Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358366793

EVALUASI KINERJA PEMBAKARAN PADA UNIT KILN DI PT SEMEN BATURAJA


(PERSERO) TBK.

Article · February 2022

CITATIONS READS

2 1,076

2 authors, including:

Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
213 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kotamo View project

BROGAN View project

All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 05 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

EVALUASI KINERJA PEMBAKARAN PADA UNIT KILN


DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK.

BAGAS RAFLY RAMADHAN1 SAFARUDDIN2


UNIVERSITAS SRIWIJAYA1 SMBR LEARNING DEVELOPMENT2
bagasrafly18@gmail.com1 safaruddintohir@gmail.com

ABSTRAK
PT Semen Baturaja Tbk. (Persero) merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan
semen yang beroperasi di Indonesia. Proses produksi pada PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk. menggunakan proses kering (dry process). Proses produksi dimulai dari
penyediaan bahan mentah, penggilingan bahan mentah, pembakaran bahan mentah,
pendinginan klinker, penggilingan klinker, dan pengantongan semen. Bahan baku
utama yang digunakan dalam pembuatan semen berupa batu kapur sekitar 75-90%,
tanah liat 7-20%, dan bahan koreksi berupa pasir silika sekitar 1-5%, pasir besi sekitar
1-6%. Industri semen termasuk industri yang boros dalam penggunaan bahan bakar
untuk memproduksi klinker atau terak yang akan digunakan dalam pembuatan semen,
karena temperatur yang dibutuhkan untuk mereaksikan bahan baku klinker mencapai
1500°C. Kebutuhan bahan bakar dapat menyerap hingga 30-40% dari biaya produksi.
Temperatur pembakaran dapat lebih tinggi karena perpindahan panas yang tidak
merata pada dinding kiln yang menyebabkan penggunaan bahan bakar lebih banyak
sehingga dilakukan evaluasi alat rotary kiln. Rotary Kiln dalam industri semen
mempunyai peranan penting karena akan menentukan kualitas produk. Rotary kiln
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan baku hingga menjadi produk.
Evaluasi kinerja rotary kiln diperlukan untuk mengetahui efisiensi dari rotary kiln yang
berdampak pada pemakaian bahan bakar, menjaga keberlangsungan produksi, dan
kualitas produk. Efisiensi ini dapat mencakup penggunaan bahan bakar atau panas
dalam rotary kiln. M, Perhitungan menggunakan basis produksi 1 kg klinker. Dari hasil
perhitungan diperoleh efisiensi massa alat rotary kiln aktual rata-rata sebesar 91,30%
dengan massloss rata-rata sebesar 0,226399 kg sementara efisiensi panas alat rotary
kiln aktual rata-rata sebesar 69,16% dengan heatloss rata-rata sebesar 274,193881
Kcal. Hasil perhitungan efisiensi menunjukkan bahwa rotary kiln masih efektif dan
layak untuk digunakan dalam proses produksi.

KATA KUNCI: rotary kiln, klinker, efisiensi panas

ABSTRACT
PT Semen Baturaja Tbk. (Persero) is one of the factories that produce cement
operating in Indonesia. The production process at PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
using the dry process. The production process starts from supplying raw materials,
grinding raw materials, burning raw materials, cooling clinker, grinding clinker, and
bagging cement. The main raw materials used in the manufacture of cement are
limestone about 75-90%, clay 7-20%, and correction materials in the form of silica
sand around 1-5%, iron sand around 1-6%. The cement industry is an industry that is
wasteful in the use of fuel to produce clinker or slag which will be used in the
manufacture of cement, because the temperature required to react the clinker raw
material reaches 1500°C. Fuel requirements can absorb up to 30-40% of production
costs. The combustion temperature can be higher due to the uneven heat transfer on
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

the kiln wall which causes the use of more fuel so an evaluation of the rotary kiln is
carried out. Rotary Kiln in the cement industry has an important role because it will
determine the quality of the product. Rotary kiln serves as a place to react raw
materials to become products. Evaluation of rotary kiln performance is needed to
determine the efficiency of the rotary kiln which has an impact on fuel consumption,
maintaining production continuity, and product quality. These efficiencies can include
the use of fuel or heat in a rotary kiln. Kiln heat efficiency is an indicator to determine
whether or not the operation of the kiln is good. By knowing the efficiency of the kiln,
appropriate action can be taken to keep the efficiency from decreasing and the heat
provided for the same amount of product can be lower. Calculations use a production
base of 1 kg of clinker. From the calculation results, the actual mass efficiency of the
rotary kiln is 91.30% with an average mass loss of 0.226399 kg, while the actual heat
efficiency of the rotary kiln is 69.16% with an average heat loss of 274,193881 Kcal.
The results of the efficiency calculation show that the rotary kiln is still effective and
feasible to use in the production process.

