Anda di halaman 1dari 4

TUGAS-02

TEKNIK PEMANFAATAN BATUBARA


PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK SEMEN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

NATALIA FEBRIANI COKRO


073001800037

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
TEKNIK PERTAMBANGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
PEMANFAATAN BATUBARA PADA PABRIK SEMEN
Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi kehidupan manusia. Batu
bara memiliki peran penting sebagai bahan bakar alternatif yang dapat digunakan. Selain itu
batu bara merupakan bahan bakar fosil yang paling terjangkau, ketersediaannya cukup
banyak dan memiliki kandungan kalor yang tinggi (World Coal Insttute, 2005). Pemanfaatan
batu bara ini banyak digunakan diberbagai bidang diantaranya, sebagai sumber energi
pembangkit listrik, industri semen, industri baja dan industri-industri yang membutuhkan
energi panas dalam produksinya. Konsumsi batu bara di Indonesia untuk industri semen
Pada 2010, sebesar 10,54 juta ton dan pada 2016 meningkat menjadi 10,88 juta ton
(Kementrian ESDM, 2016). Pemakaian tersebut digunakan oleh PT. Semen Indonesia, PT.
Holcim dan industri semen lainnya. Pada 2016 hingga 2020 kebutuhan batubara untuk
industri semen diperkirakan akan meningkat terus, seiring perkembangan ekonomi yang
mulai membaik di dalam negeri, serta meningkatnya pasokan energi listrik dari selesainya
program listrik yang dicanangkan sebesar 35.000 MW.
Salah satu contohnya adalah PT. Semen Padang yang merupakan industri
semen yang memanfaatkan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. Total kapasitas
produksi PT. Semen Padang yaitu sekitar 10.400.000 ton/tahun. PT Semen Padang memiliki
5 pabrik yang beroperasi saat ini yaitu Indarung II dengan kapasitas produksi 660.000
ton/tahun, Indarung III dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun, Indarung IV dengan
kapasitas produksi 1.620.000 ton/tahun,, Indarung V dengan kapasitas produksi 2.300.000
ton/tahun, Indarung VI dengan kapasitas produksi 3.000.0000 ton/tahun, CM Dumai
900.000 ton/tahun dan Optimalisasi Pabrik 1.260.000 ton/tahun.
PT Semen Padang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar dalam pembakaran raw mix
yang akan menghasilkan klinker. Proses ini merupakan suatu proses yang penting dalam
proses pembuatan semen. Selain Kiln sebagai “jantung” yang merupakan tempat untuk
pembakaran, terdapat dua peralatan yang digunakan dalam pembuatan semen, yaitu
preheater dan grate cooler. Preheater digunakan untuk pemanasan awal dan grate cooler
yang digunakan untuk pendinginan mendadak klinker (Komariah, 2012). Kinerja ketiga unit
sangat mempengaruhi kualitas klinker yang akan dihasilkan dalam proses tersebut.
Selanjutnya kualitas klinker ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas semen yang
dihasilkan. Oleh sebab itu, kerja optimal dari ketiga unit tersebut sangat
diharapkan karena akan menghasilkan klinker yang berkualitas sehingga akan didapat
semen yang berkualitas juga (Nurlianti, 2014). Bahan bakar yang tepat sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kinerja alat tersebut agar dapat bekerja optimal (Nurlianti,2014). PT
Semen Padang bekerja sama dengan beberapa pemasok dari berbagai wilayah di Indonesia
untuk
memenuhi kebutuhan batu bara pada setiap pabriknya. Ada beberapa parameter yang
digunakan dalam mengukur kualiatas batu bara diantaranya adalah nilai CV (Calorivic
Value), TM (Total Moisturizer), kandungan ash, kandungan sulfur, IM (Inherent moisture),
HGI, HHV (High Heating Value) dan fixed carbon (Komariah, 2012).

Saat ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan mencabut Fly Ash dan Bottom Ash
(FABA) atau limbah padat dari proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) dari daftar limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sejatinya, FABA bisa
dimanfaatkan untuk sejumlah keperluan di sektor konstruksi, salah satunya sebagai bahan
baku alternatif untuk semen. Sejak lama, sejumlah produsen semen lokal telah
memanfaatkan FABA untuk keperluan ini. Sebut saja PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk
(INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Untuk kepentingan kelestarian lingkungan, pabrik semen menjadi salah satu alternatif
pembuangan yang terbaik dan aman. Pabrik semen punya peralatan penangkap debu
modern misalkan bag filter atau electrostatic precipator untuk memastikan emisi debu di
bawah standard yang ditetapkan Pemerintah. Juga pabrik semen dapat memastikan zero
waste dari pemakaian limbah tersebut dalam proses produksi. Rata-rata material FABA yang
digunakan di semen INTP sekitar 10%-15% bahkan bisa mencapai 20% daripada semen. Hal
ini tergantung jenis semen dan harganya.

Kendati FABA sudah diputuskan bukan lagi sebagai limbah B3, tetap saja penggunaannya
dikontrol secara ketat. Tidak bijaksana jika hanya limbah ini hanya ditimbun dan ditutup di
tanah sehingga harus dimanfaatkan supaya tidak ada limbah yang terbuang. Contohnya lagi
adalah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga menggunakan FABA sebagai bahan baku
alternatif produksi semen.

pemanfaatan bahan baku alternatif memiliki makna ganda bagi Semen Indonesia, selain
menjadi penghematan bahan baku utama dan membantu mencegah pencemaran lebih
lanjut yang dihasilkan oleh industri lain, juga menghasilkan pendapatan lain bagi
perusahaan. Beberapa bahan baku alternatif yang telah secara rutin dimanfaatkan oleh SIG
antara lain bottom ash, fly ash, dust EAF, steel slag, COCS, spent bleaching earth, drilling
cutting dan paper sludge. Volume penggunaan bahan baku alternatif yang digunakan SIG
terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun target SIG untuk
meningkatkan bisnis keberlanjutan sesuai dengan poin yang tertuang dalam SDG hingga
2024 mendatang adalah memanfaatkan 1,9 juta ton limbah sebagai bahan baku alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.tekmira.esdm.go.id/index.php/minerba/article/download/192/537
http://scholar.unand.ac.id/33190/2/06.%20BAB%20I.pdf
https://newssetup.kontan.co.id/news/produsen-semen-manfaatkan-limbah-abu-batubara-
untuk-bahan-baku-alternatif

Anda mungkin juga menyukai