Anda di halaman 1dari 13

Resolusi Konflik: Konflik Filipina Selatan

Studi Kasus Konflik antara Organisasi MNLF dengan pemerintahan Filipina


dibawah kepemimpinan France Marcos
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Rachmadhana Allifa Maulana
Muhammad Ulul Albab
Faisal Fadlurrahman
Etsa buyung Sri Putra
Khoir Muhammad Nadjib
Azwar Fadillah Zulham

NIM
352014510777
352014510802
352014510803
352014511082
352014510805
352014510782

Daerah
Nganjuk
Surabaya
Bengkulu
Ciamis
Banten
Bekasi

BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbicara tentang konflik yang terjadi di Filipina merupakan suatu
permasalahan yang melibatkan beberapa faktor penyebab konflik. Menurut
sejarah yang ada, Filipina merupakan negara yang memiliki berbagai macam
etnis, bahasa dan agama. Mayoritas penduduk Filipina merupakan penganut
agama Katolik, sedangkan agama lainnya termasuk dikalangan minoritas
seperti halnya agama Islam.
Adanya

perbedaan

latar

belakang

kebudayaan,

perbedaan

kepentingan antara individu maupun kelompok memicu terjadinya konflik di


Filipina. Konflik yang terjadi di Filipina melibatkan beberapa aktor yaitu aktor
Negara dan aktor non- Negara, konflik di Filipina semakin membesar ketika
munculnya organisasi seperti MNLF.
Organisasi tersebut muncul karena adanya rasa tidak puas akan
perilaku yang diberikan oleh pemerintahan Filipina terhadap warga Muslim
yang terdapat di Filipina, dan untuk melawan rezim Marcos serta penjajahan
Spanyol dan Amerika yang pada saat itu berkuasa dengan ketidak adilan.

Pokok Permasalahan dan Question Research


Dari uraian latar belakang diatas maka makalah ini akan memfokuskan
pada pembahasan mengenai konflik yang terjadi pada pemerintah Filipina
dengan

MNLF.

terdapat

juga

beberapa

pertanyaan

terkait

dengan

pembahasan makalah ini, diantaranya:


1.
2.
3.
4.
5.

Siapakah Aktor yang berperan dalam konflik tersebut?


Apa sajakah isu-isu yang terdapat dalam konflik tersebut ?
Bagaimana Dinamika berjalannya konflik tersebut?
Context atau Isi dari hal-hal terkait MNLF?
Bagaimana Metodologi yang dapat digunakan untuk melihat konflik

tersebut ?
6. Opsi dan Saran untuk menyelesaikan konflik di Filipina Selatan?

BAB 2
PEMBAHASAN
Sejarah Konflik di Filipina beserta aktor yang berperan dalam
penyelesaian konflik
Bermula pada masa kekuasaan Spanyol di Filipina pada akhir abad ke
enam belas. Spanyol banyak mempengaruhi sebagian besar warga Filipina
dengan menyebarkan ajaran Katolik, akan tetapi terdapat pengecualian pada
daerah selatan Filipina yang dimana mayoritas warganya masih berpegang
teguh pada ajaran agama Islam, adanya intervensi oleh bangsa Spanyol
membuat warga Filipina bagian selatan melakukan perlawanan. Pada tahun
1898 setelah terjadinya perang antara Spanyol dengan Amerika Serikat yang
berakhir dengan penyerahan kekuasaan Filipina dari tangan Spanyol ke
Amerika Serikat, akan tetapi Muslim Filipina selatan tetap bersikeras untuk
netral dan tidak memihak pada Amerika Serikat maupun pada Spanyol, hal
itu di realisasikan dengan diadakannya perjanjian pada tahun 1898 yang
ditandatangani

oleh

Jamal

Al-Kiram

II

(Sultan

Sulu)