KEYWORD: rotary kiln, clinker, efficiency thermal

PENDAHULUAN
Persaingan industri di Indonesia, khususnya pada industri semen semakin
ketat. Adanya sistem perdagangan bebas membuat banyak perusahaan asing yang
memproduksi dan memasarkan produk semen di Indonesia. Persaingan ketat ini
membuat perusahaan untuk melakukan penghematan serta optimalisasi secara besar-
besaran yang bertujuan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing
perusahaan, salah satunya dengan mengevaluasi system energy untuk pembakaran
agar diperoleh keuntungan yang maksimal.
Industri semen merupakan salah satu industri yang boros dalam penggunaan
bahan bakar untuk memproduksi klinker atau terak yang akan digunakan dalam
pembuatan semen, karena temperatur yang dibutuhkan untuk mereaksikan bahan
baku klinker mencapai 1400oC. Kebutuhan bahan bakar dapat menyerap hingga 30-
40% dari biaya produksi. Umumnya alat clinker kiln yang digunakan pada industri
semen sendiri memakai tipe rotary kiln. Pengendalian yang tepat dari pengoperasian
sistem unit pembakaran sangat membantu dalam membuat konsumsi energi lebih
efisien. Efisiensi energi dalam industri semen dapat mencakup penggunaan bahan
bakar atau panas dalam suatu alat. Efisiensi unit rotary kiln akan menurun seiring
bertambahnya usia, sehingga mempengaruhi kualitas komponen unit kiln dan klinker
yang dihasilkan. Unit Kiln yang menggunakan panas yang tidak sesuai dengan
spesifikasi data desain akan mengakibatkan penggunaan bahan bakar menjadi boros
dan banyak panas yang digunakan terbuang percuma.
Rotary kiln digunakan untuk memproduksi klinker sebagai komponen utama
dalam semen. Temperatur pembakaran pada alat dapat lebih tinggi karena
perpindahan panas yang tidak merata pada permukaan coating pada dinding kiln.
Akibatnya, bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak. Perlunya dilakukan
pengontrolan dan Analisa performa terhadap unit rotary kiln untuk mendapatkan
proses yang lebih optimal.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Unit Kiln dalam industri semen memegang peranan penting karena akan
menentukan kualitas produk. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,
efisiensi penggunaan panas di kiln memainkan peran yang sangat penting dalam
industri semen. Efisiensi dapat diperoleh dari perhitungan neraca massa dan neraca
panas.
Permasalahan
Efisiensi unit clinker kiln untuk proses klinkerasi perlu ditinjau secara berkala
sehingga apabila terjadi penyimpangan, penurunan produksi ataupun peningkatan
penggunaan bahan bakar, dapat diambil tindakan ditinjau dari perubahan neraca
massa dan neraca panas yang menyimpang. Perhitungan dari neraca massa serta
panas yang masuk dan keluar dari unit rotary kiln dapat mengevaluasi energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi clinker.
Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui kinerja dari unit clinker
kiln untuk proses klinkerasi pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan
menghitung neraca massa pada system rotary kiln kemudian perhitungan neraca
panas pada system rotary kiln agar dapat mengetahui dan menganalisa efesisensi nilai
yang didapat dari perhitungan pada unit rotary kiln.
Manfaat
Dapat menjadi informasi dalam mengetahui efisiensi unit clinker kiln untuk
proses klinkerasi pada PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
1. Memahami input dan output neraca massa dan energi pada rotary kiln.
2. Dapat melakukan perhitungan neraca massa dan energi pada rotary kiln.
3. Dapat menganalisa apakah unit alat masih berfungsi dengan baik dengan
mengatahui efisiensi sistem rotary kiln.
Ruang Batas Permasalahan
Ruang batas permasalahan tugas khusus ini adalah perhitungan neraca massa,
neraca panas dan perhitungan efisiensi rotary kiln di PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk.
Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan pada penyelesaian tugas khusus merupakan data yang
diperoleh dari Central Control Room (CCR) dan Laboratorium Proses PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk pada 13-17 November 2021 dan data-data tersebut meliputi:
1. Analisa umpan kiln : Umpan kiln dan komposisi bahan baku umpan kiln
2. Analisa batubara : Berat batubara masuk, komposisi batubara, komposisi Ash
batubara, dan NHV (Net Heating Value)
3. Analisa Udara : Laju volume udara primer dan laju volume udara tersier.

TINJAUAN PUSTAKA
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa–senyawa penyusun semen
Portland baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Pada temperature 1200-
1300ºC mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari komponen Al2O3 dan Fe2O3. Pada
temperatur 1400ºC, jumlah fasa cair dapat mencapai 20-30%. Adanya CaO yang
belum bereaksi dengan oksida lainnya pada proses klinkerasi, akan menyebabkan
terbentuknya free lime yang berdampak terhadap mutu semen. CaO bebas pada alat
klinker dapat menjadi salah satu indikator untuk mengetahui proses pembakaran
klinker berjalan dengan baik atau tidak. Semakin banyak CaO berarti proses
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

pembakaran tidak berjalan dengan baik. Reaksi- reaksi yang terjadi pada proses
klinkerisasi dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:
Temperatur Proses yang terjadi Reaksi
o
( C)
0-100 Penguapan air dalam Roller Mill H2O(l)H2O(g)

