Anda di halaman 1dari 2

MODEL PENENTUAN NILAI TUKAR

Definisi nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara lain dikemukakan oleh Abimanyu adalah
harga mata uang suatu negara relative terhadap mata uang negara lain.Karena nilai tukar ini mencakup
dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua
mata uang tersebut.

The Fei Ming menjelaskan model penentuan niali tukar yang dipakai, yaitu:

A. Traditional theories
a. Theory Purchasing Power Parity

Teori ini merupakan teori terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin
De Azpilcueta Navarro. Teori ini menyatakan bahwa harga barang disuatu negara harus sama dengan
harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang bberlaku antarkedua negara
tersebut. Teori ini disebut The Law of One Price.

Contoh: harga sepotong roti di Amerika Serikat adalah 1 Dolar AS. Apabila nilai tukar antara Rupiah
dengan Dolar AS saat ini adalah Rp 8.000USD, menurut asumsi The Law of One Price, harga sepotong
roti di Indonesia harus Rp 8.000. Jadi, dimana pun kita membeli roti, apakah itu di Amerika Serikat atau
di Indonesia, harganya adalah sama, sesuai dengan perbandingan tingkat nilai tukar yang berlaku
antarkedua negara tersebut.

Terdapat dua versi dalam Teori Purchasing Power:

1. Versi Absolut

Dalam versi absolute, nilai tukar sama dengan perbandingan antara tingkat harga umum yang berlaku di
dua negara, yang merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh produk yang dihasilkan kedua negara.
Contoh: jika rata-rata tertimbang dari seluruh harga barang di Amerika Serikat adalah sebesar 25.000 FF,
berdasarkan versi absolut, nilai tukar Dolar AS terhadap Franc harus sebesar 0,2FF. Dalam versi absolute
terdapat beberapa kelemahan yakni:
 Asumsi perhitungan nilai tukar dalam versi absolute mengharuskan kita membandingkan harga
barang yang serupa. Namun, dalam kenyataanya, tidak satu pun negara di dunia yang memproduksi
dan atau mengkonsumsi barang yang homogen sehingga sulit untuk membandingkan rata-rata
tertimbang dari seluruh harga barang yang terdapat di dua negara secara tepat.
 Versi absolute tidak memperhatikan adanya biaya pengangkutan dan rintangan dalam melakukan
transaksi perdagangan, seperti proteksi dan kuota yang berpengaruh terhadap harga barang di suatu
negara. Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan bahwa keadaan yang berlaku di pasar versi absolut
ini tidak mungkin diterapkan dalam dunia nyata.
2. Versi Relatif

Dalam versi relatif, persentase perubahan nilai tukar pada waktu yang ditentukan sebagai periode dasar
harus sama dengan perbedaan antara persentase perubahan harga tingkat inflasi domestik dengan
persentase perubahan harga tingkat inflasi di luar negeri pada periode tersebut.

Contoh: jika indeks CPI (Customer Price Indeks : mengukur tingkat harga secara makro) di Amerika
Serikat meningkat dari 194 ke 218, di Jepang meningkat dari 161 ke 165, dan nilai tukar yang berlaku
saat ini 0.00909JPY, berdasarkan versi relatif ini, nilai tukar Yen dan Dolar AS harus berada pada
0.00909JPY.

Versi relatif bertujuan menghilangkan berbagai kelemahan dalam versi absolute. Dengan menggunakan
persamaan pada perhitungan nilai tukar versi relatif di atas, kita dapat mengetahui tingkat nilai tukar
antara dua negara secara lebih tepat meskipun komposisi barang, baik yang diproduksi maupun
dikonsumsi, diantara kedua negara tersebut tidaklah homogen.

b. Teori Elastisitas

Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan
neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium. Dengan kata
lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas
permintaan yang bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca
pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan
kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga
hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar.

B. Modern Monetery Theories on Short Term Exchange Rate Volatility

Teori ini memperhatikan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam
jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar
dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan
dan penawaran terhadap asset-aset keuangan. Dalam pandangan modern, teori purchasing power parity
juga diperluas dengan menyertakan variable-variabel seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku
bunga, dan pendapatan rill, dalam menentukan tingkat nilai tukar antara dua negara. Menurut teori ini,
dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan pasar modal dan pasar uang lebih cepat jika
dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek
fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang
fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang.

C. Syntesis of traditional and modern monetary views

Menjelaskan bahwa dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan lebih cepat jika dibandingkan
dengan perubahan di pasar barang.

Anda mungkin juga menyukai