yang

mewakili

masyarakat Muslim dengan Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan

Amerika Serikat, beberapa kebijakan yang dibuat oleh Amerika Serikat hanya
menguntungkan sebelah pihak, hingga pada tahun 1920 terbentuklah
rencana kemerdekaan Filipina. Pembesar Muslim Moro mengajukan proposal
kepada pemerintahan Amerika Serikat mengenai masa depan Muslim Moro
agar diberi izin untuk membentuk negara merdeka mereka sendiri atau
dengan kata lain memisahkan diri dari Filipina. Namun, para pejabat
pemerintah Amerika Serikat, sebagian dipengaruhi oleh pemimpin Kristen
Filipina, menetang akan pemisahan diri yang diajukan oleh Moro.
Setelah Filipina merdeka pada tahun 1946, sejumlah pemimpin Moro
diberi jabatan politik dan beberapa dari mereka menjadi gubernur di daerah
Moro. Ketenangan yang terjadi antara pemerintah dan Muslim Moro tidak
berlangsung lama, pada tahun 1950 terdapat fakta bahwa penurunan
ekonomi pada wilayah selatan Filipina disebabkan oleh kurang kompetennya
Muslim Moro dibandingkan dengan rekan-rekan Kristen mereka yang tinggal
di bagian selatan. Adanya migrasi warga Kristen ke wilyah selatan yang terus
berjalan, dan adanya diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
Muslim Moro menimbulkan ketegangan yang berkelanjutan hingga tahun
1960.
Pada tahun 1972, munculah Moro National Liberal Federation (MNLF)
yang didirikan oleh Nur Misouri dengan tujuan untuk menciptakan negara
Moro merdeka melalui konflik bersenjata. Konflik yang terjadi di Filipina tidak
lain adalah konflik antara MNLF sebagai gerakan yang yang menuntut akan
kemerdekaan bagi pemeluk agama Islam dengan pemerintah Filipina. MNLF
(Moro National Liberal Federation) merupakan sebuah gerakan yang dimotori
orang-orang atau kelompok Islam yang mempunyai pemikiran politik dan
ideologi yang berbeda dengan negara kesatuannya.
Keterlibatan aktor eksternal yang berperan dalam proses perdamaian
konflik yang terjadi di Filipina dari tahun 1970 hingga 1990, beberapa aktor
eksternal yang terlibat dalam konflik antara pemerintah Filipina dengan

MNLF diantaranya adalah: Anggota ASEAN yaitu Indonesia dan Organisasi


Konferensi Islam (OKI).
Isu-isu terkait
Philipines MNLF (Moro National Liberation Federation)
Philipina merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara
yang saat ini terkenal dengan adanya kelompok separatis yang ingin
menciptakan negara yang berdaulat dengan secara independen dan
berpisah dengan negara Philipina sendiri. Salah satu kelompok separatis
yang terkenal disana adalah MILF.
MILF

merupakan

kepanjangan

dari

(Moro

Islamic

Liberation

Federation), kelompok pemberontak islamis terbesar yang berada di Philipina


selatan yang terbentuk setelah keluarnya beberapa anggota dari MNLF (Moro
National Liberation Federation). Pada awalanya, MILF ini hanya menginginkan
kemerdekaan untuk Philipina Selatan saja, namun belakangan ini kelompok
tersebut mulai memendam menginginkan kemerdekaan philipna jika saja
daerah otonomi mereka meluas.
Perjanjian antara pemerintahan, MILF dan pihak penengah Malaysia
telah terwujud pada 2014 yang menjadi akar terbentuknya bangsa moro
sebagai entitas impian para leluhur separatis islam filipina. Dalam rangka
lahirnya entitas baru tersebut maka akan diatur dalam hukum dasar
Bangsamoro (BBL) yang mana harus disetujui oleh kongres filipina terlebih
dahulu. Landasan ini yang terkait pemerintahan, rakyat, wilayah, sistem
keamanan, dan peradilannya.
Namun, sebagian dari entitas tersebut enggan melakukan persetujuan
terkait berdirinya bangsamoro tersebut, karena mereka menilai bahwa poinpoin yang tercatat dalam hukum dasar Bangsamoro tersebut belum
sepenuhnya sesuai dengan konstitusi. Bahkan ada pula yang berpandangan

bahwa MILF mengajukan perdamain dengan pemerintah dengan mengajukan


poin-poin yang hanya akan memberikan kekuatan untuk mereka sendiri.
Sangat

terlihat

bahwa

konflik

moro

merupakan

konflik

yang

berkepanjangan, semenjak zaman penjajahan spanyol dan jauh sebelum itu


ketika penjajahan Amerika dan Jepang dan pada masa philifina setelah
merdeka.