100-600 Penguapan air hidrat dari tanah Al2O3.2SiO2.H2O  Al2O3 +


liat 2SiO2 + 2H2O
Al2Fe2O3,3SiO2.nH2O  Al2O3 +
Fe2O3 + 3SiO2 + nH2O
600-1000 Penguraian senyawa karbonat CaCO3  CaO + CO2
(proses kalsinasi) terutama jenis MgCO3  MgO + CO2
magnesium karbonat sedangkan
karbonat dari sneyawa kalsium
akan terurai pada suhu 900oC
700-900 Mulai terbentuknya senyawa C3A, Al2O3 + 3CaO  3CaO. Al2O3
C2S, C2AF SiO2 + 2CaO  2CaO.SiO2
Al2O3+2CaO+Fe2O3 
2CaO. Al2O3 + Fe2O3
Al2O3+4CaO+Fe2O3 
4CaO. Al2O3 + Fe2O3
1100-1200 Pembentukan senyawa C2S, SiO2 + 2CaO  2CaO.SiO2
C4AF, C3A maksimum 3CaO + Al2O3 3CaO. Al2O3
3CaO + SiO2  3CaO. SiO2
1200-1450 Pembentukan C3S dan
pengurangan CaO bebas pada
temperature 1200oC, terbentuk
fase cair yang apabila
didinginkan menjadi terak
Sumber: PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk 2019S
Kiln System
Unit kiln adalah suatu unit dimana terjadi proses klinkerasi, akan dilakukan
pembakaran kiln feed yang berupa campuran limestone, clay, silica stone, dan iron
sand menjadi clinker. Proses kalsinasi dan klinkerisasi dapat terjadi di dalam kiln.
Selama proses pemanasan di dalam kilm, akan terjadi reaksi fisika dan kimia secara
bersamaan dan membentuk senyawa clinker.
Terbentuknya klinker pada saat raw meal dengan proporsi tertentu dari
senyawa-senyawa kimia didalamnya dibakar pada suhu sekitar 1450°C. Proses
pembakaran ini bertujuan agar terjadi oksidasi oleh atmosfir terhadap unsur-unsur
kimia yang terkandung di dalam raw meal tersebut sehingga dapat dihasilkan klinker
yang bewarna hijau abu-abu. Jika keadaan oksidasi unsur tersebut tidak tercapai maka
akan dihasilkan klinker berwarna agak coklat kemerahan dan semen mempunyai sifat
yang cepat mengeras.
Reaksi:
2CaO + SiO2 →2CaO. SiO2 (C2S)
Al2O3+3CaO → 3CaO. Al2O3 (C3A)
Fe2O3 + Al2O3+4CaO → 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF)
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

CaO + 2CaO.SiO2 → 3CaO. SiO2 (C3S)


Terbentuknya bentuk kristal ataupun kristalin dari pada senyawa clinker
tersebut ialah pada saat terjadi pendinginan clinker. Pembentukan C2S ialah terjadinya
inclinkersi antara CaO dengan SiO2 yang dimulai pada suhu 1100°C dan reaksinya
semakin cepat pada suhu 1370°C. Pada suhu ini akan mulai pula terjadi inclinkersi
antara C2S dengan CaO dan membentuk C3S. Reaksi pembentukan C3S ini cukup
lambat walaupun pada suhu tinggi, tetapi dengan adanya besi dan alumina akan dapat
mempercepat reaksi pembentukan C3S. C3S yang terbentuk pada suhu 1370°C sangat
kecil jumlahnya. Proses klinkerisasi dalam kiln terbagi dalam beberapa zona, yaitu:
1) Calcining Zone
Pada zona ini raw meal dari preheater akan mengalami pemanasan hingga
1200 ºC dan proses yang terjadi adalah proses penguraian secara maksimum
dari unsur-unsur reaktif yang terkandung dalam material masih berbentuk
bubuk dan bagian dalam kiln digunakan lapisan alumina bricks.
2) Transition Zone
Pada zona ini material mengalami perubahan fase dari padat ke cair dengan
temperatur operasi sekitar 1300 ºC. pada zona ini juga terjadi reaksi antara
CaO dengan senyawa SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Daerah kiln ini dilindungi oleh
lapisan High Alumina Bricks.
3) Sintering Zone
Pada zona ini material mendekati sumber panas yang terpancar dari burner.
Pemanasan terjadi hingga 1500ºC. proses yang terjadi adalah pelelehan dari
semua material dan reaksi maksimum antara CaO dengan senyawa SiO2, Al2O3
dan Fe2O3. Mineral compound ini membentuk senyawa utama klinker yaitu C3S
(Alite), C2S (Belite), C3A (Celite) dan C4AF (Felite). Reaksi ini disebut reaksi
klinkerisasi.
4) Cooling Zone
Material yang berbentuk cair di sintering zone akan mengalir ke cooling zone
dan mengalami perubahan fase material menjauhi gun burner. Karena adanya
gerakan rotasi kiln temperatur akan turun hingga mencapai 1200 ºC maka
sebagian besar material akan berbentuk granular atau butiran.
Setelah klinker terbentuk, klinker akan dilakukan pendinginan pada clinker cooling.
Pendinginan dilakukan secara quenching yang bertujuan untuk pengambilan panas
yang akan dimanfaatkan kembali untuk udara pembakaran.
Rotary Kiln
Rotary kiln diperkenalkan sejak tahun 1980 dan banyak digunakan pada awal
abad ke-20 dimana alat ini dapat memproduksi secara kontinyu dan seragam dalam
jumlah yang banyak. Rotary kiln merupakan alat utama untuk memproduksi clinker.
Rotary kiln PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, berbentuk selinder dengan 4,5 meter
dengan paniang 75 meter dan kecepatan putar 0,438-4,38 rpm. Rotary kiln dapat
dilengkapi dengan preheater sebagai pemanas awal dan prekalsiner. Gerakan yang
muncul dari material dan gas panas hasil pembakaran oleh batubara berlangsung
secara counter current. Rotary kiln dilapisi dengan batu tahan api dibagian dalamnya
untuk mencegah agar baja tidak mudah meleleh dikarenakan panas yang ditimbulkan
oleh batubara yang tinggi.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Gambar 3.1. Rotary Kiln


