Anda di halaman 1dari 9

PARITAS DAYA BELI DAN

PARITAS TINGKAT BUNGA


Danarji Nirmolo B.312.3015.007

PARITAS DAYA BELI (Purchasing Power Parity)

Sebuah metode yang digunakan untuk menghitung sebuah alternatif nilai


tukar antar mata uang dari dua negara.

PPP mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam
pengukuran internasional (biasanya dollar), karena barang dan jasa memiliki
harga berbeda di beberapa negara.

Contoh : harga 1 kg gandum di USA = $2, harga 1 kg gandum di UK = 1, maka


nilai tukar antara dollar dan poundsterling: ER = $2/ 1 = 2.

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM
PARITAS DAYA BELI

Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan dalam paritas daya beli yaitu:

1.

Absolute Purchasing Power Parity

2.

Relative Purchasing Power Parity

Absolute Purchasing Power Parity

Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar antara dua mata uang sama dengan
perbandingan (ratio) antara dua tingkat harga umum kedua negara tersebut.

Contoh : harga 1 kg gandum di USA = $2, harga 1 kg gandum di UK = 1, maka


nilai tukar antara dollar dan poundsterling: ER = $2/ 1 = 2.

Pendekatan ini didasari oleh hukum satu harga (law of one price) yang
menyatakan bahwa dalam keadaan perdagangan bebas (free trade) barangbarang yang sejenis seharusnya mempunyai harga yang sama di kedua negara
(setelah dikurangi ongkos angkut), sehingga kemampuan membeli masingmasing mata uang menjadi setara.

Kelemahan Absolute Purchasing Power Parity

1.

Biaya transportasi, hambatan perdagangan, dan biaya transaksi lainnya, bisa


menjadi signifikan.

2.

Harus ada pasar yang kompetitif untuk barang dan jasa di kedua negara.

3.

Hukum satu harga hanya berlaku untuk barang yang diperjual-belikan; barang
tidak bergerak seperti rumah, dan banyak layanan yang bersifat lokal, tidak
dapat diperdagangkan antar negara.

Relative Purchasing Power Parity

Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai tukar selama satu periode
tertentu proporsional terhadap perubahan relatif tingkat harga di kedua
negara dalam periode yang sama.

Contoh : Jika tingkat harga-harga umum di negara B dari tahun dasar ketahun 1 tidak mengalami perubahan, sementara itu tingkat harga-harga umum
di negara A meningkat 50%, maka menurut PPP relatif, nilai tukar antara mata
uang negara A dan negara B (B/A) naik menjadi 50% (atau mata uang negara A
mengalami depresiasi sebesar 50%) pada periode 1 dibandingkan pada periode
dasar.

Kelemahan Relative Purchasing Power Parity

Rasio antara harga barang dan jasa non-traded terhadap harga barang dan
jasa traded lebih tinggi di negara-negara maju daripada di negara-negara
berkembang. Salah satu alasannya, adalah bahwa teknik produksi barang dan
jasa non-traded di negara berkembang dan negara maju relatif hamper sama,
namun para pekerja di bidang ini di negara maju menerima gaji yang lebih
besar dibandingkan dengan para pekerja pada produksi barang dan jasa
traded.

Selama indeks harga umum termasuk didalamnya barang dan jasa traded dan
non-traded, dan harga-harga barang dan jasa non-traded tidak sama dalam
perdagangan internasional tetapi lebih tinggi di negara maju, maka
pendekatan PPP relatif akan cenderung memberikan hasil bahwa mata uang
negara berkembang dinilai terlalu rendah atau nilai tukar di negara
berkembang mengalami undervalued.

PARITAS TINGKAT BUNGA

Salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam
sistem devisa bebas (apabila penduduk masing-masing negara bebas
memperjualbelikan devisa).

Teori ini menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di
negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga dinegara lain, setelah
diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang
satu terhadap negara yang lain.

RUMUS PARITAS TINGKAT BUNGA

Rn= Rf + E*

Rn =Tingkat bunga (nominal) di dalam negeri

Rf = Tingkat bunga (nominal) di luar negeri

E* = Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang
diperkirakan akan terjadi.

Contoh: Apabila tingkat bunga di AS untuk pinjaman jangka 6 bulan adalah


10% pertahun, dan selama 6 bulan mendatang kurs dollar AS terhadap rupiah
diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan dalam laju
per tahun), maka tingkat bunga untuk pinjaman jangka 6 bulan di indonesia
akan cenderung sama dengan 10% + 8% = 18% pertahun.

Anda mungkin juga menyukai