Isu-isu

agama

yang

terus

menerus

ditemukan

akan

memperpanjang suatu konflik antara pemerintah pusat dengan masyarakat


philifina

selatan

yang

ditengarai

mendapatkan

tekanan-tekanan

dari

pemerintah pusat tersebut.


Sebelum masuknya Islam ke Mindanano, ada tradisi yang telah lama
dilakukan oleh masyarakat mindanano, yaitu pemahaman antara makhluk
hidup dengan alam. Mereka sangat menghargai alam, karena alamlah yang
memberi mereka kehidupan dan menghidupi masyarakat disana. Pada
awalnya

masyarakat

Mindanano

mempunyai

kepercayaan

terhadap

animisme yaitu kepercayaan terhadap benda-benda, karena itu masyarakat


mindanao awal bertuhankan batu karena berasal dari alam. Untuk itu
mereka sangat menjaga kehidupan alam mereka dan sedikit mengeksploitasi
alam mereka.
Menurut

Dr

Hamid

dalam

bukunya

Islam

Sebagai

Kekuatan

Internasional beliau mencantumkan bahwa Islam di Philipina merupakan


salah satu kelompok minoritas diantara negara-negara yang lain. Dari data
statistik pada tahun 1977 philipina mempunyai warga sebanyak 44.300.000
jiwa sedangkan jumlah masyarakat muslim 2.348.000 jiwa.
Terdapat tiga alasan mengapa bangsa moro sulit untuk berintegrasi
dengan pemerintah pusat. Pertama, bangsa moro sulit untuk menghargai
undang-undang nasional, khususnya yang mengenai hubungan pribadi dan
keluarga, yang mana UU tersebut berasal dari barat dan katolik. Kedua,
sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama, bagi setiap anak
philipina disetiap daerah, tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur,

membuat bangsa moro malas untuk belajar disekolah yang dibuat oleh
pemerintah. Ketiga, bangsa moro masih trauma dan kebencian yang
mendalam terhadap program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh
pemerintah philipina kewilayah mereka di Mindanao, yang menyebabkan
berubahnya posisi mereka dari mayoritas menjadi minoritas dalam segala
bidang.
Penyebab dari pada terjadinya konflik di Mindanao adalah karena di
Mindanao terdapat dua kerajaan yang berdiri setelah masuknya Islam pada
abad ke 12 yang memisahkan antara dua kesultanan besar yaitu kesultanan
mangundanau dan juga sulu. Terjadinya kompetisi atau persaingan antara
dua

kasultanan

besar

ini

menyebabkan

timbulnya

konflik

yang

memperebutkan suatu etnik yang ada disekitar Mindanau. Kemudian konflik


antar komunitas pun terjadi yaitu antara komunitas Mindanau dan juga
komunitas vayase atau filipino yang melakukan migrasi kearah selatan
philipina yang mana tempat komunitas mindanau berada. Dengan dibantu
oleh pasukan geriliya dari philipina mereka melakukan politik genocide pada
dekade 1970 an. Konflik ini pun diduga karena pihak philipino menuduh
bahwa bangsa moro merupakan bangsa yang kasar, bodoh, tidak beradab
dan suka melakukan kekerasan. Begitu pula dengan kelompok moroyang
mengidentifikasi bahwa kelompok philipino merupakan kelompok yang suka
menggajnil yang akan mencabut keberagaman dikawasan tersebut seperti
halnya yang dilakukan oleh kolonial Spanyol.
Sampai pada akhirnya, kelompok mindanau menginginkan suatu
pemisahan dengan pemerintah philipino yang mana selalu melakukan
perbedaan dan ketidakadilan yang diterima oleh bangsa mindanau. Ketika itu
pula perubahan konsep konflik yang terjadi menjadi sepratisme bukan lagi
primordialis.
Dinamika Perkembangan MNLF
Sejarah Berdirinya MNLF (Moro National Liberation Front).