Rotasi yang terjadi pada rotary kiln akan menyebabkan umpan secara bertahap
akan bergerak dimana akan ada umpan keluar dengan kondisi yang lebih panas
dibandingkan dengan umpan yang masuk. Kiln terhubung langsung dengan suspention
preheater. Shell kiln bertumpuh pada tiga tyre yang diletakan diatas enam supporting
roller sebagai penumpuh seluruh beban umpan yang masuk kedalam kil. Berdasarkan
kapasitasnya, rotary kiln dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu kiln ukuran kecil,
dengan kapasitas kurang dari 3.000 ton/hari, kiln ukuran menengah, dengan kapasitas
antara 3.000-5.000 ton/hari, dan kiln ukuran besar, dengan kapasitas lebih besar dari
5.000-7500 ton hari. Rotary kiln memiliki kemiringan enam derajat, dimana pada saat
beroperasi kiln akan berputar dan umpan kiln akan bergerak menuju zona-zona yang
ada didalam kiln untuk bereaksi menjadi clinker.
Pada seluruh jenis-jenis rotary kiln menginginkan untuk mengoptimalkan
pertukaran panas antara aliran gas dan aliran material untuk mengefisiensikan
penggunaan energy. Pada rotary kiln terdapat komponen dasar rotary kiln adalah kiln
shell, refractory lining, support tyres and roller dan drive gear.
1) Kiln Shell
Kiln shell merupakan suatu lapisan terluar yang terdapat dari alat rotary kiln
dimana kiln shell umumnya berbentuk silinder panjang dan terbuat dari pelat
baja ringan, umumnya ketebalannya sekitar 15-30 mm, kemudian panjangnya
bisa mencapai 230 m dengan diameter 6 m. Ukuran diameter telah ditentukan
karena dibuat untuk mencegah kecenderungan shell yang dapat berubah
bentuk penampangnya menjadi oval dikarenakan oleh berat kiln maka hal ini
merupakan konsekuensi kiln selama berputar.
2) Refractory Lining
Refractory lining merupakan lapisan pelindung yang terdiri dari beton cor tahan
api atau batu bata tahan api. Lapisan umumnya memiliki ketebalan berkisar 80-
300 mm dengan kemapuan mempertahankan suhu 1000oC atau lebih antara
permukaan panas dengan permukaan dingin yang bertujuan unutk melindungi
shell baja dari suhu tinggi yang terjadi di dalam kiln dan untuk menjaga kiln
dari material yang bersifat korosif pada saat terjadinya proses. Suhu pada shell
perlu dipertahankan dibawah 350oC untuk melindungi baja dari kerusakan
akibat panas.
3) Support Tyres and Rollers
Tyres atau biasa disebut dengan riding rings biasanyanya terdiri dari baja cor
tunggal annular (single annular steel casting) dengan permukaan yang
dihaluskan. Tyres digunakan untuk mempermudah gerakan termal. Putaran ban
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

ini dipasang dengan rol baja. Roller yang digunakan harus mendukung kiln
dengan menjaga rotasi agar tetap seimbang dan gesekan yang tidak kuat.
Roller yang digunakan akan semakin banyak tergantung dengan panjang
ukuran kiln.
4) Drive Gear
Kiln biasanya diputar dengan single girth gear. Gear dihubungkan melalui gear
train dengan menggunakan variable speed electric motor. Kecepatan aliran
pada material didalam kiln sebanding dengan variable speed drive dan
kecepatan rotasi.
Prinsip Kerja Rotary Kiln
Prinsip kerja dari rotary kiln yakni dengan memanfaatkan panas dari burner
yang terdapat dari dalam unit operasi ini untuk membakar bahan baku yang melewati
rotary kiln. Kiln feed dari outlet preheater akan masuk melalui inlet kiln. Tenaga gerak
dari motor dan main gear menyebabkan kiln berputar. Adanya pengaruh kemiringan
dan gaya putar dari kiln, maka feed kiln akan bergerak perlahan disepanjang kiln. Kiln
bekerja secara counter current dimana gas panas hasil pembakaran batu bara di
burner dihembuskan secara berlawanan dengan feed kiln, sehingga terjadi kontak
panas dan perpindahan panas antara feed kiln dengan gas panas. Kontak panas ini
akan memicu terjadinya reaksi kimia untuk membentuk komponen semen.
Pembakaran akan terus berlangsung hingga klinker terbentuk dan akan keluar menuju
clinker cooler.
3.2.5. Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Rotary Kiln
Proses yang terjadi didalam rotary kiln merupakan proses pembakaran. Proses
pembakaran pada rotary kiln dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kiln feed yang di
supply, hal itu dikarenakan pembentukan clinker terjadi karena adanya reaksi kimia
yang terjadi jika bahan baku yang berupa klin feed dibakar. Massa yang diumpan ke
rotary kiln tidak melebihi kapasitas kiln. Apabila kiln dipaksa mensuplai lebih dari
kemampuan, yang telah ditentukan maka beban yang diterima kiln bertambah
mengakibatkan kerja kiln tidak akan sesuai. Posisi burner juga akan mempengaruhi
saat proses pembakaran yang terjadi di dalam kiln dimana itu merupakan tempat
keluarnya udara dan bahan bakar hasil pembakaran batubara, hal tersebut jika tidak
diperhatikan akan berakibat kontak antar partikel maka akan terjadi perpindahan
panas dari gas menuju umpan kiln.
Besar atau kecilnya api yang dihasilkan oleh burner tergantung dengan fan
yang menyalurkan udara, maka api yang digunakan pada burner kiln harus dijaga agar
tidak menyentuh material dan juga refractory lining. Kadar oksigen merupakan salah
satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja rotary kiln dimana jika jumlah oksigen
yang diperlukan cukup akan menghasilkan pembakaran yang sempurna. Apabila kadar
oksigen yang ada terlalu rendah maka akan pembakaran yang terjadi tidak sempurna
sehingga membentuk CO, ketika kadar CO terlalu tinggi ajan menghasilkan kerugian
energy pembakaran yang lebih banyak. Jika kadar oksigen yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan udara pembakaran yang cukup banyak sehingga tidak efisien dan
banyak panas yang terbuang. Kemudian untuk variabel selanjutnya Excess air
merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan supply bahan bakar dan
kebutuhan udara pembakaran. Jika supply udara kurang maka akan mengakibatkan
pembakaran tidak sempurna sehingga kadar CO naik dan panas yang dihasilkan
berkurang atau tidak maksimal. Namun jika excess air terlalu banyak maka berdampak
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

