Anda di halaman 1dari 2

BLH Lamongan Sosialisasikan Amdal

Pabrik Gula KTM


Lamongan - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan melakukan
sosialisasi dan konsultasi publik terkait pembuatan analisis mengenai dampak
lingkungan pabrik gula yang akan dibangun PT Kebun Tebu Mas.
Ketua Tim Penyusun Amdal dari PT Geospasia Wahana Jaya, Dewi Dwirianti, di
Lamongan, Selasa mengemukakan, keberadaan amdal akan membuat hak
masyarakat terlindungi, karena ada konsekuensi hukum apabila dilanggar oleh
pengelola PG.
"Studi amdal akan menganalisa dampak potensial yang diperkirakan timbul dari
operasional PG, seperti asap dan debu, gangguan kesehatan masyarakat,
kemacetan lalu lintas, kerusakan jalan, dan limbah maupun bau," ujarnya.
Menurut dia, KTM selaku investor PG juga harus memperhatikan konsep
pengelolaan amdal yang baik secara teknis.
Konsep itu antara lain penggunaan mesin dengan bahan bakar ramah
lingkungan, pembuatan sumur resapan untuk konservasi air tanah, serta
penanganan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan dan pabrik.
Ia menambahkan, petani binaan KTM nantinya juga akan dilibatkan dalam
pemanfaatan sisa limbah PG (blotong tebu) yang masih berguna untuk dijadikan
pupuk kompos.
"Selain itu, agar tidak mengganggu lalu lintas, nantinya tidak ada lagi truk
pengangkut tebu yang berjejer menunggu giliran giling," tambahnya.
Dewi Dwirianti juga mengatakan bahwa penyusunan amdal harus disesuaikan
dengan kondisi masyarakat sekitar lokasi pembangunan PG dan sejalan dengan
kebijakan Pemkab Lamongan.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Lamongan Aris Wibawa mengatakan, PG
berkapasitas produksi 10.000 ton tebu per hari yang dibangun PT KTM, berlokasi
di Desa Kedungsoko, Kecamatan Mantup dan sudah mendapat persetujuan dari
bupati.
"Keberadaan PG tersebut untuk memenuhi kebutuhan gula nasional yang
semakin tinggi, selain juga bisa menciptakan lapangan kerja baru dan peluang
usaha, serta meningkatkan pendapatan asli daerah," ujarnya.
Menurut rencana, pembangunan PG dimulai pada akhir 2011 dan sudah bisa
beroperasi sekitar September 2013 atau setidaknya April 2014.

Data Dinas Pertanian dan Perkebunan Lamongan mencatat, dari luas areal
sawah yang mencapai 88.221 hektare, sekitar 30.771 hektare di antaranya
merupakan lahan tadah hujan yang memiliki potensi dijadikan areal perkebunan
tebu.
Sementara alokasi lahan tebu untuk kebutuhan PG KTM sekitar 18.032 hektare.
Selain itu, PG juga akan membeli tebu dari rakyat dengan sistem jual putus.
Editor: Masuki M. Astro

Anda mungkin juga menyukai