Moro National Liberation Front adalah salah satu organisasi Politik di


Filipina yang berdiri pada tahun 1972, kelompok ini berdiri demi menegakkan
kemerdekaan Bangsamoro, Organisasi yang bermula dari pecahan dari Moro
Islamic Liberation Front ini telah mengalami kurang lebih dua decade
lamanya

selama

kepemimipinan Nur

Murusari,

dan

sampai

akhirnya

keinginan Pemerintahan Filipina untuk membuat perjanjian dengan organiasi


tersebut dapat derealisir pada tahun 1996 untuk membuat kawasan otonomi
muslim bangsamoro. Kawasan Bangsamoro terdiri dari 3 wilayah di daerah
Filipina diantaranya: Mindanao, Palawan, dan Sulu.
Sejak tahun 1977, MNLF sendiri telah diakui secara internasional oleh
Organisasi Konferensi Islam dan Uni Parlementer Negara-negara anggotanya.
Sedangkan untuk menjadi anggota pengamat OKI, MNLF telah menjadi
anggota tersebut pada tahun 2012, lebih tepatnya pada tanggal 30
Januari.sedangkan menjadi pengamat uni Parlementer alin sejak sesi global
UPKI ke-7 yang diadakan di Palembang, Indonesia.
Perkembangan MNLF
Jika dilihat perkembagannya MNLF telah berumur 44 tahun lamanya
sudah berhasil melakukan beberapa program kerja yang salah satunya,
Pemimpin MNLF sendiri Nur Mursuari yang mencoba untuk melawan
pemerintahan

Filipina

pada

November

2001

namun

pemberontakan

organisasi terssbut gagal yang mengakibatkan pemimpin dari MNLF yaitu


Nur Mursuari terpaksa melarikan diri ke daerah Sabah.
Adapun pada dekat-dekat ini pada 18 September 2016 lalu seperti
yang dilansir di situs merdeka.com bahwa 3 tahanan WNI yang ditahan oleh
kelompok Abu Sayyaf berhasil dibebaskan oleh MNLF kesalahan dari ketiga
orang tersebut karena menjadi nelayan illegal di daerah Malaysia dan
membuat ketiganya harus ditahan atau disandera pada tanggal 19 Juli lalu di
Lahad Datu, Sabah, Malaysia.

Selain kedua contoh berikut masih banyak program kerja serta hasil
usaha yang telah dilakukan oleh kelompok ini.
Content
Berdasarkan analisa segitiga kita dapat mengetahui bahwa konflik itu tidak
simetris, kontradiksi ditentukan oleh pihakpihak yang bertikai, hubungan
mereka,

dan

benturan

kepentingan

inheren

antara

mereka

dalam

berhubungan. Sikap yang dimaksud termasuk persepsi pihak-pihak bertikai


dan kesalahan persepsi antara mereka dan dalam diri mereka sendiri. Jadi,
ketika ada perbedaan persepsi atau ketidaksesuaian antara sikap dan
perilaku dapat dikatakan terjadi sebuah konflik. Banyak pemimpin Moro
diberi jabatan politik dan beberapa menjadi gubernur di daerah Moro. Ini
sebagai bentuk pengakuan atas peran penting mereka bermain dalam
menentang Jepang dalam Perang Dunia 2. Pembangunan ekonomi berikutnya
dalam periode pasca-perang langsung juga memainkan peran dalam
mengurangi ketegangan di selatan tapi tahun 1950 menghadapi krisis
ekonomi terkena fakta bahwa banyak dari Moro tetap kurang mampu secara
ekonomi

dibandingkan

dengan

rekan-rekan

Kristen

mereka,

yang

mendominasi perekonomian di selatan (Gross 2007: 178179).