buruk pula pada proses pembakaran karena udara akan mendinginkan panas yang ada
didalam sistem kiln. Kemudian jika ada udara luar yang masuk kedalam alat yang
sedang beroperasi disebut dengan false air. dimana semakain banyak false air akan
mengakibatkan konsumsi energy yang tinggi dan mengurangi efektivitas panas yang
terjadi di dakam suatu system.

METODE
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas khusus ini berupa studi
literature, pengumpulan data, pengolahan data dan analisa. Evaluasi dilakukan selama
2 bulan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam perhitungan. Untuk
menghitung nilai efisiensi dari alat rotary kiln dilakukan dalam beberapa tahap
penyelesaian.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan sebagai petunjuk dalam mengetahui parameter-
parameter dan informasi yang digunakan untuk evaluasi kinerja rotary kiln. Selain itu,
dapat diperoleh landasan pemecahan masalah dan metode untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap masalah yang dihadapi. Studi literature juga
dilakukan agar dapat mempelajari dan mencari referensi yang berasal dari laporan,
jurnal, buku, dan catatan yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan.
Pengumpulan Data
pengumpulan data berkaitan dengan data yang diperlukan pada perhitungan
untuk memperoleh hasil yang actual. Data actual yang diambil dari CCR (Central
Control Room) mengenai jumlah klinker, jumlah pemakaian fine coal, jumlah kiln feed,
temperature dan tekanan alat rotary kiln, grate cooler, ID fan. Kemudian data dari
laboratorium mengenai komposisi kiln feed, komposisi klinker, serta komposisi coal.
Pengolahan Data
Untuk menghitung efisiensi pada alat rotary kiln diperlukan referensi sebagai
tahap awal untuk dapat memulai perhitungan dan referensi yang digunakan yaitu buku
diklat PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, 2010 dan Hougen.Chem. Process Principles
(1954) kemudian dilanjutkan dengan beberapa penyelesaian perhitungan. Dimana
tahapan yang dilakukan yaitu:
1. Menghitung massa komponen kiln feed
2. perhitungan neraca massa
3. Menghitung efisiensi neraca massa
4. perhitungan neraca panas
5. Menghitung efisiensi neraca panas
Perhitungan
 Perhitungan neraca massa
Neraca massa pada area system kiln dihitung dengan basis produksi 1 kg
klinker. Dimana hasil dari perhitungan neraca massa yang didapat akan
digunakan pada perhitungan pada neraca panas.
1. Menghitung Total Produksi
2. Menghitung Coal Feed
3. Menghitung Udara Sekunder
4. Menghitung Udara Primer
 Perhitungan neraca panas
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Neraca panas pada area system kiln berupa panas yang sensible dimana
batubara dan panas pembakaran batubara pada material inpust sedangkan
pada output berupa panas sensible klinker, exhaust gas dan lain-lailn.
Perhitungan neraca panas ini juga didasari pada hukum pertama
termodinamika.
ℎ = +( × × 10 ) + ( × × 10 )

Element A B C
CO2 0,196 118 -43
H2O Vapor 0,443 39 28
N2 0,244 22 0
O2 0,218 30 0
Air 0,237 23 0
Raw Meal 0,206 101 -37
Clinker 0,186 54 0
Coal 0,262 390 0
Sumber: Smidh, F.L. 1996

= ( )

Energi Input Kiln


1. Panas Sensibel Rawmix
Q = mrm x Cprm x T
Keterangan:
mrm = massa rawmix (kg/jam)
Cprm = panas spesifik rawmix (kJ/kgoC)
T = temperature (oC)
Sumber: Walter, H Duda, Cement Data Book, Macdonald&Even, London, 1985.

2. Panas Sensibel Bahan Bakar


Q = mbb x Cpbb x T
Keterangan:
mbb = massa batubara (kg/jam)
Cpbb = panas spesifik batubara (kJ/kgoC)
T = temperature (oC)
Sumber: Walter, H Duda, Cement Data Book, Macdonald&Even, London, 1985.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

3. Panas Sensibel Udara In


Q = mudara x Cpudara x T
Keterangan:
mudara = massa udara (kg/jam)
Cpudara = panas spesifik udara (kJ/kgoC)
T = temperature (oC)
Sumber: Walter, H Duda, Cement Data Book, Macdonald&Even, London, 1985.

