.
Asumsinya, para pelaku ekonomi memiliki harapan yang rasional dan di pasar valas terdapat
efisiensi waktu. Hipotesis ini mengatakan bahwa harapan pasar terhadap variabel ekonomi
fundamental yang mempengaruhi kurs dicerminkan oleh kurs forward. Memang seringkali kurs
forward memprediksi kurs spot masa mendatang terlalu tinggi atau terlalu rendah, namun rata-
rata kurs forward kurang lebih sama dengan kurs spot masa mendatang. Oleh karena itu, kurs
forward dipandang sebagai alat prediksi bagi kurs spot masa mendatang, atau:
set+1 = ft atau set+1 – st = ft – st 2.5 di mana set+1 adalah harapan kurs spot masa mendatang;
ft adalah kurs forward; stt+1 adalah kurs spot saat ini; hurup kecil berarti dinyatakan dalam
logaritma natural (Kuncoro, 1996:187-188).

4. Syarat Paritas Fisher (Fisher Parity Condition/FE)

Syarat paritas Fisher, yang ditemukan oleh Irving Fisher, diturunkan dari persamaan Fisher
yang menyatakan bahwa suku bunga nominal kira-kira sama dengan suku bunga rill ditambah
harapan inflasi. Dengan kata lain, bila persamaan Fisher terbukti benar bagi kedua negara, maka
perbedaan suku bunga nominal akan mencerminkan perbedaan harapan inflasi antara kedua
negara, atau : rt – rt* = Δpte – Δpte* 2.6 dimana rt adalah suku bunga nominal dan pte adalah
harapan inflasi; tanda ”*” menunjukan negara lain; huruf kecil dinyatakan dalam logaritma
natural.

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 4
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

Uji empiris menunjukan bahwa paritas Fisher terjadi terutama untuk surat berharga jangka
pendek yang diterbitkan oleh pemerintah seperti obligasi Departemen Keuangan. Bagi surat
berharga yang jatuh temponya lebih lama mengandung risiko finansial yang lebih besar sebagai
mana tercermin dari fluktuasi nilai pasar dari obligasi sebelum jatuh tempo (Kuncoro, 1996:188-
189).

5. Pritas Fisher Internasional (International Fisher Parity/IFE)

Bila syarat PPP dimasukan dalam syarat paritas Fisher, terlihat bahwa harapan perubahan
kurs berhubungan dengan perubahan suku bunga. Inilah yang disebut paritas Fisher Internasional,
yaitu bahwa kurs spot akan berubah dalam jumlah yang sama namun dengan arah yang
berkebalikan dengan perbedaan suku bunga antara dua negara, atau:
set+1 – st = rt – rt* 2.7

6. Paritas Suku Bunga Riil (Real Intereset Rate Parity)

Kadang-kadang, peneliti maupun inpestor tidak hanya peduli dengan hubungan nominal
tetapi juga dengan hubungan riil antara kurs dengan perbedaan suku bunga. Oleh karena itu, kita
dapat menyatakan syarat paritas Fisher Internasionala dalam bentuk riil dengan cara mendeplasi
perbedaan harapan inflasi (atau dengan mengurangi logaritma natural dari perbedaan harga) dari
syarat paritas Fisher Internasional. Ini mengasilkan suatu hubungan yang disebut paritas suku
bunga riil, yaitu bahwa harapan perubahan kurs riil sama dengan perbedaan suku bunga riil, atau:
Δ set – (Δpte – Δpte*) = (rt – Δpte) – (rt* - Δpte*) 2.8 Dengan kata lain, perubahan dengan kurs
riil diakibatkan oleh perubahan kurs nominal relatip terhadap perubahan dalam harga relatif. Bila
PPP tercapai, yaitu bila Δst = (Δpt – Δp* t), maka kurs riil sama dengan nol. Dengan demikian,
perubahan dalam kurs riil pasti disebabkan oleh penyimpangan dalam PPP (Kuncoro, 1996:189-
190).

C. Mekanisme Syarat-syarat Paritas Internasional

Contoh Syarat Paritas Internasional: Yen/Dollar


Yen diperkirakan menguat 4% terhadap dollar AS. Kurs spot sebesar ¥156/$ diprediksi berubah
menjadi ¥150/$ dalam satu tahun mendatang dengan menggunakan PPP (hubungan A), paritas Fisher
internasional (hubungan C), dan kurs forward (hubungan E). Laju inflasi diramalkan untuk Jepang

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 5
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

sebesar 3% dan AS sebesar 7%, sehingga diperoleh angka ramalan ¥150/$ (PPP versi relatif). Bila
perbedaan dalam suku bunga nominal digunakan (paritas Fisher internasional), maka kurs spot
diramalkan juga sebesar ¥150/$. Akhirnya, kurs forward untuk jangka satu tahun bagi Yen adalah
¥150/$ bila diasumsikan kurs forward merupakan alat prediksi kurs spot masa mendatang yang tidak
bias (Kuncoro, 1996:190-191).

Berikut akan dikemukakan contoh syarat paritas internasional untuk Dollar dan Poundsterling.
Notasi dan data yang diperoleh adalah (st, ft, pt, dan pt* yang dinyatakan dalam huruf kecil berarti
logaritma natural):

Kurs spot : St($/₤) = $1,6375/₤1 atau st = 0,4931


Kurs Forward : Ft ($/₤) = $1, 5883/₤1 atau ft = 0,4627
Kurs spot 1 tahun mendatang : Set+1 ($/₤) = $1, 5880/₤1 atau Set+1 = 0,4624
Indeks harga saat ini di AS : Pt = 115 atau pt = 4,745
Indeks harga saat ini di Inggris : Pt* = 124 atau pt* = 4,820

Prediksi indeks harga satu tahun mendatang:


* untuk AS : Pet+1 = 120,9 atau pet+1 = 4,795
* untuk Inggris : Pe*t+1 = 134,29 atau pe*t+1 = 4,90
Suku bunga obligasi pemerintah berjangka satu tahun:
* di AS : rt = 8,75%
* di Inggris : rt* = 11,75%

Berdasarkan data di atas, kita dapat menghitung:


1. Premi forward untuk $ (atau diskon forward untuk ₤):
ft – st = 0,4627 – 0,4931 = -0,0304 ≈ -3%
Kesalahan prediksi dengan menggunakan kurs forward:
set+1 – ft = 0,4624 – 0,4627 = -0,0003 ≈ 0
Harapan perubahan dalam kurs spot:
set+1 – st = 0,4624 – 0,4931 = -0,0307 ≈ -3%
Perbedaan suku bunga nominal:
rt – rt* = 8,75% - 11,75% = -3%

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 6
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

Harapan perbedaan inflasi:


Δpte – Δpte* = (4,795 – 4,745) – (4,90 – 4,82) = 0,005 – 0,08 = -3%
Harapan dalam perubahan kurs riil:
Δset – (Δpte – Δpte*) = st+1* - st – [(pt+1e – pt) – (pt+1e* - pt*)]
= (0,4624 – 0,4931) – [(4,795 – 4,745) - (4,90 – 4,82)]
≈0

2. Perbedaan suku bunga riil:


(rt – Δpte) – (rt* - Δpte*) = [rt – (pt+1e – pt)] – [rt* - (pt+1e* - pt*)]
= [0,0875 – (4,795 – 4,745)] - [0,1175 – (4,90 – 4,820)] = 0
Dengan demikian, kita dapat melihat:

A. Ex ante PPP : Δset = Δpte – Δpte* = -3%


B. Paritas suku bunga : ft – st = rt – rt* = -3%
C. Hipotesis UFR : st+1e – st = ft – st = -3%
D. Paritas Fisher : rt – rt* = Δpte – Δpte* = -3%
E. IFE : st+1e – st = rt – rt* = -3%
F. Paritas suku bunga riil : Δset – (Δpte – Δpte*) = (rt – Δpte) – (rt* - Δpte*) = 0

Dari A sampai dengan F, kita dapat menyimpulkan:


st+1e – st = Δpte – Δpte* = rt – rt* = ft – st = -3%

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 7
Resume Seputar Paritas Internasional | Rizky Dwi Yulianto

DAFTAR PUSTAKA

Mudrajad Kuncoro. 1996. Manajemen Keuangan Internasional (Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global).
Yogyakarta: BPFE

Salvatore, Dominic. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Rizky Dwi Yulianto © All Rights Reserved 2016 | Manajemen Keuangan Internasional | 8

Anda mungkin juga menyukai