Konflik antara separatis Moro dan pemerintah Filipina menarik perhatian OKI
yang baru terbentuk yang mengakui MNLF sebagai wakil yang sah dari
Muslim selatan dan diberikan itu status pengamat sebagai aktor non-negara.
Berbeda dengan yang disebut ASEAN Way yang merupakan non-interferensi,
Marcos

menerima

keterlibatan

eksternal

dari

OKI

dalam

negosiasi

perdamaian, meskipun faktor-faktor penting dalam tanda setuju tampaknya


telah biaya keuangan yang tinggi tersebut yang konflik dengan pemerintah
Filipina, militer jelas kebuntuan antara kedua belah pihak, dan krisis minyak
tahun 1970 yang mengharuskan hubungan yang lebih erat dengan negara
Arab yang memproduksi minyak (Ferrer 2005: 125). Pada tahun 1980-an
Rakyat Revolusi Kekuatan di Filipina yang membawa pemerintahan Marcos

berakhir, dan memberikan kesempatan lebih lanjut untuk negosiasi dan


penyelesaian

damai

atas

konflik.

Sebelum

pemilu,

Corazon

Aquino

menyatakan bahwa ia akan memberikan bantuan untuk pengembangan


wilayah otonomi Muslim di Mindanao dan Sulu. OKI sekali lagi telah
memainkan peran penting dalam negosiasi dan di tahun 1987 di bawah
naungan OKI, Jeddah Accord ditandatangani di Arab Saudi antara Filipina
pemerintah dan MNLF. Sekali lagi MNLF, atas perintah dari OKI, setuju untuk
melepaskan tujuan mereka untuk sebuah negara merdeka dalam pertukaran
untuk otonomi (Gopinath 1991: 134).
Perundingan perdamaian antara pemerintah Filipina dan MNLF difasilitasi
oleh OKI dan Indonesia telah berhasil berhasil mengatasi ketidakcocokan
utama antara kedua belah pihak dalam yang menuntut untuk sebuah negara
merdeka dijatuhkan dalam pertukaran untuk otonomi dalam kerangka
kedaulatan nasional Filipina . Indonesia memainkan peran penting dalam
meyakinkan MNLF untuk menjatuhkan tuntutan kemerdekaan penuh dan
persuasif mungkin telah didorong oleh kekhawatiran bahwa Moro negara
merdeka akan memicu gerakan internal sendiri separatis yang berada di
Aceh, Timor Timur dan Papua Barat.

Third party intervention.


Ketika ada dua konflik antara MNLF dan Rezim Franco Marcus yang
mana menimbulkan menyebabkan kekerasan dalam hal Hak Asasi Manusia
khususnya kaum muslim di Moro. Pada konflik ini, ada tiga pihak yang mana
dua diantaranya sebagai pihak yg berkonflik dan yang satu sebagai
penengah.Dan dalam teori perdamaian seperti ini kedua pihak yang
berkonflik bisa saling mendapatkan timbal balik.
Pihak pertama, Ferdinand Marcos pada tahun 1972 banyak produk
politik Marcos dalam menjalankan kekuasaannya yang paling bertentangan
dengan konstitusi. Pada saat itu Marcos mendirikan rezim otoriter yang

memperbolehkannya beerkuasa sampai rezim tersebut dihapuskan pada


tahun1981.Dengan menggunakan hokum darurat militer dia menekan
organisasi oposisi yang melawan kepemimpinannya. Dan Marcos juga
berusaha menyingkirkan ummat Islam dari tanah Filipina dengan cara
memindahkan orang-orang Kristen ke tempat pemukiman ummat Muslim.
Pihak kedua, Moro National Liberation Front merupakan gerakan
separatis yang lahir akibat usaha rezim Ferdinand Marcos, Presiden Filipina
pada tahun 1972 hampir dua dekade setelah Filipina merdeka dari Amerika
Serikat, populasi Kristen semakin mendesak warga Islam ke belahan selatan
Filipina. Kekerasan orang Kristen terhadap ummat Muslim di Filipina semakin
keluar dari pri-kemanusiaan, sehingga ummat Muslim memproklamirkan diri
sebagai Moro atau sebutan kuno Spanyol bagi komunitas Muslim di Filipina.
Situasi tersebut pada akhirnya mengobarkan semangat ummat Muslim
sehingga terbentuknya MNLF sebagai gerakan separatis dalam melawan
rezim Ferdinand Marcos yang berusaha mengucilkan bahkan menindas
ummat Islam di Filipina.