4. Panas Pembakaran Batubara


Q = mudara x NHVbatubara
Keterangan:
mbb = massa batubara (kg/jam)
NHVbb = panas spesifik batubara (kJ/kg)
Sumber: Peray’s Handbook, 1985.

Energi Output Kiln


1. Panas Sensibel Klinker Out
Qklinker = mklinker x Cpklinker x T
Keterangan:
mklinker = massa klinker (kg/jam)
Cpklinker = panas spesifik klinker (kJ/kgoC)
T = temperature (oC)
Sumber: Walter, H Duda, Cement Data Book, Macdonald&Even, London, 1985.

2. Panas Penguapan H2O


a. Panas Laten H2O dari udara dan reaksi pembakaran batubara
b. Panas Laten H2O dari batubara dan rawmix (dikeringkan oleh
exhaust gas)
Q = m x  (kJ/jam)
sumber: Taylor, 1990.

3. Panas Sensibel Exhaust Gas


Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Dihitung masing-masing komponen yang terdapat pada exhaust


gas

= ( )

sumber: Hougen, Eng. Chem.255, 1990.

4. Panas Sensibel Debu


Qdebu = mdebu x Cpdebu x T
Keterangan:
mdebu = massa debu (kg/jam)
Cpdebu = panas spesifik debu (kJ/kgoC)
T = temperature (oC)
Sumber: Walter, H Duda, Cement Data Book, Macdonald&Even, London, 1985

 Neraca Massa
Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi hasil perhitungan neraca massa dari
tanggal 13 November 2021- 17 November 2021 pada unit Rotary Kiln PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk.

Tabel 3.1. Neraca Massa Tanggal 13 November 2021


Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Tabel 3.2. Neraca Massa Tanggal 14 November 2021


No. komponen Input Output
(kg) (kg)
1. Coal Feed 0,067905495 -
2. Kiln Feed 1,6 -
3. Udara Primer 0,097468161 -
4. Udara Pendorong Coal 0,024273958 -
5. Udara Sekunder 0,852939489 -
6. Klinker - 1
7. Exhaust Gas - 1,370404188
8. Ash - 0,009527141
9. Loss - 0,262655774
Total 2,642587102 2,642587102

Tabel 3.3. Neraca Massa Tanggal 15 November 2021

No. komponen Input Output


(kg) (kg)
1. Coal Feed 0,065234045 -
2. Kiln Feed 1,6 -
3. Udara Primer 0,093633695 -
4. Udara Pendorong Coal 0,023746024 -
5. Udara Sekunder 0,818957231 -
6. Klinker - 1
7. Exhaust Gas - 1,340802804
8. Ash - 0,009152337
9. Loss - 0,251615855
Total 2,601570995 2,601570995
No. komponen Input Output
(kg) (kg)
1. Coal Feed 0,066440948 -
2. Kiln Feed 1,6 -
3. Udara Primer 0,095366023 -
4. Udara Pendorong Coal 0,024282016 -
5. Udara Sekunder 0,834012191 -
6. Klinker - 1
7. Exhaust Gas - 1,39804277
8. Ash - 0,009321665
9. Loss - 0,212736742
Total 2,620101177 2,620101177

Tabel 3.4. Neraca Massa Tanggal 16 November 2021


Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

No. komponen Input Output


(kg) (kg)
1. Coal Feed 0,065672818 -
2. Kiln Feed 1,6 -
3. Udara Primer 0,094263487 -
4. Udara Pendorong Coal 0,02402049 -
5. Udara Sekunder 0,824350897 -
6. Klinker - 1
7. Exhaust Gas - 1,388818451
8. Ash - 0,009213896
9. Loss - 0,210275345
Total 2,608307692 2,608307692

Tabel 3.5. Neraca Massa Tanggal 17 November 2021


No. komponen Input Output
(kg) (kg)
1. Coal Feed 0,060815852 -
2. Kiln Feed 1,6 -
3. Udara Primer 0,087292041 -
4. Udara Pendorong Coal 0,022369274 -
5. Udara Sekunder 0,763259095 -
6. Klinker - 1
7. Exhaust Gas - 1,330492124
8. Ash - 0,008532464
9. Loss - 0,194711674
Total 2,533736262 2,533736262

Tabel 3.6. Efisiensi Neraca Massa Rotary Kiln pada Tanggal 13-17 November
2021
Tanggal Efisiensi Neraca Massa (%)
Desain 90-95%
13 November 2021 90,33%
14 November 2021 90,06%
15 November 2021 91,88%
16 November 2021 91,94%
17 November 2021 92,31%
Rata-rata 91,30%
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

 Neraca Panas
Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi hasil perhitungan neraca panas dari
tanggal 13 November 2021- 17 November 2021 pada unit Rotary Kiln PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk.

Tabel 3.7. Neraca Panas Tanggal 13 November 2021

Panas Input Panas Output


Komponen
(Kcal) (Kcal)
Panas Pembakaran Coal (Q1) 294,2707784 -
Panas Sensibe Coal (Q2) 0,632140079 -
Panas Kiln Feed (Q3) 372,2284046 -
Panas Udara Primer (Q4) 0,178098029 -
Panas Udara Sekunder (Q5) 233,0404944 -
Panas Pembentukan Klinker (Q6) - 387,8133489
Panas Penguapan Air (Q7) - 3,690069394
Panas Exhaust Gas (Q8) - 166,6737044
Panas CO2 Kalsinasi (Q9) - 48,6372462
Panas Sensibel Klinker (Q10) - 24,42321456
Qloss - 269,1123321
Qtotal
900,3499155 900,3499155

Tabel 3.8. Neraca Panas Tanggal 14 November 2021

Panas Input Panas Output


Komponen
(Kcal) (Kcal)
Panas Pembakaran Coal (Q1) 306,3216883 -
Panas Sensibe Coal (Q2) 0,67830799 -
Panas Kiln Feed (Q3) 373,3954783 -
Panas Udara Primer (Q4) 0,23178416 -
Panas Udara Sekunder (Q5) 227,9179775 -
Panas Pembentukan Klinker (Q6) - 387,8133489
Panas Penguapan Air (Q7) - 3,841184275
Panas Exhaust Gas (Q8) - 149,5542882
Panas CO2 Kalsinasi (Q9) - 45,61303391
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Panas Sensibel Klinker (Q10) - 24,30267216


Qloss - 297,4207088
Qtotal 908,5452363 908,5452363
Tabel 3.9. Neraca Panas Tanggal 15 November 2021

Panas Input Panas Output


Komponen
(Kcal) (Kcal)
Panas Pembakaran Coal (Q1) 299,7151165 -
Panas Sensibe Coal (Q2) 0,624043947 -
Panas Kiln Feed (Q3) 358,9929657 -
Panas Udara Primer (Q4) 0,158703558 -
Panas Udara Sekunder (Q5) 235,7359464 -
Panas Pembentukan Klinker (Q6) - 387,813
Panas Penguapan Air (Q7) - 3,758339799
Panas Exhaust Gas (Q8) - 151,0716392
Panas CO2 Kalsinasi (Q9) - 46,06174215
Panas Sensibel Klinker (Q10) - 24,34284864
Qloss - 282,1792062
Qtotal 895,2267761 895,2267761

Tabel 3.10. Neraca Panas Tanggal 16 November 2021

Panas Input Panas Output


Komponen
(Kcal) (Kcal)
Panas Pembakaran Coal (Q1) 296,2500821 -
Panas Sensibe Coal (Q2) 0,636391935 -
Panas Kiln Feed (Q3) 363,0612596 -
Panas Udara Primer (Q4) 0,17929594 -
Panas Udara Sekunder (Q5) 227,3989588 -
Panas Pembentukan Klinker (Q6) - 387,813
Panas Penguapan Air (Q7) - 3,714889282
Panas Exhaust Gas (Q8) - 149,0484819
Panas CO2 Kalsinasi (Q9) - 45,92861573
Panas Sensibel Klinker (Q10) - 24,38302944
Qloss - 276,6379721
Qtotal 887,5259884 887,5259884
Tabel 3.11. Neraca Panas Tanggal 17 November 2021

Panas Input Panas Output


Komponen
(Kcal) (Kcal)
Panas Pembakaran Coal (Q1) 274,3403095 -
Panas Sensibe Coal (Q2) 0,607489548 -
Panas Kiln Feed (Q3) 358,9696676 -
Panas Udara Primer (Q4) 0,166035747 -
Panas Udara Sekunder (Q5) 214,3245437 -
Panas Pembentukan Klinker (Q6) - 387,813
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Panas Penguapan Air (Q7) - 3,440147149


Panas Exhaust Gas (Q8) - 141,1512071
Panas CO2 Kalsinasi (Q9) - 46,06174215
Panas Sensibel Klinker (Q10) - 24,32275986
Qloss - 245,6191897
Qtotal 848,408046 848,408046

Tabel 3.12. Efisiensi Neraca Panas Rotary Kiln pada Tanggal 13-17
November 2021

Tanggal Efisiensi Neraca Panas (%)


Desain 71-74%
13 November 2021 70,11%
14 November 2021 67,26%
15 November 2021 68,48%
16 November 2021 68,88%
17 November 2021 71,05%
Rata-rata 69,16%

PEMBAHASAN
Rotary kiln merupakan peralatan yang digunakan pada proses pembakaran,
penguraian, dan pencampuran terhadap kiln feed yang memiliki campuran limestone,
clay, pasir silica, dan pasir besi untuk menjadi klinker. Peralatan ini merupakan
peralatan utama pada industri pembuatan semen. Efisiensi bahan bakar dalam alat
rotary kiln bervariasi dari satu kiln ke kiln yang lain, dimana tergantung tipe system kiln
dan macam proses yang dipakai. distribusi dari panas kiln umumnya hanya sekitar
35% dari input panas yang sebenarnya digunakan pada pembentukan klinker.
Data yang diambil untuk perhitungan neraca massa dan neraca panas
merupakan data pada tanggal 13 November 2021 sampai dengan 17 November 2021.
Umpan yang masuk ke dalam kiln 301-327 ton/jam sedangkan bahan bakar batu bara
yang digunakan berkisar antara 12,3-12,7 ton/jam. Dari perhitungan selama 5 hari
tersebut, nilai efisiensi neraca massa dan neraca panas dari rotary kiln dapat dilihat
pada grafik berikut.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Neraca Massa
92.5
Efisiensi (%) 92
91.5
91
90.5
90
89.5
89
88.5
13 14 15 16 17
Waktu Pengamatan

Gambar 3.2. Grafik Efisensi Massa


Hasil perhitungan efisiensi massa pada rotary kiln secara actual seperti terlihat
pada gambar 3.1 yang mengalami perubahan kenaikan dan penurunan setiap harinya
dimana kenaikan dan penurunan yang terjadi cukup signifikan. Hasil yang didapat
untuk efisiensi massa tertinggi pada tanggal 17 November 2021 yaitu sebesar 92,31%.
Sedangkan efisensi massa terendah terjadi pada tanggal 14 November 2021 yaitu
sebesar 90,06% dan rata-rata efisiensi massa sebesar 91,30%. Sehingga dapat
dianalisa bahwa kenaikan dan penurunan efisiensi massa disebabkan oleh perbedaan
komposisi kiln feed, konsumsi batubara, jumlah udara sekunder dan udara primer,
serta mass loss.