Third Party
Arbitration

Party A
Party B

NEGOTIATION

Mediation

Third Party

Pihak ketiga, Indonesia sebagai mediasi yang pada saat itu juga
menjadi ketua dari Organisasi Komunitas Islam (OKI) sangat berperan
penting dalam perdamaian antara pihak pertama dan kedua yang saling
berkonflik pada saat itu.Indonesia dan OKI menyebabkan kedua bela pihak
mengadakan perjanjian damai sehingga pihak pertama tidak bisa selamanya
mengintervensi pihak kedua dengan danya perjanjian tersebut.

Opsi yang ditawarkan


Ada dua pihak yang saling berkonflik yaitu suku Moro dan
pemerintahan filipina. Pemerintah filipina selalu melarang suku moro untuk
mendirikan tempat ibadah, sekolahan yang berbentuk islam. Disatu sisi suku
moro juga membuat gerakan oposisi. Adapun gerakan tersebut adalah MNLF
(Moro National Liberation Front).Adapun opsi yang kami berikan adalah
mengguanakan Game theory, game ini dapat didefinisikan studi model
matematik dari konflik dan kerjasama diantara pengambil keputusan yang
rasional.Menyediakan juga teknik matematik yang umum untuk menganalisis
situasi dimana dua atau lebih orang membuat keputusan yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Sebenarnya pada awalnya kemunculannya.Teori ini hanya di terapkan
terhadap ilmu pasti (matematika).Namun, karena ilmu terus berkembang,
maka theory ini bisa dimanfaatkan dalam ilmu sosial, politik, manajemen dan
psikologi. Adapun yang pertama kali menerapkan ilmu ini yaitu : Thomas C.
Schelling dan Robert Aumann. Bahkan mereka berdua meraih Nobel Ekonomi
2005. Pemberian hadiah nobel berdasarkan bahwa theory permainan atau
game theory karya mereka bermanfaat sangat luas, mualai dari
pembentukan kebijakan pelucutan senjata hingga negosiasi politik dan
ekonomi. Dan sebab teori ini, schelling juga bisa menjelaskan alasan bom

nuklir tidak pernah di pergunakan dalam perang setelah perang dunia kedua.
Menurutnya, sejumlah tabu yang diyakini blok Barat dan Timur encegah
penggunaan senjata mematikan itu, walau kedua blok telah mengumpulan
banyak senjata nuklir. (Situmorang, 2015)
Sebagaimana pemaparan yang diatas maka kami akan memberikan
solusi atau opsi dengan menggunaka theory ini. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jjelas tentang penyelesaian konflik ini maka akan kami
berikan gambar sebagai berikut:

Dengan gambar diatas bisa dijelaskan.Abjad A di umpamakan dengan


Pemerintah sedangkan B dengan suku Moro.A dan B tidak imbang
kekuasaannya. Bila B mengalah maka kekuasaan si A akan membabi buta
dan si B akan menanggung kerugiannya. Sedangkan bila A mengalah maka
pemerintahannya di nilai lemah dan suku Moro akan merasa besar. Maka
disinilah theory game berperan besar karena mengambil keputusan yang
bisa adil atau mensejahterakan keduanya. Maka dari itu gambar timbangan
itulah yang bisa disebut dengan balance. A harus mengizinkan suku moro
tetap tinggal dan berkarya dengan catatan suku Moro harus menghentikan
gerakan oposisinya dan memberikan manfaat kepada pemerintah setempat

Refrensi
Situmorang, J. R. (2015). penggunaan Game theory dalam ilmu sosial. Jurnal
Administrasi Bisnis, 161-162.

C Drucw, Stephen. Not The "ASEAN Way": The Southern Phillipines Confllict and its
internationalization

Anda mungkin juga menyukai