Neraca Panas
72
71
70
Efisiensi (%)

69
68
67
66
65
13 14 15 16 17
Waktu Pengamatan
Gambar 3.3. Grafik Efisiensi Thermal
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi termal pada rotary kiln secara aktual
seperti terlihat pada gambar 3.2 yang mengalami perubahan kenaikan dan penurunan
dimana efisiensi termal tertinggi 17 November 2021 yaitu sebesar 71,05%. Sedangkan
efisensi massa terendah terjadi pada tanggal 14 November 2021 yaitu sebesar 67,26%
dan rata-rata efisiensi termal sebesar 69,16%. Kenaikan dan penurunan efisiensi
termal juga dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi kiln feed, konsumsi batubara
dan heat loss. Banyaknya kiln feed yang diumpankan diharapkan panas yang terdapat
pada rotary kiln tetap terjaga untuk dapat mencapai temperature 1450°C untuk
terjadinya suatu proses pembentukan klinker. Penurunan dan kenaikan efisiensi termal
juga dapat disebabkan heat loss yang merupakan panas yang hilang atau tidak
termanfaatkan.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

Batubara yang digunakan pada coal mill PT Semen Baturaja yaitu low rank coal
dengan nilai Net Calorific Value 4511 kkal/kg batubara. Batubara ini memiliki
kandungan air tinggi sebesar 9%. Kandungan air tersebut menyebabkan adanya
kebutuhan energi untuk penguapan air pada proses pembakaran batubara low rank
coal selain dari energi pembakaran batubara. Semakin rendah laju alir batubara maka
kebutuhan energi untuk penguapan air selain pembakaran batubara juga akan semakin
rendah sehingga nilai heat loss yang terjadi juga akan semakin rendah. Sebaliknya jika
laju alir batubara semakin tinggi maka kebutuhan energi pada pembakaran batubara
juga akan meningkat disebabkan adanya kandungan air pada batubara dan heat loss
yang terjadi semakin banyak sehingga efisiensi energi pada sistem rotary kiln semakin
rendah.
Faktor selanjutnya adalah excess udara. Pembakaran batubara terjadi karena
reaksi yang sangat cepat antara bahan bakar batubara dengan udara. Tingginya udara
yang dibutuhkan untuk pembakaran menyebabkan kebutuhan O2 untuk pembakaran
juga akan semakin meningkat. Kebutuhan O2 pembakaran dapat meningkatkan jumlah
excess udara yang masuk dan menyebabkan bertambahnya gas nitrogen pada udara.
Semakin rendahnya temperatur yang dihasilkan pada proses pembakaran berpotensi
meminimalisir produksi NOx yang merupakan gas beracun. Semakin tinggi jumlah
excess udara maka akan semakin banyak energi panas hasil pembakaran yang
terbuang. Efisiensi panas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
cuaca yang mempengaruhi suhu pada lingkungan sekitar alat, coating pada dinding
kiln yang dapat menyumbat udara, dan bahan bakar pada burner, kelayakan alat, serta
bahan bakar yang digunakan.
350

300

250

200
Heat Loss (Kcal)

150

100

50

0
13 14 15 16 17

Waktu Pengamatan

Gambar 3.4. Grafik Heat Loss

Berdasarkan grafik tersebut nilai heat loss tertinggi yaitu pada tanggal 14
November 2021 sebesar 297,4207 kcal dan heat loss terendah yaitu pada tanggal 17
November 2021 sebesar 245,6191 kcal. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan
bahwa dengan berkurangnya heat loss yang dihasilkan menyebabkan konsumsi
batubara yang dibutuhkan juga lebih kecil. Hal ini dikarenakan energi yang dibutuhkan
untuk menjaga kondisi temperature operasi agar proses pembentukan klinkerisasi
berjalan optimal, selain itu dengan berkurangnya heat loss menyebabkan nilai efisiensi
panas dari rotary kiln meningkat. Hal ini terjadi disebabkan sedikitnya panas yang
hilang atau tidak termanfaatkan pada proses klinkerisasi.
Jupiter Vol.3 No.1 Februari 2022
Jurnal Pengetahuan & Ilmu Terapan E-IECN: 2003-0521

DAFTAR PUSTAKA

Alsop, P. 1998. Cement Plant Operations Handbook for Dry Process Plants. Houston:
Tradeship Publication Ltd.
Boating, A. A. 2008. Rotary Kilns Transport Phenomena and Transport Processes. USA:
Elsevier.
Smidth, F. L. 1990. Buku Panduan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk: Baturaja.
Smidth, F. L. 1996. The International Cement Production Seminar. Vol 1.
Smidth, F. L. 1997. Kiln Operation and Optimization Training Module. International
Cement Review: 60-64.
Peray, K. E. 1979. Cement Manufacturer’s handbook. New York: Chemical Publishing
Co.inc.
Perry, R. H. 2008. Chemical Engineering Handbook 8th edition. New York: Mc.Graw Hill
Book Company.
Walter, H. D. 1985. Cement Data Book. London: McDonald and Even.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai