Anda di halaman 1dari 175

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
MANAJEMEN ASET/PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA (BMN)
TA. 2005, 2006 DAN 2007
PADA TNI ANGKATAN DARAT
DI
JAKARTA, BANDUNG, SEMARANG DAN SURABAYA

Nomor :
Tanggal :

DAFTAR ISI

Halaman
RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Bab I Pendahuluan

19

1.

Dasar Hukum Pemeriksaan .....................................................................................

19

2.

Standar Pemeriksaan ..............................................................................................

19

3.

Entitas/Obyek Pemeriksaan.....................................................................................

19

4.

Tujuan Pemeriksaan ................................................................................................

19

5.

Metodologi Pemeriksaan .........................................................................................

19

6.

Sasaran Pemeriksaan..............................................................................................

19

7.

Lingkup dan Batasan Pemeriksaan .........................................................................

20

8.

Jangka Waktu Pemeriksaan ....................................................................................

20

Bab II Gambaran Umum

20

1.

Definisi Aset/Barang Milik Negara (BMN) ................................................................

20

2.

Dasar Hukum Pengelolaan BMN .............................................................................

20

Bab III Hasil Pemeriksaan

22

Evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern

22

1.

Organisasi................................................................................................................

22

2.

Kebijakan .................................................................................................................

22

3.

Prosedur ..................................................................................................................

23

4.

Personalia ................................................................................................................

23

5.

Pencatatan dan Pelaporan ......................................................................................

23

6.

Pemeriksaan Intern..................................................................................................

24

Temuan Pemeriksaan

25

I.

25

PENGGUNAAN BMN
1. Penggunaan Rumah Dinas Sebanyak 379 Unit di Lingkungan Kodam
III/Siliwangi Sebagai Tempat Usaha Tidak Sesuai Ketentuan ...........................

25

2. Penggunaan Tanah di Lingkungan TNI AD untuk Pertanian/Kebun Minimal

Sebanyak 283 Bidang Seluas 109.567.447,14 m2 Belum Sesuai Dengan


Tupoksi TNI AD ..................................................................................................

II.

27

PEMANFAATAN BMN

30

1. Pemanfaatan Tanah dan Bangunan di Jajaran TNI AD Belum Sesuai

30

Ketentuan

dan

Hasilnya

Digunakan

Langsung

Minimal

Sebesar

Rp52.577.149.343,00 dan US$457.600,00........................................................


2. Pemanfaatan Aset Tanah TNI AD c.q. Kodiklat TNI AD di Jl. Perwira No. 1
Surabaya Belum Sepenuhnya Memenuhi Ketentuan Pemanfaatan Aset
Milik/Kekayaan Negara ......................................................................................

34

3. Pemanfaatan Tanah TNI AD Untuk Kampus Unjani Bandung Tidak Sesuai


Ketentuan...........................................................................................................

42

4. Pemanfaatan Aset Tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya di Jl.


Adityawarman

Surabaya

Belum

Sepenuhnya

Memenuhi

Ketentuan

Pemanfaatan Aset Milik/Kekayaan Negara........................................................

III. PENGAMANAN BMN

45

52

1. Pengamanan Aset Tanah TNI AD Melalui Penyertifikatan Belum Optimal ........

53

2. Bukti-Bukti Kepemilikan Kendaraan Tidak Ditatausahakan Secara Memadai ...

54

3. Terdapat

Tanah

TNI

AD

Minimal

Sebanyak

317

Bidang

Seluas

212.227.707,54 m2 dan Bangunan TNI AD Sebanyak 48 Unit Seluas


173.913,61 m2 Dalam Status Sengketa/Bermasalah dengan Pihak Ketiga ......

IV. PENILAIAN BMN

58

61

1. Belanja Pemeliharaan di Jajaran TNI AD Tahun 2005 dan 2006 Minimal


Senilai Rp97.640.950.000,00 Belum Dikapitalisasi Dalam Nilai Barang Milik
Negara ...............................................................................................................

61

2. Penilaian Peralatan pada Buku Inventaris TNI AD Belum Dilakukan Secara


Wajar..................................................................................................................

V.

PEMINDAHTANGANAN BMN

66

68

1. Pemindahtanganan Tanah dan Bangunan Melalui Ruilslag di Lingkungan


TNI AD Belum Sesuai Ketentuan yang Berlaku dan Berpotensi Menimbulkan

ii

Kerugian Negara ................................................................................................

68

2. Pemindahtanganan Tanah Okupasi di Lingkungan Kodam V/Brawijaya


Dengan Hasil Penjualan Sebesar Rp28.617.052.500,00 Belum Sesuai
Ketentuan...........................................................................................................

73

3. Hibah Tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brw seluas 8,8 Ha Untuk Pembangunan
Jalan Tol Simpang Susun Waru Surabaya Tahun 1998 Berindikasi KKN dan
Berpotensi Merugikan Negara Minimal Senilai Rp13.344.252.200,00...............

81

4. Pelaksanaan Ruilslag di Lingkungan TNI AD Tidak Sesuai Ketentuan dan


Cenderung Merugikan Negara ...........................................................................
5. Penyelesaian

Ruilslag

Tanah

dan

Bangunan

Benglap

94

Paldam

V/Brawijaya di Jl. Kasuari Surabaya Berlarut-larut dan Merugikan Negara


senilai Rp2.006.218.750,00 ............................................................................... 118

VI. PENATAUSAHAAN BMN

126

1. Penatausahaan Aset Tetap Sebagai Barang Milik Negara di Lingkungan TNI


AD Belum Tertib dan Akurat .............................................................................. 126
a. Tanah ........................................................................................................... 127
b. Bangunan..................................................................................................... 130
c. Kendaraan.................................................................................................... 132
d. Senjata dan Optik......................................................................................... 140
e. Alat Topografi............................................................................................... 145
f.

Alat Perhubungan ........................................................................................ 148

g. Alat Kesehatan............................................................................................. 151


h. Pesawat Terbang ......................................................................................... 155
2. Perolehan Tanah Perkebunan Hasil Penguasaan Peperda dan Pelimpahan
Departemen Teknis Tidak Dicatat Dalam Daftar Barang Milik Negara .............. 159

Lampiran

166

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

Rumah Dinas yang Tidak Sesuai Ketentuan .....................................

166

Lampiran 2

Daftar Penerimaan Negara Hasil Pemanfaatan Aset.........................

174

iv

RESUME HASIL PEMERIKSAAN


Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar
Negara 1945 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan serta Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah
melakukan pemeriksaan atas manajemen aset/pengelolaan Barang Milik Negara
(BMN) TA 2005, 2006 dan 2007 di Slogad, Kodam Jaya, Kodam III/Siliwangi, Kodam
IV/Diponegoro dan Kodam V/Brawijaya di Jakarta, Bandung, Semarang dan
Surabaya.
Pemeriksaan atas manajemen aset tersebut dilakukan dengan berpedoman
pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang telah ditetapkan BPK RI
pada Tahun 2007.
Tanpa mengurangi keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai,
hasil pemeriksaan masih menemukan beberapa kelemahan yaitu :
1. Sistem Pengendalian Intern
Berdasarkan hasil penilaian secara terbatas terhadap unsur-unsur pengendalian
intern yang terdiri dari organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur kerja,
pencatatan, pelaporan, personalia dan pengawasan intern, belum berjalan
secara taat asas sehingga diketahui beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian karena dapat mempengaruhi pelaksanaan manajemen aset di
lingkungan TNI AD.
2. Temuan Pemeriksaan
a. Penggunaan BMN
Hasil pemeriksaan diketahui terdapat penggunaan aset yang tidak sesuai
dengan ketentuan, yaitu :
1) Penggunaan Rumah Dinas Sebanyak 379 Unit di Lingkungan Kodam
III/Siliwangi Sebagai Tempat Usaha Tidak Sesuai Ketentuan
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen administrasi dan pengecekan
fisik atas pengelolaan rumah dinas di lingkungan Kodam III/Siliwangi
diketahui bahwa terdapat rumah dinas yang disalahgunakan sebagai
tempat usaha seperti outlet, wartel, kantor, tempat pencucian mobil, toko

dan lain sebagainya. Perubahan fungsi dan bentuk rumah dinas tersebut
dilakukan tanpa persetujuan Panglima Kodam III/Siliwangi.
Hasil pemeriksaan pada tahun 2006 diketahui bahwa jumlah rumah dinas
yang digunakan sebagai tempat usaha/bisnis di lingkungan Kodam
III/Siliwangi minimal sebanyak 379 unit, yaitu terdiri dari sebanyak 87 unit
di wilayah Bandung dan 217 unit di wilayah Cimahi serta 75 unit yang ada
di wilayah Kodam III/Siliwangi.
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa beberapa rumah dinas yang
digunakan sebagai tempat usaha tersebut telah dikembalikan fungsinya
sebagai rumah dinas dan masih terdapat 27 unit rumah dinas yang masih
disalahgunakan dan hasil pemanfaatan tersebut digunakan langsung.
2) Penggunaan Tanah di lingkungan TNI AD untuk Pertanian/Kebun
Minimal Sebanyak 283 Bidang Seluas 109.567.447,14 m2 Belum Sesuai
Dengan Tupoksi TNI AD
Hasil pemeriksaan atas laporan rekapitulasi penggunaan tanah di
lingkungan TNI AD periode laporan per 30 Juni 2007, diketahui bahwa
penggunaan

tanah

1.676.996.259,72

TNI
2

AD

adalah

sebanyak
untuk

11

7.337
jenis

bidang

penggunaan,

seluas
yaitu

pembangunan, lapangan tembak, lapangan olahraga, lapangan latihan,


lapangan PBB, lapangan terbang, pertanian/kebun, daerah pertahanan,
TMP, jalan, dan lain-lain.
Berdasarkan

pemeriksaan

lebih

lanjut

diketahui

terdapat

status

penggunaan tanah untuk pertanian/kebun sebanyak 283 bidang seluas


109.567.447,14 m2 belum sesuai dengan tupoksi TNI AD.
Hasil pemeriksaan secara uji petik pada kotama di lingkungan TNI AD,
pengolahan tanah pertanian/kebun tersebut umumnya diserahkan
kepada masyarakat setempat dengan pengawasan dan pengendalian
dilaksanakan oleh komando wilayah terdekat atau yang ditunjuk
Panglima Kodam. Dari empat Kotama yang diperiksa, hanya Kodam
IV/Diponegoro yang melakukan pengelolaan tanah pertanian/kebun
secara terorganisir dalam unit usaha proyek farming yang khusus
mengawasi penggunaan tanah pertanian/kebun di wilayah Kodam
IV/Diponegoro.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Surat Edaran Menteri Keuangan RI No.
SE-200/MK.2/2003 tanggal 30 September 2003 yang antara lain
menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal sewa menyewa,
Keputusan

Menhankam/Pangab

No.

Kep/28/VIII/1975

tanggal

21

Agustus 1975 tentang ketentuan-ketentuan pokok perumahan dinas di


lingkungan

Dephankam,

dan

Petunjuk

Pelaksanaan

Kasad

No.

Juklak/8/VIII/1990 tanggal 21 Agustus 1990 tentang Pendayagunaan


rumah dinas TNI AD dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara menyatakan bahwa dalam
rangka

penggunaan

pengelolaan BMN

barang

diperlukan

milik

negara

kegiatan

berdasarkan

untuk

prosedur

menetapkan

status

penggunaan BMN yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi


kementerian negara/lembaga/satuan kerja yang bersangkutan.
Hal tersebut terjadi karena para penghuni rumah dinas mencari
keuntungan pribadi dari rumah dinas TNI AD yang digunakannya sebagai
tempat usaha dan penggunaan aset tanah yang belum sesuai dengan
ketentuan.

b. Pemanfaatan BMN
1) Pemanfaatan Tanah dan Bangunan di Jajaran TNI AD Belum Sesuai
Ketentuan

dan

Hasilnya

Digunakan

Langsung

Minimal

Sebesar

Rp52.388.211.964,00 dan US$452.443,00


Pemeriksaan atas pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD berdasarkan
informasi yang disajikan Ditziad dan pemeriksaan secara sampel pada
empat Kotama di jajaran TNI AD serta hasil pemeriksaan Tim BPK RI
selama 2 tahun terakhir di kotama-kotama di jajaran TNI AD diketahui
bahwa jumlah aset tanah dan bangunan yang dimanfaatkan oleh pihak III
adalah sebanyak 164 buah pemanfaatan yang terdiri dari pemanfaatan
tanah seluas 67.085.240,13 m2 dan bangunan 176.731,25 m2.
Pemeriksaan lebih lanjut atas kontrak kerja sama pemanfaatan aset
tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa jumlah pendapatan Negara yang
dihasilkan minimal sebesar Rp53.135.284.945,00 dan US$452.443,00
(dihitung sejak 1994 s.d. 2007).

Dari sejumlah penerimaan tersebut di atas, sebagian pengelola aset telah


melakukan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp791.771.480,00.
Penyetoran ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2005 sampai dengan
2007 atas 15 buah pemanfaatan aset.
Disamping itu, hasil konfirmasi kepada pejabat pengelola dana pada saat
pemeriksaan

berlangsung

diketahui

bahwa

untuk

penerimaan-

penerimaan pejabat pengelola dana hasil pemanfaatan sebelumnya tidak


dapat ditelusuri penggunaannya karena tidak diadministrasikan secara
tertib dan transparan. Bentuk laporan yang dapat disajikan adalah
catatan-catatan penerimaan dan pengeluaran pada masa jabatannya
yang tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang utuh baik
penerimaan, penyimpanan maupun pengeluarannya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak pasal 4 menyatakan bahwa seluruh
Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke
Kas Negara dan Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/1994
tanggal 20 September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan
Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara Bab V Pemanfaatan barang
milik/kekayaan negara.
Hal tersebut terjadi karena kebijakan pimpinan kotama/balakpus untuk
melaksanakan kerja sama pemanfaatan aset tanpa izin Menkeu dan
menggunakan langsung hasil pemanfaatan tersebut dan administrasi
pengelolaan dan pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD belum tertib
dan transparan.
2) Pemanfaatan aset tanah TNI AD c.q. Kodiklat TNI AD di Jl. Perwira No. 1
Surabaya belum sepenuhnya memenuhi ketentuan pemanfaatan aset
milik/kekayaan negara
Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut dapat diketahui hal-hal sebagai
berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Agustus 2006 di lokasi Jl.
Perwira Surabaya telah berdiri bangunan rumah dinas Kodam V/Brw
dan bangunan Town Square Surabaya yang masih dalam proses
pembangunan. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut diketahui

sampai dengan saat pemeriksaan belum ada izin penghapusan dari


komando atas tetapi bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD
telah dihancurkan.
b) Berdasarkan

pemeriksaan

terhadap

hasil

penelitian/pencelaan

bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD yang dimuat dalam


Berita Acara No. BA/02/VIII/2004 tanggal 9 Agustus 2004 antara lain
diketahui bahwa konstanta bangunan yang bisa dimanfaatkan
sebesar 4,46%.
Hasil konfirmasi dengan pelaksana di lingkungan Zidam V/Brawijaya
diketahui bahwa sebelum dilakukan relokasi, bangunan Sehub II
Pusdikhub Kodiklat TNI AD masih dioperasionalkan sebagai tempat
pendidikan.
c) Hasil Pemeriksaan terhadap Berita Acara Serah Terima Kompensasi
dalam rangka kerja sama pengelolaan atas tanah TNI AD c.q.
Kodiklat TNI AD di Jl. Perwira Surabaya Nomor BA/01/II/2006 tanggal
16 Februari 2006 diketahui sebagai aset kompensasi atas relokasi
Satdikta Pusdikhub, Kodiklat TNI AD memperoleh kompensasi
sebagai berikut :
(1) Tanah di Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung seluas
50.000 m2 senilai Rp5.750.000.000,00;
(2) Pembangunan

dan

renovasi

perkantoran

senilai

Rp5.000.000.000,00.
Hal tersebut antara lain tidak sesuai dengan Surat Keputusan Kasad
Nomor : Skep/470/XI/1994 tanggal 22 November 1994 mengenai Buku
Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Tukar Menukar (ruilslag)
Tanah dan Bangunan TNI AD pada Bab I angka 9 huruf b poin 3) yang
menyatakan bahwa harga satuan bangunan lama, diperoleh dengan
mengurangi harga bangunan baru dengan faktor susut sesuai ketentuan
berlaku dan atau kondisi nyata dari bangunan yang bersangkutan. Harga
bangunan lama diperhitungkan paling rendah 20%.
Hal ini terjadi karena kelalaian Tim Panitia Pencelaan Relokasi Rumah
Dinas TNI AD Kodam V/Brawijaya di Jl. Perwira Surabaya dalam menilai
bangunan yang belum sepenuhnya tepat sesuai dengan kondisi nyata

dari bangunan yang bersangkutan dan kebijaksanaan pimpinan yang


tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan tentang penghapusan dan
pemanfaatan aset milik negara.
3) Pemanfaatan tanah TNI AD untuk Kampus Unjani Bandung tidak sesuai
ketentuan
Penelitian terhadap draft perjanjian pinjam pakai Kampus Unjani
diketahui bahwa :
a) Keseluruhan tanah yang akan dipinjampakaikan untuk kepentingan
Kampus Unjani adalah seluas 206.435 m2. Perbandingan luas tanah
TNI AD yang berlokasi di Kebon Rumput berdasarkan perjanjian
pinjam pakai lama dengan berdasarkan draft perjanjian pinjam pakai
baru terdapat selisih kurang seluas 25.000 m2 (208.500 m2-183.500
m2).
b) Substansi

perjanjian

belum

secara

jelas

mengatur

bentuk

pemanfaatan aset apakah pinjam pakai atau sewa menyewa. Jika


dilihat dari jangka waktu perjanjian yang hanya 2 tahun maka
kesepakatan ini merupakan bentuk perjanjian pinjam pakai yang
harus diperbaharui setiap dua tahun sekali. Namun pada bagian lain
terdapat klausul pengenaan sewa dengan tarif sesuai aturan dalam
Surat Edaran Menteri Keuangan No. 200/2003. Secara operasional
penyelenggaraan pendidikan tinggi Unjani berorientasi pada bisnis
(profit oriented) sehingga pengenaan sewa yang diusulkan dalam
draft ini sudah tepat.
Hal tersebut antara lain tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Pasal 4 yang
menyatakan bahwa Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib
disetor ke Kas Negara.
Hal tersebut terjadi karena pelaksana kurang memahami ketentuan
tentang pemanfaatan aset negara dan adanya itikad tidak baik dari
Pimpinan YKEP untuk menghindari kewajiban membayar sewa atas
tanah TNI AD yang digunakannya.

c. Pengamanan BMN
Pengamanan BMN di lingkungan TNI AD belum sepenuhnya dilaksanakan
secara optimal, dengan rincian sebagai berikut :
1) Pengamanan Aset Tanah TNI AD Melalui Penyertifikatan Belum Optimal
Dari pemeriksaan dan konfirmasi kepada pelaksana di Staf Logistik TNI
AD, Direktorat Zeni Angkatan Darat serta jajarannya di Kodam diketahui
terdapat tanah sebanyak 27.690 bidang atau seluas 4.867.454.471 m2
belum bersertifikat.
2) Terdapat Tanah TNI AD Minimal Sebanyak 317 Bidang Seluas
212.227.707,54 m2 Dan Bangunan TNI AD Sebanyak 48 Buah Seluas
173.913,61 m2 Dalam Status Sengketa/Bermasalah dengan Pihak Ketiga.
3) Bukti-Bukti Kepemilikan

Kendaraan

Tidak

Ditatausahakan

Secara

Memadai
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa Ditpalad dan Aslog tidak
menatausahakan bukti-bukti kepemilikan kendaraan secara memadai.
Ditpalad dan Aslog tidak membuat pembukuan khusus untuk mencatat
bukti-bukti kepemilikan kendaraan dengan baik dan memadai. Demikian
pula dalam penyimpanan bukti-bukti kepemilikan kendaraan juga tidak
dilakukan secara baik dan memadai. Dari pemeriksaan secara sampel
atas 6.141 unit kendaraan yang didistribusikan ke satkai-satkai selama
TA 2005, 2006 dan 2007, bukti kepemilikan yang telah ditatausahakan
secara baik oleh Ditpalad hanya sejumlah 504 berkas.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24
Tahun 1997 tanggal 8 Juli 1997 tentang Pendaftaran Tanah pasal 3, pasal 4
ayat (1) dan pasal 32, dan Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Bab VII Pengamanan dan
Pemeliharaan

yang

mengatur

Departemen/Lembaga/Pemerintah

bahwa
Daerah

BMN

yang

wajib

digunakan

diamankan

oleh
secara

administrasi, fisik dan hukum.


Hal tersebut terjadi karena pihak TNI AD tidak memiliki cukup dana untuk
melakukan penyertifikatan seluruh tanah yang dikuasai oleh Dephan dan TNI
c.q. TNI AD, pemagaran dan pemasangan tanda/plang, keterbatasan sumber
daya dalam rangka penertiban administrasi kekayaan negara di lingkungan

Dephan/TNI, dan pengawasan dan pengendalian terkait dengan pengelolaan


tanah di lingkungan TNI AD kurang optimal, serta Direktur Peralatan
Angkatan Darat belum sepenuhnya menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai Pembina Materiil Peralatan khususnya materiil kendaraan di jajaran
TNI AD.

d. Penilaian BMN
Penilaian BMN belum dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
seperti aset hasil renovasi/perbaikan yang belum dikapitalisasi dan aset yang
dilaporkan tanpa nilai atau dinilai tidak wajar dalam daftar inventaris BMN,
dengan rincian temuan sebagai berikut :
1) Belanja Pemeliharaan di Jajaran TNI AD Tahun 2005 dan 2006 Minimal
Senilai Rp97.640.950.000,00 Belum Dikapitalisasi Dalam Nilai Barang
Milik Negara
Pemeriksaan atas kegiatan pemeliharaan peralatan dan bangunan
diketahui bahwa nilai pengeluaran untuk pemeliharaan tersebut cukup
material dan pengeluaran-pengeluaran tersebut memperpanjang masa
manfaat dan kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa
yang akan datang bagi TNI AD sehingga harus ditambahkan pada nilai
aset yang sudah tercatat atau dikapitalisasi. Hasil uji petik atas nilai yang
belum dikapitalisasi yaitu :
a) Pemeliharaan Alberzi/Alzi dan Mesin Stationer tahun 2006 yang
dilakukan di tingkat Pusat (Ditziad) senilai Rp3.083.200.000,00.
b) Pemeliharaan/renovasi gedung dan bangunan tahun 2005 dan 2006
senilai Rp94.557.750.000,00.
2) Penilaian Peralatan pada Buku Inventaris TNI AD Belum Dilakukan
Secara Wajar
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa pada TNI AD belum ditetapkan
standar penilaian aset terutama dalam hal ini standar penilaian peralatan.
Standar mengenai metode penilaian peralatan dan satker yang
berwenang melakukan penilaian belum ditetapkan pada TNI AD. Selama
ini penilaian peralatan dilakukan oleh satkai atau infolahtadam atas dasar
harga perolehan dari pengadaan, sedangkan untuk peralatan yang tidak

diketahui nilai pengadaannya dilakukan taksiran harga pasar dan


perkiraan penyusutan pada saat penyusunan laporan dan dilakukan
update setiap kali disusun laporan berikutnya. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa

peralatan hasil pengadaan TA 2005, 2006 dan

2007 belum dilakukan penilaian karena hasil pengadaan tersebut belum


dilakukan pencatatan pada Buku Inventaris Disinfolahtad.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun
2005, Pernyataan Standard Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 1 paragraf 65
tentang penilaian aset dan PSAP No. 7 Paragraf 50, dan 51 tentang
kapitalisasi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal 38 dinyatakan bahwa
penetapan nilai barang milik negara/daerah dalam rangka penyusunan
neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dengan berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Hal tersebut terjadi karena belum ada mekanisme kapitalisasi untuk
pemeliharaan yang menambah nilai aset tetap yang sudah ada dan sistem
pencatatan aset peralatan pada TNI AD belum mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) khususnya Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara (SABMN).

e. Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN


Hasil pemeriksaan diketahui terdapat pemindahtanganan aset tanah yang
tidak sesuai ketentuan, dengan rincian sebagai berikut :
1) Pemindahtanganan Tanah dan Bangunan Melalui Ruilslag di Lingkungan
TNI AD Belum Sesuai Ketentuan yang Berlaku dan Berpotensi
Menimbulkan Kerugian Negara. Pemeriksaan atas pelaksanaan ruilslag
di beberapa Kodam diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Pelaksanaan ruilslag mendahului izin prinsip dari Menteri Keuangan
Hal ini antara lain terjadi pada aset pengganti di Desa Ketimang
Wonoayu Sidoarjo dalam ruilslag Bengpal Paldam V/Brawijaya dan
aset pengganti Stadion Lapangan Deffile Brigif 15/Kujang dalam
ruilslag daerah latihan Kodam III/Siliwangi di Kab. Maja Jawa Barat.
b) Pemanfaatan aset yang dipertukarkan mendahului perintah Kasad

Hal ini antara lain terjadi pada pemanfaatan Mess Korem Jl. Dinoyo
No. 5, 7, 9 Surabaya sebagai Hotel Istana Permata Dinoyo dan
penyewaan aset tanah eks perumahan Labiomed di Jl. Kemang
Jaksel sebagai pusat bisnis.
c) Belum ada aturan yang jelas mengenai pengambilalihan dan
penilaian ulang proyek ruilslag
Dengan kompleksitas pekerjaan yang cukup tinggi terkadang
pelaksanaan ruilslag terhenti akibat ketidakmampuan developer
melanjutkan pekerjaannya sesuai yang telah diperjanjikan dalam
SPTM. Untuk memecahkan permasalahan tersebut developer bekerja
sama dengan Pihak III untuk melanjutkan proyek ruilslag. Karena
belum ada ketentuan yang mengatur tentang pengambilalihan proyek
ruilslag

tersebut,

maka

pengambilalihan

proyek

ruilslag

oleh

developer lain seringkali dilakukan secara terselubung tanpa


sepengetahuan pihak TNI AD dan tanpa melalui penilaian (audit) atas
prestasi pekerjaan yang sudah/belum diselesaikan, sebagaimana
terjadi pada ruilslag 126 Ha tanah TNI AD di Gunungsari Surabaya.
d) Perhitungan nilai aset berpotensi menimbulkan kerugian Negara.
Hasil pemeriksaan atas perhitungan nilai aset yang dipertukarkan
dalam ruilslag yang dilaksanakan di lingkungan TNI AD menunjukkan
hasil bahwa penilaian aset yang di-ruilslag berpotensi menimbulkan
kerugian negara karena nilai aset yang dilepas cenderung di markdown dan aset yang diterima cenderung di mark-up, antara lain :
ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q Kodam Jaya dengan PT
Mercu Buana Raya Contractors adalah Tanah dan Bangunan yang
terletak di Jl. Daan Mogot Jakarta Barat berpotensi menimbulkan
kerugian negara

sebesar Rp124.464.365.625,00 yaitu mark down

aset yang dilepas sebesar Rp106.121.200.000,00 dan mark up aset


pengganti sebesar Rp18.343.165.625,00 dan ruilslag Tanah dan
Bangunan TNI AD c.q. Kodam III/Siliwangi dengan PT Mandirinusa
Grahaperkasa adalah Tanah di Desa Cipining, Curug Bitung, dan
Pasir

Kecapi

Kabupaten

Lebak

Propinsi

Banten

berpotensi

menimbulkan kerugian negara yaitu tanah yang dilepas di Kecamatan

10

Maja

Kabupaten

Lebak

Rp1.367.238.000,00 dan

dinilai

terlalu

rendah

sebesar

harga tanah yang akan diterima di

Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang dinilai terlalu tinggi


sebesar Rp20.310.524.800,00.
e) Aset disewakan kepada pihak ketiga lainnya sebelum pelaksanaan
ruilslag dapat diselesaikan.
Penyelesaian ruilslag tanah dan bangunan Perumahan Dinas
Labiomed Ditkesad di Jl Kemang Jakarta Selatan berlarut-larut
karena krisis moneter sehingga dalam proses penyelesaian tersebut
pihak developer menyewakan aset tersebut kepada pihak lainnya.
2) Pemindahtanganan Tanah Okupasi di Lingkungan Kodam V/Brawijaya
Dengan Hasil Penjualan Sebesar Rp28.617.052.500,00 Belum Sesuai
Ketentuan
TNI AD c.q. Kodam selaku penguasa teritorial menguasai tanah-tanah
yang dimiliki oleh pihak tertentu namun karena alasan tertentu
ditinggalkan oleh pemiliknya. Tanah tersebut dicatat dan dikelompokkan
dalam status okupasi TNI AD dan diadministrasikan secara terpisah dari
daftar IKN TNI AD oleh Kodam. Hal ini dilakukan karena TNI AD/Kodam
berpendapat

bahwa

status

tanah

okupasi

tersebut

bukan

milik

negara/TNI AD, sehingga dapat dilepas/dikeluarkan atau dihapus dari


catatan tanah TNI AD jika pemilik tanah menginginkannya.
Uji petik terhadap pelepasan tanah dengan status okupasi TNI AD
menunjukkan bahwa pengamanan terhadap tanah okupasi dan proses
pelepasan/pengembalian

kepada

pemilik

masih

lemah

sehingga

ditemukan beberapa permasalahan antara lain pelepasan 19 bidang


tanah okupasi di lingkungan Kodam V/Brawijaya tidak sesuai ketentuan
dan

hasil

kompensasi

pertanggungjawabannya

sebesar
dan

Rp3.924.126.500,00
penggunaan

belum

dana

jelas

sebesar

Rp11.644.969.000,00 yang belum dapat dipertanggungjawabkan.


3) Hibah tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brw seluas 8,8 Ha untuk
pembangunan jalan tol simpang susun Waru Surabaya Tahun 1998
berindikasi

KKN

dan

merugikan

negara

minimal

senilai

Rp13.344.252.200.00

11

Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut atas administrasi dan dokumentasi


yang diselenggarakan oleh Kodam V/Brawijaya, pengecekan fisik di
lapangan serta konfirmasi kepada pelaksana Kodam V/Brawijaya terkait
proses hibah tanah Kodam V/Brawijaya untuk keperluan pembangunan
jalan tol simpang susun Waru antara lain diketahui bahwa tanah TNI AD
c.q. Kodam V/Brawijaya seluas 88.200 m2 tersebut merupakan
pemberian dari Pemda Tk I Jawa Timur dengan sertifikat Hak Pakai No.
5/K Tahun 1986 atas nama Kodam V/Brawijaya. Hak Pakai tersebut
diberikan selama tanah tersebut dipergunakan dalam pelaksanaan tugastugas Kodam V/Brawijaya (dh. Kodam VIII/Brawijaya). Gubernur KDH Tk.
I Jawa Timur selaku pemberi Hak Pakai memberikan disposisi pada
sertifikat Hak Pakai No. 1 (asal pecahan persil) bahwa Hak Pakai yang
diberikan kepada Kodam V/Brawijaya tersebut tidak boleh dialihkan
dalam bentuk apapun baik untuk sebagian ataupun seluruhnya kepada
siapapun tanpa izin tertulis dari Gubernur KDH Tk. I Jawa Timur.
4) Pelaksanaan ruilslag di lingkungan TNI AD tidak sesuai ketentuan dan
penilaian aset berpotensi merugikan keuangan negara

sebesar

Rp168.565.052.025,00
a. Gumurah Pesing Jl. Daan Mogot Jakarta Barat
Hasil pemeriksaan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1) Adanya upaya penjualan aset negara secara terselubung kepada
pihak III sejak tahun 1978 dengan modus pengajuan ruilslag yang
prosedur dan penilaian asetnya cenderung merugikan negara.
2) Kerugian negara yang ditimbulkan atas pelaksanaan ruilslag
tersebut minimal sebesar Rp124.464.365.625,00 yaitu mark down
aset yang dilepas sebesar Rp106.121.200.000,00 dan mark up
aset pengganti sebesar Rp18.343.165.625,00.
b. Puslatpur Rindam III/Slw Puslatpur di Desa Cipining, Desa Curug
Bitung, dan Desa Pasir Kecapi Kabupaten Lebak, Banten
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan :
1) Komposisi tanah yang akan diterima Kodam III/Slw mengalami
perubahan sebagai berikut :

12

BA Interdep

Sertifikat
Hak Pakai

No

Tanah

Desa Rancapinang

4.772.310

3.704.360

3.646.390

Desa Cibadak

4.186.827

3.880.770

3.744.090

Desa Tugu
Jumlah

Kondisi Fisik

1.221.744

2.415.910

2.415.910

10.180.881

10.001.040

9.806.390

2) Terdapat kekurangan tanah seluas 374.491 m2 yang terdiri :


a) Kekurangan tanah seluas 179.841 m2 yang disebabkan
perbedaan pengukuran antara Topdam III/Slw pada tahun
1997 dengan Badan Pertanahan Nasional Provinsi Banten
pada bulan Mei 2006.
b) Kekurangan tanah seluas 194.650 m2 yang disebabkan
adanya tanah pihak lain yang berada dalam tanah yang
telah bersertifikat

Hak Pakai Dephan/TNI c.q. TNI AD

Kodam III/Slw.
3) Penilaian aset yang diruilslag cenderung merugikan negara,
yaitu:
a) Taksiran harga tanah yang dilepas di Kecamatan Maja
Kabupaten

Lebak

dinilai

terlalu

rendah

sebesar

Rp1.367.238.000,00.
b) Taksiran harga tanah yang akan diterima di Kecamatan
Cimanggu Kabupaten Pandeglang dinilai terlalu tinggi
sebesar Rp20.310.524.800,00.

c. Asrama Koterm A Gudang Kesdam Kodam V/Brawijaya di Jalan


Rajawali No. 57 Surabaya
Hasil

pemeriksaan

atas

pelaksanaan

ruilslag

tersebut

dapat

disimpulkan bahwa :
1) Proses penghitungan aset yang akan dipertukarkan cenderung
berpotensi merugikan negara, yaitu nilai aset pengganti dinilai
terlalu tinggi sebesar Rp15.235.988.000,00
2) Pelepasan hak tanah sebelum aset pengganti selesai dibangun
dan diserahkan ke TNI AD. Hal ini diketahui dari Akta tentang
Pelepasan Hak pada tahun 16 Juni 1997 atas tanah TNI AD di Jl.

13

Rajawali No. 57 Surabaya kepada PT Surya Inti Permata yang


diketahui bahwa penyerahan tersebut dilaksanakan sebelum
kewajiban Developer untuk menyiapkan aset pengganti selesai
100%.
3) Terdapat aset pengganti yang diperoleh bukan dari Pihak
Developer.
Hasil pemeriksaan atas daftar inventaris tanah TNI AD di
lingkungan Kodam V/Brawijaya TA. 2005 diketahui bahwa
terdapat 2 bidang tanah yang dijadikan sebagai aset pengganti
oleh Developer merupakan aset-aset yang sumbernya dari
pengadaan Kodam V/Brawijaya dan penyerahan Pemda.
4) Terdapat

aset

pengganti

belum

dimanfaatkan

sesuai

peruntukannya.
Aset pengganti berupa tanah di Desa Sawotratap merupakan hak
pakai untuk asrama Koterm A. Hak tersebut berlaku selama
tanah

tersebut

digunakan

untuk

kepentingan

tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian fisik, tanah tersebut disewakan untuk


pertanian/tegalan kepada masyarakat tanpa ada perjanjian tertulis
dan persetujuan dari Menkeu serta hasil sewa tidak disetor ke Kas
Negara.
d. Tanah TNI AD di Gunungsari Kodam V/Brawijaya, Surabaya
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Proses penunjukan rekanan tidak melalui proses lelang namun
berdasarkan

penunjukan

yang

diusulkan

oleh

Pangdam

V/Brawijaya yang kemudian disetujui oleh Kasad.


2) Penentuan nilai tanah yang akan dilepas cenderung direndahkan.
Pangdam V/Brawijaya pernah melaporkan kepada Kasad dalam
suratnya No. B/172/II/1986 tanggal 19 Pebruari 1986 bahwa
harga patokan tanah tegal Gunungsari tertinggi tahun 1985/1986
adalah Rp7.500/m2 sesuai penetapan harga dasar tanah di
wilayah Kotamadya Surabaya.
3) Indikasi menurunkan (mark down) nilai aset yang dilepas
diperkuat lagi dengan keuntungan tidak wajar yang diperoleh 4

14

developer

awal

senilai

Rp6.200.292.000,00

dari

proses

pemindahan hak perjanjian tukar menukar.


4) Pembagian rumah tipe K-36 sebanyak 736 unit kepada
prajurit/PNS berpotensi merugikan negara karena dana angsuran
perumahan yang seharusnya disetor ke Kas Negara dihimpun di
Kakudam V/Brawijaya dengan jumlah keseluruhan mencapai
Rp3.240.000,00 X 736 unit = Rp2.384.640.000,00.
5) Pembagian tanah cadangan pangkalan seluas 65 Ha tidak sesuai
ketentuan karena tanah tersebut merupakan tanah negara yang
diperoleh dari proses ruilslag sehingga harus melalui proses
pengajuan usulan hibah secara berjenjang hingga Menteri
Keuangan.
5) Penyelesaian ruilslag tanah dan bangunan Benglap Paldam V/Brawijaya
di Jl. Kasuari Surabaya berlarut-larut dan merugikan negara senilai
Rp2.006.218.750,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat pemanfaatan aset TNI AD (Jl. Kasuari) oleh Pihak III (PT
Lamcitra Nusantara) tanpa melalui prosedur yang benar. Aset TNI AD
telah dimanfaatkan oleh PT Lamcitra Nusantara telah melakukan
pembongkaran bangunan dan memanfaatkan tanah TNI AD untuk
kegiatan

bisnis sebelum

ada

Surat

Perintah

Kasad

tentang

Penghapusan barang-barang inventaris TNI AD yang dipertukarkan


dan aset-aset yang dipertukarkan diserahterimakan secara resmi.
b. Terdapat kesalahan penghitungan nilai aset tanah yang dilepas
sehingga mengakibatkan kekurangan nilai aset yang dilepas senilai
Rp2.006.218.750,00 (Rp5.987.750.000,00 - Rp3.981.531.250,00)
Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 350/KMK.03/1994 tanggal 13 Juli 1994 tentang Tata Cara
Tukar Menukar barang Milik/Kekayaan Negara, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Pasal 4 yang
menyatakan bahwa Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor
ke Kas Negara, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 1997
tanggal 8 Juli 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 3 yang menyatakan

15

bahwa

pendaftaran

tanah

bertujuan

diantaranya

untuk

memberikan

kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu
bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan.
Hal tersebut terjadi karena sistem pengendalian intern atas pengelolaan
BMN di lingkungan TNI AD masih lemah, para pelaksana kegiatan ruilslag
tidak memahami ketentuan Tukar Menukar Barang Milik Negara yang telah
ditetapkan, adanya kebijakan Pimpinan TNI AD untuk memisahkan
pengelolaan aset tanah selain yang telah terdaftar dalam daftar IKN Dephan.

f.

Penatausahaan BMN
Penatausahaan BMN di lingkungan Dephan/TNI belum sepenuhnya
dilakukan secara tertib terutama dalam hal pencatatan BMN, dengan rincian
temuan sebagai berikut :
1) Penatausahaan Aset Tetap Sebagai Barang Milik Negara di Lingkungan
TNI AD Belum Tertib dan Akurat
Hasil pemeriksaan atas penatausahaan aset tetap di lingkungan TNI AD
yang meliputi tanah, bangunan, kendaraan, senjata dan optik, alat
topografi, alat perhubungan kesehatan, dan pesawat terbang diketahui
hal-hal sebagai berikut:
a) Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku
inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil tanah di daerah
(tingkat Kodam) dan Buku Inventaris Tanah yang dikeluarkan oleh
Disinfolahtad. Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud
diperoleh kesimpulan bahwa informasi yang disajikan berbeda secara
signifikan.
b) Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil
pemeriksaan dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa

16

kegiatan invetarisasi aset tetap di lingkungan TNI AD minimal selama


lima tahun terakhir tidak pernah dilaksanakan meskipun terdapat
perbedaan data antara daftar inventaris yang disajikan melalui data
IKMN dengan data invetaris pembina materiil.
c) Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek

penatausahaan

dilaksanakan

melalui

IKMN

dua

di

lingkungan

TNI

AD

sistem

pelaporan

tersebut

yang
diatas

menghasilkan dua versi laporan, yaitu laporan versi manual yang


berbentuk laporan kekuatan/rekapitulasi aset tetap dan laporan versi
data base komputer yang berbentuk laporan tahunan (LT).
2) Perolehan

Tanah

Perkebunan

Hasil

Penguasaan

Peperda

dan

Pelimpahan Departemen Teknis Tidak Dicatat Dalam Daftar Barang Milik


Negara
Pemeriksaan terhadap data administrasi tanah secara uji petik pada
Kodam IV Diponegoro dan Kodam V/Brawijaya diketahui bahwa
perolehan tanah melalui penguasaan dan atau sitaan dari pemilik yang
terlibat organisasi terlarang dan/atau berasal dari pelimpahan tanah
perkebunan oleh Pemda atau Departemen Teknis tidak dicatat atau
diadministrasikan oleh pembina materiil tanah di daerah dan pusat baik
dalam buku inventaris ataupun bentuk laporan lainnya.
Hal

tersebut

tidak

Kep/003/M/1/2003,

sesuai
tanggal

dengan
31

Surat

Januari

Keputusan

2003

tentang

Menhan

No.

Pokok-Pokok

Penyelenggaraan IKN di Lingkungan Dephan dan TNI. Bab I poin 8,


Peraturan Menteri Pertahanan No. PER/13/M/XI/2006 tanggal 1 Nopember
2006 tentang Sistem Akuntansi dan Tata Cara Pelaporan Barang Milik
Negara di Lingkungan Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional
Indonesia dan Petunjuk Pelaksanaan Sistem Akuntansi BMN di lingkungan
Dephan dan TNI No. 4 tentang Prosedur Akuntansi BMN poin 2 yang
menyatakan bahwa transaksi yang dicatat dalam Akuntansi BMN meliputi
tiga jenis yaitu perolehan, perubahan dan penghapusan.
Hal tersebut terjadi karena belum berjalannya Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara di lingkungan Dephan/TNI, keterbatasan sumber daya dalam rangka
penertiban administrasi kekayaan negara di lingkungan Dephan/TNI,

17

motivasi untuk melaksanakan penertiban aset sangat rendah karena tidak


ada ketentuan rewards and punishment yang jelas jika belum melaksanakan
administrasi kekayaan negara secara tertib, dan belum ditetapkannya dasar
penilaian aset secara memadai dan sistematis atas aset-aset yang dimiliki
oleh satuan kerja di lingkungan TNI AD sehingga aset dinilai dengan dasar
penilaian yang seadanya dan atau tidak dapat dinilai.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI dan Kasad agar melakukan pembenahan secara


menyeluruh terhadap pengelolaan BMN di lingkungan Dephan/TNI sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta mengenakan sanksi secara tegas dan
transparan terhadap para pihak yang dalam pelaksanaan pengelolaan BMN
menyimpang dari prosedur dan ketentuan yang ada.

Jakarta,
2008
Penanggung Jawab,

Drs. Syafruddin Tasman


NIP 240000747

18

BAB I PENDAHULUAN
1. Dasar Hukum Pemeriksaan
a. Perubahan Ketiga UUD 1945 pada pasal 23 E, F dan G;
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
c. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 Badan Pemeriksa Keuangan;
d. Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPK RI TA 2007;
e. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) BPK RI (Revisi) Semester II TA 2007.
2. Standar Pemeriksaan
a. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Tahun 2007;
b. Panduan Manajemen Pemeriksaan Tahun 2002.
3. Entitas/Objek Pemeriksaan
Mabes TNI AD (Staf Logistik TNI AD), Kodam Jaya, Kodam III/Siliwangi, Kodam
IV/Diponegoro, dan Kodam V/Brawijaya.
4. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan atas manajemen aset/pengelolaan BMN bertujuan untuk menilai
apakah:
a. Sistem Pengendalian Intern atas manajemen aset/pengelolaan BMN telah
memadai;
b. Informasi keuangan terkait manajemen aset/pengelolaan BMN telah disajikan
secara wajar;
c. Manajemen

aset/pengelolaan

BMN

dilaksanakan

sesuai

dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku


5. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi yang digunakan dalam pemeriksaan manajemen aset/pengelolaan
BMN ini meliputi :
a. Penetapan materialitas pemeriksaan yang mencakup BMN yang bernilai
material dan strategis serta digunakan untuk pelayanan umum.
b. Pemeriksaan secara uji petik/metode sampling, melakukan interview secara
terbatas, verifikasi dan observasi di lapangan serta melakukan konfirmasi
kepada pihak-pihak terkait.
6. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran

Pemeriksaan

pengadaan/perolehan,

manajemen
penggunaan,

aset/pengelolaan
pemanfaatan,

BMN

meliputi

pengamanan

dan

19

pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan


termasuk BMN hasil pengadaan dari dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
7. Lingkup dan Batasan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK RI atas manajemen aset/pengelolaan BMN meliputi prosedurprosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam
menguji pelaksanaan kegiatan manajemen aset/pengelolaan BMN. Pemeriksaan
ini dibatasi pada BMN yang merupakan aset tetap dan kegiatan pengadaan BMN
yang tidak termasuk prosedur/mekanisme pengadaannya.
8. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan mulai tanggal 10 September sampai dengan
26 Oktober 2007.

BAB II GAMBARAN UMUM


1. Definisi Aset/Barang Milik Negara
Aset atau Barang Milik Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 6
Tahun 2006 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu dari hibah, hasil pelaksanaan
perjanjian/kontrak dan dari hasil putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap.
2. Dasar Hukum Pengelolaan BMN
Pemerintah telah menerbitkan peraturan-peraturan yang digunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan BMN, antara lain yaitu:
a. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
pada BAB VII tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pada pasal
42 s.d. 49 antara lain menyatakan bahwa :
1) BMN/BMD wajib dikelola dan ditatausahakan dengan sebaik-baiknya
oleh Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.
2) BMN/BMD yang berupa tanah dan bangunan yang dikuasai Pemerintah
Pusat/Daerah harus disertifikatkan,

dilengkapi dengan bukti status

kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.


3) Pemindahtanganan

BMN/BMD

dilakukan

dengan

cara

dijual,

dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah

20

setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.


b. Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang
milik negara/daerah. Peraturan ini merupakan tidak lanjut atau pedoman
teknis dari pelaksanaan UU No. 1 Tahun 2004 pada pasal 48 ayat (20) dan
Pasal 49 ayat (6) yang menghendaki pengelolaan BMN/BMD dilaksanakan
berdasarkan

asas

fungsional,

kepastian

hukum,

transparansi

dan

keterbukaan, akuntabilitas dan kepastian nilai. Pengelolaan BMN/D tersebut


meliputi

perencanaan

kebutuhan

dan

penganggaran,

pengadaan,

penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,


penghapusan

dan

pemindahtanganan,

penatausahaan,

pembinaan,

pengawasan dan pengendalian.


c. Surat Keputusan (SK) Menhan No. KEP/03/M/I/2003 tanggal 31 Januari 2003
tentang Pokok-pokok penyelenggaraan Inventarisasi dan Penatausahaan
BMN di lingkungan Dephan dan TNI. Sasaran dan tujuan Skep Menhan ini
antara lain adalah :
1) Terwujudnya mekanisme penyelenggaraan sistem pelaporan BMN di
lingkungan Dephan/TNI secara berhasil dan berdaya guna;
2) Menjamin tercapainya tertib administrasi, penghematan keuangan
negara, kesinambungan sistem pelaporan BMN, pengawasan dan
pengendalian barang, penyajian informasi yang lengkap dan mutakhir
serta dapat disajikan setiap saat.
d. Peraturan Menteri Pertahanan No. PER/13/M/XI/2006 tanggal 23 November
2006 tentang Sistem Akuntansi dan Tata Cara Pelaporan BMN di
Lingkungan Dephan dan TNI. Peraturan Menteri Pertahanan diterbitkan
dengan maksud dan tujuan untuk memberikan pedoman dalam rangka
melaksanakan penyelenggaraan inventarisasi dan penatausahaan BMN dan
tercapainya kesatuan tindakan dalam penyelenggaraan inventarisasi dan
penatausahaan BMN di lingkungan Dephan.

21

BAB III HASIL PEMERIKSAAN


Evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern atas pelaksanaan manajemen aset Tahun Anggaran
2005, 2006, dan 2007 belum memadai sehingga pelaksanaan kegiatan belum dapat
berjalan secara taat asas, terutama aspek :
1. Organisasi
Dalam aspek organisasi terdapat unsur-unsur antara lain ada pembagian tugas,
masing-masing tanggung jawab harus ditetapkan dengan jelas, adanya sistem
tindak lanjut, dan harus ada bagan dan pedoman organisasi. Secara umum
manajemen aset di Lingkungan TNI AD sudah ada aturan yang jelas baik
mengenai sistem dan prosedur dalam pengelolaan aset maupun tanggung jawab
dari masing-masing bidang baik disinfolahta maupun pembina material. Namun
dalam pelaksanaannya hal tersebut belum dilaksanakan secara memadai
misalnya satker tidak melaporkan jumlah yang mutakhir atas aset yang
dimilikinya kepada pembina materiil, pembina materiil tidak melaporkan data
aset kepada infolahta untuk pemutakhiran data. Akibatnya data yang di infolahta
maupun yang diinput oleh infolahta belum merupakan data yang mutakhir
sehingga terdapat perbedaan data antara infolahta dan pembina materiil atas
jumlah aset yang seharusnya. Selain itu adanya kendala waktu pelaporan juga
menyebabkan adanya perbedaan data antara infolahta dengan pembina materiil.
2. Kebijakan
Aspek kebijakan yaitu setiap peraturan yang mengharuskan atau membatasi
tindakan-tindakan, yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan,
misalnya: UU, PP, Keppres dan lain-lain.
Pelaksanaan manajemen aset di lingkungan TNI AD belum sepenuhnya
mematuhi ketentuan yang berlaku. Hal ini terbukti dari kebijakan pemanfaatan
aset tanpa izin dari Menkeu dan hasil sewa pemanfaatan aset tidak disetorkan
ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) namun
digunakan langsung, adanya pelepasan aset tanpa melalui izin Menteri
Keuangan dan hasilnya juga digunakan langsung, dan proses ruilslag yang tidak
sesuai ketentuan.

22

3. Prosedur
Prosedur adalah langkah-langkah yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
secara hemat, efisien, dan efektif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
ditetapkan.
Kelemahan dari aspek prosedur ini antara lain pengamanan aset yang belum
optimal melalui penyertifikatan tanah. Selain itu terdapat beberapa tanah di
lingkungan TNI AD yang bermasalah/sengketa dengan pihak ketiga, dan
terdapat tanah yang sebagian dikuasai oleh pihak lain dan rawan penyerobotan.
4. Personalia
Untuk menciptakan sistem pengendalian intern dalam bidang personalia perlu
dilakukan antara lain pelatihan, penyediaan informasi mengenai tugas dan
kewajiban

untuk

dipahami

dan

perbaikan

atas

kelemahan-

kelemahan/kekurangan-kekurangan. Dalam hal ini TNI AD kurang melakukan


sosialisasi terhadap pentingnya manajemen aset. Hal ini juga terlihat dengan
temuan yang berulang dari tahun ke tahun atas manajemen aset atau
sebelumnya dikenal dengan Inventarisasi Kekayaan Negara (IKN) berupa
laporan yang dibuat oleh TNI AD belum mencerminkan kondisi yang mendekati
nyata atas aset yang dimiliki. Selain itu kuantitas dan kualitas yang mengelola
BMN di lingkungan TNI AD masih terbatas.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan atas kegiatan operasi dan keuangan. Kegiatan keuangan
menghasilkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menilai
operasi. Pencatatan atas pengelolaan aset di lingkungan TNI AD belum
memberikan gambaran nyata atau kondisi yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari
laporan tahunan atas aset yang tidak valid dan banyak aset yang belum ada
nilainya.
Dalam aspek pelaporan, TNI AD telah membuat laporan tiap tahun maupun tiap
semester baik yang dibuat oleh dinas infolahta maupun oleh pembina materiil.
Namun laporan tersebut belum memberikan gambaran sebenarnya tentang
berapa jumlah dan nilai aset yang sebenarnya dimiliki oleh TNI AD.

23

6. Pemeriksaan Intern
Mekanisme penting lainnya untuk memberikan informasi kepada Pimpinan
adalah mengadakan audit intern terhadap kegiatan, metode, sistem, prosedur,
dan praktek. TNI AD memiliki pemeriksa intern yaitu Inspektorat Jenderal TNI AD
(Itjenad). Itjenad secara rutin melaksanakan pemeriksaan atas kegiatan di
lingkungan TNI AD namun pemeriksaan tersebut dirasakan belum optimal
dengan masih adanya temuan berulang atas manajemen aset berupa laporan
yang dihasilkan oleh institusi TNI AD belum valid dan akurat.

24

Temuan Pemeriksaan
I.

PENGGUNAAN BMN
Barang Milik Negara (BMN) berupa rumah dinas dan tanah TNI AD digunakan tidak
sesuai Tupoksinya, tetapi digunakan untuk tempat usaha/bisnis (antara lain Factory
Outlet dan toko) dan areal perkebunan/pertanian, dengan rincian temuan sebagai
berikut:
1. Penggunaan Rumah Dinas Sebanyak 379 Unit di Lingkungan Kodam
III/Siliwangi Sebagai Tempat Usaha Tidak Sesuai Ketentuan
Salah satu wujud kesejahteraan materiil di lingkungan TNI AD adalah
tersedianya fasilitas rumah dinas di setiap pangkalan satuan TNI AD. Fasilitas
tersebut diperuntukkan bagi anggota TNI AD selama mereka masih aktif
bertugas. Prajurit yang menempati rumah dinas tersebut diberikan Surat Izin
Penempatan (SIP) dengan kewajiban menaati semua ketentuan/peraturan
antara lain menggunakannya sesuai peruntukan sebagai rumah tinggal dan
membayar sewa rumah dinas melalui potongan gaji/tunjangan/pensiun selama
masa berlakunya SIP.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen administrasi dan pengecekan fisik atas
pengelolaan rumah dinas di lingkungan Kodam III/Siliwangi diketahui bahwa
terdapat rumah dinas yang disalahgunakan sebagai tempat usaha seperti outlet,
wartel, kantor, tempat pencucian mobil, toko dan lain sebagainya. Perubahan
fungsi dan bentuk rumah dinas tersebut dilakukan tanpa persetujuan Pangdam.
Berdasarkan Pemeriksaan atas Ruilslag dan Pemanfaatan Aset pada Kodam
III/Siliwangi oleh BPK RI pada tahun 2006 diketahui bahwa Kodam III/Siliwangi
telah mengadakan upaya penertiban rumah dinas sesuai Surat Perintah
Pangdam III/Siliwangi No. Sprin/24/III/2005 tanggal 8 Maret 2005 tentang
penertiban rumah dinas TNI AD c.q. Kodam III/Siliwangi di Bandung dan Cimahi.
Upaya penertiban rumah dinas di lingkungan TNI AD dilakukan berdasarkan
Surat Telegram Kasad No. ST/1259/2005 tanggal 1 November 2005 tentang
pelarangan rumah dinas TNI AD dijadikan tempat usaha seperti factory outlet,
toko, showroom, kos-kosan dan sebagainya yang tidak sesuai dengan
peruntukan rumah dinas TNI AD.
Berdasarkan pertimbangan Staf Kodam III/Siliwangi, khususnya menanggapi
sorotan negatif masyarakat, termasuk hasil Kunjungan Kerja di Makodam

25

III/Siliwangi dari Anggota Komisi I DPR RI tanggal 27 Maret 2006 dan Komisi A
DPRD Propinsi Jawa Barat tanggal 18 April 2006 tentang penyalahgunaan aset
perumahan milik TNI AD/TNI/Dephan yang ada di wilayah Kodam III/Siliwangi,
Pangdam III/Siliwangi dalam surat No. B/1307/IV/2006 tanggal 29 April 2006
mengeluarkan teguran atas penyalahgunaan fungsi 75 unit rumah dinas TNI AD.
Berdasarkan Daftar Rumah Dinas yang digunakan sebagai tempat usaha di
wilayah Kodam III/Siliwangi diketahui terdapat rumah dinas yang digunakan
sebagai tempat usaha, yaitu terdiri dari sebanyak 87 unit terletak di wilayah
Bandung dan 217 unit di wilayah Cimahi. Dengan demikian penggunaan rumah
dinas minimal sebanyak 379 unit di lingkungan Kodam III/Siliwangi sebagai
tempat usaha tidak sesuai ketentuan (rincian pada Lampiran 1).
Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa beberapa rumah dinas yang
digunakan sebagai tempat usaha tersebut telah dikembalikan fungsinya sebagai
rumah dinas namun terdapat 27 unit yang masih disalahgunakan dan tidak
sesuai dengan ketentuan yakni digunakan sebagai tempat usaha yang hasilnya
digunakan langsung, dengan rincian sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Nama
Abednego Sembiring
Nasep Rahmat
Herman Sarens Sudiro
Ruchjan
IG Purnawa
Soeharwiranto
Amir Hamzah
Darwanto
Ahmad Zaenudin
Djati Sapto
Cecep Lukman
Djoko Purwoko
Mahidin Simbolon
Ny. TM Gultom
Drs. H. Kamran G.
Berlin Hutajulu
M. Sokeh
E. Supribadio TE
Ny. Sariwati
Ny. Sugiarti
Ny. Siti Chotijah
M. Sitorus
Ny. Asna Rosamaria
RA Rahardjo
Indro Utomo
Ir. Agus Dono Utomo
Sidik Permana

Pangkat
Kol. Inf.
Brigjen Purn.
Brigjen Purn.
Mayjen TNI
Mayjen Purn.
Kol. Cpm
Letkol Purn.
Serma
Letkol Cku
Kapten Inf.
Mayor Inf.
Kolonel Caj
Mayjen TNI
Warakawuri
Kolonel Cpm
Brigjen Purn.
Letkol Purn.
Kolonel Chb
Warakawuri
Warakawuri
Warakawuri
Mayor Purn.
Warakawuri
Peltu Purn.
Letkol Purn.
Mayor Chb
Kapten Purn.

Alamat
Jl. RE Martadinata No.18 Bandung
Jl. RE Martadinata No.32 Bandung
Jl. RE Martadinata No.51 Bandung
Jl. RE Martadinata No.55 Bandung
Jl. RE Martadinata No.61 Bandung
Jl. RE Martadinata No.217 Bandung
Jl. Tongkeng No.69 Bandung
Jl. Gudang Utara No. 8 Bandung
Jl. Gudang Utara No.12 Bandung
Jl. Gudang Utara No.38 Bandung
Jl. Gandapura No. 6 Bandung
Jl. Gandapura No.9 Bandung
Jl. RE Martadinata No.211 Bandung
Jl. Bali No.11A Bandung
Jl. Banda No.9 Bandung
Jl. Baros No.159 Cimahi
Jl. Hasanudin No.196 Cimahi
Jl. Jend. Gatot Subroto No.9 Cimahi
Jl. Ambon No.11A Bandung
Jl. Ambon No.19 Bandung
Jl. Ambon No.22 Bandung
Jl. Patrakomala No.59 Bandung
Jl. RE Martadinata No.199 Bandung
Jl. Anggrek No.35 Bandung
Jl. Sudirman No.154 Cimahi
Jl. Sudirman No.94 Cimahi
Jl. Sriwijaya Raya No.9-A Cimahi

Jenis Usaha
18th Park
Terminalitas Outlet
Oasis Outlet
Island Outlet
Summit Outlet
Kedawung Outlet
Toko HP
Percetakan Buku
Impulse Butik
Pool Becak an PKL
RM Mbok Berek
Warung Nasi
Cafe Bali
Cafe
Emi Kosasih Collection
Toko Kelontong
RM Padang, Toko HP
Konveksi, CV Gama, Butik
Cucian Mobil + Ganti Oli
Bimbel IZI
TIKI, Warung Nasi, Wartel
Fotocopy, Cellular, Wartel
RM Jawa Timur
Kantor Advokat
Toko Kelontong
Butik+toko Kelontong
Toko Kelontong

26

2. Penggunaan Tanah di Lingkungan TNI AD untuk Pertanian/Kebun Minimal


Sebanyak 283 Bidang Seluas 109.567.447,14 m2 Belum Sesuai Dengan
Tupoksi TNI AD
Aset tanah memiliki fungsi yang sangat strategis dalam penyelenggaraan
pemerintahan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sarat dengan potensi
konflik kepentingan. Arah kebijakan nasional tentang pengelolaan BMN yang
mensyaratkan penggunaan BMN sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
departemen dan lembaga menuntut departemen/lembaga menetapkan status
penggunaan BMN termasuk aset berupa tanah.
Hasil pemeriksaan atas laporan rekapitulasi penggunaan tanah di lingkungan
TNI AD periode laporan per 30 Juni 2007, diketahui bahwa penggunaan tanah
TNI AD sebanyak 7.336 bidang seluas 1.676.996.260,47 m2 adalah untuk 11
jenis penggunaan, yaitu :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Penggunaan Tanah
Pembangunan
Lapangan Tembak
Lapangan Olahraga
Lapangan latihan
Lapangan PBB
Lapangan Terbang
Pertanian/Kebun
Daerah Pertahanan
TMP
Jalan
Lain-lain
Jumlah

Bidang
6.383
111
137
103
67
24
283
21
67
120
20
7.336

Jumlah
Luas (m2)
669.180.663,63
29.491.465,90
4.291.692,10
836.435.048,00
457.640,00
11.614.937,75
109.567.447,14
13.547.164,00
1.097.356,95
1.243.083,00
69.762,00
1.676.996.260,47

Berdasarkan data penggunaan tanah tersebut dapat disimpulkan bahwa status


penggunaan tanah untuk pertanian/kebun sebanyak 283 bidang seluas
109.567.447,14 m2 belum sesuai dengan tupoksi TNI AD dengan rincian sebagai
berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Uraian
Kodam IM
Kodam I/BB
Kodam II/Swj
Kodam III/Slw
Kodam IV/DIP

Tanah untuk Pertanian/kebun


Buku Inventaris
Bidang
Luas (m2)
2
5.455.287,00
6
22.782.931,00
46
8.895.816,00

27

No.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Uraian
Kodam V/Brw
Kodam VI/TPr
Kodam VII/Wrb
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/PTM
Kodam XVII/Trk
Kodam Jaya
Jumlah

Tanah untuk Pertanian/kebun


Buku Inventaris
Bidang
Luas (m2)
47
10.307.988,00
40
40.953.294,00
10
729.411,00
12
2.550.274,00
11
109
283

1.037.532,00
16.854.914,14
109.567.447,14

Hasil pemeriksaan secara uji petik pada kotama di lingkungan TNI AD,
pengolahan tanah pertanian/kebun tersebut umumnya diserahkan kepada
masyarakat setempat dengan pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh
komando wilayah terdekat atau yang ditunjuk Panglima Kodam. Dari empat
Kotama yang diperiksa, hanya Kodam IV/Diponegoro yang melakukan
pengelolaan tanah pertanian/kebun secara terorganisir dalam unit usaha proyek
farming yang khusus mengawasi penggunaan tanah pertanian/kebun di wilayah
Kodam IV/Diponegoro.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN
antara lain berbunyi :
1) BMN ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tupoksi
kementerian negara/lembaga bersangkutan. Tanah dan bangunan yang
tidak digunakan sesuai Tupoksi dicabut status penggunaannya.
2) Pemanfaatan BMN dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
dari Menkeu sebagai Pengelola barang.
3) Hasil sewa pemanfaatan aset merupakan penerimaan negara dan
seluruhnya wajib disetor ke Kas Negara.
b. Keputusan Menhankam/Pangab No. Kep/28/VIII/1975 tanggal 21 Agustus
1975 tentang ketentuan-ketentuan pokok perumahan dinas di lingkungan
Dephankam.
c. Petunjuk Pelaksanaan Kasad No. Juklak/8/VIII/1990 tanggal 21 Agustus
1990 tentang Pendayagunaan rumah dinas TNI AD.

28

Hal tersebut mengakibatkan :


a. BMN berpotensi beralih hak kepada pihak III yang menempati, menguasai
dan menggunakannya tanpa izin dan tidak sesuai tupoksi Dephan/TNI;
b. Kecemburuan dan keresahan sosial terutama di lingkungan TNI AD atas
penguasaan dan penggunaan rumah dinas untuk kepentingan bisnis pribadi
oleh para pihak yang tidak berhak dan tidak sesuai peruntukannya;
c. Mengganggu kinerja TNI AD karena sebagian BMN digunakan tidak sesuai
dengan tupoksinya;
d. Negara kehilangan kesempatan menambah potensi Pendapatan Negara dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas hasil sewa BMN yang tidak
diterima;
e. Pengamanan aset negara menjadi lemah.

Hal tersebut disebabkan :


a. Lemahnya pengawasan dan pengendalian para pejabat terkait di lingkungan
TNI AD atas pengelolaan BMN yang berada dalam inventarisasi TNI AD.
b. Kecenderungan para penghuni rumah dinas untuk mencari keuntungan
pribadi secara tidak patut atas penggunaan dari rumah dinas TNI AD sebagai
tempat usaha.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menanggapi sebagai berikut:


a. Dalam rangka penertiban Rumah Dinas di lingkungan TNI AD telah
dikeluarkan Surat Telegram Kasad No. ST/1259/2005 tanggal 1 November
2005 dan akan ditekankan kembali.
b. Pencatatan tanah pertanian/perkebunan banyak sebanyak 283 bidang
dengan luas 109.567.447,14 m2 adalah merupakan bagian dari bidangbidang tanah pembangunan dalam sistem pelaporan reorganisasi TNI AD
tahun 1985 (model 16 AD) dalam satu bidang tanah dengan membedakan
beberapa penggunaan, sehingga menambah bidang dan penggunaannya
oleh satuan pemakai.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI/Kasad agar membenahi aset BMN berupa tanah dan

29

bangunan/rumah

dinas

yang

digunakan

untuk

kepentingan

bisnis

dan

perkebunan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


II. PEMANFAATAN BMN
1. Pemanfaatan Tanah dan Bangunan di Jajaran TNI AD Belum Sesuai
Ketentuan

dan

Hasilnya

Digunakan

Langsung

Minimal

Sebesar

Rp52.388.211.964,00 dan US$452.443,00

Berdasarkan Data Pemanfaatan Aset TNI AD yang diterbitkan oleh Direktorat


Zeni Angkatan Darat tahun 2007 maupun data dari Kodam yang diuji petik,
diketahui bahwa pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD meliputi pemanfaatan
aset untuk perkebunan, penyewaan tanah dan bangunan untuk perhotelan,
olahraga dan usaha lainnya, serta sarana pendidikan. Pemanfaatan aset Barang
Tak Bergerak (BTB) di jajaran TNI AD dilaksanakan dengan berbagai macam
bentuk kerja sama yaitu pinjam pakai, sewa-menyewa, dan BOT yang
dilaksanakan pada kotama di jajaran TNI AD. Pinjam pakai adalah penyerahan
penggunaan barang antara pemerintah pusat dan antar pemerintah daerah
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu
tertentu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola barang.
Sedangkan sewa adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
Hasil pemeriksaan Tim BPK RI terkait dengan pemanfaatan aset berdasarkan
Surat Tugas No 48/ST/III-XI.1/VI/2006 tanggal 26 Juni 2006 untuk pemeriksaan
ruilslag dan pemanfaatan aset diketahui dan dilanjutkan dengan Surat Tugas No.
77/ST/III-XI.1/09/2007 tanggal 5 September 2007 tentang Pemeriksaan atas
Manajemen Aset/Pengelolaan BMN TA. 2005, 2006 dan 2007 diketahui bahwa :
a. Terdapat pemanfaatan aset yang belum memperoleh izin dari Menteri
Keuangan RI.
b. Hasil pemanfaatan sewa belum disetorkan ke Kas Negara sebagai
penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Pemeriksaan lebih lanjut atas pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD
berdasarkan informasi yang disajikan Ditziad dan pemeriksaan secara sampel
pada empat Kotama di jajaran TNI AD serta hasil pemeriksaan Tim BPK RI
selama 2 tahun terakhir di kotama-kotama di jajaran TNI AD diketahui bahwa
jumlah aset tanah dan bangunan yang dimanfaatkan oleh pihak III adalah

30

sebanyak 164 jenis pemanfaatan yang terdiri dari pemanfaatan tanah seluas
67.085.240,13 m2 dan bangunan 176.731,25 m2.
Dari 164 buah pemanfaatan aset tersebut, bentuk/jenis pemanfaatan yang
dilaksanakan pinjam pakai, sewa, kerja sama pemanfaatan dan BOT dengan
rincian sebagai berikut :
a. Pemanfaatan secara pinjam pakai
Pemanfaatan aset secara pinjam pakai dapat dilakukan dengan pihak lain
untuk pihak-pihak yang bergerak di bidang sosial yang tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan, seperti pendidikan, tempat ibadah dan lainnya tanpa
memberikan kontribusi/imbal jasa.
Penelitian terhadap administrasi pemanfaatan aset menunjukkan bahwa
terdapat pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai kepada pihak III yang
berorientasi bisnis sebagaimana terjadi pada pemanfaatan tanah TNI AD di
Cimahi untuk Kampus Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) oleh YKEP
di Kodam III/Siliwangi, untuk Radio Base Station oleh PT Excelcomindo di
Kodam Jaya, dan untuk sekolah swasta oleh yayasan tertentu. Konfirmasi
kepada pelaksana Kodam menunjukkan bahwa penggunaan tanah tersebut
untuk kepentingan bisnis baik murni maupun sedikit bercampur dengan misi
sosial, agama atau pendidikan. Selain itu penelitian terhadap perjanjian
pinjam pakai menunjukkan bahwa klausul jangka waktu bersifat kurang jelas
yaitu selama tidak diperlukan TNI AD dan tidak ada klausul pembayaran
sewa tanah negara. Hal ini selain menyulitkan pelaksana dalam menyusun
master plan pemanfaatan pangkalan, juga kurang menjamin pengamanan
aset negara dan mengurangi potensi pendapatan dari sewa tanah negara.
b. Pemanfaatan secara sewa-menyewa, kerja sama dan BOT
Pemanfaatan aset secara sewa, kerja sama dan BOT merupakan bentuk
kerja sama antara satuan pengguna dengan pihak ketiga dengan
memberikan sewa/imbal jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil pemeriksaan atas laporan pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD dan
konfirmasi kepada pengelola pemanfaatan aset di kotama jajaran TNI AD
diketahui bahwa terdapat 116 buah pemanfaatan aset secara sewa, 2
pemanfaatan kerja sama dan 5 pemanfaatan secara BOT.

31

Pemeriksaan lebih lanjut atas kontrak kerja sama pemanfaatan aset tersebut,
diperoleh kesimpulan bahwa jumlah pendapatan Negara yang dihasilkan
minimal sebesar Rp52.388.211.964,00dan US$452.443,00 (dihitung sejak
1994 s.d. 2007) (rincian pada Lampiran 2).
Dari sejumlah penerimaan tersebut di atas, sebagian pengelola aset telah
melakukan

penyetoran

ke

kas

Negara

sebesar

Rp791.771.480,00.

Penyetoran ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2005 sampai dengan 2007
atas 15 buah pemanfaatan aset.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dana yang telah
dihimpun

sejak

tahun

1994

sampai

dengan

2007

sebesar

Rp52.388.211.964,00 dan US$452.443,00 dikelola dan digunakan langsung


oleh satuan di lingkungan TNI AD.
Pada umumnya pengelolaan dana hasil pemanfaatan aset di kotama-kotama di
lingkungan TNI AD tidak dilaporkan secara berjenjang kepada komando atas
sehingga pengelolaan dan pertanggungjawaban dana hasil pemanfaatan tidak
disajikan secara transparan dan akuntabel. Pengelolaan pemanfaatan dan
hasilnya hanya dapat diakses oleh satuan-satuan yang terlibat langsung dalam
proses pemanfaatan tersebut.
Pada pemeriksaan ini, Tim BPK tidak dapat melakukan analisa dan evaluasi
yang optimal terkait dengan penerimaan, penyimpanan serta pengeluaran dana
karena data-data yang dibutuhkan seperti bukti penerimaan dari pihak ketiga,
rekening tempat penyimpanan dana dan bukti-bukti/kuitansi pembelian barang
(wabku) tidak dapat diberikan oleh pengelola dana hasil pemanfaatan (dhi.
Asisten Logistik Kodam). Kondisi tersebut di atas merupakan bukti bahwa
pengelolaan dana tidak dapat disajikan secara transparan.
Disamping itu, hasil konfirmasi dengan pejabat pengelola dana pada saat
pemeriksaan diketahui bahwa untuk penerimaan-penerimaan pejabat pengelola
dana hasil pemanfaatan sebelumnya tidak dapat ditelusuri penggunaannya
karena tidak diadministrasikan secara tertib dan transparan. Bentuk laporan
yang dapat disajikan adalah catatan-catatan penerimaan dan pengeluaran pada
masa jabatannya yang tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang
utuh baik penerimaan, penyimpanan maupun pengeluarannya.

32

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak pasal 4 menyatakan bahwa seluruh Penerimaan Negara Bukan
Pajak wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
b. Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/1994 tanggal 20 September
1994

tentang

Tata

Cara

Penghapusan

dan

Pemanfaatan

Barang

Milik/Kekayaan Negara. Bab V Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara,


Bagian kedua Penyewaan pada angka :
1) Angka 1. Penyewaan barang milik negara/kekayaan negara hanya dapat
dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan daya guna dan
hasil guna barang milik/kekayaan negara.
2) Angka 5 Tarif sewa untuk barang milik/kekayaan negara yang disewakan
oleh Menteri/Ketua Lembaga yang bersangkutan setelah mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri
Keuangan.
3) Angka 6 Jangka waktu penyewaan ditetapkan oleh Menteri/Ketua
Lembaga.
4) Angka 7 Hasil penyewaan merupakan penerimaan Negara dan seluruhnya
disetor ke Kas Negara.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Potensi

kerugian

negara

karena

penerimaan

negara

sebesar

Rp52.388.211.964,00 dan US$452.443,00 dari sewa pemanfaatan aset


belum disetorkan ke Kas Negara.
b. Penggunaan dana hasil pemanfaatan belum dapat dipertanggungjawabkan.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Kebijakan pimpinan kotama/balakpus untuk melaksanakan kerja sama
pemanfaatan aset tanpa izin Menkeu dan menggunakan langsung hasil
pemanfaatan tersebut.
b. Administrasi pengelolaan dan pemanfaatan aset di lingkungan TNI AD belum
tertib dan transparan.

33

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa untuk


ketertiban pemanfaatan aset di lingkungan AD telah dikeluarkan surat Kasad No.
B/1281/VII/2006 tanggal 25 Juli 2006 tentang perintah untuk mengajukan ulang
izin pemanfaatan sesuai ketentuan yang berlaku dan akan ditekankan kembali.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI memerintahkan Kasad agar :


a. Melakukan koordinasi lebih intensif dengan Dephan dan Menkeu dalam
upaya untuk memperoleh persetujuan pemanfaatan aset/pengelolaan BMN
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak lagi melakukan proses
pemanfaatan aset baru sebelum adanya persetujuan dari Menkeu.
b. Memberikan teguran dan peringatan pada para mitra kerja sama supaya
segera menyetorkan hasil pemanfaatan aset ke Kas Negara sesuai dengan
ketentuan berlaku dengan prinsip menguntungkan Negara/TNI AD. Bukti
setor supaya disampaikan kepada BPK RI.
c. Memberikan teguran dan sanksi secara tegas sesuai ketentuan berlaku
terhadap para mitra yang tidak/belum menyetor hasil sewa aset ke kas
Negara.

2. Pemanfaatan aset tanah TNI AD c.q. Kodiklat TNI AD di Jl. Perwira No. 1
Surabaya belum sepenuhnya memenuhi ketentuan pemanfaatan aset
milik/kekayaan negara
Pertimbangan dilakukannya kerja sama pemanfaatan tanah dan bangunan di Jl.
Perwira No. 1 Surabaya antara lain adalah :
a. Dengan berorientasi pada tugas ke depan yang lebih baik serta dihadapkan
dengan pesatnya perkembangan pembangunan, kepadatan lalu lintas dan
aktivitas masyarakat seyogianya Markas Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD
yang berada di Jl. Perwira No. 1 Surabaya direlokasi menjadi satu dengan
Pusdikhub Kodiklat TNI AD yang berada di Cimahi Bandung secara
keseluruhan.
b. Peserta didik yang menggunakan Sehub II relatif sedikit serta rentang waktu
terlalu jauh dengan Danpusdikhub Kodiklat TNI AD yang berada di Cimahi.

34

c. Apabila Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD yang berada di Jl. Perwira No. 1
Surabaya direlokasi menjadi satu dengan Pusdikhub yang berada di Cimahi
maka akan memudahkan operasional pendidikan secara keseluruhan.

Dengan pertimbangan tersebut Dankodiklat TNI AD mengajukan surat kepada


Kasad No. B/153/II/2004 tanggal 17 Februari 2004 perihal rencana relokasi
Satdikta Pusdikhub Kodiklatad dan pembangunan Sapras STTAD, yang
kemudian diteruskan oleh Kasad dengan melakukan permohonan kepada
Panglima TNI dengan surat No. B/433-04/27/107/Set tanggal 24 Maret 2004
tentang permohonan melaksanakan sewa menyewa tanah TNI AD di Jl.
Adityawarman dan Jl. Perwira Surabaya.

Sebelum dilakukan kerja sama pemanfaatan tanah dan bangunan Sehub-II


Pusdikhub Kodiklat TNI AD maka dilakukan kegiatan penelitian/pencelaan
terhadap bangunan tersebut. Kegiatan penelitian/pencelaan dilaksanakan oleh
Tim Panitia Pencelaan Relokasi Rumah Dinas TNI AD Kodam V/Brawijaya dan
Pangdam V/Brw melaporkan hasil pencelaan kepada Kasad sesuai surat No.
B/826/IX/2004

tanggal

September

2004

tentang

Laporan

hasil

penelitian/pencelaan tanah/bangunan TNI AD Jl. Perwira No. 1 Surabaya dan


permohonan penghapusan aset TNI AD.
Hasil penelitian/pencelaan bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD
dimuat dalam Berita Acara No. BA/02/VIII/2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang
hasil penelitian/pencelaan tanah/bangunan Satdikta Pusdikhub Kodiklat di Jl.
Perwira No. 1 Surabaya, yang antara lain berisi :
a. Luas Bangunan : 10.173 m2
b. Konstanta bangunan yang bisa dimanfaatkan sebesar 4,64%
c. Taksiran harga :
Luas bangunan

= 10.173 m2

Harga bangunan

= Rp1.200.000,00 / m2
= Rp1.200.000,00 x 10.173 m2
= Rp12.207.600.000,00

Kondisi konstruksi yang masih bisa dimanfaatkan 4,64%


= 4,64% x Rp12.207.600.000,00

35

= Rp566.432.640,00
= Rp566.433.000,00 (dibulatkan)
Persetujuan pelaksanaan kerja sama pemanfaatan aset TNI AD c.q. Kodiklat
didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertahanan No. SKEP/882/M/X/2005
tanggal 12 Oktober 2005 tentang persetujuan pelaksanaan sewa menyewa
tanah Dephan/TNI c.q. Kodiklat di Jl. Perwira Kota Surabaya Propinsi Jawa
Timur bekerja sama dengan mitra swasta.
Menindaklanjuti surat persetujuan tersebut kemudian dilakukan perjanjian kerja
sama antara Puskopad A Kodiklat TNI AD dengan PT Andiraga Propertindo
tanggal 16 Februari 2006, antara lain berisi :
a. Kerja sama pemanfaatan dilakukan terhadap tanah TNI AD c.q. Kodilat TNI
AD seluas 28.000 m2 yang terletak di Jl. Perwira No. 1 Kelurahan
Sawunggaling, Kec. Wonokromo, Kota Surabaya.
b. Syarat kerja sama antara lain :
1) Pihak penyewa berkewajiban menyediakan tanah di Desa Cilame Kec.
Ngamprah Kab. Bandung seluas 50.000 m2 yang akan digunakan
sebagai Perumahan Dinas Satdikta Pusdikhub Kodiklat TNI AD.
2) Pihak penyewa berkewajiban melaksanakan pembangunan perkantoran
dan sarana pendidikan sebagai aset pengganti di Kompleks Pusdikhub
Kodiklat TNI AD Cimahi, pembangunan rumah dinas di atas tanah yang
disiapkan di Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung serta
melaksanakan pemindahan personil dan materiil Satdikta Pusdikhub
Kodiklat TNI AD dari Surabaya ke Cimahi dan Cilame Jawa Barat.
c. Jangka waktu sewa :
1) Penyewa mempunyai hak pengelolaan/mengoperasionalkan gedung
sarana bisnis yang dibangun untuk jangka waktu kerja sama selama 20
(dua puluh) tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008 s.d. 1 Januari
2028 dengan tenggang waktu (masa) pembangunan atau grace period
selama 2 (dua) tahun (tahun 2006 s.d. 2007) dan dapat diperpanjang lagi
selama dari masa kerja sama (5 tahun) terhitung mulai tanggal 1
Januari 2028 s.d. 1 Januari 2033.

36

2) Setelah jangka waktu masa sewa selesai/habis, penyewa segera


menyerahkan gedung sarana bisnis dan prasarana yang ada di tanah
tersebut kepada Puskopad A Kodiklat TNI AD baik secara penguasaan
maupun kepemilikan.
d. Nilai sewa/kontrak
Nilai sewa/kontrak per tahun dihitung berdasarkan SE Menkeu RI No.
SE/200/MK.2/2003 tanggal 30 September 2003 dan Surat Menkeu RI No. S6461/MK.6/2005 tanggal 20 September 2005, dengan rincian sebagai
berikut:
- Luas Tanah : 28.000 m2
- Nilai NJOP : Rp802.000,00/m2
- Nilai pokok sewa/kontrak dengan perhitungan :
= 0,75% x LT x NJOP
= 0,75% x 28.000 m2 x Rp802.000,00
= Rp168.420.000,00 (dengan kenaikan 7,5% tiap tahun)

Dengan Berita Acara Serah Terima Kompensasi dalam rangka kerja sama
pengelolaan atas tanah TNI AD c.q. Kodiklat TNI AD di Jl. Perwira Surabaya
Nomor BA/01/II/2006 tanggal 16 Februari 2006 dilakukan serah terima antara
Kodiklat TNI AD dengan PT Andiraga Propertindo dalam hal ini hasil
pembangunan dan renovasi bangunan yang telah selesai 100% sebagai aset
kompensasi atas relokasi Satdikta Pusdikhub Kodiklat berupa :
a. Tanah di Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung seluas 50.000m2
senilai Rp5.750.000.000,00
b. Pembangunan dan renovasi perkantoran senilai Rp5.000.000.000,00 terdiri
dari :
1) Pembangunan rumah dinas di Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab.
Bandung.
2) Renovasi perkantoran dan sarana pendidikan di Mapusdikhub Kodiklat
TNI AD Cimahi.

Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :

37

a. Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Agustus 2006 di lokasi Jl. Perwira
Surabaya telah berdiri bangunan rumah dinas Kodam V/Brw dan bangunan
Town Square Surabaya yang masih dalam proses pembangunan.
Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut diketahui sampai dengan saat
pemeriksaan belum ada izin penghapusan dari komando atas tetapi
bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD telah dihancurkan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penghapusan
bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD tidak sesuai dengan
ketentuan karena belum mendapatkan izin dari komando atas.
b. Berdasarkan pemeriksaan terhadap hasil penelitian/pencelaan bangunan
Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI AD yang dimuat dalam Berita Acara No.
BA/02/VIII/2004 tanggal 9 Agustus 2004 antara lain diketahui bahwa
konstanta bangunan yang bisa dimanfaatkan sebesar 4,46%, sehingga
taksiran harga yang diperoleh adalah :
Luas bangunan

= 10.173 m2.

Harga bangunan

= Rp1.200.000,00 / m2.
= Rp1.200.000,00 x 10.173 m2
= Rp12.207.600.000,00

Kondisi konstruksi yang masih bisa dimanfaatkan 4,64%


= 4,64% x Rp12.207.600.000,00
= Rp566.432.640,00
= Rp566.433.000,00 (dibulatkan)

Hasil konfirmasi dengan pelaksana di lingkungan Zidam V/Brawijaya diketahui


bahwa sebelum dilakukan relokasi, bangunan Sehub II Pusdikhub Kodiklat TNI
AD masih dioperasionalkan sebagai tempat pendidikan.
Apabila dibandingkan dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Kasad Nomor
Skep/470/XI/1994 tanggal 22 November 1994 mengenai Buku Petunjuk
Administrasi tentang Penyelenggaraan Tukar Menukar (Ruilslag) Tanah dan
Bangunan TNI AD yang menyebutkan bahwa harga satuan bangunan lama
diperoleh dengan mengurangi harga bangunan baru dengan faktor susut sesuai
ketentuan

berlaku

dan

atau

kondisi

nyata

dari

bangunan

lama

dan

diperhitungkan minimal 20%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian

38

terhadap bangunan lebih rendah dari ketentuan tersebut dan berpotensi


menimbulkan kerugian negara senilai Rp1.875.087.360,00 dengan rincian
sebagai berikut :
=

(konstanta minimal konstanta berdasar hasil penelitian) x harga bangunan

(20% - 4,64%) x Rp12.207.600.000,00

15,36% x Rp12.207.600.000,00

Rp1.875.087.360,00

c. Hasil Pemeriksaan terhadap Berita Acara Serah Terima Kompensasi dalam


rangka kerja sama pengelolaan atas tanah TNI AD c.q. Kodiklat TNI AD di Jl.
Perwira Surabaya Nomor BA/01/II/2006 tanggal 16 Februari 2006 diketahui
sebagai aset kompensasi atas relokasi Satdikta Pusdikhub, Kodiklat TNI AD
memperoleh kompensasi sebagai berikut :
1) Tanah di Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung seluas 50.000 m2
senilai Rp5.750.000.000,00
2) Pembangunan dan renovasi perkantoran senilai Rp5.000.000.000,00.
Pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen pelepasan hak atas tanah di Desa
Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung diketahui bahwa :
1) Sebidang tanah seluas 50.000 m2 dengan No. C. 2212 Persil 66 terletak di
Blok Galudra Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung a.n. Ny. Siti
Hamah berdasarkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak No. 590/01/V/2003
tanggal 12 Mei 2003 diserahkan kepada negara untuk kepentingan TNI AD
c.q. Pusdikhub dengan ganti rugi sebesar Rp2.321.472.000,00.
2) Sebidang tanah seluas 3.500 m2 di Blok Galudra Desa Cilame Kec.
Ngamprah Kab. Bandung Nomor Persil/Kohir 66/D.II 355 berdasarkan
Surat Pernyataan Pelepasan Hak No. 02/590/VI/2003 tanggal 27 Juni 2003
diserahkan kepada negara untuk kepentingan TNI AD c.q. Pusdikhub dengan
ganti rugi sebesar Rp94.500.000,00.
Berdasarkan hal tersebut di atas diketahui bahwa terdapat indikasi mark up
terhadap nilai aset kompensasi kerja sama berupa tanah di Desa Cilame Kec.
Ngamprah Kab. Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan antara nilai
tanah berdasarkan BA Serah Terima Aset Kompensasi dengan nilai tanah

39

berdasarkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak. Adapun mark up nilai tanah


tersebut adalah sebesar Rp3.334.028.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
= Rp5.750.000.000,00 (Rp2.321.472.000,00 + Rp94.500.000,00)
= Rp5.750.000.000,00 Rp2.415.972.000,00
= Rp3.334.028.000,00
Hasil pengecekan fisik di lapangan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki
kontur tanah yang berbukit (tidak rata) sehingga akan diperlukan biaya yang
banyak untuk siap digunakan sebagai kompleks perumahan dinas.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor. 470/KMK.01/1994 tanggal 20
September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang
Milik/Kekayaan Negara pada :
1) Lampiran Bab III Bagian Ketiga angka 2 huruf c poin 1) yang menyatakan
bahwa penghapusan barang tidak bergerak milik negara dilaksanakan
dengan Surat Keputusan Menteri/Ketua Lembaga.
2) Lampiran Bab V Bagian Dua :
a) Angka 1 menyebutkan penyewaan barang milik/kekayaan negara
hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan
daya guna dan hasil guna barang milik/kekayaan negara.
b) Angka 7 menyebutkan hasil penyewaan merupakan penerimaan
negara dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara.
b. Surat Edaran Menteri Keuangan RI No. SE-200/MK.2/2003 tanggal 30
September 2003 yang antara lain menyatakan sewa menyewa dapat
dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak boleh merugikan negara.
2) Seluruh hasil sewa harus disetor ke Rekening Kas Negara.
3) Tujuan penyewaan antara lain untuk mengamankan aset negara agar
tidak diokupasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, mengurangi
beban pemeliharaan sementara waktu aset tersebut belum dimanfaatkan
karena

keterbatasan

dana/anggaran

masing-masing

departemen/lembaga.

40

c. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/470/XI/1994 tanggal 22 November


1994 mengenai Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Tukar
Menukar (Ruilslag) Tanah dan Bangunan TNI AD pada Bab I angka 9 huruf b
poin 3) yang menyatakan bahwa harga satuan bangunan lama, diperoleh
dengan mengurangi harga bangunan baru dengan faktor susut sesuai
ketentuan berlaku dan atau kondisi nyata dari bangunan yang bersangkutan.
Harga bangunan lama diperhitungkan paling rendah 20%.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Indikasi

kerugian

negara

senilai

Rp1.875.087.360,00

karena

terlalu

rendahnya penilaian terhadap bangunan lama Sehub II Pusdikhub Kodiklat


TNI AD.
b. Indikasi mark up terhadap nilai aset kompensasi kerja sama berupa tanah di
Desa Cilame Kec. Ngamprah Kab. Bandung senilai Rp3.334.028.000,00.

Hal terjadi karena :


a. Kelalaian Tim Panitia Pencelaan Relokasi Rumah Dinas TNI AD Kodam
V/Brawijaya di Jl. Perwira Surabaya dalam menilai bangunan yang belum
sepenuhnya tepat sesuai dengan kondisi nyata dari bangunan yang
bersangkutan.
b. Kebijaksanaan pimpinan yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
tentang penghapusan dan pemanfaatan aset milik negara.

Atas temuan tersebut pelaksana pada Kodam V/Brw memberikan tanggapan


bahwa

penilaian

terhadap

bangunan

lama

dilakukan

oleh

Tim

dari

Depkimpraswil (PU), sehingga nilai bangunan sudah sesuai dengan ketentuan


perhitungan Depkimpraswil (PU). Sedangkan untuk kompensasi diberikan
berdasarkan kesepakatan, sehingga TNI AD tidak menilai harga tanah tetapi
luas tanah sesuai yang disepakati.

BPK RI menyarankan Panglima TNI/Kasad :


a. Menegur

Komandan

Kodiklat

TNI

AD

atas

pelaksanaan

kegiatan

pemanfaatan aset yang tidak sesuai ketentuan.

41

b. Memerintahkan Panglima Kodam V/Brawijaya untuk menegur Tim Panitia


Pencelaan Relokasi Rumah Dinas TNI AD Kodam V/Brawijaya di Jl. Perwira
Surabaya.

3. Pemanfaatan tanah TNI AD untuk Kampus Unjani Bandung tidak sesuai


ketentuan
Dalam rangka mendukung pengembangan pendidikan tinggi Yayasan Kartika
Eka Paksi (YKEP) menyelenggarakan perguruan tinggi Akademi Teknik Ahmad
Yani (ATA) di Bandung yang lokasi kampusnya masih berada di Sekjas Pusjas
KBDL TNI AD. Untuk memenuhi program Hankam tentang rencana peningkatan
pengembangan pendidikan militer, maka pada tahun 1981 Kampus ATA tersebut
harus segera dipindahkan dari lokasi lama. Salah satu alternatif lokasi
pembangunan kampus ATA yang baru adalah tanah TNI AD yang berlokasi di
Kebon Rumput Cimahi.

Sejak tahun 1983, sebagian tanah TNI AD dipinjam pakai oleh YKEP untuk
pembangunan kampus ATA hingga pengembangannya menjadi Unjani dengan
kronologis sebagai berikut:

5.000

Jangka
Waktu
10 tahun

KH/02/II/1988
29 Februari 1988

80.000

5 tahun

Pengembangan
Kampus ATA
menjadi Unjani

Surat Telegram Kasad


ST/81/1588
1 Februari 1988

c.

KH/02/IX/1992
3 September 1992

120.000

5 tahun

Pengembangan
Unjani

d.

KH/09/IX/1996
24 September 1996

Surat Kasad
B/1008-04/27/11/Set
10 Agustus 1992
Surat Kasad
B/685-04/27/II/SET
11 Juni 1996

No

No/Tgl Perjanjian

a.

KH/63/IV/1983
13 April 1983

b.

Luas (m2)

3.500

selama tidak
digunakan
TNI AD

Peruntukan

Dasar Izin

Pembangunan
kampus ATA

Surat Kasad
540-04/2/410/Set
17 April 1982

Pengembangan
Unjani

208.500

Berdasarkan penelitian terhadap administrasi pinjam pakai tanah tersebut


diketahui bahwa perjanjian pinjam pakai yang ditandatangani antara pihak
Kodam III/Siliwangi (diwakili Kazidam III/Siliwangi) dengan pihak YKEP (diwakili
Ketua YKEP atau Rektor Unjani) seluruhnya telah habis masa berlakunya

42

namun hingga saat pemeriksaan 22 Agustus 2006 belum ada pembaharuan


perjanjian pinjam pakai tersebut. Selain itu terdapat perjanjian pinjam pakai yang
tidak terbatas masa berlakunya yaitu sepanjang TNI AD tidak menggunakannya
sebagaimana termuat dalam Surat Perjanjian Pinjam Pakai No. KH/09/IX/1996
tanggal 24 September 2006.
Pihak Kodam III/Siliwangi telah berupaya untuk melakukan pembaharuan
perjanjian pinjam pakai dengan mengirimkan draft perjanjian pinjam pakai yang
baru kepada Rektor Unjani. Namun hingga pemeriksaan tanggal 22 Agustus
2006 belum ada tanggapan dari Rektor Unjani dan menyerahkan sepenuhnya
pada kebijakan YKEP Pusat.
Penelitian selanjutnya terhadap draft perjanjian pinjam pakai yang baru diketahui
bahwa:
a. Keseluruhan tanah yang akan dipinjam pakaikan untuk kepentingan Kampus
Unjani adalah seluas 206.435 m2 yang terdiri dari :
No
1)

Lokasi
Kebon Rumput

Luas
2

(m )

IKMN

Peruntukan
Register

Luas Total (m )

183.500

Kampus Unjani

30609012

1.314.560

17.835

Kampus Unjani

30618077

533.783

Mess Dosen Unjani

30618076

77.266

Kelurahan Setiamanah
Kec. Cimahi Selatan
Kota Cimahi
2)

Jl. Papanggungan
Kel. Sukapura
Kec. Kiaracondong
Kota Bandung

3)

Jl. Papanggungan

5.100

Kel. Kebon Kangkung


Kec. Kiaracondong
Kota Bandung
206.435

1.925.609

Perbandingan luas tanah TNI AD yang berlokasi di Kebon Rumput berdasarkan


perjanjian pinjam pakai lama dengan berdasarkan draft perjanjian pinjam pakai
baru terdapat selisih kurang seluas 25.000 m2 (208.500 m2-183.500 m2).

43

b. Substansi perjanjian belum secara jelas mengatur bentuk pemanfaatan aset


apakah pinjam pakai atau sewa menyewa. Jika dilihat dari jangka waktu
perjanjian yang hanya 2 tahun maka kesepakatan ini merupakan bentuk
perjanjian pinjam pakai yang harus diperbaharui setiap dua tahun sekali.
Namun pada bagian lain terdapat klausul pengenaan sewa dengan tarif
sesuai aturan dalam Surat Edaran Menteri Keuangan No. 200/2003. Secara
operasional penyelenggaraan pendidikan tinggi Unjani berorientasi pada
bisnis (profit oriented) sehingga pengenaan sewa yang diusulkan dalam draft
ini sudah tepat.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak pada Pasal 4 yang menyatakan bahwa Seluruh Penerimaan Negara
Bukan Pajak wajib disetor ke Kas Negara.
b. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 470/KMK.01/1994 tanggal 20
September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang
Milik/Kekayaan Negara pada Lampiran Bab V.
1) Bagian Ketiga
a) Angka 1 menyebutkan peminjaman barang milik/kekayaan Negara
hanya

dapat

dilakukan

dengan

pertimbangan

agar

barang

milik/kekayaan negara dapat dimanfaatkan secara ekonomis oleh


instansi pemerintah dan untuk kepentingan sosial, keagamaan.
b) Angka

menyebutkan

syarat-syarat

peminjaman

barang

milik/kekayaan negara antara lain jangka waktu peminjaman paling


lama 2 (dua) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang
kembali.
c) Angka 3 menyebutkan peminjaman barang milik/kekayaan negara
hanya dapat dilaksanakan antara instansi pemerintah.
2) Lampiran Bab V Bagian Dua :
a) Angka 1 menyebutkan penyewaan barang milik/kekayaan negara
hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan
daya guna dan hasil guna barang milik/kekayaan negara.
b) Angka 7 menyebutkan hasil penyewaan merupakan penerimaan
negara dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara.

44

c. Surat Edaran Menteri Keuangan RI No. SE-200/MK.2/2003 tanggal 30


September 2003 yang antara lain menyatakan sewa menyewa dapat
dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak boleh merugikan negara.
2) Seluruh hasil sewa harus disetor ke Rekening Kas Negara.
3) Tujuan penyewaan antara lain untuk mengamankan aset negara agar
tidak diokupasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, mengurangi
beban pemeliharaan sementara waktu aset tersebut belum dimanfaatkan
karena

keterbatasan

dana/anggaran

masing-masing

departemen/lembaga.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Negara kehilangan kesempatan menambah potensi Pendapatan Negara dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sewa yang tidak dikenakan.
b. Pengamanan aset negara menjadi lemah.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Pelaksana kurang memahami ketentuan tentang pemanfaatan aset negara.
b. Adanya itikad tidak baik dari Pimpinan YKEP untuk menghindari kewajiban
membayar sewa atas tanah TNI AD yang digunakannya.

Atas temuan tersebut sampai dengan saat pemeriksaan pelaksana belum


memberikan tanggapan.

BPK RI menyarankan agar Panglima TNI/Kasad memerintahkan Panglima


Kodam III/Siliwangi menertibkan pemanfaatan aset untuk kegiatan pendidikan
tersebut dan mempertegas/memperjelas status kerja sama pemanfaatan aset
TNI AD dengan YKEP.

4. Pemanfaatan

aset

tanah

TNI

AD

c.q.

Kodam

V/Brawijaya

di

Jl. Adityawarman Surabaya belum sepenuhnya memenuhi ketentuan


pemanfaatan aset milik/kekayaan negara

45

Sesuai Rencana Kerja Kodam V/Brawijaya TA 2003 bidang Logistik termasuk


pembinaan pangkalan khususnya penyiapan rumah dinas untuk pejabat Kodam
V/Brawijaya, Pangdam V/Brawijaya dengan Surat Nomor K/05/I/2003 tanggal 6
Januari 2003 mengajukan kepada Kasad permohonan izin/persetujuan relokasi
perumahan dinas TNI AD Kodam V/Brawijaya di Jl Adityawarman Surabaya
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Kompleks Jl. Adityawarman Surabaya selalu banjir setiap musim hujan,
sehingga kurang layak lagi untuk perumahan pejabat Kodam V/Brawijaya.
b. Lokasi perumahan baru (Kompleks Sehub-2) di Jl. Perwira Surabaya
lokasinya lebih sentral dan lebih dekat dengan Makodam V/Brawijaya serta
tidak banjir.
c. Tanah TNI AD di Jl. Adityawarman dan Jl. Perwira akan disertifikatkan oleh
pihak III yang memanfaatkan sehingga lebih meningkatkan pengamanan
aset TNI AD.
d. Aset yang disewa serta bangunan di atasnya yang akan dibangun, setelah
25 tahun akan dikembalikan ke TNI AD sehingga menguntungkan TNI AD.
e. Sesuai dengan Rencana Tata Kota Surabaya, Jl. Adityawarman merupakan
kompleks perdagangan dan bisnis.

Berdasarkan Surat Nomor B/585-04/27/107/Set tanggal 3 Juni 2003, Kasad


memberikan persetujuan relokasi dan kerja sama pemanfaatan aset TNI AD di
Jl. Adityawarman dan Jl. Perwira No. 1 Surabaya. Surat persetujuan tersebut
merupakan dasar persiapan administrasi dan perjanjian sewa menyewa.
Sedangkan realisasi pembangunan dengan pihak III baru dapat dilaksanakan
setelah terbit Surat Perintah pelaksanaan sewa menyewa dari Kasad.

Dengan dasar surat tersebut, Kodam V/Brawijaya dalam hal ini Kepala Zeni
Kodam V/Brawijaya melakukan kerja sama sewa menyewa Tanah TNI AD di Jl.
Adityawarman dengan Puskopad A Dam V/Brawijaya sesuai dengan Surat
Perjanjian Kerja sama Nomor SPK/ /IV/2004 tanggal 28 April 2004. Selanjutnya
Primkopad A melakukan kerja sama kembali dengan PT Marga Srikaton
Dwipratama

sesuai

dengan

Surat

Perjanjian

Kerja

sama

Nomor

SPK/08/IV/2004; Nomor 111/MSDP/IV/2004 tanggal 30 April 2004 untuk

46

memanfaatkan aset tanah TNI AD di Jl. Adityawarman Surabaya dengan jangka


waktu kerja sama 25 tahun.

Menteri Keuangan RI dengan Surat Nomor S-6462/MK.6/2005 tanggal 20


September 2005 memberikan persetujuan sewa menyewa tanah TNI AD c.q.
Kodam V/Brawijaya di Jl. Adityawarman Surabaya. Sesuai dengan Surat Edaran
Menteri Keuangan Nomor SE-200/MK.2/2003 tanggal 30 September 2003, sewa
lahan

seluas

13.840

m2

untuk

tahun

pertama

ditetapkan

sebesar

Rp303.615.000,00 dan setiap tahun berikutnya dikenakan kenaikan 7,5% dari


sewa tahun pertama, sampai berakhir masa sewa tahun ke-20 dengan nilai sewa
seluruhnya Rp10.398.813.800,00. Selain sewa berupa dana yang harus disetor
ke Kas Negara tersebut, pihak III juga memberikan kompensasi berupa aset
bangunan senilai Rp11.715.243.096,00.

Hasil pemeriksaan dokumen, konfirmasi dan cek fisik diketahui hal-hal sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan terhadap dokumen Surat Perjanjian Kerja sama antara Kodam
V/Brawijaya dan Puskopad A DAM V/Brawijaya Nomor SPK/

/IV/2004

tanggal 28 April 2004 :


1) Sesuai pasal 2 ayat 1 disebutkan Perjanjian sewa menyewa berlaku
dalam 25 tahun sejak penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama
pada tanggal 28 April 2004 sampai dengan 28 April 2029.
2) Sesuai pasal 2 ayat 3 disebutkan Biaya sewa menyewa tanah ditetapkan
sesuai ketentuan yaitu 0,75% x NJOP x luas tanah dengan kenaikan
7,5% per tahun dari pokok sewa.
Luas tanah

= 13.840 m2

NJOP

= Rp.2.013.000/m2

Nilai pokok sewa

= 0,75% x Rp.2.013.000/m2 x 13.840 m2


= Rp.208.949.400,00

3) Berdasarkan Surat Perjanjian tersebut, sampai dengan saat pemeriksaan


pada tanggal 31 Juli 2006 seharusnya pihak Puskopad A DAM
V/Brawijaya sudah harus menyetor sewa tanah Jl. Adityawarman ke Kas
Negara untuk tahun I dan II senilai Rp433.570.005,00, dengan rincian :

47

a) Sewa Tahun I = (Pokok Sewa)

Rp.208.949.400,00

b) Sewa Tahun II = (Pokok Sewa x 107,5%)

Rp.224.620.605,00

b. Hasil pemeriksaan terhadap Surat Perjanjian Kerja sama antara Primkopad


A dengan PT Marga Srikaton Dwipratama sesuai dengan Nomor :
SPK/08/IV/2004; Nomor 111/MSDP/IV/2004 tanggal 30 April 2004 :
1) Sesuai pasal 3 ayat 2 pada huruf a disebutkan Perjanjian sewa menyewa
berlaku dalam 25 tahun terhitung setelah bangunan selesai, dengan
tenggang waktu (masa) pembangunan atau grace period selama 2 tahun.
2) Sesuai pasal 3 ayat 4 disebutkan kontribusi (uang sewa) per tahun
dihitung sebesar 2% x NJOP x luas tanah, dengan kenaikan 5% tiap lima
tahun sekali.
Luas tanah

= 13.840 m2

NJOP

= Rp.2.013.000/m2

Nilai pokok sewa

= 2% x Rp.2.013.000/m2 x 13.840 m2
= Rp.557.198.400,00

3) Apabila dibandingkan dengan Perjanjian sewa menyewa antara Kodam


V/Brawijaya dengan Puskopad A Dam V/Brawijaya, maka terdapat
potensi hasil sewa yang tidak disetor ke Kas Negara akibat selisih
besarnya tarif sewa 0,75% (antara Kodam V/Brw dengan Puskopad A)
dan 2% (antara Puskopad A dengan PT Marga Srikaton Dwipratama)
sebesar Rp5.397.859.500 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya Sewa
No.

Tahun

Kodam dng

Puskopad dng

Puskopad

PT MSD

Selisih

a)

Tahun ke-1

208.949.400

557.198.400

348.249.000

b)

Tahun ke-2

224.620.605

557.198.400

332.577.795

c)

Tahun ke-3

240.291.810

557.198.400

316.906.590

d)

Tahun ke-4

255.963.015

557.198.400

301.235.385

e)

Tahun ke-5

271.634.220

557.198.400

285.564.180

f)

Tahun ke-6

287.305.425

585.058.320

297.752.895

g)

Tahun ke-7

302.976.630

585.058.320

282.081.690

h)

Tahun ke-8

318.647.835

585.058.320

266.410.485

i)

Tahun ke-9

334.319.040

585.058.320

250.739.280

48

Biaya Sewa
No.

Tahun

Kodam dng

Puskopad dng

Puskopad

PT MSD

Selisih

j)

Tahun ke-10

349.990.245

585.058.320

235.068.075

k)

Tahun ke-11

365.661.450

612.918.240

247.256.790

l)

Tahun ke-12

381.332.655

612.918.240

231.585.585

m)

Tahun ke-13

397.003.860

612.918.240

215.914.380

n)

Tahun ke-14

412.675.065

612.918.240

200.243.175

o)

Tahun ke-15

428.346.270

612.918.240

184.571.970

p)

Tahun ke-16

444.017.475

640.778.160

196.760.685

q)

Tahun ke-17

459.688.680

640.778.160

181.089.480

r)

Tahun ke-18

475.359.885

640.778.160

165.418.275

s)

Tahun ke-19

491.031.090

640.778.160

149.747.070

t)

Tahun ke-20

506.702.295

640.778.160

134.075.865

u)

Tahun ke-21

522.373.500

668.638.080

146.264.580

v)

Tahun ke-22

538.044.705

668.638.080

130.593.375

w)

Tahun ke-23

553.715.910

668.638.080

114.922.170

x)

Tahun ke-24

569.387.115

668.638.080

99.250.965

y)

Tahun ke-25

585.058.320

668.638.080

83.579.760

9.925.096.500 15.322.956.000

5.397.859.500

Jumlah

c. Sesuai dengan Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-6462/MK.6/2005


tanggal 20 September 2005, selain sewa berupa dana yang harus disetor ke
Kas Negara tersebut, pihak III (PT Marga Srikaton Dwipratama) juga
memberikan

kompensasi

berupa

aset

bangunan

senilai

Rp11.715.243.096,00 dengan rincian sebagai berikut :


1)
2)
3)

Rumdis Pangdam 1 unit seluas 548,82 m2


Rumdis Kasdam 1 unit seluas 297,00 m

Rumdis Irdam 1 unit seluas 208,00 m

Rp

927.505.800

Rp

496.860.000

Rp

351.520.000

Rp

2.109.120.000

4)

Rumdis Asisten 6 unit seluas 1.248,00 m

5)

Rumdis Pa Laision 2 unit seluas 416,00 m2

Rp

703.040.000

6)

Mess Perwira 1 unit seluas 160 m2

Rp

270.400.000

49

7)

Ruang jaga 1 unit seluas 102 m2

Rp

161.160.000

8)

Garasi mobil untuk 5 kendaraan

Rp

236.600.000

Tanah urug volume 81.700 m

Rp

4.085.000.000

10) Turapan tinggi 2 m, panjang 810 m

Rp

556.754.796

11) Jalan aspal luas 3.400 m

Rp

425.000.000

12) Parit kanan kiri jalan, panjang 1700 m

Rp

255.000.000

13) Got buis beton 10 buah

Rp

55.000.000

14) Pagar tembok keliling kompleks 870 m

Rp

239.250.000

15) Pagar teralis depan 850 m

Rp

311.500.000

16) BP Air PDAM, 14 ss

Rp

13.300.000

17) Instalasi air luar 800 m

Rp

38.250.000

18) BP listrik PLN 170.800 VA

Rp

89.670.000

19) Penerangan jalan kompleks 30 ttk

Rp

45.000.000

20) Lapangan tennis 2 buah

Rp

250.000.000

21) Lapangan paving stone 1.850 m2

Rp

70.312.500

22) Pembuatan taman

Rp

25.000.000

Rp

11.715.243.096

9)

Jumlah

Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Agustus 2006 kompleks rumah Kasdam
dan Asisten di Jalan Perwira (didampingi Staf Bangmil Zidam V/Brw, Staf Itdam
V/Brw dan Staf PT Marga Srikaton Dwiprata) antara lain diperoleh perhitungan
jumlah urugan tanah sebanyak 23.436,00 m3 sebagai berikut :
1) Kompleks Kasdam & Asisten
-

Panjang

= 169,00 m

Lebar

80,00 m

Tinggi

1,65 m

Volume = 169,00 m x 80,00 m x 1,65 m = 22.308,00 m3


2) Jalan Perwira, depan kompleks Kasdam & Asisten
-

Panjang (169 m + 40 m + 6 m + 20 m)

= 235,00 m

Lebar

8,00 m

Tinggi

0,60 m

Volume = 235,00 m x 8,00 m x 0,60 m = 1.128,00 m3

50

Berdasarkan hasil cek fisik tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kekurangan
nilai

kompensasi

berupa

urugan

tanah

sebanyak

58.264

m3

senilai

Rp2.913.200.000,00 dengan rincian sebagai berikut :


1) Kekurangan Volume = 81.700 m3 - 23.436,00 m3 = 58.264 m3
2) Kekurangan nilai urugan =
58.264 m2
81.700 m3

Rp4.085.000.000

Rp2.913.200.000

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak pada Pasal 4 yang menyatakan bahwa Seluruh Penerimaan Negara
Bukan Pajak wajib disetor ke Kas Negara.
b. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor. 470/KMK.01/1994 tanggal 20
September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang
Milik/Kekayaan Negara pada Lampiran Bab V Bagian Dua :
1) Angka 1 menyebutkan penyewaan barang milik/kekayaan negara hanya
dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan daya guna
dan hasil guna barang milik/kekayaan negara.
2) Angka 7 menyebutkan hasil penyewaan merupakan penerimaan negara
dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara.
c. Surat Edaran Menteri Keuangan RI No. SE-200/MK.2/2003 tanggal 30
September 2003 yang antara lain menyatakan sewa menyewa dapat
dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak boleh merugikan negara.
2) Seluruh hasil sewa harus disetor ke Rekening Kas Negara.
3) Tujuan penyewaan antara lain untuk mengamankan aset negara agar
tidak diokupasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, mengurangi
beban pemeliharaan sementara waktu aset tersebut belum dimanfaatkan
karena

keterbatasan

dana/anggaran

masing-masing

departemen/lembaga.

51

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Sewa tanah Jl. Adityawarman oleh Puskopad A DAM V/Brawijaya belum
ditarik dan disetor ke Kas Negara untuk tahun I dan II senilai
Rp433.570.005,00.
b. Potensi kerugian negara akibat selisih besarnya tarif sewa 0,75% (antara
Kodam V/Brw dengan Puskopad A) dan 2% (antara Puskopad A dengan
PT PT Marga Srikaton Dwipratama) sebesar Rp5.397.859.500,00.
c. Kekurangan nilai kompensasi berupa urugan tanah sebanyak 58.264 m3
senilai Rp2.913.200.000,00.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Kebijaksanaan pimpinan yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
tentang pemanfaatan aset.
b. Pengawasan yang kurang memadai terhadap pelaksanaan pembuatan
bangunan kompensasi.

Atas temuan tersebut sampai dengan saat pemeriksaan pelaksana belum


memberikan tanggapan.

BPK RI menyarankan agar Panglima TNI/Kasad menegur Panglima Kodam


V/Brawijaya atas pemanfaatan aset TNI AD yang belum sepenuhnya memenuhi
ketentuan, menarik sewa tanah dari Puskopad A Dam V/Brawijaya senilai
Rp433.570.005,00

dan

menarik

kekurangan

kompensasi

senilai

Rp2.913.200.000,00 dari PT Marga Srikaton Dwiprata untuk selanjutnya disetor


ke Kas Negara.

III. PENGAMANAN dan PEMELIHARAAN BMN


BMN di lingkungan Dephan/TNI belum dilakukan pengamanan secara maksimal baik
terhadap pengamanan fisik maupun hukum. Hal ini terlihat dari cukup banyak aset
tanah yang belum bersertifikat, tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang sah
dan diduduki atau bersengketa dengan pihak III. Hasil pemeriksaan antara lain
sebagai berikut :

52

1. Pengamanan Aset Tanah TNI AD Melalui Penyertifikatan Belum Optimal


Tanah merupakan salah satu aset tetap yaitu aset yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun. Selain itu tanah merupakan aset tetap yang tidak
mempunyai nilai penyusutan dan bahkan nilainya hampir selalu mengalami
kenaikan. Oleh karena itu pengamanan aset tanah merupakan salah satu hal
yang

sangat

penting

untuk

dilakukan.

TNI

AD

juga

telah

berupaya

mengamankan aset tanah yang dimilikinya antara lain melalui penyertifikatan


tanah. Namun upaya tersebut belum optimal karena persentase tanah
bersertifikat jauh lebih kecil dibanding jumlah tanah yang dimiliki oleh TNI AD
yaitu berkisar 5%, dengan rincian sebagai berikut :

Tahun
2005
2006
2007

Jml Tanah TNI AD


Bidang
Luas (m2)
10.670 1.708.064.642,44
10.676 1.709.335.676,31
10.928 1.717.183.644,33

Jml yg sudah Disertifikatkan


Bidang
Luas (m2)
%
1.481 89.510.904,35
5,24
1.504 90.068.967,00
5,27
1.600 87.549.621,00
5,10

Jml yang Belum Disertifikatkan


Bidang
Luas (m2)
%
9.189
1.618.553.738,09 94,76
9.172
1.619.266.709,30 94,73
9.329
1.629.634.023,33 94,90

Dari pemeriksaan dan konfirmasi kepada pelaksana di Staf Logitik TNI AD,
Direktorat Zeni Angkatan Darat serta jajarannya di Kodam sebagai pembina
fungsi BTB dinyatakan bahwa kendala dalam penyertifikatan tanah ini adalah
kecilnya anggaran untuk penyertifikatan sehingga upaya penyertifikatan tanah
tidak optimal.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya
pengamanan aset tanah melalui penyertifikatan belum optimal.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun
1997 tanggal 8 Juli 1997 tentang Pendaftaran Tanah:
a. Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah bertujuan diantaranya
untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan.
b. Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan
sertifikat hak atas tanah.

53

c. Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa sertifikat merupakan surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data
fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan
data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan.

Hal tersebut mengakibatkan sebagian aset tanah yang dilaporkan dalam TNI AD
belum diamankan secara hukum dan rawan sengketa.

Hal tersebut terjadi karena pihak TNI AD tidak memiliki cukup dana untuk
melakukan penyertifikatan seluruh tanah yang dikuasai oleh Dephan dan TNI
c.q. TNI AD.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa untuk


pengamanan aset tanah di lingkungan AD telah diajukan dukungan dana
persertifikatan sebesar Rp22.197.027.252,00 sesuai surat Kasad Nomor:
B/447/III/2006 tanggal 14 Maret 2006 namun sampai sekarang belum turun.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI/Kasad agar:


a. Mengamankan aset tanah secara maksimal dengan cara penyertifikatan dan
penguasaan di lapangan.
b. Melakukan koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan
mengusulkan kepada Menkeu biaya penyertifikatan tanah milik Dephan c.q.
TNI AD.

2.

Bukti-Bukti

Kepemilikan

Kendaraan

Tidak

Ditatausahakan

Secara

Memadai
Termasuk kegiatan pengamanan aset kendaraan secara hukum adalah
penyimpanan dan penatausahaan bukti-bukti kepemilikan secara tertib dan
memadai.

Penatausahaan

bukti-bukti

kepemilikan

dilakukan

dengan

pembukuan termasuk penyimpanan dan penguasaan bukti-bukti kepemilikan.

54

Penatausahaan bukti-bukti kepemilikan kendaraan pada TNI AD dilakukan


secara terpisah tergantung pada satker yang melakukan pengadaan kendaraan.
Pengadaan kendaraan yang dilakukan oleh Direktorat Peralatan Angkatan Darat
(Ditpalad) bukti-bukti kepemilikan ditatausahakan oleh Ditpalad, pengadaan oleh
Mabes Angkatan Darat bukti-bukti kepemilikan kendaraan ditatausahakan oleh
Asisten Logistik (Aslog) Kasad dan pengadaan oleh Departemen Pertahanan
bukti-bukti kepemilikan ditatausahakan oleh Departemen Pertahanan.
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa Ditpalad dan Aslog Kasad tidak
menatausahakan bukti-bukti kepemilikan kendaraan secara memadai. Ditpalad
dan Aslog Kasad tidak membuat pembukuan khusus untuk mencatat bukti-bukti
kepemilikan kendaraan dengan baik dan memadai. Demikian pula dalam
penyimpanan bukti-bukti kepemilikan kendaraan juga tidak dilakukan secara
baik dan memadai. Dari pemeriksaan secara sampel atas 6.141 unit kendaraan
yang didistribusikan ke satkai-satkai selama TA 2005, 2006 dan 2007, bukti
kepemilikan yang telah ditatausahakan secara baik oleh Ditpalad hanya
sejumlah 504 berkas. Berdasarkan konfirmasi lebih lanjut, sampai saat
pemeriksaan Tim BPK RI berakhir, Ditpalad dan Aslog Kasad masih
mengusahakan untuk mengumpulkan, mencatat dan membukukan bukti-bukti
kepemilikan yang ada. Jumlah unit kendaraan bermotor yang didistribusikan ke
kotama/satkai pada TA 2005, 2006 dan 2007 adalah sebagai berikut :
No.

2005

2006

2007

1.
2.
3.
4.
5.

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

KOTAMA

117
84
186
146
110

40
45
186
87
71

75
18
151
105
109

Jumlah
232
147
523
338
290

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kodam VI/Tj. Pura


Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya
Jumlah

83
1.068
697
55
591
632
220
3.989

68
50
39
23
48
191
334
1.182

129
64
23
23
41
20
212
970

280
1.182
759
101
680
843
766
6.141

Sedangkan bukti-bukti kepemilikan kendaraan yang berhasil dikumpulkan,


dicatat dan dibukukan oleh Ditpalad sampai saat ini baru sejumlah 504 berkas
yaitu sebagai berikut :

55

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Jenis Kendaraan
SPM Bebek Supra Fit
Ran Ambulance Mitsubishi L-300
Jeep Suzuki Katana
Ran Unit Hub
SPM Honda GL-Max
Minibus Avanza
SPM Suzuki Thunder 125
Jeep Nissan Terrano
Ran Unit Service Isuzu NHK
Bus Sedang STD Isuzu NKR
Ran Tangki Air Isuzu NKR
Sedan Toyota Corolla Altis
Sedan Toyota Vios
SPM Harley Davidson

2005 2006 2007 Jml.


10
10
8
8
17
33
18
102
120
10
10
20
200
200
18
18
111
111
1
1
26
15
41
10
10
15
8
23
1
1
3
3
3
3

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Ran Minibus Toyota Fortuner


Sedan VIP Toyota Corolla Altis
Tr. 1/4 T Minibus Suzuki APV
Bus Besar
Tr. 3/4 T Minibus Isuzu Panther Touring
Tr. 2 1/2 T Mitsubishi FE-349
Bus Sedang STD Isuzu NKR
Ran Jenazah Mitsubishi L-300
Ran Tangki BBM Mitsubishi
Tr. 5 T
Ran Minibus Mitsubishi L-300
Ran Pengawal (Sedan)
Jumlah

246

291

2
2
101
6
98
34
10
6
8
15
10
10
359

Ada Faktur
10
5
120
10
200
107
1
26
10
15
-

Tdk. Ada Faktur


28
10
18
4
15
8
1
3
3

504

2
2
101
6
98
34
10
6
8
15
10
10
392

2
2
101
6
98
34
10
6
8
15
10
10
896

Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah :
a. Pasal 32 ayat :
(1)

Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang


wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada
dalam penguasaannya.

(2)

Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan
pengamanan
pengamanan

hukum.

Pada

administrasi

penjelasannya
meliputi

dinyatakan

kegiatan

bahwa

pembukuan,

penginventarisasian, dan pelaporan barang milik negara/daerah serta


penyimpanan dokumen kepemilikan secara tertib.

56

b. Pasal 68 ayat (1) Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus


menyimpan dokumen kepemilikan barang milik negara/daerah selain tanah
dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

Hal tersebut mengakibatkan potensi hilang aset kendaraan atau terjadi pindah
tangan aset kendaraan ke pihak lain secara ilegal.

Hal tersebut terjadi karena Direktur Peralatan Angkatan Darat belum


sepenuhnya menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Pembina Materiil
Peralatan khususnya materiil kendaraan di jajaran TNI AD.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa :


a. Pembukuan dalam rangka penatausahaan bukti-bukti kepemilikan kendaraan
terdapat

buku

inventarisasi

penerimaan

kendaraan

dan

untuk

penatausahaan serta penyimpanan bukti-bukti kepemilikan kendaraan


bersumber pengadaan dalam negeri telah dihimpun dan disusun per tahun,
kecuali pengadaan luar negeri, hibah dan dukungan Mabes TNI dan Dephan
RI.
b. Untuk kekurangan bukti-bukti kepemilikan kendaraan hasil pengadaan
pusat,daerah dan hibah serta dukungan dari Mabes TNI dan Dephan akan
dilengkapi dan dihimpun di Ditpalad dan perlunya keputusan bersama untuk
mengatur penempatan bukti-bukti kepemilikan kendaraan AD dari semua
sumber.
c. Penilaian peralatan perlu dimasukkan ke dalam Progja dan anggaran guna
menyusun standar penilaian aset terutama dalam hal standar penilaian
peralatan, antara lain standar mengenai metode penilaian peralatan dan
Satker yang berwenang melakukan penilaian. Diperlukan juga sosialisasi
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara (SABMN) di lingkungan TNI AD termasuk Ditpalad.

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI/Kasad agar :

57

a. Mengamankan aset kendaraan secara maksimal dengan cara memperbaiki


administrasi dan penatausahaan atas faktur kendaraan untuk menghindari
penyalahgunaan dan penyelewengan.
b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas aset BMN khususnya
kendaraan.

3. Terdapat

Tanah

TNI

AD

Minimal

Sebanyak

317

Bidang

Seluas

212.227.707,54 m2 dan Bangunan TNI AD Sebanyak 48 Unit Seluas


173.913,61 m2 Dalam Status Sengketa/Bermasalah dengan Pihak Ketiga
Kegiatan pengamanan aset dilaksanakan melalui 3 (tiga) cara yaitu pengamanan
administrasi,

pengamanan

fisik

dan

pengamanan

hukum.

Pengamanan

administrasi dilaksanakan dengan melakukan penatausahaan BMN dengan


tertib dan berkelanjutan, pengamanan fisik atas tanah dilaksanakan dengan
melakukan pemagaran dan pemberian tanda/plang di atas tanah yang
dimiliki/dikuasai oleh Departemen/Lembaga/Satuan kerja perangkat pemerintah,
dan pengamanan hukum dilakukan dengan melengkapi tanah dengan bukti
kepemilikan dan disimpan oleh pihak yang berwenang.
Hasil pemeriksaan pada laporan rekapitulasi tanah dan bangunan TNI AD yang
bermasalah/sengketa posisi 30 Juni 2007 diketahui bahwa terdapat 317 bidang
tanah seluas 212.227.707,54 m2 dan 48 unit bangunan seluas 173.913,61 m2
yang sedang bersengketa dengan pihak ketiga, dengan rincian sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Wilayah
Kodam IM
Kodam I/BB
Kodam II/Swj
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Kodam VI/Tpr
Koam VII/Wrb
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/Ptm
Kodam XVII/Tkr
Kodam Jaya

Bidang
17
66
13
56
44
13
14
47
16
5
8
18
317

Tanah
Luas (m2)
3.708.044,00
11.023.204,00
363.522,50
21.243.952,00
97.481.353,00
64.347.423,00
4.154.679,24
2.006.180,00
732.675,80
670.942,00
5.190.977,00
1.304.755,00
212.227.707,54

Bangunan
Bidang
Luas (m2)
0
15
16.402,70
1
4.036,00
10 101.536,41
11
31.315,50
2
6.621,00
1
134,00
0
7
12.230,00
0
0
1
1.638,00
48
173.913,61

58

Hasil pemeriksaan secara sampel pada empat kotama di lingkungan TNI AD


diketahui bahwa permasalahan/sengketa tanah dan bangunan yang umumnya
dihadapi TNI AD, antara lain:
1. Kodam III/Siliwangi
a. Terdapat tanah milik TNI AD tanah seluas 1.166.942 m2 diklaim pihak
lain.
b. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 974.715 m2 yang digugat
masyarakat/rakyat dan badan hukum lainnya dan masih dalam proses
peradilan.
c. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 627.035 m2 disertifikatkan oleh pihak
lain.
d. Terdapat tanah TNI AD seluas 85.801 m2 diperjualbelikan oleh satuan
pemakai.
2. Kodam IV/Diponegoro
a. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 39.049 m2 di klaim pihak lain.
b. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 338.548 m2 digunakan dan dikuasai
oleh instansi pemerintah lainnya dan masyarakat.
c. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 272.076 m2 disertifikatkan oleh
masyarakat dan instansi pemerintah lainnya.
3. Kodam V/Brawijaya
a. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 572.700 m2 digugat rakyat para
penggarap tanah.
b. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 607.200 m2 digarap masyarakat dan
telah diserobot dengan melakukan pengkaplingan atau penyerobotan
tanah.
4. Kodam Jayakarta
a. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 37.211 m2 disertifikatkan oleh pihak
lain.
b. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 10.939.900 m2 dikuasai dan
digunakan oleh masyarakat dan badan hukum lainnya.
c. Terdapat tanah milik TNI AD seluas 220.000,00 m2 diklaim atau digugat
oleh pihak lain.

59

Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Bab VII Pengamanan dan
Pemeliharaan

yang

mengatur

bahwa

BMN

yang

digunakan

oleh

Departemen/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib diamankan secara administrasi,


fisik dan hukum.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Tanah milik TNI AD tidak dapat dipergunakan secara optimal.
b. Potensi kehilangan/pemborosan sumber daya untuk pengurusan sengketa
tanah secara hukum

Hal tersebut terjadi karena :


a. Upaya pengamanan aset secara fisik maupun hukum belum optimal karena
kendala anggaran untuk penyertifikatan tanah, pemagaran dan pemasangan
tanda/plang.
b. Keterbatasan sumber daya dalam rangka penertiban administrasi kekayaan
negara di lingkungan Dephan/TNI.
c. Pengawasan dan pengendalian terkait dengan pengelolaan tanah di
lingkungan TNI AD kurang optimal.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD menyatakan bahwa :


a. Dalam rangka pengamanan aset tanah di lingkungan TNI AD yang telah
menjadi sengketa dengan pihak lain Kasad telah memerintahkan untuk
dibahas

dalam

Rabinniscabzi

sesuai

Surat

Telegram

Dirziad

No.

STR/115/2007 tanggal 11 Juni 2006.


b. Selain itu TNI AD telah menyiapkan langkah-langkah pengamanan aset
tanah dan bangunan TNI AD.
Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI/Kasad agar lebih meningkatkan koordinasi dengan


Instansi/Dinas/lembaga terkait termasuk para wakil rakyat (DPR/DPRD) dan
melakukan

upaya

hukum

secara

maksimal

atas

aset

BMN

yang

bermasalah/sengketa dengan pihak lain.

60

IV. PENILAIAN BMN


Penilaian BMN belum dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti aset
hasil renovasi/perbaikan yang belum dikapitalisasi dan aset yang dilaporkan tanpa
nilai atau dinilai tidak wajar dalam daftar inventaris BMN, dengan rincian temuan
sebagai berikut:
1. Belanja Pemeliharaan di Jajaran TNI AD Tahun 2005 dan 2006 Minimal
Senilai Rp97.640.950.000,00 Belum Dikapitalisasi Dalam Nilai Barang Milik
Negara
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik atas laporan evaluasi
pelaksanaan program kerja dan anggaran balakpus dan kotama di jajaran TNI
AD TA 2005 dan 2006 diketahui terdapat pengeluaran untuk belanja
pemeliharaan atas aset-aset TNI AD dengan nilai yang cukup material
Pengeluaran

tersebut

akan

memperpanjang

masa

manfaat

aset

dan

kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang bagi
TNI AD, dengan demikian harus ditambahkan pada nilai aset yang sudah
tercatat atau dikapitalisasi.
Berikut adalah nilai dari masing-masing belanja pemeliharaan yang harus
dikapitalisasi atau ditambahkan pada aset tetap yang sudah ada, yaitu:
a. Direktorat Zeni Angkatan Darat
1. Pemeliharaan yang dilakukan di tingkat Pusat (Ditziad)
No
A.

Jenis Pemeliharaan
Pemeliharaan Alberzi dan Alzi

Nilai (Rp)
1.813.000.000

Har Alberzi:
Pusdikzi

30.000.000

Gudpuszi

30.000.000

Bengpuszi

423.000.000

Har Alzi Tingkat Pusat:


Yonzikon 11 Menzikon

30.000.000

Yonzikon 12 Menzikon

30.000.000

Yonzikon 13 Menzikon

30.000.000

Yonzikon 14 Menzikon

30.000.000

Aljihandak, Kizijihandak

80.000.000

Alnubika, Kinubika

30.000.000

Rewinding generator unit genset ged.B Mabesad

230.000.000

61

No

Jenis Pemeliharaan

Nilai (Rp)

Har/Peng. Lampu-lampu Komp.Mabesad & Bengpal

420.000.000

Har Lift Gedung C & B Mabesad

150.000.000

Har STP/Plumbing, genset Ged.C, Ged.Utama, &

300.000.000

Ged.B Mabesad
B.

Pemeliharaan Mesin Stasioner

1.

Har Mesin stasioner

2.

Har AC Maditziad

200.000.000

3.

Har & Perb. AC sentral Ged.C Mabesad

360.000.000

4.

Har & Perb. AC split & windows Mabesad

370.000.000

5.

Har AC Split & Windows Komp. Pati GS

310.200.000

1.270.200.000
30.000.000

2. Pemeliharaan yang dilakukan di tingkat daerah (Zidam)


Hasil pemeriksaan laporan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran
kotama di jajaran TNI AD Tahun 2005 dan 2006 dan lapjusik program
pemeliharaan gedung dan bangunan kotama di jajaran TNI AD diketahui
belanja pemeliharaan Kotama atas bangunan dan gedung yang
menambah masa manfaat pada aset tersebut, yaitu antara lain :
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis BMN
BANGUNAN
Har Gedung
Kotamawil
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tanjungpura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Pattimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Jaya
Kotamapus
Kostrad
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kopassus

Nilai Yang Belum Dikapitalisasi


(Rp)

Keterangan
TA 2005

840,000,000.00
1,175,000,000.00
1,100,000,000.00
1,137,000,000.00
1,375,000,000.00
870,000,000.00
795,000,000.00
880,000,000.00
810,000,000.00
925,000,000.00
690,000,000.00
378,000,000.00
435,000,000.00
860,000,000.00
870,000,000.00
690,000,000.00
800,000,000.00

62

No.
18
19
20
21
22
23
24
25

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

51
52
53
54

Jenis BMN
Balakpus
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kodam Jaya
Akmil
Ditziad
Denma Mabesad
Har Rumdis
Kotamawil
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tanjungpura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Pattimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Jaya
Kodam Iskandar Muda
Kotamapus
Kostrad
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kopassus
Balakpus
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kodam Jaya
Ditziad
Denma Mabesad
Jumlah
Har Gedung
Kotamawil
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro

Nilai Yang Belum Dikapitalisasi


(Rp)

Keterangan

850,000,000.00
265,000,000.00
800,000,000.00
310,000,000.00
290,000,000.00
3,812,000,000.00
1,810,000,000.00
3,246,655,000.00

300,000,000.00
710,000,000.00
1,150,000,000.00
990,000,000.00
1,360,000,000.00
800,000,000.00
620,000,000.00
710,000,000.00
660,000,000.00
670,000,000.00
805,000,000.00
700,000,000.00
846,000,000.00
930,000,000.00
960,000,000.00
849,000,000.00
685,000,000.00
805,000,000.00
720,000,000.00
430,000,000.00
330,000,000.00
325,000,000.00
90,000,000.00
710,000,000.00
1,141,345,000.00
44,310,000,000.00
TA 2006
2,541,250,000.00
1,531,000,000.00
1,588,200,000.00
631,400,000.00

63

No.

Jenis BMN

55
56
57
58
59
60
61

Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tanjungpura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Pattimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Jaya
Kotamapus
Kostrad
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kopassus
Balakpus
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Wirabuana
Kodam Jaya
Ditziad

62
63
64
65
66
67
68
70
71
72
73
74

75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94

Har Rumdis
Kotamawil
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tanjungpura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Pattimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Jaya
Kodam Iskandar Muda
Kotamapus
Kostrad
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Kopassus
Balakpus
Kodam II/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro

Nilai Yang Belum Dikapitalisasi


(Rp)
1,723,000,000.00
612,000,000.00
616,000,000.00
437,400,000.00
496,000,000.00
421,500,000.00
1,564,102,000.00

Keterangan

1,322,800,000.00
617,478,000.00
724,900,000.00
435,400,000.00
218,400,000.00
772,506,000.00
874,721,000.00
317,800,000.00
771,000,000.00
270,000,000.00
50,000,000.00
10,598,343,000.00

698,000,000.00
819,000,000.00
1,317,500,000.00
1,253,000,000.00
1,161,000,000.00
513,000,000.00
509,500,000.00
1,007,500,000.00
930,000,000.00
552,500,000.00
1,858,200,000.00
432,000,000.00
1,180,200,000.00
951,801,000.00
479,500,000.00
526,500,000.00
432,000,000.00
530,818,000.00
2,118,608,000.00
420,000,000.00

64

No.

Jenis BMN

95
96
97

Kodam V/Brawijaya
Kodam VII/Wirabuana
Ditziad
Jumlah

Nilai Yang Belum Dikapitalisasi


(Rp)
135,000,000.00
244,000,000.00
3,042,923,000.00
50,247,750,000.00

Keterangan

Belanja pemeliharaan sebesar Rp97.640.950.000,00 (1.813.000.000,00+


1.270.200.000,00 + 44.310.000.000,00 + 50.247.750.000,00) tersebut
belum dikapitalisasi atau menambah nilai aset yang sudah ada.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun
2005, Pernyataan Standard Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 7 antara lain
menyatakan :
a. Paragraf 50 : pengeluaran setelah perolahan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi
manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.
b. Paragraf 51 : kapitalisasi biaya dimaksud pada paragraf 50 harus ditetapkan
dalam kebijakan akuntansi suatu entitas.

Hal tersebut mengakibatkan nilai aset tetap TNI AD yang diungkapkan dalam
neraca

Departemen

Pertahanan

kurang

saji

minimal

senilai

Rp97.640.950.000,00

Hal

tersebut

terjadi

karena

belum

ada

mekanisme

kapitalisasi

untuk

pemeliharaan yang menambah nilai aset tetap yang sudah ada.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa Belanja


Pemeliharaan di jajaran TNI AD TA 2005 dan 2006 telah dilaksanakan dalam
bentuk pemeliharaan material yang telah mengubah kondisi Barang Milik Negara
menjadi lebih baik namun tidak berakibat penambahan aset Barang Milik Negara
tetapi menambah usia pakai dan peningkatan operasional satuan, sehingga tidak
dilaporkan sebagai bentuk penambahan aset IKN.

65

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI/Kasad agar melakukan kapitalisasi atas dana perbaikan


dan pemeliharaan peralatan dan bangunan sesuai dengan ketentuan berlaku.
2. Penilaian Peralatan pada Buku Inventaris TNI AD Belum Dilakukan Secara
Wajar
Penilaian Barang Milik Negara (BMN) diperlukan dalam rangka mendapatkan
nilai wajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nilai wajar atas barang milik
negara yang diperoleh dari penilaian ini merupakan unsur penting dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN.
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa pada TNI AD belum ditetapkan standar
penilaian aset terutama dalam hal ini standar penilaian peralatan. Standar
mengenai metode penilaian peralatan dan satker yang berwewenang melakukan
penilaian belum ditetapkan pada TNI AD. Selama ini penilaian peralatan
dilakukan oleh satkai atau infolahtadam atas dasar harga perolehan dari
pengadaan, sedangkan untuk peralatan yang tidak diketahui nilai pengadaannya
dilakukan taksiran harga pasar dan perkiraan penyusutan pada saat penyusunan
laporan dan dilakukan update setiap kali disusun laporan berikutnya. Selama ini
penilaian peralatan diperlukan untuk mengisi Formulir Isian Barang (FIB) oleh
satkai untuk dilaporkan ke Infolahtadam sebagai data kelengkapan inventaris
peralatan. Belum semua peralatan jenis kendaraan, senjata dan optik telah
dilakukan penilaian, terutama untuk peralatan-peralatan yang hasil pengadaan
pada waktu terlampau lama, dengan rincian :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kotama
Kodam I/BB
Kodam II/Swj
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Kodam VI/Tpr
Kodam VII/Wrb
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/Ptm
Kodam XVII/Tkr
Kodam IM
Kodam Jaya
Jumlah

Kendaraan (Unit)
3.550
6.108
3.130
861
3.128
4.262
1.748
833
1.532
2.665
7.229
35.046

Senjata & Optik (Unit)


16.039
10.927
2.589
375
7.217
8.653
3.165
13
5.448
5.930
60.356

66

Sementara itu peralatan hasil pengadaan TA 2005, 2006 dan 2007 belum
dilakukan

penilaian

karena

hasil

pengadaan

tersebut

belum

dilakukan

pencatatan pada Buku Inventaris Disinfolahtad.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah pada Pasal 38 dinyatakan bahwa penetapan nilai
barang milik negara/daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah
pusat/daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar akuntansi
Pemerintahan, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 01 (PSAP 01)
pada Butir 65 dinyatakan bahwa Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan.
Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat
perolehan.

Hal tersebut mengakibatkan Laporan Tahunan Inventaris yang disusun


Disinfolahtad belum menginformasikan nilai aset peralatan yang wajar.

Hal tersebut terjadi karena Sistem pencatatan aset peralatan pada TNI AD belum
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) khususnya Sistem
Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

Atas Permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa :


a. Berdasarkan Permenhan RI No. Per/13/M/X/2006 tanggal 1 November 2006
tentang Sistem Akuntansi dan Tata Cara Pelaporan Barang Milik Negara di
Lingkungan Dephan/TNI yang antara lain menyatakan bahwa dengan
tertibnya Permen ini Sistem IKMN dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,
namun hingga saat ini di lingkungan Dephan dan TNI masih melaksanakan
langkah-langkah persiapan dalam mengimplementasikan sistem SABMN
dengan batas waktu sampai dengan Desember 2008 sehingga TA 2007

67

masih menggunakan sistem pelaporan IKMN, dan belum mengacu pada


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
b. Data IKMN yang dikirim dari Infolahtadam masih sebagian besar belum
mencantumkan nilai aset atau harga perolehan disebabkan satpor tidak
memperoleh informasi tentang harga materiil dari Pembina Materiil
Pusat/Daerah, sehingga berakibat pada laporan tahunan inventaris belum
menginformasikan nilai aset peralatan.

Sehubungan dengan hal tersebut BPK RI menyarankan kepada Menhan/Panglima


TNI/Kasad agar dalam melakukan pencatatan dan penilaian aset TNI AD mengacu
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) khususnya Sistem Akuntansi Barang
Milik Negara (SABMN).

V. PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN BMN


Pemindahtanganan BMN milik TNI AD tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan di antara aset tersebut telah beralih hak kepada pihak lain secara tidak
prosedural, dengan rincian sebagai berikut :
1. Pemindahtanganan Tanah dan Bangunan Melalui Ruilslag di Lingkungan
TNI

AD

Belum

Sesuai

Ketentuan

yang

Berlaku

dan

Berpotensi

Menimbulkan Kerugian Negara


Ruilslag merupakan suatu kegiatan pengalihan barang milik Negara/daerah yang
dilakukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara
pemerintah daerah, atau pemerintah pusat/daerah dengan pihak lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai
yang seimbang.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas pelaksanaan ruilslag di lingkungan TNI
AD berdasarkan Surat Tugas No. 48/ST/III-XI.1/VI/2006 tanggal 26 Juni 2006
untuk

pemeriksaan

ruilslag

dan pemanfaatan

aset

disimpulkan bahwa

pelaksanaan ruilslag belum sesuai ketentuan yang berlaku dan berpotensi


menimbulkan kerugian negara yaitu :
a. Pelaksanaan ruilslag mendahului izin prinsip dari Menteri Keuangan
Berdasarkan pertimbangan kebutuhan mendesak di lapangan beberapa
pelaksanaan pekerjaan fisik aset pengganti dilakukan jauh sebelum terbitnya

68

izin prinsip dari Menteri Keuangan. Hal ini antara lain terjadi pada aset
pengganti di Desa Ketimang Wonoayu Sidoarjo dalam ruilslag Bengpal
Paldam V/Brawijaya dan aset pengganti Stadion Lapangan Deffile Brigif
15/Kujang dalam ruilslag daerah latihan Kodam III/Siliwangi di Kab. Maja
Jawa Barat.
Sebelum tahap persiapan ruilslag dimulai developer sudah mengajukan
penawaran ruilslag atas tanah dan bangunan TNI AD. Sambil menunggu
tahapan ruilslag selanjutnya developer sudah mulai melaksanakan pekerjaan
fisik aset pengganti sesuai kesepakatan dengan pihak Kodam. Setelah izin
prinsip terbit barulah dilakukan proses lelang yang bersifat formalitas sekedar
memformalkan proses yang sudah berlangsung sebelumnya.
Hal ini menyebabkan wewenang pengendalian Menteri Keuangan sebagai
Bendaharawan

Materiil

Negara

menjadi

berkurang

dan

berpotensi

menimbulkan kerugian negara dalam proses ruilslag karena tidak adanya


persaingan yang sehat antara peserta lelang dan kecenderungan mark up
dalam penilaian aset pengganti berdasarkan NJOP dan indeks harga
bangunan yang lebih tinggi dibandingkan pada saat pekerjaan fisik
sebelumnya.

b. Pemanfaatan aset yang dipertukarkan mendahului perintah Kasad


Pada saat pembangunan aset pengganti sebagian telah dilaporkan selesai
100% (siap digunakan) terkadang Pihak TNI AD mulai memanfaatkan aset
pengganti tersebut untuk kepentingan operasional. Dengan selesainya dan
dimanfaatkannya sebagian aset pengganti tersebut, pihak developer pun
merasa berhak untuk memanfaatkan sebagian aset yang dilepas dengan
menghancurkan aset yang akan dilepas, mendirikan aset baru di atas tanah
yang akan dilepas atau bahkan menyewakan aset tersebut kepada pihak III.
Hal ini antara lain terjadi pada pemanfaatan Mess Korem Jl. Dinoyo 5,7,9
Surabaya sebagai Hotel Istana Permata Dinoyo dan penyewaan aset tanah
eks perumahan Labiomed di Jl. Kemang Jaksel sebagai pusat bisnis.
Praktek pemanfaatan sebagian aset yang dipertukarkan sebelum adanya
serah terima secara keseluruhan meskipun dilakukan secara timbal balik
antara TNI AD dan developer pada dasarnya dapat menimbulkan kerugian

69

negara. Hal ini karena manfaat ekonomis dari pemanfaatan aset TNI AD
untuk kepentingan bisnis developer pasti jauh lebih besar daripada manfaat
teknis dari pemanfaatan aset pengganti untuk kepentingan operasional TNI
AD. Selain itu dapat menimbulkan konsekuensi hukum dengan pihak III
sebagaimana terjadi pada penyewaan tanah eks perumahan Labiomed yang
dialihkan pengelolaannya dari developer kepada Kodam Jaya.

c. Belum ada aturan yang jelas mengenai pengambilalihan dan penilaian


ulang proyek ruilslag
Dengan kompleksitas pekerjaan yang cukup tinggi terkadang pelaksanaan
ruilslag terhenti akibat ketidakmampuan developer melanjutkan pekerjaannya
sesuai

yang

telah

diperjanjikan

dalam

SPTM.

Untuk

memecahkan

permasalahan tersebut developer bekerja sama dengan Pihak III untuk


melanjutkan proyek ruilslag. Karena belum ada ketentuan yang mengatur
tentang pengambilalihan proyek ruilslag tersebut, maka pengambilalihan
proyek ruilslag oleh developer lain seringkali dilakukan secara terselubung
tanpa sepengetahuan pihak TNI AD dan tanpa melalui penilaian (audit) atas
prestasi pekerjaan yang sudah/belum diselesaikan. Hal ini berpotensi
menimbulkan kerugian negara akibat adanya profit taking dari developer
lama dengan membebankan penggantian hak pengelolaan (goodwill) kepada
developer baru yang besarnya jauh melebihi prestasi fisik yang sudah
dikerjakannya, sebagaimana terjadi pada ruilslag 126 Ha tanah TNI AD di
Gunungsari Surabaya.
Selain itu dalam hal proses ruilslag terhenti lama akibat krisis moneter atau
ketidakmampuan developer maka tidak ada ketentuan yang mengharuskan
adanya penilaian ulang secara berkala untuk menyesuaikan dengan
perkembangan nilai aset yang dipertukarkan. Hal ini dapat menimbulkan
kerugian negara karena laju perkembangan nilai aset yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan perkembangan nilai aset pengganti karena umumnya
aset yang dilepas berada di lokasi yang lebih strategis dari pada aset
pengganti.

70

d. Perhitungan nilai aset berpotensi menimbulkan kerugian Negara.


Hasil pemeriksaan atas perhitungan nilai aset yang dipertukarkan dalam
ruilslag yang dilaksanakan di lingkungan TNI AD menunjukkan hasil bahwa
penilaian aset yang di-ruilslag berpotensi menimbulkan kerugian negara
karena nilai aset yang dilepas cenderung di mark-down dan aset yang
diterima cenderung di mark-up. Berikut adalah hasil pemeriksaan secara uji
petik dalam pelaksanaan ruilslag yang menjukkan informasi tersebut, antara
lain:
1) Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q. Kodam Jaya dengan PT
Mercu Buana Raya Contractors adalah Tanah dan Bangunan yang
terletak di Jl. Daan Mogot Jakarta Barat berpotensi menimbulkan
kerugian negara sebesar Rp124.464.365.625,00 yaitu mark down aset
yang dilepas sebesar Rp106.121.200.000,00 dan mark up aset pengganti
sebesar Rp18.343.165.625,00..
2) Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q. Kodam III/Siliwangi dengan
PT Mandirinusa Grahaperkasa adalah Tanah di Desa Cipining, Curug
Bitung, dan Pasir Kecapi Kabupaten Lebak Propinsi Banten berpotensi
menimbulkan kerugian negara yaitu tanah yang dilepas di Kecamatan
Maja

Kabupaten

Lebak

dinilai

terlalu

rendah

sebesar

Rp1.367.238.000,00 dan harga tanah yang akan diterima di Kecamatan


Cimanggu

Kabupaten

Pandeglang

dinilai

terlalu

tinggi

sebesar

Rp20.310.524.800,00.
3) Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya dengan
PT Surya Inti Permata adalah Tanah dan Bangunan yang terletak di Jl.
Rajawali No. 57 Surabaya berpotensi menimbulkan kerugian negara yaitu
nilai aset pengganti dinilai terlalu tinggi sebesar Rp15.235.988.000,00.
4) Ruilslag Tanah Kodam V/Brw di Jl. Gunungsari, Surabaya berpotensi
menimbulkan

kerugian

negara

senilai

Rp7.186.935.600,00

dari

kekurangan nilai aset tanah yang dilepas sebesar Rp4.802.295.600,00


dan dari akumulasi dana angsuran perumahan yang tidak disetor ke Kas
Negara

atau

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan

sebesar

Rp2.384.640.000,00.

71

5) Ruilslag tanah dan bangunan Benglap Paldam V/Brawijaya di Jl. Kasuari


berpotensi menimbulkan kerugian negara dari kekurangan nilai aset
tanah yang dilepas Jl. Kasuari senilai Rp2.006.218.750,00.

e. Aset disewakan kepada pihak ketiga lainnya sebelum pelaksanaan


ruilslag dapat diselesaikan.
Penyelesaian ruilslag tanah dan bangunan Perumahan Dinas Labiomed
Ditkesad di Jl Kemang Jakarta Selatan berlarut-larut karena krisis moneter
sehingga dalam proses penyelesaian tersebut pihak developer menyewakan
aset tersebut kepada pihak lainnya.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen kegiatan ruilslag diketahui sebagai
berikut :
1) Sejak bulan Mei tahun 2001 aset lama dikelola secara bersama-sama
oleh Kodam Jaya dan Developer (PT Aditarina Arispratama) sesuai
dengan Surat Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan Lahan/Tanah Kosong
Milik TNI AD c.q. Kodam Jaya (Bekas Kompleks Perumahan Labiomed di
Jl Kemang Raya Jakarta Selatan) tanggal 9 April 2001 selama 3 tahun.
Dari

kerja

lahan/tanah

sama

tersebut

tersebut

developer

berkewajiban

selaku

pengelola/pemanfaat

memberikan

kontribusi

Rp25.000.000,00 per bulan, sehingga selama 3 tahun pihak developer


berkewajiban memberikan kontribusi sebesar Rp900.000.000,00.
2) Dengan berakhirnya kerja sama pengelolaan aset lama antara Kodam
Jaya dengan PT Aditarima Arispratama pada bulan April 2004,
selanjutnya Kodam Jaya mengambil alih aset lama Lahan/Tanah Kosong
Milik TNI AD c.q. Kodam Jaya (Bekas Kompleks Perumahan Labiomed di
Jl Kemang Raya Jakarta Selatan). Hasil pemeriksaan lebih lanjut
diketahui bahwa Kodam Jaya membuat perjanjian kerja sama sewa
menyewa dengan pihak III dengan kontribusi sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.

Luas
(m2)
1.583
3.373
4.132
5.014
14.102

Waktu
Mulai
Selesai
01/08/2005 01/08/2006
01/08/2005 01/08/2006
01/08/2005 01/08/2006
01/08/2005 01/08/2006

Sewa/bln
(Rp)
12.664.000,00
33.730.000,00
15.000.000,00
15.000.000,00

Total Sewa /tahun


(Rp)
151.968.000,00
404.760.000,00
180.000.000,00
180.000.000,00
916.728.000,00

72

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 350/KMK.03/1994
tanggal

13

Juli

1994

tentang

Tata

Cara

Tukar

Menukar

Barang

Milik/Kekayaan Negara antara lain pada :


1) Pasal 2 yang menyatakan bahwa Tukar menukar Barang Milik/Kekayaan
negara adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaan barang tidak
bergerak milik negara kepada pihak lain dengan menerima penggantian
utama dalam bentuk barang tidak bergerak dan tidak merugikan negara.
2) Pasal 5 dan Lampiran 2 poin c menetapkan bahwa pelaksanaan tukar
menukar

barang

milik

negara

dilakukan

setelah

mendapat

persetujuan/izin prinsip dari Menteri Keuangan/Presiden.


3) Lampiran angka 2 huruf I yang menyatakan bahwa serah terima aset
yang dilepas dan aset pengganti harus dituangkan dalam berita acara
dan baru dapat dilaksanakan apabila :
a) Aset pengganti telah selesai dibangun, siap dipakai baik secara fisik
maupun secara administratif sesuai dengan perjanjian Tukar
Menukar.
b) Hasil Pemeriksaan tim penilik menyatakan bahwa aset pengganti
telah sesuai dengan kontrak/bestek.
c) Aset yang dilepas telah dihapus dengan Surat Keputusan Pejabat
yang berwenang.
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak pada Pasal 4 yang menyatakan bahwa Seluruh Penerimaan Negara
Bukan Pajak wajib disetor ke Kas Negara.

Hal tersebut mengakibatkan pemindahtanganan aset melalui ruilslag tidak


mengikuti ketentuan yang berlaku sehingga berpotensi menimbulkan kerugian
Negara.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Sistem pengendalian intern atas pengelolaan BMN di lingkungan TNI AD
masih lemah.

73

b. Para pelaksana kegiatan ruilslag tidak memahami ketentuan Tukar Menukar


Barang Milik Negara yang telah ditetapkan.

Atas permasalahan tersebut di atas pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa


untuk penertiban kegiatan ruilslag TNI AD telah mengeluarkan Buku Petunjuk
Administrasi Penyelenggaraan Tukar Menukar (Ruilslag) sesuai keputusan
Kasad No. Skep/402/X/2006 tanggal 17 Oktober 2006 dan untuk pengendalian
intern pengelolaan BMN di lingkungan TNI AD akan ditingkatkan dengan
membentuk Tim Peninjau di bawah pimpinan Aslog Kasad.

Sehubungan dengan hal tersebut BPK RI menyarankan Menhan/Panglima TNI


memerintahkan Kasad agar:
a. Mengikuti ketentuan penyelenggaraan tukar menukar (Ruilslag) sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan BMN di
lingkungan TNI AD.

2. Pemindahtanganan Tanah Okupasi di Lingkungan Kodam V/Brawijaya


Dengan Hasil Penjualan Sebesar Rp28.617.052.500,00 Belum Sesuai
Ketentuan
Aset tanah di lingkungan Dephan dan TNI merupakan salah satu komponen
penting dalam pertahanan negara yang harus dikelola secara memadai sehingga
memungkinkan organisasi Dephan, TNI dan Angkatan membangun, membina
dan menggunakan kekuatan pertahanan negara. Dengan fungsi pembinaan
teritorial/kewilayahan yang dijalankan oleh Kodam, UO TNI AD mendapat
pelimpahan tanah baik melalui penyerahan dari KNIL, melalui penguasaan
tanah-tanah bekas peninggalan hak barat (eigendom verponding) yang dimiliki
oleh pihak tertentu namun karena alasan tertentu ditinggalkan oleh pemiliknya,
atau melalui pelimpahan tanah-tanah perkebunan dari Pemda atau Departemen
Teknis.
TNI AD c.q. Kodam selaku penguasa teritorial menguasai tanah-tanah yang
dimiliki oleh pihak tertentu namun karena alasan tertentu ditinggalkan oleh
pemiliknya. Tanah tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam status okupasi TNI
AD dan diadministrasikan secara terpisah dari daftar IKN TNI AD oleh Kodam.

74

Hal ini dilakukan karena TNI AD/Kodam berpendapat bahwa status tanah
okupasi tersebut bukan milik negara/TNI AD, sehingga dapat dilepas/dikeluarkan
atau dihapus dari catatan tanah TNI AD jika pemilik tanah menginginkannya.
Pelepasan tanah okupasi tersebut diatur dalam Surat Kasad No. ST/766/1984
tanggal 23 Juni 1984 tentang prosedur dan tata cara penghapusan/pengeluaran
dari registrasi dan pengembalian kepada pemilik tanah/bangunan okupasi TNI
AD sebagai berikut:
a. Pemohon/pemilik mengajukan permohonan pengembalian tanah/bangunan
kepada Pangdam dilengkapi dengan bukti/bukti kepemilikan.
b. Pangdam membentuk Tim Peneliti tanah dan bangunan okupasi yang
dimohon.
c. Atas dasar permohonan tersebut Pangdam mengajukan permohonan
persetujuan kepada Kasad untuk menghapus dan mengembalikan kepada
pemiliknya.
d. Apabila Kasad mengizinkan akan terbit surat Kasad tentang persetujuan
pengembalian tanah kepada pemiliknya.
e. Setelah persetujuan Kasad turun, oleh Pangdam akan diterbitkan Surat
Keputusan

dan

Penghapusan dari

daftar registrasi

TNI

AD

untuk

dikembalikan kepada pemiliknya.


Pengembalian kepada pemilik yang sah tersebut dilakukan dengan syarat:
a. Sudah siap/tersedia tanah/bangunan penggantinya.
b. Sudah kurang/tidak bermanfaat/digunakan lagi oleh TNI AD.
c. Didukung dengan data autentik berupa bukti/dokumen/surat-surat sah dan
jelas.
d. Ada permohonan tertulis dari pihak yang berkepentingan.
e. Dilaksanakan secara tertib baik administrasi maupun secara fisik.
TNI AD meminta kompensasi kepada pemilik tanah karena ketiadaan anggaran
untuk memindahkan penghuni atau membangun rumah/kantor agar kegiatan
organisasi TNI AD tetap berjalan dan selama ini TNI AD telah menjaga, merawat
dan mengamankan tanah/bangunan tersebut. Dengan diberlakukannya UU No.
4 Tahun 1992 tanggal 10 Maret 1992 yang menyebutkan bahwa sewa menyewa,
peminjaman tanpa dokumen tertulis menjadi tidak berlaku sejak tanggal
diundangkannya Undang-Undang tersebut (kembali ke pemilik) maka diperlukan

75

kemampuan

negosiasi/musyawarah dari pejabat terkait kepada pemilik.

Besarnya kompensasi tergantung hasil negosiasi karena secara yuridis formil


TNI AD pada posisi yang lemah karena tidak didukung dengan bukti
kepemilikan, sedangkan pihak pemilik menunjukkan bukti kepemilikan.
Uji petik terhadap pelepasan tanah dengan status okupasi TNI AD menunjukkan
bahwa

pengamanan

terhadap

tanah

okupasi

dan

proses

pelepasan/pengembalian kepada pemilik masih lemah sehingga ditemukan


beberapa permasalahan antara lain pelepasan 19 bidang tanah okupasi di
lingkungan Kodam V/Brawijaya tidak sesuai ketentuan dan hasil kompensasi
belum dapat dipertanggungjawabkan
Berdasarkan hasil inventarisasi tanah okupasi Kodam V/Brawijaya tahun 2002
diketahui bahwa Kodam V/Brawijaya menguasai + 900 bidang tanah dengan
status okupasi di seluruh Jawa Timur. Dari jumlah bidang tanah tersebut,
sebanyak 18 bidang diantaranya telah dikembalikan kepada pihak III sebagai
pemiliknya tanpa melalui prosedur permintaan izin dari Kasad.
Berdasarkan keterangan dari Kol. CZI, Samsu Hadi Nugroho selaku mantan
Kazidam V/Brawijaya dan Aslog Kasdam V/Brawijaya pada tahun 2002-2005,
dalam rangka melaksanakan ST Kasad tersebut dan untuk mengamankan tanah
okupasi TNI AD di wilayah Kodam V/BRW, Kazidam V/BRW pada tahun 2002
(Kolonel CZI Samsu Hadi Nugroho) menyampaikan surat No. B/399/VII/2002
tanggal 23 Juli 2002 kepada seluruh Kepala Kantor BPN di wilayah Kodam
V/BRW (Jawa Timur) untuk tidak memproses penyertifikatan tanah okupasi TNI
AD oleh Pihak III tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan pihak Kodam
V/Brawijaya.
Proses pelepasan tanah-tanah okupasi TNI AD di wilayah Kodam V/BRW
tersebut dilakukan oleh Aslogdam V/BRW (pada saat itu dijabat oleh Kolonel CZI
S.H. Nugroho) sebagian besar terkonsentrasi di Surabaya dan Malang.
Pelepasan tanah okupasi tersebut tidak dilaporkan kepada Staf Logistik Kasad
untuk mendapatkan restu Kasad dengan pertimbangan prosesnya akan cukup
lama dan dihadapkan pada desakan masyarakat yang cukup kuat pada saat itu
yang menuntut segera diproses pengembalian hak mereka oleh Kodam V/BRW
atas tanah yang mereka miliki dan atau tempati tersebut.

76

Dalam proses negosiasi untuk mendapatkan kompensasi atas tanah dan


bangunan okupasi yang akan dilepas TNI AD c.q. Kodam V/BRW, Kodam
V/BRW telah berupaya untuk mendapatkan nilai kompensasi yang layak, namun
hasilnya tergantung pada kuat tidaknya kekuatan hukum TNI AD c.q. Kodam
V/BRW

atas

penguasaan

tanah

tersebut

dan

tergantung

kesanggupan/kemampuan dari pihak III dalam memberikan kompensasi.


Sehingga dari hasil negosiasi tersebut ada yang memberikan kompensasi
namun ada pula yang tidak memberikan kompensasi. Dana yang diperoleh
sesuai petunjuk Pangdam V/Brawiijaya digunakan untuk pengadaan dan
pembangunan fasilitas yang diperlukan Kodam V/Brawijaya.
Kasus pelepasan tanah okupasi TNI AD tanpa izin Kasad ini ditemukan dalam
wasrik Itjenad. Kemudian dibentuklah tim Bakorlaktibad yang bersifat lintas
bidang (Itjnenad, Puspomad, Diskumad dan Slogad) untuk meneliti masalah
tersebut. Bakorlaktibad berpendapat bahwa perlu dilakukan negosiasi ulang atas
pelepasan tanah okupasi tersebut supaya mendapat nilai kompensasi yang lebih
banyak.
Penanganan kasus ini kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan tim Slogad
untuk melaksanakan negosiasi ulang guna mendapatkan kompensasi yang
sesuai (dalam ketentuan tidak tertulis dari Slogad perhitungan nilai kompensasi
tersebut antara 40% s.d. 50% dari NJOP aset tanah dan bangunan okupasi)
terutama bagi pihak pemohon yang masih belum sesuai dan belum memberikan
kompensasi sekaligus untuk menyelesaikan/penertiban proses administrasi
penyerahan tanah/bangunan kepada pemilik/pemohon secara prosedur yang
berlaku.
Pada saat pemeriksaan BPK RI Agustus 2006 proses negosiasi ulang tersebut
sedang berjalan yang rencananya dari dana tambahan kompensasi akan
digunakan

untuk

pembangunan

beberapa

fasilitas

pangkalan

Kodam

V/Brawijaya.
Berdasarkan pemeriksaan BPK RI atas manajemen aset pada jajaran Kodam
V/Brawijaya

pada tahun 2007 diketahui bahwa negosiasi ulang telah

dilaksanakan oleh tim Slogad dan menghasilkan tambahan nilai setelah


negosiasi, dengan uraian sebagai berikut :

77

No.
1.

Tanah
Jl. Progo No.1 Surabaya

2.
3.
4.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Jl.Wr Supratman No.6 Surabaya


Jl. Alun-Alun Timur No.3 Bangil Pasuruan
Jl. Dr. Wahidin No.31 Lawang Malang
Jl.Panglima Besar Sudirman No.121 Kota
Batu
Jl. Jakarta No.45 B Malang
Jl. Mayjen Wiyono Malang
Jl. Wr Supratman No.19 Malang
Jl. Arjuna No.16 Malang
Jl. Guntur No.27 Malang
Jl. Ahmad Yani No.50 Nganjuk
Jl. Panjaitan No.8 Lumajang
Jl. Wahid Hasyim N0.25-27 Jombang
Jl. Bromo No.8 Malang
Jl. Ijen No.42 Malang
Jl. Merbabu No.16 Malang
Jl. Panggung No.9 Malang
Jl. Blitar No.5 Malang

19.

Jl. Pattimura No.146 Kediri

5.

Nilai Kompensasi
2,593,363,500

Jml Diterima
Sebelumnya
1,750,000,000

Tambahan Setelah
Negosiasi
650,000,000

Jml Kekurangan
(Kelebihan)
193,363,500

976,050,000
622,200,000
326,979,000

650,000,000
325,000,000
180,000,000

250,000,000
-

76,050,000
297,200,000
146,979,000

426,619,000

375,000,000

51,619,000

425,850,000
638,625,000
15,803,000,000
275,642,000
384,655,750
382,200,000
282,030,000
2,110,100,000
386,101,000
1,034,806,000
384,176,500
532,720,000
257,336,250

475,000,000
900,000,000
8,595,079,000
250,000,000
220,000,000
200,000,000
400,000,000
180,000,000
540,000,000
180,000,000
-

106,250,000
100,000,000
7,209,921,000
50,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
160,000,000
200,000,000
100,000,000
-

(155,400,000)
(361,375,000)
(2,000,000)
225,642,000
74,655,750
112,200,000
42,030,000
1,550,100,000
386,101,000
654,806,000
(155,823,500)
252,720,000
257,336,250

100,000,000

(100,000,000)

9,076,171,000

4,320,802,500
28,617,052,500

15,220,079,000

Total Nilai 19 persil aset

Keterangan

tanpa kompensasi berdasarkan


keputusan pengadilan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa total nilai dari pelepasan aset tanah
sebanyak 19 persil adalah senilai Rp28.617.052.500,00. Dari dana sebesar
Rp28.617.052.500,00 tersebut telah digunakan sebesar Rp11.644.969.000,00
dengan rincian sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.

4.

Penggunaan
Digunakan oleh Brigjen Purn.
Soejito
Rumdis K-38/7 KK
Pajak dan Akte
Digunakan Kodam
Mess Kowad 383,25 m2
Rumdis Kumdam K-45 7 KK
Rumdis Rem 084 H-70/10 KK
Yonif-500/R dan 514/K
Rehab Rumjab Pangdam
Ganti rugi pesangon kepada:
- Gunawan dan Siti T-70
- Fa Any S.
- Sukartini/Sukirno
- Rumdis RB 18 KK
Digunakan Kodam
Polkes 1 bh 164 m2

Nilai (Rp)

Keterangan

1,750,000,000 Jl. Progo No.1 Surabaya


240,000,000 Jl. Mayjen Wiyono Malang
27,500,000
632,500,000
2,407,616,000 Jl. Wr Supratman No. 19 Malang
476,066,000
1,118,027,000
1,139,870,000
500,000,000
338,000,000
200,000,000
500,000,000
1,227,500,000
688,000,000
135,770,500 Jl. Wahid Hasyim 25-27 Jombang

78

No.

Penggunaan
STK 1 bh 138 m2
Digunakan Kodam

Nilai (Rp)
114,119,500
150,000,000
11,644,969,000

Keterangan

Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa dari kekurangan dana senilai


Rp4.320.802.500,00 telah diperoleh sebesar Rp1.400.000.000,00 dan dari dana
tambahan setelah negosiasi sebesar Rp9.074.271.000,00 telah diterima sebesar
Rp8.934.271.000,00

sehingga

masih

terdapat

kekurangan

pengembalian

sebesar Rp3.060.802.500,00.
Selain itu sebagian dana tersebut direncanakan digunakan untuk pembangunan
dan renovasi pangkalan jajaran Kodam V/Brawijaya senilai Rp9.076.271.000,00.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Kegiatan
Pembangunan Primkopad Denma Dam V/Brawijaya
Pembangunan Rumah Ban Yonif 500/R 1 bh
Pembangunan Rahlat di Sidodadi Lawang Malang
Renovasi Masjid A-Taqwa Kodam V/Brawijaya
Renovasi Balai Prajurit
Renov. BKIA dan Poliklinik Jl. Gunungsari 66-68 Sby dan pesangon 2 KK
Renovasi Rupang, Pembangunan 5 Kamar Asisten, Pembangunan Mushola & Ren. Aula
Rehab Mess Matraman dan Wahidin II Jakarta
Sertifikasi tanah IKN TNI AD di Surabaya
Urugan Lapangan Rampal Malang 52.000 m3
Renovasi Staltahmil Pomdam V/Brawijaya
Renovasi barak menjadi K-45 6 KK Yonif 511
Pengadaan 1 buah Genset 500 KVA untuk balai prajurit
Pembangunan rumah Genset
Pembelian tanah 5000 m2
Penutupan gedung Balai Prajurit dengan aluminium dan kaca

Nilai (Rp)
456,887,000.00
275,000,000.00
1,697,116,000.00
186,687,000.00
750,000,000.00
650,000,000.00
2,400,000,000.00
392,830,000.00
229,177,000.00
500,000,000.00
200,000,000.00
241,482,000.00
500,000,000.00
155,000,000.00
192,092,000.00
250,000,000.00
9,076,271,000.00

Pada saat pemeriksaan oleh BPK RI atas manajemen aset di Kodam


V/Brawijaya diketahui bahwa masih terdapat dana yang disimpan oleh Kodam
V/Brawijaya sebesar Rp9.987.155.000,00 dan disimpan oleh Pekas TNI pada
Kodam V/Brawijaya. Yang terdiri dari:
a. Tabungan BNI 46

Rp1.000.000.000,00

b. Deposito BNI 46

Rp8.000.000.000,00

c. Tabungan BCA

Rp 313.271.000,00

d. Tabungan BNI 46

Rp 673.884.000,00

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat dana sebesar


Rp3.924.126.500,00 yang belum jelas pertanggungjawabannya dan penggunaan

79

dana sebesar Rp11.644.969.000,00 yang belum dapat dipertanggungjawabkan,


dengan rincian sebagai berikut :

1
2
3
4

Nilai Pelepasan Tanah 19 Persil


Jml Kekurangan yg belum tertagih
Telah digunakan
Disimpan di Pekas TNI

28,617,052,500
(3,060,802,000)
(11,644,969,000)
(9,987,155,000)
3,924,126,500

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


b. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara :
1) Pasal 3, yang menyatakan bahwa Keuangan Negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
2) Pasal 2, yang menyatakan bahwa Keuangan Negara meliputi antara lain:
a) huruf h: Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan
umum;
b) huruf i: Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.
c. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 1997 tanggal 8 Juli 1997
tentang Pendaftaran Tanah :
1) Pasal

yang

menyatakan

bahwa

pendaftaran

tanah

bertujuan

diantaranya untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan


hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah
susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
2) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan
sertifikat hak atas tanah.
3) Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa sertifikat merupakan surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya,

80

sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang
ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Pelepasan aset okupasi oleh pejabat yang tidak berwenang membuka
peluang terjadinya kolusi dan penyerahan kepada pihak yang tidak berhak.
b. Penerimaan dana hasil penjualan sebesar Rp28.617.052.500,00 tidak
disetor/dilaporkan sebagai penerimaan Negara tetapi digunakan langsung
dan direncanakan digunakan untuk kegiatan satuan dan kegiatan lain.
c. Penggunaan dana tidak dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:
1) Penggunaan

dana

oleh

Brigjen

Purn.

Soejito

sebesar

Rp1.750.000.000,00 tidak jelas peruntukannya.


2) Penggunaan dana oleh Kodam sebesar Rp1.470.500.000,00 tidak jelas
peruntukannya.
3) Terdapat selisih penggunaan dana sebesar Rp3.924.126.500,00 tidak
jelas peruntukannya.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Adanya kebijakan Pimpinan TNI AD untuk memisahkan pengelolaan aset
tanah selain yang telah terdaftar dalam daftar IKN Dephan.
b. Adanya keterbatasan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan
pangkalan sehingga memaksa pelaksana mencari sumber pembiayaan lain
termasuk dari dana kompensasi dan hasil pemanfaatan lahan perkebunan.

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD menyatakan bahwa TNI AD banyak


memiliki aset yang dari pinjam pakai/maupun sewa dari instansi lain, perorangan
dan bukan merupakan inventaris kekayaan negara yang suatu saat harus
dikembalikan kepada pemiliknya yang sah. Hal ini telah diatur dengan Surat
Telegram Kasad Nomor: ST/766/1984 tanggal 23 Juni 1984 dan mengharapkan
mendapat kompensasi dari para pemilik untuk menampung operasional satuan
pemakai dan menambah aset IKN di lingkungan TNI AD.

81

Sehubungan

dengan

hal

tersebut,

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI memerintahkan kepada Kasad agar:


a. Melakukan penyelidikan dan menyerahkan kepada proses hukum sesuai
dengan ketentuan berlaku atas kasus pelepasan aset tanah TNI AD yang
tidak sesuai dengan ketentuan dan hasilnya disampaikan kepada BPK RI.
b. Memerintahkan Pangdam V/Brawijaya untuk mempertanggungjawabkan
dana senilai Rp3.924.126.500,00 yang belum jelas peruntukannya.
c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas aset tanah okupasi.

3. Hibah tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brw seluas 8,8 Ha untuk pembangunan
jalan tol simpang susun Waru Surabaya Tahun 1998 berindikasi KKN dan
merugikan negara minimal senilai Rp13.344.252.200.00
Dalam rangka mengurangi kemacetan arus lalu lintas kota Surabaya terutama
pada pertemuan arus lalu lintas di Bundaran Waru, Pemerintah c.q. Departemen
Pekerjaan Umum merencanakan untuk membangun jalan tol simpang susun
Waru-Tanjung Perak Surabaya. Setelah melalui proses tender di Departemen
Pekerjaan Umum, PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk (CMNP) ditetapkan
sebagai pemenang tender proyek pembangunan jalan tol simpang susun Waru
Surabaya (Proyek SERR) berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum kepada
Dirut PT Jasa Marga (Persero) No. PM.01.04-MN/96 tanggal 20 Maret 1996.
Untuk merealisasikan proyek SERR tersebut PT CMNP membentuk perusahaan
patungan dengan PT Jasa Marga yaitu PT Citra Margatama Surabaya.

Merujuk kepada pasal 13 UU No. 13 Tahun 1980 jo. pasal 10 Peraturan


Pemerintah No. 8 Tahun 1990 yang mengatur bahwa penyediaan dan
penyelenggaraan jalan tol di Indonesia sepenuhnya merupakan wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah c.q. Departemen Pekerjaan Umum c.q. Ditjen Bina
Marga,

maka

Dirjen

Bina

Marga

mengeluarkan

surat

keputusan

No.

05/KPTS/Db/1998 tanggal 12 Januari 1998 tentang Penunjukan Petugas


Operasional Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Simpang Susun
Waru-Tanjung Perak TA. 1998/1999.

82

Berdasarkan Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) dari


Gubernur KDH Tk. I Jawa Timur No.188/17/SK/04/1998 tanggal 13 Januari
1998, sebagian tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya yang berlokasi di
Kelurahan Dukuh Menanggal Kecamatan Wonocolo Kodya Surabaya seluas
88.200 m2 Ha akan terkena proyek tersebut.
Untuk persiapan konstruksi sambil menunggu proses pembebasan tanah oleh
Ditjen Bina Marga, PT CMNP telah mengajukan permohonan izin kepada Kodam
V/Brawijaya melalui surat Pimpinan Proyek SERR No. 77/PP.CMNP/SBY/I/1998
tanggal 6 Januari 1998 perihal permohonan izin untuk meminjam/menggunakan/
membangun lebih dahulu jalan tol di atas lahan TNI AD tersebut. Kodam V
kemudian menyetujui permohonan Pimpro SERR tersebut melalui surat No.
B/97/II/1998 tanggal 16 Februari 1998 perihal izin penggunaan lahan Kodam
V/Brawijaya untuk persiapan pembangunan Jalan Tol.

Pihak Ditjen Bina Marga pun telah mengajukan izin kepada Kodam V/Brawijaya
melalui surat Petugas PO Bina Marga No. TN.01.01/PO-SSWP/III/98.02 tanggal
24 Maret 1998 perihal permohonan pemanfaatan lahan Kodam V Brawijaya di
Kelurahan Dukuh Menanggal Surabaya dan surat No. TN.01.01/PO-SSWP/IV/98
tanggal 27 April 1998 tentang permohonan untuk menghibahkan lahan Kodam
V/Brawijaya di Desa Menanggal Surabaya. Perubahan substansi permohonan
dari pemanfaatan menjadi hibah dilakukan dengan pertimbangan bahwa
kepemilikan jalan tol dan seluruh tanah di atas mana jalan tol didirikan berada
pada pemerintah.

Kesepakatan penyelesaian melalui proses hibah tersebut secara administrasi


tertuang dalam Berita Acara No. 06/BA-CMNP/IV/1998 tanggal 30 April 1998
perihal Penyerahan Bantuan Dana Dari PT CMNP (diwakili oleh Ir. Eko Yuwono
(Pimpro SERR) dan Benny Hakim Setiawan SH (Biro Hukum CMNP) yang
bertindak untuk dan atas nama Direksi CMNP) Kepada Kodam V/Brawijaya
(diwakili oleh Mayjen TNI Djaja Suparman, S.IP sebagai Pangdam V/Brawijaya),
yang memuat butir kesepakatan antara CMNP dan Kodam V Brawijaya terkait
penyelesaian hibah tanah Kodam V/Brawijaya lain:

83

a. Pihak Kodam menyerahkan tanah Hak Pakai Kodam V/Brawijaya seluas


88.200 m2 di Dukuh Menanggal Kecamatan Gayungan Kodya Surabaya
kepada Ditjen Bina Marga dengan status hibah yang akan digunakan untuk
pembangunan jalan tol simpang susun Waru oleh CMNP. Pengalihan hak
atas tanah Kodam V/Brawijaya kepada Ditjen Bina Marga akan diselesaikan
langsung antara Kodam V/Brawijaya dengan Ditjen Bina Marga sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku.

b. Atas izin penggunaan Hak Pakai lahan Kodam V/Brawijaya tersebut, Pihak
CMNP memberikan bantuan dana kepada Kodam V/Brawijaya sebesar
Rp17.640.000.000,00 yang selanjutnya akan digunakan untuk keperluan
pengadaan

tanah

cadangan

Kodam

V/Brawijaya

dan

pembangunan/perbaikan bangunan kantor dan perumahan serta fasilitas


lainnya satuan jajaran Kodam V/Brawijaya yang sepenuhnya menjadi
wewenang dan tanggung jawab Kodam V/Brawijaya. Berita acara tersebut
berlaku juga sebagai tanda bukti penerimaan uang (kwitansi) bantuan dari
CMNP oleh Kodam V/Brawijaya.

Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut atas administrasi dan dokumentasi yang


diselenggarakan oleh Kodam V/Brawijaya, pengecekan fisik di lapangan serta
konfirmasi kepada pelaksana Kodam V/Brawijaya terkait proses hibah tanah
Kodam V/Brawijaya untuk keperluan pembangunan jalan tol simpang susun
Waru diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Tanah TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya seluas 88.200 m2 tersebut


merupakan pemberian dari Pemda Tk I Jawa Timur dengan sertifikat Hak
Pakai No. 5/K Tahun 1986 atas nama Kodam V/Brawijaya. Hak Pakai
tersebut diberikan selama tanah tersebut dipergunakan dalam pelaksanaan
tugas-tugas Kodam V/Brawijaya (dh. Kodam VIII/Brawijaya). Gubernur KDH
Tk I Jawa Timur selaku pemberi Hak Pakai memberikan disposisi pada
sertifikat Hak Pakai No. 1 (asal pecahan persil) bahwa Hak Pakai yang
diberikan kepada Kodam V/Brawijaya tersebut tidak boleh dialihkan dalam

84

bentuk apapun baik untuk sebagian ataupun seluruhnya kepada siapa pun
tanpa izin tertulis dari Gubernur KDH Tk. I Jawa Timur.

b. Realisasi

pengadaan

tanah

cadangan

Kodam

V/Brawijaya

dan

pembangunan/perbaikan bangunan kantor dan perumahan serta fasilitas


lainnya satuan jajaran Kodam V/Brawijaya yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab Kodam V/Brawijaya adalah sebagai berikut:

1) Tanah cadangan Kodam V/Brawijaya telah diadakan oleh Aslog Kasdam


V/Brawijaya pada tahun 1998 atas perintah lisan Pangdam V/Brawijaya
dengan lokasi di Desa Pasrepan, Kecamatan Pasrepan Kabupaten
Pasuruan. Berdasarkan Nota Dinas Aslog Kasdam V/Brawijaya kepada
Pangdam V/Brawijaya No. B/ND/353/VI/1998/Slog tanggal 27 Juni 1998
perihal Laporan Perkembangan Pembelian Tanah di Desa Paserpan,
dilaporkan bahwa pembebasan tanah telah dilaksanakan seluas 202.000
m2 dengan perincian biaya sebagai berikut:
a) Harga beli tanah 202.000 m2 @Rp3.000,00

Rp 606.000.000,00

b) Bantuan Biaya Balik Nama/PPAT 50%

Rp

7.575.000,00

c) Pembuatan patok 75 buah

Rp

1.000.000,00

Total Biaya

Rp 614.575.000,00

Dana yang diterima + bunga (Rp6.040.000,00)

Rp 546.040.000,00

Kekurangan

Rp 68.535.000,00

Berdasarkan penelitian terhadap administrasi pengadaan tanah diketahui


bahwa tanah yang diadakan terdiri dari 62 bidang dengan luas 189.690
m2 dengan harga pembelian sebesar Rp332.770.500,00. Pembebasan
dilaksanakan dengan menggunakan atas nama pribadi 4 personil Kodam
V/Brawijaya pada tahun 1998 yaitu Kol. Inf. Sudjarwo (Aslog Kasdam
V/Brawijaya), Kol Czi Maskup (Kazidam V/Brawijaya), Letkol Djasmin
Senos (Waaslog Kasdam V/Brawijaya), Mayor Czi HM Koesno
(Pabandya Jaslog Kodam V/Brawijaya, dengan perincian sebagai berikut:

85

No.

Pembeli

Bidang

Luas

Harga Beli

(m2)

(Rp)

SHM

a)

Kol. Inf. Sudjarwo

16

42,740

55,363,500

11

b)

Kol. Czi. Maskup

16

50,060

67,581,000

14

c)

Letkol Djasmin Senos

11

49,225

138,240,000

d)

Mayor Czi. H.M. Koesno

19

47,665

71,586,000

Total

62

189,690

332,770,500

32

Akta jual beli dari 62 bidang tanah tersebut secara administrasi telah
diserahterimakan tanpa syarat kepada Kodam V/Brawijaya pada tanggal
4 Maret 2002 sesuai surat pernyataan masing-masing personil tersebut
bahwa penggunaan nama pribadi mereka dilakukan semata-mata untuk
memudahkan proses pembebasan/peralihan demi kepentingan Kodam.

Pihak Zidam V/Brawijaya telah melakukan sertifikasi atas 62 bidang


tanah tersebut. Hingga saat pemeriksaan berakhir tanggal 12 Agustus
2006 telah terbit sertifikat hak milik atas 32 bidang tanah tersebut.
Penelitian terhadap sertifikat yang telah selesai menunjukkan bahwa 31
sertifikat tanah tersebut masih atas nama pribadi personil Kodam yang
melakukan pembebasan tanah terdahulu.

2) Pembangunan/perbaikan bangunan kantor dan perumahan serta fasilitas


lainnya satuan jajaran Kodam V/Brawijaya telah dilakukan pada tahun
1998,

namun

tidak

terdapat

kelengkapan

administrasi

kegiatan

pembangunan/perbaikan yang dikelola oleh Zidam V/Brawijaya. Hasil


permintaan keterangan kepada Kol. Maskup, SIP (mantan Kazidam
V/Brawijaya tahun 1998) diperoleh informasi sebagai berikut:

a) Kazidam

V/Brawijaya

tidak

pernah

dilibatkan

dalam

proses

perencanaan dan administrasi proyek pembangunan/perbaikan aset


Kodam V/Brawijaya. Menurut Kazidam V/Brawijaya hal itu disebabkan
karena kegiatan pembangunan/perbaikan aset Kodam tersebut bukan
merupakan program Kodam V/Brawijaya dan tidak menggunakan
alokasi APBN Kodam V/Brawijaya namun menggunakan dana dari

86

pihak III. Keterlibatan Zidam V/Brawijaya berdasarkan perintah lisan


Pangdam V/Brawijaya hanya sebatas mengawasi pelaksanaan fisik
proyek tanpa dibekali dengan gambar bestek dan RAB.

b) Pembayaran termin dilakukan sendiri oleh Pangdam V/Brawijaya


kepada rekanan. Kazidam V/Brawijaya tidak pernah dilibatkan dalam
urusan keuangan baik mengenai dana kompensasi dari CMNP
kepada Kodam V/Brawijaya maupun pembayaran dari Kodam
V/Brawijaya kepada rekanan yang mengerjakan pembangunan dan
rehabilitasi aset kompensasi hibah.

c) Untuk pembayaran termin, secara berkala Pangdam V/Brawijaya


meminta

informasi

persentase
Informasi

fisik

penyelesaian

tersebut

menanyakan

kepada

kepada

diperoleh
staf

Kazidam

V/Brawijaya

pembangunan
Kazidam

proyek

dan

mengenai
rehabilitasi.

V/Brawijaya

(rekanan)

dan

dengan

staf

Zidam

V/Brawijaya mengenai kemajuan fisik pekerjaan.

d) Keseluruhan kegiatan pembangunan/perbaikan bangunan kantor dan


perumahan serta fasilitas lainnya satuan jajaran Kodam V/Brawijaya
menurut Kazidam V/Brawijaya adalah sebagaimana yang tertuang
dalam Berita Acara No. 06/BA-CMNP/IV/1998 tanggal 30 April 1998
(versi kedua) yaitu:

No.

Pekerjaan

Vol.

(1)

Pemb. Makodam V/Brawijaya Lt III dan IV

2.400 m2

(2)

Rehab. Gd. Makodam V/Brawijaya

1.920 m2

(3)

Rehab. Asrama Ki C Yon 521, Tuban

3.964 m2

(4)

Pemb. Mess Perw. Kodam V/Brawijaya di Jkt

(5)

Pemb. Kantor Yayasan Kartika Jaya

73 m2

(6)

Rehab. Kantor Ketua Persit PD V/Brawijaya

36 m2

(7)

Pemb. Pagar Balai Kartika

431 m

576 m2

87

e) Kazidam

V/Brawijaya

tidak

dapat

menentukan

nilainya

aset

kompensasi tersebut secara pasti. Namun berdasarkan dokumentasi


yang ada dapat diperkirakan sebagai berikut:
(1) Pembangunan

Makodam

V/Brawijaya

diperkirakan

sekitar

Rp1.810 juta berdasarkan RAB dari proposal yang diajukan


rekanan PT Budiarto Hanjoyo kepada Pangdam V/Brawijaya.
Kazidam V/Brawijaya pernah diminta pendapatnya oleh Pangdam
V/Brawijaya mengenai proposal pekerjaan pembangunan Lt III
dan IV Makodam V/Brawijaya senilai Rp1,8 miliar seluas 2.400
m2 yang menurut pertimbangan Kazidam V/Brawijaya termasuk
harga yang wajar pada saat itu (1998).
(2) Rehab Gedung Makodam V/Brawijaya diperkirakan sekitar Rp218
juta berdasarkan Laporan Prakiraan RAB dari CV Hellia kepada
Pangdam V/Brawijaya tanggal 18 Mei 1998 dengan perincian
sebagai berikut:
No.

Pekerjaan

Nilai (Rp)

(a)

Ganti keramik Gedung administrasi

78,490,000.00

(b)

Penambahan ruang istirahat asisten

72,831,000.00

(c)

Renovasi interior Ruang Bina Yudha

66,880,000.00

Total

218,201,000.00

(3) Rehab Asrama Kompi C Batalyon 521, Tuban diperkirakan senilai


Rp940 juta berdasarkan salinan perincian pekerjaan tersebut
(tanpa tanggal dan tidak diketahui nama rekanannya) dengan
perincian sebagai berikut:
No.

Pekerjaan

Nilai (Rp)

(a)

Pekerjaan baru

289,700,000.00

(b)

Pekerjaan Rehabilitasi

521,228,000.00

(c)

Pekerjaan Sarana
Sub Total

(d)

Komisi Pemborong 10%


Total

43,635,000.00
854,563,000.00
85,456,300.00
940,019,300.00

88

(4) Pekerjaan lainnya berupa pembangunan mess perwakilan Kodam


V/Brawijaya di Jakarta, pembangunan Kantor Yayasan Kartika
Jaya di Surabaya, Rehab. Kantor Ketua Persit PD V/Brawijaya di
Surabaya, dan pembangunan pagar Balai Kartika tidak diperoleh
bukti

tertulis

untuk

menilai

pekerjaan

tersebut.

Namun

berdasarkan standar harga satuan pekerjaan yang dikeluarkan


TA. 1999/2000 Bappenas dengan menggunakan indeks tertinggi
sesuai lokasi pekerjaan Tim Pemeriksa memperkirakan nilai
pekerjaan sebagai berikut:
No.
(a)
(b)
(c)
(d)

Pekerjaan
Pemb. Mess Perw. Kodam
V/Brawijaya di Jkt
Pemb. Kantor Yayasan Kartika
Jaya di Sby
Rehab. Kantor Ketua Persit PD
V/Brawijaya di Sby
Pemb. Pagar Balai Kartika di
Sby
Total

3) Berdasarkan

perbandingan

Vol

Sat

Indeks ((Rp)

Nilai (Rp)

576

m2

1,300,000.00

748,800,000.00

73

m2

1,300,000.00

94,900,000.00

36

m2

1,300,000.00

46,800,000.00

431

m'

222,000.00

95,682,000.00

antara

986,182,000.00

perkiraan

nilai

aset

yang

dibangun/diperbaiki dengan nilai dana kompensasi yang diterima Kodam


V/Brawijaya dari CMNP maka masih terdapat kekurangan senilai
Rp13,344,252,200.00 yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan
perincian sebagai berikut:

No.

Uraian Pekerjaan

Nilai (Rp)

a)

Pengadaan Tanah

b)

Pembangunan Lt III dan IV Gedung Makodam V/Brw

c)

Rehab Asrama Kompi C Batalyon 521

940,019,300.00

d)

Rehab Gedung Makodam V/Brw

218,201,000.00

e)

Pemb. Mess Perw. Kodam V/Brawijaya di Jkt

748,800,000.00

f)

Pemb. Kantor Yayasan Kartika Jaya di Sby

94,900,000.00

g)

Rehab. Kantor Ketua Persit PD V/Brawijaya di Sby

46,800,000.00

h)

Pemb. Pagar Balai Kartika di Sby

95,682,000.00

Total

341,345,500.00
1,810,000,000.00

4,295,747,800.00

Penerimaan Dana Kompensasi

17,640,000,000.00

Kekurangan

13,344,252,200.00

89

c. Kesepakatan antara CMNP dan Kodam V/Brawijaya telah dilaporkan


Pangdam V/Brawijaya kepada komando atas dalam suratnya kepada Kasad
No. B/294/IV/1998 tanggal 30 April 1998 tentang kompensasi tanah hak
pakai Kodam V/Brawijaya. Atas pengajuan tersebut Kasad dalam suratnya
No. B/982-04/25/274/Set tanggal 9 Oktober 1998 memerintahkan kepada
Pangdam V/Brawijaya untuk memproses kelengkapan administrasi dalam
rangka rencana hibah tanah Kodam kepada Ditjen Bina Marga. Perintah ini
ditindaklanjuti dengan pengurusan rekomendasi dari Kanwil Anggaran
sebagai salah satu syarat administrasi hibah tersebut sesuai surat Pangdam
V/Brawijaya kepada Kanwil Anggaran No. B/15/I/1999 tanggal 6 Januari
1999.

d. Hingga saat pemeriksaan berakhir proses hibah tersebut terhenti karena


rekomendasi dari Kanwil Anggaran Jawa Timur belum terbit. Selain itu
terdapat gugatan dari masyarakat a.n. Abu Subiran yang menuntut melalui
kuasa hukumnya Sdr. Farug Asegaf, SH atas lahan no. 446 persil 28 S-II
seluas 10.117 m2 yang termasuk dalam lahan yang dihibahkan Kodam
V/Brawijaya kepada CMNP. Sesuai dengan hasil putusan PN Surabaya No.
436/Pdt.G/2004/PN.SBY tanggal 25 Agustus 2005, perkara dimenangkan
oleh Sdr. Abu Subiran selaku penggugat dari PT CMNP yang selanjutnya
masih dalam proses banding. Karena proses hibah tersebut telah terhenti
lama (8 tahun) maka Pihak Kodam V/Brawijaya mengajukan kembali
permohonan persetujuan kepada Kasad sesuai surat Pangdam V/Brawijaya
kepada Kasad No. B/03/I/2006 tanggal 3 Januari 2006.

e. Pengecekan fisik pada lokasi proyek pembangunan jalan tol simpang susun
Waru pada tanggal 1 Agustus 2006 menunjukkan bahwa di atas tanah
Kodam V/Brawijaya tersebut telah dibangun jalan tol dimaksud dan
dinyatakan sebagai tanah negara c.q. Departemen Pekerjaan Umum.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses hibah tanah Kodam
V/Brawijaya tidak sesuai ketentuan, mendahului persetujuan secara berjenjang
hingga Menteri keuangan dan berindikasi merugikan negara minimal senilai

90

Rp13,344,252,200.00

dari

dana

kompensasi

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tanggal 17 Juni 1993 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, pada :
1) Bab II mengenai Pokok-pokok Kebijakan Pengadaan Tanah pada Pasal 2
ayat

yang

menyatakan

pengadaan

tanah

bagi

pelaksanaan

pembangunan kepentingan umum oleh pemerintah dilaksanakan dengan


cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
2) Pasal 12 menyatakan ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah
diberikan untuk :
a) Huruf a, hak atas tanah;
b) Huruf b, bangunan;
c) Huruf c, tanaman;
d) Huruf d, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
3) Pasal 13 menyatakan bentuk ganti kerugian dapat berupa :
a) Huruf a, uang;
b) Huruf b, tanah pengganti;
c) Huruf c, pemukiman kembali;
d) Huruf d, gabungan dari dua atau lebih untuk ganti kerugian
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c;
e) Huruf e, bentuk lain yang disetujui pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Bab II tentang
Pengadaan Tanah pada Pasal 2 yang menyatakan :
1) Angka (1) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan

umum

oleh

Pemerintah

atau

pemerintah

daerah

dilaksanakan dengan cara :


a) Huruf a, pelepasan atau penyerahan hak atas tanah;
b) Huruf b, pencabutan hak atas tanah.

91

2) Angka (2) Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan


untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang
disepakati secara suka rela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Lampiran

Keputusan

470/KMK.01/1994

Menteri

tanggal

20

Keuangan
September

Republik
1994

Indonesia

tentang

Tata

No.
Cara

Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara pada Bab IV


Tindak Lanjut Penghapusan, Bagian Kedua tentang Hibah/disumbangkan
menyatakan :
1) Angka 1, Umum
a) Huruf a, Hibah barang milik/kekayaan negara dilakukan dengan
pertimbangan

untuk

kepentingan

sosial,

keagamaan

serta

kemanusiaan;
b) Huruf b, Hibah barang milik/kekayaan negara hanya diperuntukkan
bagi :
(1) Angka 1) Lembaga Sosial, Lembaga Keagamaan, dan Organisasi
kemanusiaan;
(2) Angka 2) Instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
c) Huruf c, Hibah harus memenuhi syarat sebagai berikut :
(1) Angka 1) Bukan merupakan barang rahasia negara;
(2) Angka 2) Bukan merupakan barang vital bagi negara;
(3) Angka 3) Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup
orang banyak;
(4) Angka 4) Tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan lagi oleh instansi
pemerintah yang bersangkutan atau instansi pemerintah lainnya;
(5) Angka 5) Tidak mengganggu kelancaran tugas-tugas pelayanan
umum pemerintah.
2) Angka 2, Pelaksanaan Hibah dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Huruf

a,

Barang

milik/kekayaan

dihibahkan/disumbangkan

negara

setelah

hanya

dapat

mendapatkan

keputusan/persetujuan tertulis dari Direktur Jenderal Anggaran atas


nama Menteri Keuangan;

92

b) Huruf b, Dalam hal barang yang dihibahkan/disumbangkan tersebut


berupa tanah, maka pelaksanaannya diatur sebagai berikut :
(1) Angka 1) Menteri/Ketua Lembaga mengajukan usul/permohonan
kepada Menteri Keuangan;
(2) Angka 2) Usul/permohonan tersebut diteliti dan dikaji secara
mendalam oleh Menteri Keuangan;
(3) Angka 3) Apabila usul tersebut memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka usul tersebut dapat
diajukan kepada Presiden untuk mendapat persetujuan terlebih
dahulu;
(4) Angka 4) Izin prinsip dari Menteri Keuangan dapat diterbitkan
setelah mendapat persetujuan Presiden.
c) Huruf c, Barang yang telah dihibahkan/disumbangkan tersebut
selanjutnya dihapus dari daftar inventarisasi dengan Surat Keputusan
Penghapusan Barang (SKPB) yang ditetapkan oleh Pebin;
d) Huruf d, Tembusan Surat Keputusan Penghapusan Barang tersebut
disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Anggaran.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Potensi kerugian negara minimal senilai Rp13,344,252,200.00 dari dana
kompensasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
b. Jalan tol yang sudah selesai belum dapat segera dimanfaatkan untuk
kepentingan umum.

Hal tersebut terjadi karena adanya unsur kesengajaan Pangdam V/Brawijaya


(periode 1997 s.d. 1998) untuk melakukan hibah tanah TNI AD c.q. Kodam
V/Brawijaya tidak sesuai ketentuan dan tidak merealisasikan seluruh dana
kompensasi hibah untuk kepentingan negara c.q. Kodam V/Brawijaya dalam
bentuk pembangunan/perbaikan aset satuan Jajaran Kodam V/Brawijaya

Atas temuan tersebut pelaksana memberikan tanggapan bahwa TNI AD tidak


menyetujui proses hibah tanah seluas 8,8 Ha untuk pembangunan Jalan Tol

93

Simpang Susun Waru Surabaya sesuai ST Kasad No. ST/827-1/2006 tanggal 16


Juni 2006 tentang pemindahtanganan aset negara c.q. TNI AD c.q. Kodam
V/Brw di Kel. Menanggal Kec. Wonocolo Kota Surabaya seluas 8,8 Ha agar
ditindaklanjuti ulang dengan proses ruilslag.

BPK RI menyarankan agar Menteri Pertahanan RI/Panglima TNI memproses


secara hukum Panglima Kodam V/Brawijaya (periode 1997 s.d. 1998) atas
indikasi tindak pidana korupsi pada proses hibah tanah TNI AD c.q. Kodam
V/Brawijaya seluas 8,8 Ha untuk pembangunan Jalan Tol Simpang Susun Waru
Surabaya.

4. Pelaksanaan ruilslag di lingkungan TNI AD tidak sesuai ketentuan dan


penilaian

aset

berpotensi

merugikan

keuangan

negara

sebesar

Rp168.565.052.025,00
a. Gumurah Pesing Jl. Daan Mogot Jakarta Barat
Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q. Kodam Jaya dengan PT Mercu
Buana Raya Contractors adalah Tanah dan Bangunan yang terletak di Jl.
Daan Mogot Jakarta Barat.
Ruilslag tersebut dilaksanakan berdasarkan Surat Menteri Pertahanan
kepada Menteri Keuangan Nomor B/1073/04/2/326/Slog tanggal 14 Maret
1983 dan Surat Menteri Keuangan RI Nomor S.512/MK.011/1983 tanggal 31
Mei 1983 tentang Izin persetujuan penukaran tanah/bangunan Kodam
V/Jaya di Pesing Tangerang dan Kebonpala.
Hasil pemeriksaan administrasi ruilslag diperoleh informasi:
1) Surat Kepala Staf a.n. Panglima Kodam Jaya kepada Kepala Staf
Angkatan Darat No. B/226-4/III/1993 tanggal 22 Maret 1993 diketahui
bahwa:
a) Pada tahun 1978 sampai dengan 1983, pihak Kodam Jaya menerima
dana sebesar Rp1.325.000.000,00 dari PT Mercu Buana untuk
membangun

aset

pengganti.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

sesungguhnya telah terjadi proses atau usaha penjualan tanah


negara secara cicilan yang terselubung dengan formal administrasi
ruilslag atau tukar menukar tanah dan bangunan.

94

b) Perhitungan Tim Interdep Tahun 1984 atas aset yang dilepas adalah
Rp5.883.730.000,00. Atas dasar tersebut di atas, Kodam Jaya
dengan PT Mercu Buana melakukan koordinasi untuk menyelesaikan
ruilslag dengan memperhitungkan persentase penyelesaian yang
telah diberikan PT Mercu Buana.
2) Surat Kasad No. R/33-04/2/727/Set tanggal 29 Januari 1994 perihal
kelanjutan proses ruilslag Gumurah Kodam Jaya Pesing Jl. Daan Mogot,
Jakarta Barat yang isinya menyatakan bahwa:
a) Penilaian panitia Interdep tahun 1984 tidak dapat dijadikan pedoman.
b) Renlak yang diajukan Kasad atas perhitungan Kodam Jaya apabila
terdapat selisih nilai maka selisihnya akan masuk ke Kas Negara.
Proses ruilslag Tanah dan Bangunan Dephankam/ABRI c.q. TNI AD Kodam
Jaya Gumurah Pesing di Jl. Daan Mogot Jakarta dengan Tanah dan Bangunan
Serta Prasarana dari PT Mercu Buana yang dimulai sejak Tahun 1983 tersebut
diproses ulang dan diterbitkan dasar pelaksanaan ruilslag yang baru yaitu:
1) Surat

Keputusan

Departemen

Pertahanan

Keamanan

RI

No.

Skep/11523/XI/1995 tanggal 28 November 1995.


2) Surat Perintah Kasad Kepada Pangdam Jaya Nomor Sprin/255/II/1996
tanggal 8 Februari 1996.
3) Surat Perjanjian Tukar Menukar antara TNI AD c.q. Kodam Jaya dengan PT
Mercu Buana Nomor SPTM/024/X/1997 tanggal 16 Oktober 1997.

Hasil pemeriksaan fisik atas pelaksanaan ruilslag oleh Tim BPK pada tanggal
24-28 Juli 2006 diperoleh informasi bahwa proses pelaksanaan ruilslag
dilaksanakan bukan oleh PT Mercu Buana. Selanjutnya Waka Zidam Jaya
menjelaskan bahwa pelaksanaan ruilslag ini telah dialihkan sejak tahun 2003
kepada investor lain dengan tetap menggunakan nama PT Mercu Buana.

Hasil Penilaian Tim BPK RI atas aset yang dipertukarkan diketahui bahwa:
1) Tanah
a) Aset Tanah TNI AD yang dilepas dihitung lebih rendah dari seharusnya
(mark

down)

sebesar

Rp106.121.200.000,00

yaitu:

Rp.147.901.200.000,00 Rp41.780.000.000,00.

95

b) Aset Tanah pengganti yang diberikan Developer dihitung lebih tinggi dari
seharusnya

(mark

up)

sebesar

Rp18.343.165.625,00

yaitu:

Rp23.132.145.625,00 - Rp4.788.980.000,00.
2) Bangunan
Penilaian bangunan antara aset pengganti dengan aset yang dilepas belum
menggunakan standar penilaian yang sama. Sehingga antara aset yang
dilepas dengan aset pengganti dinilai dengan standar harga yang berbeda.
Penilaian cenderung menggunakan standar yang lebih kecil untuk bangunan
yang dilepas dan menggunakan standar yang lebih besar untuk bangunan
pengganti.

Terkait dengan pelaksanaan take over ruilslag oleh developer lain dari PT
Mercu Buana, pihak Kodam Jaya atau TNI AD tidak melaksanakan
penghitungan kembali aset pengganti yang telah dikerjakan PT Mercu Buana
dan Aset yang akan dilepas berdasarkan harga yang berlaku pada saat take
over.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :


1) Adanya upaya penjualan aset negara secara terselubung kepada pihak
III sejak tahun 1978 dengan modus pengajuan ruilslag yang prosedur dan
penilaian asetnya cenderung merugikan negara.
2) Kerugian negara yang ditimbulkan atas pelaksanaan ruilslag tersebut
minimal sebesar Rp124.464.365.625,00 yaitu mark down aset yang
dilepas sebesar Rp106.121.200.000,00 dan mark up aset pengganti
sebesar Rp18.343.165.625,00.

b. Puslatpur Rindam III/Slw Puslatpur di Desa Cipining, Desa Curug


Bitung, dan Desa Pasir Kecapi Kabupaten Lebak, Banten
Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q. Kodam III/Siliwangi dengan PT
Mandirinusa Grahaperkasa adalah Tanah di Desa Cipining, Curug Bitung,
dan Pasir Kecapi Kabupaten Lebak Propinsi Banten.
Proses lelang atas kegiatan ruilslag tersebut dilaksanakan berdasarkan Surat
Kasad Nomor : B/11-04/25/179/Set tanggal 8 Januari 1997 tentang Izin

96

Prinsip Tukar Menukar Tanah TNI AD Puslatpur Rindam III/Slw di


Kecamatan Maja Kabupaten Lebak. Berita Acara Hasil Pelelangan Ruilsalg
Nomor : BA/08/Maja/III/1997 tanggal 13 Maret 1997 menetapkan PT
Mandirinusa Grahaperkasa. Atas dasar tersebut, pihak Kodam III/Slw
membuat perjanjian ruilslag dengan pemenang lelang dengan Surat
Perjanjian Pendahuluan Tukar Menukar Nomor SPTM/B/69/II/1997 tanggal
22 Februari 1997.

Hasil pemeriksaan administrasi ruilslag diperoleh informasi:


1) Penyerahan

hasil

ruilslag

Berita

Acara

Nomor

002/MNGP/BA/-

SLW/VII/97 tanggal 2 Juli 1997 menyatakan bahwa pihak developer telah


menyerahkan Bangunan Tribun dan Tanah Pengganti seluas 1.000 Ha.
2) Proses ruilslag tersebut telah dilaksanakan tanpa adanya persetujuan
dari Menteri Keuangan dan tidak berdasarkan penilaian dan penaksiran
harga yang ditetapkan oleh Tim Interdep.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa:


1) Permohonan persetujuan tukar menukar tanah tersebut diajukan kembali
secara berjenjang oleh Pangdam III/Slw kepada Kasad berdasarkan
Surat Nomor : B/489/04/01/Set tanggal 28 Mei 2001 yang antara lain
menyatakan bahwa aset yang dilepas senilai Rp31.929.687.480,00
sedangkan aset pengganti senilai Rp31.939.981.000,00. Selanjutnya,
Kasad mengajukan rencana tukar menukar tersebut kepada Panglima
TNI berdasarkan Surat Nomor : B/809-04/25/179/Set tanggal 31 Juli
2001.
2) Permohonan tukar menukar tersebut telah diajukan secara berjenjang
kepada Menteri Keuangan berdasarkan

Surat Panglima TNI Nomor :

B/767-09/02/5/Slog tanggal 15 Maret 2004 dan Surat Menteri Pertahanan


Nomor : B/1020/04/2/537/DJ-RANA tanggal 13 April 2005 dan telah
disetujui Menteri Keuangan pada tanggal 16 Mei 2005 sesuai Surat
Nomor : S-2715/MK.6/2005 tanggal 16 Mei 2005.
3) Dirjen Ranahan Dephan membentuk Panitia Penaksir Interdep yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Dirjen Ranahan Dephan No.

97

Skep/263/VI/2005 tanggal 13 Juni 2005. Hasil penilaian dan penaksiran


Tim Interdep dituangkan dalam Berita Acara tertanggal 31 Juni 2005
menunjukkan hal-hal berikut :
a) Taksiran harga tanah yang dilepas di Kecamatan Maja Kabupaten
Lebak sebesar Rp36.421.670.000,00.
b) Taksiran harga tanah yang akan diterima di Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Pandeglang sebesar Rp29.234.339.700,00.
c) Taksiran harga bangunan, sarana, dan prasarana yang akan diterima
sebesar Rp7.863.802.668,20 yang terdiri dari
(1) Pembuatan tribun

= Rp4.083.564.720,00

(2) Pembuatan lap parade & defile

= Rp 799.371.200,00

Pekerjaan landscaping

= Rp

31.320.000,00

(3) Pekerjaan halaman

= Rp2.172.174.250,00

(4) Pekerjaan drainase

= Rp 428.944.998,20

(5) Pekerjaan mekanikal elektrikal

= Rp

84.232.500,00

(6) Pipa PVC 6 lengkap assesoris

= Rp

14.195.000,00

(7) Monumen patung olah raga

= Rp 125.000.000,00

(8) Monumen patung siliwangi

= Rp 125.000.000,00.

4) Menhan menyetujui rencana tukar menukar tersebut

dalam Surat

Keputusan Menhankam No. Skep/624/M/VII/2005 tanggal 27 Juli 2005


yang antara lain menyatakan bahwa kegiatan penyediaan aset pengganti
harus sudah dimulai selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal
ditetapkan Skep tersebut dan diselesaikan selambat-lambatnya dalam
waktu 12 bulan.
5) Berdasarkan Skep Menhan tersebut, secara berjenjang dari Panglima
TNI sampai dengan Pangdam III/Slw memerintahkan ke jenjang di
bawahnya untuk melaksanakan tukar menukar tersebut.
6) Kazidam III/Slw membuat Surat Perjanjian Tukar Menukar (STM) antara
Kodam

II/Slw

dengan

PT

Mandirinusa

Grahaperkasa

Nomor

SPTM/5/MAJA/XI/2005 tanggal 23 November 2005 yang antara lain


menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan aset pengganti tanah
sampai sertifikat a.n. Dephan/TNI c.q. TNI AD Kodam III/Slw dan
bangunan serta sarana dan prasarananya harus selesai paling lama 12

98

bulan sejak ditetapkan Skep Menhan Nomor : 624/M/VII/2005 tanggal 27


Juli 2005 yaitu tanggal 27 Juli 2006.
7) Dalam pelaksanaan pengadaan aset pengganti, PT Mandirinusa
Grahaperkasa

telah

melakukan

addendum

penambahan

waktu

pelaksanaan yaitu Addendum Nomor SPP/5a.1/Ruilslag/Maja/III/2006


tanggal 3 April 2006 tentang Penambahan waktu pengadaan tanah di
Kecamatan Cimanggu Kab. Pandeglang dan pembangunan sarana,
prasarana lapangan parade dan defile di Kompleks Mabigrif 15/Kujang II
di Kebon Rumput Cimahi yang antara lain menyatakan bahwa pekerjaan
akan diserahkan untuk yang pertama kalinya tanggal 22 Juni 2006.
8) Pelaksanaan pengadaan hasil ruilslag telah dilaporkan selesai oleh
Kepala Zeni Kodam III/Slw kepada Pangdam III/Slw berdasarkan Surat
Nomor : B/393/VI/2006 tanggal 30 Juni 2006.
9) Sampai saat pemeriksaan tanggal 15 September 2006, Panitia Penilik
belum dibentuk oleh Departemen Pertahanan.

Hasil pemeriksaan atas tanah yang akan diterima di Kecamatan Cimanggu


Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten menunjukkan hal-hal berikut :
1) Tanah di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
yang akan diterima telah dilakukan pengukuran oleh Topdam III/Slw pada
tahun 1997 dengan hasil luas 10.180.881 m2. Hasil pengukuran ini
menjadi dasar penilaian Tim Interdep dan telah menjadi ketetapan luas
dalam Berita Acara Interdep.
2) Pada bulan Mei 2006, tanah tersebut telah diukur oleh Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Banten untuk proses sertifikasi atas nama Dephan/TNI
c.q. TNI AD Kodam III/Slw dengan hasil seluas 10.001.040 m2 yang
terbagi menjadi 3 sertifikat yaitu Sertifikat Hak Pakai Nomor 0001/Desa
Rancapinang seluas 3.704.360 m2, Sertifikat Hak Pakai Nomor
0001/Desa Cibadak seluas 3.880.770 m2, dan Sertifikat Hak Pakai
Nomor 0001/Desa Tugu seluas 2.415.910 m2. Berdasarkan hal tersebut,
maka masih terdapat kekurangan tanah yang harus diterima seluas
179.841 m2 (10.180.881 m2 - 10.001.040 m2).

99

3) Pelaksanaan pengadaan aset pengganti telah dilaporkan selesai oleh


Kepala Zeni Kodam III/Slw dan Panitia Pemeriksa dan Penilai Akhir
Kodam III/Slw pada tanggal 13 Juli 2006, padahal berdasarkan hasil
penyertifikatan oleh BPN Provinsi Banten masih terdapat kekurangan
tanah yang harus diterima seluas 179.841 m2. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Kepala Zeni Kodam III/Slw dan Panitia Pemeriksa dan Penilai
Akhir Kodam III/Slw tidak cermat dalam melaporkan ruilslag sehingga
masih terdapat kekurangan tanah namun dilaporkan sudah selesai.
4) PT Mandirinusa Grahaperkasa bersedia untuk melengkapi kekurangan
tanah yang harus diserahkan seluas 179.841 m2 paling lambat 27
November 2006 sesuai dengan Addendum Surat Perjanjian Pendahuluan
untuk tukar menukar aset tentang Perubahan luas tanah aset pengganti
hasil ruilslag TNI AD di Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Provinsi
Banten tanggal 27 Juli 2006.
5) Peta Bidang Tanah Pemetaan Keliling Batas Lokasi Latihan Kodam
III/Slw Kecamatan Cimanggu No. Lembar : 48.2-12.078 yang dikeluarkan
oleh BPN Kanwil Provinsi Banten pada tanggal 9 Mei 2006 menunjukkan
bahwa di dalam tanah yang telah mempunyai Sertifikat Hak Pakai
tersebut ternyata terdapat tanah berstatus hak milik perorangan dan
kampung-kampung penduduk yang belum dibebaskan tanahnya untuk
kepentingan Negara. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

No

a)

b)

Tanah

Luas Sebenarnya

Desa Rancapinang

3.704.360

3.646.390

Desa Rancapinang
Desa Rancapinang
Kampung Sukamaju
Kampung Sindang
Kampung Mandur

2.836.760
809.630
31.930
6.080
19.960

2.836.760
809.630
-

3.880.770

3.744.090

791.600
2.952.490
136.680

791.600
2.952.490
-

Desa Tugu

2.415.910

2.415.910

Desa Tugu
Desa Tugu

1.213.860
1.202.050

1.213.860
1.202.050

Desa Cibadak
Desa Cibadak
Desa Cibadak
Kampung Handayan

c)

Peta Bidang Tanah

100

No

Tanah

Jumlah

Peta Bidang Tanah

Luas Sebenarnya

10.001.040

9.806.390

Berdasarkan tabel tersebut maka terdapat kekurangan tanah sebanyak


194.650 m2 (10.001.040 m2 9.806.390 m2).
6) Kondisi yang tertuang dalam Peta Bidang Tanah No. Lembar : 48.212.078 sesuai dengan kondisi di lapangan yang terjadi pada saat
pemeriksaan fisik oleh Tim BPK-RI pada tanggal 26 Agustus 2006.
7) Hasil konfirmasi dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Pandeglang yang
dinyatakan dalam Surat Kepala Kantor Pertanahan Kab. Pandeglang
Nomor : 520.1 233 2006 tanggal 12 September 2006 antara lain
menyatakan bahwa :
a) Status bidang tanah yang dimohon haknya oleh Dephan yang terletak
di Desa Rancapinang, Desa Cibadak, dan Desa Tugu Kecamatan
Cimanggu adalah tanah negara bebas (bekas tanah garapan
masyarakat).
b) Jumlah seluruhnya luas tanah yang dimohon haknya berdasarkan
Peta Bidang Tanah Nomor 1/2006 tanggal 9 Mei 2006 adalah
sebesar 9.806.390 m2 yang terdiri dari Desa Rancapinang seluas
3.646.390 m2, Desa Cibadak seluas 3.744.090 m2, dan Desa Tugu
seluas 2.415.910 m2.
c) Peruntukan tanah tersebut akan dipergunakan untuk Pembangunan
Lapangan Pelatihan Militer Kodam III/Slw.
d) Tanah tersebut saat ini dalam proses permohonan Hak Pakai.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan :


1) Komposisi tanah yang akan diterima Kodam III/Slw mengalami
perubahan sebagai berikut :
No

Tanah

a)
b)
c)

Desa Rancapinang
Desa Cibadak
Desa Tugu
Jumlah

BA
Interdep
4.772.310
4.186.827
1.221.744
10.180.881

Sertifikat
Hak Pakai
3.704.360
3.880.770
2.415.910
10.001.040

Kondisi
Fisik
3.646.390
3.744.090
2.415.910
9.806.390

101

2) Terdapat kekurangan tanah seluas 374.491 m2 yang terdiri dari :


a) Kekurangan tanah seluas 179.841 m2 yang disebabkan perbedaan
pengukuran antara Topdam III/Slw pada tahun 1997 dengan Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Banten pada bulan Mei 2006.
b) Kekurangan tanah seluas 194.650 m2 yang disebabkan adanya
tanah pihak lain yang berada dalam tanah yang telah bersertifikat
Hak Pakai Dephan/TNI c.q. TNI AD Kodam III/Slw.

3) Penilaian aset yang diruilslag cenderung merugikan negara, yaitu:


a) Taksiran harga tanah yang dilepas di Kecamatan Maja Kabupaten
Lebak dinilai terlalu rendah sebesar Rp1.367.238.000,00.
b) Taksiran harga tanah yang akan diterima di Kecamatan Cimanggu
Kabupaten

Pandeglang

dinilai

terlalu

tinggi

sebesar

Rp20.310.524.800,00.

c. Asrama Koterm A Gudang Kesdam Kodam V/Brawijaya di Jalan


Rajawali No. 57 Surabaya
Ruilslag Tanah dan Bangunan TNI AD c.q Kodam V/Brawijaya dengan PT
Surya Inti Permata adalah Tanah dan Bangunan yang terletak di Jl. Rajawali
No. 57 Surabaya yang saat itu masih digunakan sebagai Asrama Koterm A
serta Gudang Kesdam V/Brawijaya.
Ruilslag tersebut dilaksanakan berdasarkan Surat Menteri Keuangan No.
S.5470/A/54/1996 tanggal 22 November 1996 dan Surat Keputusan
Menhankam RI No. Skep/104/I/1997 tanggal 31 Januari 1997 tentang
persetujuan Ruilslag tanah/bangunan TNI AD Gudang Kesdam V/Brawijaya
dan Asrama Koterm A di Jl. Rajawali No. 57 Surabaya.

Hasil pemeriksaan Berita Acara tanggal 8 Januari 1997 tentang Penilaian


dan Penaksiran Harga Tanah dan Bangunan Dephankam/ABRI c.q. TNI AD
Gudang Kesdam V/Brawijaya dan Asrama Koterm A Jl. Rajawali No. 57
Surabaya dan Tanah, Bangunan serta Prasarana Penukarnya dari PT Surya
Inti Pratama diketahui bahwa:

102

1) Nilai Tanah TNI AD seluas 28.000 m2 di Jl. Rajawali No. 57 Surabaya


dinilai sebesar Rp26.961.200.000,00
2) Nilai Tanah aset tanah pengganti adalah:
a) Tanah

seluas

17.122

m2

di

Desa

Ketajen

Sidoarjo

dinilai

Rp1.951.908.000,00
b) Tanah seluas 20.000 m2 di Desa Balasklumprik, Surabaya dinilai
Rp290.000.000,00.
c) Tanah seluas 100.195 m2 di Desa Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo
dinilai Rp20.039.000.000,00
Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan ruilslag tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
1) Proses

penghitungan

aset

yang

akan

dipertukarkan

cenderung

berpotensi merugikan negara, yaitu nilai aset pengganti dinilai terlalu


tinggi sebesar Rp15.235.988.000,00 dengan perincian sebagai berikut:
a) Tanah di Ketajen seluas 17.122 m2 dinilai dengan menggunakan
dasar harga sebesar Rp114.000,00 per meter. Hasil konfirmasi
dengan KP PBB Sidoarjo diketahui bahwa pada Tahun 1996, NJOP
tanah yang dipertukarkan dalam ruilslag tersebut berkisar antara
Rp36.000,00 s.d. Rp20.000,00. Selain itu, menurut Surat Camat
Gedangan kepada Zidam V/Brawijaya No. 590/617/404.94.4/1996
tanggal 2 Agustus 1996 tentang informasi harga dasar tanah dan
harga pasar di Desa Ketajen dan Desa Sawotratap diperoleh
informasi bahwa harga tanah di Desa Ketajen berkisar antara
Rp20.000,00 s.d. Rp40.000,00.
Dengan demikian, menurut Tim BPK RI harga yang paling
menguntungkan negara adalah jika atas tanah tersebut dinilai dengan
harga NJOP Rp20.000,00. Sehingga nilai tanah di Desa Ketajen
kecamatan

Gedangan,

Sidoarjo

adalah

17.122

m2

Rp20.000,00=Rp342.440.000,00.
Selisih penilaian aset tanah menurut Tim Penilai aset dengan Tim
BPK RI adalah Rp1.609.468.000,00.
b) Tanah di desa Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo seluas 100.195 m2
dinilai dengan harga Rp200.000,00 per meter. Hasil konfirmasi Tim

103

BPK RI pada Kantor Pelayanan PBB di Kabupaten Sidoarjo diperoleh


informasi bahwa harga NJOP pada tahun 1996 atas tanah di sekitar
tanah tersebut berkisar antara Rp48.000,00; Rp64.000,00; dan
Rp82.000,00. Selain itu, menurut Surat Camat Gedangan kepada
Zidam V/Brawijaya No. 590/617/404.94.4/1996 tanggal 2 Agustus
1996 tentang informasi harga dasar tanah dan harga pasar di Desa
Ketajen dan Desa Sawotratap diperoleh informasi bahwa harga tanah
di Desa Sawotratap berkisar antara Rp30.000,00 s.d. Rp50.000,00.
Dengan demikian, menurut Tim BPK RI harga yang paling
menguntungkan negara adalah jika atas tanah tersebut dinilai dengan
harga NJOP Rp64.000,00 (rata-rata harga NJOP di sekitar aset tanah
pengganti dan tidak jauh di atas harga pasaran tanah setempat).
Sehingga nilai tanah di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan,
Sidoarjo adalah 100.000 m2 x Rp64.000,00=Rp6.400.000.000,00
Karena aset yang diserahkan di Desa Sawotratap Kecamatan
Gedangan, Sidoarjo adalah tanah seluas 100.195 m2, maka nilai aset
pengganti

tanah

adalah

100.195

m2

Rp64.000,00=

Rp6.412.480.000,00.
Selisih penilaian aset tanah menurut Tim Penilai aset dengan Tim
BPK RI adalah Rp13.626.520.000,00.

2) Pelepasan hak tanah sebelum aset pengganti selesai dibangun dan


diserahkan ke TNI AD. Hal ini diketahui dari Akta tentang Pelepasan Hak
pada tahun 16 Juni 1997 atas tanah TNI AD di Jl. Rajawali No. 57
Surabaya kepada PT Surya Inti Permata yang diketahui bahwa
penyerahan tersebut dilaksanakan sebelum kewajiban Developer untuk
menyiapkan aset pengganti selesai 100%.

3) Terdapat aset pengganti yang diperoleh bukan dari Pihak Developer.


Hasil pemeriksaan atas daftar inventaris tanah TNI AD di lingkungan
Kodam V/Brawijaya TA. 2005 diketahui bahwa terdapat 2 bidang tanah
yang dijadikan sebagai aset pengganti oleh Developer merupakan aset-

104

aset yang sumbernya dari pengadaan Kodam V/Brawijaya dan


penyerahan Pemda, yaitu:
a) Aset pengganti berupa tanah seluas 20.000 m2 di Kelurahan
Balasklumprik Kecamatan Wiyungan.
Berdasarkan tata naskah (takah) ruilslag diperoleh data-data akta
tentang pelepasan hak atas tanah dari beberapa bekas pemilik tanah
di Kelurahan Balasklumprik, Kec. Wiyung, Surabaya kepada Kolonel
Murhadi yang saat itu menjabat sebagai Kazidam V/Brawijaya untuk
mewakili TNI AD membeli atau mengadakan tanah untuk Kodam
V/Brawijaya atas perintah Panglima Kodam V/Brawijaya saat itu
dengan Sprin No. Sprin/1935/XII/1995 tanggal 11 Desember 1995
tentang

bertindak

atas

nama

Pangdam

V/Brawijaya

dalam

pengurusan administrasi pengadaan tanah bagi TNI AD c.q. Kodam


V/Brawijaya di Desa Balasklumprik seluas 20.000 m2. Data-data akta
pelepasan hak tersebut, yaitu:
No

Nama Pemilik Lama

Luas

Sat

Persil

Akta Pelepasan
No./Tgl

(1) P. Suwarjo

2,224

m2 No. 81

2,535

m2 No. 81

593/03/402.91.05/1996

Dir. CV. Panca Karya


(2) P. Suwarjo

15 Februari 1996
593/04/402.91.05/1996

Dir. CV. Panca Karya


(3) Mulani

15 Februari 1996
2,880

m2 no. 81 S III

Petani

593/06/402.91.05/1996
15 Februari 1996

(4) Kartiman

4,550

m2 no. 81 S III

Petani

593/08/402.91.05/1996
15 Februari 1996

(5) Wagiman

3,550

m2 no. 81 S III

6,105

m2 no. 81 S III

Petani

593/07/402.91.05/1996
15 Februari 1996

(6) Suradi
Petani

593/05/402.91.05/1996
15 Februari 1996

Jumlah

21,844

m2

b) Aset pengganti berupa tanah seluas 17.020 m2 di Kelurahan Ketajen


Kecamatan Gedangan Sidoarjo.
Berdasarkan

daftar

inventaris

tanah

dan

bangunan

Kodam

V/Brawijaya TA. 2005 merupakan hasil dari penyerahan pemda dan


bukan dari pihak developer.

105

4) Terdapat aset pengganti belum dimanfaatkan sesuai peruntukannya.


Aset pengganti berupa tanah di Desa Sawotratap merupakan hak pakai
untuk asrama Koterm A. Hak tersebut berlaku selama tanah tersebut
digunakan untuk kepentingan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian fisik,
tanah tersebut disewakan untuk pertanian/tegalan kepada masyarakat
tanpa ada perjanjian tertulis dan persetujuan dari Menkeu serta hasil
sewa tidak disetor ke Kas Negara.

d. Tanah TNI AD di Gunungsari Kodam V/Brawijaya, Surabaya


TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya memiliki tanah seluas 359,9 Ha di
Gunungsari Surabaya yang terdaftar dalam IKN Kodam VIII/Brawijaya tahun
1984. Untuk mencegah berkembangnya pengokupasian oleh penduduk di
sekitar lahan tersebut, Pangdam V/Brawijaya (dh.VIII/Brawijaya) mengajukan
permohonan izin prinsip sesuai suratnya kepada Kasad No. B/212/III/1984
tanggal 21 Maret 1984 untuk mengadakan ruilslag atas tanah seluas 25 Ha
dari luas seluruhnya 359,9 Ha dan ditukar dengan pembangunan perumahan
Kodam VIII/Brawijaya, pembangunan Gedung Serba Guna dan pemagaran
dan pembuatan patok-patok tanda batas tanah TNI AD pada lokasi
Gunungsari tersebut. Permohonan tersebut pada prinsipnya disetujui oleh
Kasad sesuai surat Kasad No. B/1384-04/2/489/Set tanggal 7 September
1984 dengan pembagian sebagai berikut 128,0 Ha untuk lokasi KPR BTN,
206,9 Ha untuk lokasi perumahan dinas dan 25 Ha untuk diruilslag.

Selanjutnya Kasad mengajukan permohonan izin kepada Pangab untuk


menghibahkan 128,5 Ha tanah TNI AD di Gunungsari Surabaya kepada
Puskopaddam untuk penyediaan KPR/BTN Prajurit sesuai dengan surat
Kasad No. B/2039-04/2/489/Set tanggal 18 Desember 1984. Pangdam
V/Brawijaya menindaklanjuti dengan menghibahkan 128,5 Ha tanah TNI AD
di Gunungsari tersebut kepada Puskoppaddam V/Brawijaya berdasarkan
Surat Keputusan Pangdam V/Brawijaya No. Skep/262/XII/85 tanggal 23
Desember 1985.

106

Sehubungan dengan rencana pemanfaatan tanah hibah tersebut Pangdam


V/Brawijaya mengajukan permohonan izin kepada Kasad untuk melepaskan
sebagian tanah hibahan sebagaimana tertuang dalam surat Pangdam No.
B/172/II/1986 tanggal 19 Februari 1986 dan No. B/354/V/1986 tanggal 29
Mei 1986. Dalam surat tersebut Pangdam V/Brawijaya mengusulkan pola
pembangunan KPR Prajurit secara swakelola oleh Puskoppad dengan modal
dari hasil penjualan 60-68 Ha tanah TNI AD di Gunungsari tersebut dengan
harga patokan tanah tegal Gunungsari tertinggi tahun 1985/1986 adalah
Rp7.500/m2 sesuai penetapan harga dasar tanah di Kotamadya Surabaya.

Usulan penghapusan dalam rangka hibah 128 Ha tanah TNI AD di


Gunungsari Surabaya tersebut baru diajukan oleh Menhankam kepada
Menteri Keuangan sesuai surat No. B/625/M/VIII/1987 tanggal 21 Agustus
1987.

Selanjutnya

Menteri

Keuangan

mengeluarkan

persetujuan

penghapusan tanah Dephankam/ABRI sesuai surat No.S-1242/MK.011/1986


tanggal 9 November 1987 dengan ketentuan antara lain luas tanah yang
dihapuskan adalah seluas + 125 Ha untuk dimiliki oleh prajurit dengan
pembayaran 50% dari harga tanah yang harus disetor tunai ke Kas Negara.

Menindaklanjuti persetujuan Menteri Keuangan tersebut Ditjen Matfasjasa


membentuk Tim Penaksir Harga Tanah Dephankam c.d. TNI AD Kodam
V/Brawijaya di Gunungsari Surabaya sesuai surat No. Skep/16/VI/1988
tanggal 6 Juni 1988. Berdasarkan berita acara hasil penaksiran harga tanah
tanggal 10 Juni 1988 Menhankam mengeluarkan Surat Keputusan No.
Skep/1170/VIII/1988 tanggal 8 Agustus 1988 tentang persetujuan penjualan
tanah Dephankam/ABRI c.q. TNI AD Kodam V/Brawijaya untuk dipergunakan
perumahan bagi anggota ABRI yang ditindaklanjuti dengan Surat Perintah
Panglima ABRI kepada Kasad No. Sprin/725/VIII/1988 tanggal 23 Agustus
1988 dan Surat Perintah Kasad kepada Pangdam V/Brawijaya No
Sprin/1326/IX/1988 tanggal 9 September 1988 tentang perintah penjualan
tanah 1.263.762 m2 tanah TNI AD di Gunungsari senilai Rp4.423.167.000,00
yang dibagi menjadi 2.746 kaveling kepada 2.746 anggota ABRI dengan
harga

beli

total

50%x

Rp4.423.167.000,00=

Rp2.211.583.500,00.

107

Pengkavelingan tanah tersebut telah dilaksanakan oleh Tim Pengkavelingan


Kodam V/Brawijaya yang dibentuk berdasarkan Surat Perintah Pangdam
V/Brawijaya No. Sprin/748/VI/1988 tanggal 25 Juni 1988.

Penjualan tanah telah selesai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 1988


sebagaimana dilaporkan Pangdam V/Brawijaya dalam suratnya kepada
Kasad No. K/422/X/1988 tanggal 12 Oktober 1988 bahwa penjualan telah
dilaksanakan untuk sejumlah 2.746 anggota dan harga tanah senilai
Rp2.211.583.500,00 telah dibayarkan kepada Kas Negara oleh Kasdam
V/Brawijaya dan mohon untuk diproses penghapusannya. Setelah diusulkan
secara berjenjang persetujuan penghapusan diterbitkan berdasarkan Surat
Keputusan Menhankam No. Skep/1646/XI/1988 tanggal 1 November 1988,
Surat Perintah Pangab No. Sprin/1112/XII/1988 tanggal 7 Desember 1988
dan Surat Perintah Kasad No. Sprin/2006/XII/1988 tanggal 27 Desember
1988 tentang perintah Kasad kepada Pangdam untuk menghapus dari Daftar
Inventaris dan menyerahkan tanah tersebut kepada yang berhak.

Kemudian 4 (empat) Surat Perjanjian Tukar Menukar ditandatangani tanggal


17 Oktober 1988 yaitu antara Kasdam V/Brawijaya yang mewakili Tim
Pengkavelingan Tanah TNI AD Kodam V/Brawijaya masing-masing
1) PT Dwi Budi Wijaya, Kompleks Perkantoran Duta Merlin Blok A No. 40 Jl.
Gajah Mada No. 3-5 Jakarta Pusat
2) PT Optima Nusantara, Jl Raya Kendangsari No. 45-47 Surabaya
3) PT Pantograph Nusantara Jl. Bintaro No, 2 Surabaya
4) PT Pembangunan Darmo Grande, Jl Mayjen Sungkono
Penunjukan ke-4 developer tersebut tidak melalui proses pelelangan namun
berdasarkan usulan dari Pangdam V/Brawijaya yang mengusulkan kepada
Kasad partner kerja sama/developer sesuai ST Pangdam V/Brawijaya No.
ST/218/1988 tanggal 30 Maret 1988 yang kemudian disetujui Kasad dalam
Surat Telegram Kasad No. ST/313/1988 tanggal 25 April 1988.

Penelitian terhadap surat perjanjian tukar menukar menunjukkan bahwa


Kodam V/Brawijaya akan melepaskan 126 Ha tanah TNI AD di Gunungsari

108

dan akan mendapatkan penggantian berupa pengganti uang pembelian


prajurit atas kaveling tanah (yang harus disetor ke Kas Negara), tanah seluas
126 Ha dan 1.000 unit rumah tipe K-36 berikut prasarana fisik lainnya yang
tersebar di Sidoarjo, Malang, Jember, Madiun dan Surabaya dengan
perincian sebagai berikut:
Item Pertukaran
Tanah yang
dilepas (m2)

PT Optima
Nusantara

PT Panthograph
Nusantara

PT Pemb. Darmo
Grande

PT Dwi Budi
Wijaya

Total

250,000.00

250,000.00

250,000.00

513,762.00

1,263,762.00

437,500,000.00

437,500,000.00

437,500,000.00

899,083,500.00

2,211,583,500.00

319,000,000.00

319,000,000.00

319,000,000.00

638,000,000.00

1,595,000,000.00

618,000,000.00

618,000,000.00

618,000,000.00

1,277,286,000.00

3,131,286,000.00

534,510,000.00

534,510,000.00

534,510,000.00

1,069,020,000.00

2,672,550,000.00

504,000,000.00

504,000,000.00

504,000,000.00

1,008,000,000.00

2,520,000,000.00

149,090,000.00

149,090,000.00

149,090,000.00

382,128,200.00

829,398,200.00

50,000,000.00

50,000,000.00

50,000,000.00

100,000,000.00

250,000,000.00

5,400,000.00

5,400,000.00

5,400,000.00

10,800,000.00

27,000,000.00

PLN

60,000,000.00

60,000,000.00

60,000,000.00

120,000,000.00

300,000,000.00

IMB

15,000,000.00

15,000,000.00

15,000,000.00

30,000,000.00

75,000,000.00

Sertifikat

87,500,000.00

87,500,000.00

87,500,000.00

179,816,700.00

442,316,700.00

Aset Pengganti
Uang
Aset
Tanah di Sidoarjo
Tanah di Malang,
Madiun, Jember
Rumah Tipe K-36
di Sidoarjo
Rumah Tipe K-36
di Malang dll
Prasarana Jalan
Saluran Got
Duiker Beton 60
cm

Pemecahan
Sertifikat

Total Aset
Pengganti

20,000,000.00

20,000,000.00

20,000,000.00

40,000,000.00

100,000,000.00

2,362,500,000.00

2,362,500,000.00

2,362,500,000.00

4,855,050,900.00

11,942,550,900.00

2,800,000,000.00

2,800,000,000.00

2,800,000,000.00

5,754,134,400.00

14,154,134,400.00

Dalam pelaksanaannya, ke-4 developer tersebut banyak mengalami


kendala/hambatan terutama koordinasi di antara mereka sendiri mengenai
pembagian hak atas tanah kaveling di Gunungsari. Berlarutnya penyelesaian
internal developer tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi terhambat,
sehingga pada tanggal 17 Juli 1989 PT Optima Nusantara mewakili dan
bertindak atas nama ke 4 developer tersebut mengajukan Surat Permohonan
kepada

Pangdam

V/Brawijaya

permohonan/persetujuan

tertanggal

menyerahkan

tugas

17

Juli

dan

1989

tentang

tanggung

jawab

penyelesaian pekerjaan kepada PT Adhi Baladika.

Pangdam

menyetujui

permohonan

tersebut

sesuai

surat

Pangdam

V/Brawijaya tertanggal 18 Juli 1989 No: B/533/VII/1989 tentang persetujuan


penyerahan tanggung jawab penyelesaian tanah. Kemudian Ke-4 developer
dan PT Adhi Baladika

membuat Surat Perjanjian Pemindahan dan/atau

109

Penglepasan Hak dari PT Optima Nusantara, PT Pantograph Nusantara, PT


Dwi Budi Wijaya, PT Pembangunan Darmo Grande dengan PT Adhibaladika
masing-masing dengan Akta 32, 35, 38 dan 42 kesemuanya tertanggal 19
Juli 1989 di hadapan Notaris Abdurrazaq Ashiblie, SH, Surabaya. Dalam
Surat Perjanjian Pemindahan dan/atau Penglepasan Hak tersebut para pihak
bersepakat bahwa PT Adhi Baladika harus menyerahkan sejumlah uang
sebagai kompensasi pemindahan hak selain uang pengganti biaya yang
telah dikeluarkan developer lama sesuai dengan prestasi fisik yang telah
diselesaikan yaitu sebagai berikut:
Uraian

PT Pembangunan
DG

PT Dwi Budi
Wijaya

PT Optima Nusantara

PT Panthograph N.

1,667,925,000.00

1,667,925,000.00

1,667,925,000.00

3,408,100,500.00

8,411,875,500.00

360,036,000.00

360,036,000.00

360,036,000.00

720,072,000.00

1,800,180,000.00

2,027,961,000.00

2,027,961,000.00

2,027,961,000.00

4,128,172,500.00

10,212,055,500.00

Uang
Penggantian
Hak
Uang Pengganti
Biaya Fisik
Total Uang
Penggantian

Total

Sebelum pelaksanaan ruilslag setelah pengambilalihan tersebut dimulai


terjadi perubahan letak tepat posisi tanah yang akan diruilslag agar lebih
mendukung pengembangan Tata Kota Surabaya berdasarkan surat dari
Walikota Surabaya No. 593.22/2405/402.2/1989 tanggal 18 Agustus 1989.
Pangdam V/Brawijaya kemudian mengajukan permohonan perubahan letak
tepat posisi tersebut kepada Kasad dalam surat No. B/618/VIII/1989 tanggal
19

Agustus

memerintahkan

1989.

Kasad

kepada

menyetujui

Pangdam

permohonan

V/Brawijaya

untuk

tersebut

dan

menyelesaikan

perubahan tersebut di tingkat Kodam dengan ketentuan tidak mengubah luas


tanah yang akan diruilslag.
Setelah melalui pengalihan hak dan perubahan letak tepat posisi tersebut
akhirnya surat perjanjian tukar menukar aset antara Kodam V/Brawijaya
dengan PT Adhi Baladika ditandatangani tanggal 21 Pebruari 1990 dengan
lingkup pekerjaan sebagai berikut:
Uraian

Sat

Volume

Harga Sat

Nilai (Rp)

Penggantian Biaya Akibat Takeover


Pembebasan tanah
Pembangunan/rehabilitasi Pangkalan Yonif
507/BS (Prestasi Fisik)

2,211,583,500
1,800,000,000

Sub Total

4,011,583,500

Aset yang harus dibangun


Pengadaan tanah Sidoarjo

m2

220,000

1,595,000,000

110

Uraian
Pengadaan tanah di Malang, Jember, Madiun,
Mojokerto

Sat

Volume

m2

1,043,762

Pembangunan rumah Tipe K-36 di Sidoarjo


Pembangunan rumah Tipe K-36 di Malang,
Jember, Madiun, Mojokerto

unit

368

5,345,100

1,966,996,800

unit

368

5,040,000

1,854,720,000

Prasarana jalan

m2

26,458

22,500

595,293,750

Saluran/got

m'

9,265

20,000

185,305,500

408

54,000

Duiker beton 60 cm

m'

Harga Sat

Nilai (Rp)
3,131,286,000

22,032,000

PLN (Daya dan Jaringan 736.000 Watt)

watt

736,000

220,800,000

IMB 736 unit Perumahan

unit

736

55,200,000

Sertifikat 1.263.762 m2

m2

1,263,762

442,316,000

Pemecahan sertifikat menjadi 736 unit

unit

736

73,600,850

Sub Total

10,142,550,900

Total

14,154,134,400

Penelitian terhadap data administrasi ruilslag tahun 1993 menunjukkan


bahwa penyelesaian aset pengganti hingga bulan Desember 1993 adalah
sebagai berikut:
Lokasi

Penyelesaian Tanah

Madiun
Mojokerto
Sidoarjo
Malang
Jember
Medokan Ayu
Lawang

Hak Milik a.n. Yacob Dasto


Proses Permohonan Hak
Proses Permohonan Hak
Hak Milik a.n. Yacob Dasto
Hak Milik a.n. Yacob Dasto
Proses Permohonan Hak
Hak Milik a.n. Suhardo

Penyelesaian Kaveling dan Rumah


Kaveling Tanpa
Kaveling+K-36
Rmh
47
412
49
400
0
368
242
105
30
430

Berdasarkan Laporan Pelaksanaan penyiapan kaveling dari Kazidam


V/Brawijaya kepada Pangdam V/Brawijaya dalam suratnya No B/185/II/1994
tanggal 18 Februari 1994 dilaporkan bahwa :

Kaveling yang harus disiapkan

=2.746 unit

Kaveling tanpa rumah yang sudah siap

=1.511 unit

Kaveling yang telah dibangun rumah (100%)

= 736 unit

Kaveling yang belum siap

= 499 unit

dengan perincian sebagai berikut:


Lokasi
Madiun
Mojokerto

Luas (Ha)
10.09
10.00

Jumlah
Kaveling
459
449

Jumlah
Rumah
47
49

Kaveling
Tanpa
Rumah
412
400

111

Lokasi

Luas (Ha)

Sidoarjo
Malang
Jember
Medokan Ayu
Lawang

Jumlah
Kaveling

12.00
7.65
10.71
10.08
65.50
126.03

Jumlah
Rumah

532
347
460
0
0
2,247

368
242
30
0
0
736

Kaveling
Tanpa
Rumah
164
105
430
0
0
1,511

Kekurangan kaveling 499 unit disebabkan tanah di Medokan Ayu belum siap
dan masih berbentuk rawa/tambak, sedangkan tanah seluas 65,5 Ha di
Lawang akan dicadangkan.

Untuk kelancaran pengaturan perumahan/kaveling prajurit yang telah selesai,


Kasdam V/Brawijaya selaku Ketua Tim Pengkavelingan menerbitkan
Petunjuk Pelaksanaan No. Juklak/01/IV/1994 tanggal 2 April 1994 tentang
Pengaturan Perumahan Tipe K-36/Kaveling Prajurit di Wilayah Madiun,
Mojokerto, Malang, Jember dan Sidoarjo, yang antara lain mengatur:
1) Kaveling diberikan secara cuma-cuma kepada prajurit/PNS yang
memenuhi persyaratan tertentu (harga tanah sudah ditanggung oleh
investor (developer) PT Adhi Baladika sebesar 50% dari harga tanah
yang ditetapkan sesuai Keputusan Menteri Keuangan).
2) Bagi prajurit/PNS yang menerima kaveling tanpa rumah sebanyak 1.511
biaya

pengurusan

sertifikatnya

ditanggung

sendiri

oleh

yang

bersangkutan.
3) Bagi prajurit yang menerima rumah Tipe K-36 sebanyak 736 unit, tanah
dan sertifikatnya diberikan secara cuma-cuma dan diwajibkan mengganti
50%

biaya

pembangunan

rumah

yaitu

50%xRp6.840.000,00

=Rp3.240.000,00 yang dicicil melalui pemotongan gaji oleh Pekas


Gabrah.
4) Dana angsuran perumahan tersebut dihimpun oleh Kakudam V/Brawijaya
dan digunakan untuk membangun perumahan prajurit selanjutnya.
5) Tanah seluas 65 Ha di desa Sidodadi Kec. Lawang, Malang tidak
dibagikan kepada prajurit sebagai kaveling namun dijadikan sebagai
pangkalan.

112

Penelitian terhadap data administrasi ruilslag menunjukkan tanah seluas 65


Ha di Kec Lawang yang akan digunakan sebagai cadangan pangkalan
tersebut sudah disertifikatkan hak milik atas nama Suhardo (Aslog Kasdam
V/Brawijaya pada tahun 1989). Pada saat pemeriksaan BPK RI Agustus
2005 keseluruhan tanah 65 Ha tersebut disertifikatkan hak milik atas nama
Imam Utomo (Pangdam V/Brawijaya pada tahun 1993) dengan perincian
sebagai berikut:

No.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)

No

Tgl

38
46
130
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
161
195
196

6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
6/26/1993
4/16/1997
4/16/1997

Sertifikat
Jenis Hak
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik

Atas Nama
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Imam Oetomo
Jumlah

Luas Tanah
11,590
6,990
5,020
43,840
49,705
49,735
49,750
48,755
43,600
46,990
43,900
41,170
48,810
48,270
33,810
39,985
47,670
1,885
5,185
666,660

Tanah cadangan pangkalan tersebut pada tahun berikutnya dibagikan


kepada personil Kodam V/Brawijaya dengan Surat Keputusan Pangdam
V/Brawijaya No. Skep/81/VII/1998 tanggal 8 Juli 1998 tentang Penunjukan
Perwira Penerima Kaveling di Desa Sidodadi Kec. Lawang Kab. Malang
dengan komposisi sebagai berikut:

113

Uraian

Pati

Kol

Letkol

Mayor

BA/TA/PNS

Total

Bidang

45

106

13

164

Luas (M2)

49.000

35.400

3.900

88.300

Pangdam V/Brawijaya pada tahun 2005 atas pertimbangan Staf Kodam


V/Brawijaya kemudian melakukan revisi atas Surat Keputusan tersebut
dengan mengeluarkan Surat Keputusan No. Skep/81.a/VII/1998 tanggal 2
Juni 2005 tentang Penunjukan Perwira Penerima Kaveling di Desa Sidodadi
Kec. Lawang Kab. Malang dengan komposisi sebagai berikut:
Uraian

Pati

Bidang
Luas (M2)

Kol

Letkol

Mayor

BA/TA/PNS

Total

11

75

175

23

111

395

18.750

75.800

55.900

6.900

277.500

434.850

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:


1) Proses penunjukan rekanan tidak melalui proses lelang namun
berdasarkan penunjukan yang diusulkan oleh Pangdam V/Brawijaya
yang kemudian disetujui oleh Kasad. Penelitian lebih lanjut atas surat
pernyataan persetujuan pelepasan hak dari masing-masing komisaris
developer lama menunjukkan bahwa 2 dari 4 rekanan tersebut yaitu PT
Dwi Budi Wijaya dan PT Pantograph Nusantara dimiliki oleh satu pihak
yang sama yaitu Sdr. Sudwikatmono sebagai Komisaris Utama pada
kedua perusahaan tersebut.
2) Penentuan nilai tanah yang akan dilepas cenderung direndahkan.
Pangdam V/Brawijaya pernah melaporkan kepada Kasad dalam suratnya
No. B/172/II/1986 tanggal 19 Pebruari 1986 bahwa harga patokan tanah
tegal Gunungsari tertinggi tahun 1985/1986 adalah Rp7.500/m2 sesuai
penetapan harga dasar tanah di wilayah Kotamadya Surabaya.
Berdasarkan penelitian terhadap data patokan harga tanah yang
dikeluarkan Walikotamadya Surabaya sesuai Keputusan Walikotamadya
Surabaya No. 34 Tahun 1987 diperoleh informasi bahwa harga patokan
tertinggi per m2 tanah tegal Gunungsari adalah senilai Rp15.000/m2.
Berdasarkan surat Kepala Kantor Dinas Luar Tk. I Ipeda Surabaya
Timur/Selatan No. S.5126/WPJ.06/KI.3311/1987 tanggal 9 Desember
1987

bahwa

perkiraan

harga

tanah

desa

Pradah

Kali

Kendal

(Gunungsari) adalah berkisar Rp4.500 s.d. Rp5.500, namun harga

114

tersebut diragukan kewajarannya karena data harga tanah pedesaan


dalam Lampiran SK Kakanwil VI Ditjen Pajak Jawa Timur No.
Kep/371/WPJ.06/BD.07/1987 tanggal 7 Agustus 1987 yang menjadi
rujukan surat Kepala Kantor Dinas Luar Tk. I Ipeda Surabaya
Timur/Selatan tersebut tertera dengan tulisan tangan.
Jika

digunakan

harga

dasar

tertinggi

sesuai

Surat

Keputusan

Walikotamadya Surabaya No. 34 Tahun 1987 maka proses ruilslag tanah


Gunungsari merugikan negara senilai Rp4.802.295.600,00 dengan
perincian sebagai berikut:
Harga patokan tanah:
1.263.762 m2 x Rp15.000,00

Rp18.956.430.000,00

Nilai uang

Rp 2.211.583.500,00

Nilai bangunan

Rp 11.942.550.900,00

Total Nilai Aset Pengganti

Rp14.154.134.400,00

Kerugian Negara

Rp 4.802.295.600,00

3. Indikasi menurunkan (mark down) nilai aset yang dilepas diperkuat lagi
dengan keuntungan tidak wajar yang diperoleh 4 developer awal senilai
Rp6.200.292.000,00 dari proses pemindahan hak perjanjian tukar
menukar dengan perhitungan sebagai berikut:
Item Pertukaran

PT Optima
Nusantara

PT Panthograph
Nusantara

PT Pemb. Darmo
Grande

PT Dwi Budi
Wijaya

Total

Pengeluaran
Uang Pengadaan
Tanah
Biaya Prestasi
Fisik
Total Pengeluatan

437,500,000.00

437,500,000.00

437,500,000.00

899,083,500.00

2,211,583,500.00

360,036,000.00

360,036,000.00

360,036,000.00

720,072,000.00

1,800,180,000.00

797,536,000.00

797,536,000.00

797,536,000.00

1,619,155,500.00

4,011,763,500.00

1,667,925,000.00

1,667,925,000.00

1,667,925,000.00

3,408,100,500.00

8,411,875,500.00

Penerimaan
Uang Penggantian
Hak
Uang Pengganti
Biaya Fisik
Total Uang
Penggantian
Selisih Keuntungan

360,036,000.00

360,036,000.00

360,036,000.00

720,072,000.00

1,800,180,000.00

2,027,961,000.00

2,027,961,000.00

2,027,961,000.00

4,128,172,500.00

10,212,055,500.00

1,230,425,000.00

1,230,425,000.00

1,230,425,000.00

2,509,017,000.00

6,200,292,000.00

Keuntungan tersebut bersumber dari nilai riil tanah di Gunungsari


tersebut sehingga hanya dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun dengan
prestasi

pekerjaan

kurang

(Rp4.011.763.500/Rp14,154,134,400.00)

dari
developer

30%
lama

telah

115

mendapatkan keuntungan + 40 % dari nilai ruilslag (Rp6,200,292,000.00/


Rp14,154,134,400.00).

Pihak Kodam V/Brawijaya seharusnya mengetahui profit taking yang


dilakukan oleh developer lama dari proses pengambilalihan proyek
ruilslag ini. Hal ini diperkuat dengan surat persetujuan Pangdam
V/Brawijaya tertanggal 18 Juli 1989 No: B/533/VII/1989 yang menetapkan
bahwa segala kegiatan administrasi yang berkaitan dengan penyerahan
dimaksud harus diketahui dan mendapatkan persetujuan tertulis dari
Kodam V/Brawijaya.

4) Pembagian rumah tipe K-36 sebanyak 736 unit kepada prajurit/PNS


berpotensi merugikan negara karena dana angsuran perumahan yang
seharusnya disetor ke Kas Negara dihimpun di Kakudam V/Brawijaya
dengan jumlah keseluruhan mencapai Rp3.240.000,00 X 736 unit =
Rp2.384.640.000,00.

Berdasarkan

Petunjuk

Pelaksanaan

No.

Juklak/01/IV/1994 tanggal 2 April 1994 tentang Pengaturan Perumahan


Tipe K-36/Kaveling Prajurit di Wilayah Madiun, Mojokerto, Malang,
Jember dan Sidoarjo, antara lain diatur bahwa dana angsuran
perumahan tersebut dihimpun oleh Kakudam V/Brawijaya dan digunakan
untuk membangun perumahan prajurit selanjutnya. Dana angsuran
perumahan tersebut seharusnya merupakan penerimaan negara dari
hasil penjualan tanah negara kepada prajurit/PNS melalui proses ruilslag
yang

difasilitasi

oleh

developer.

Selain

itu

pertanggungjawaban

penggunaan dana angsuran yang dihimpun oleh Kakudam V/Brawijaya


tidak diperoleh sehingga kewajaran penggunaan dana tidak dapat dinilai.

5) Pembagian tanah cadangan pangkalan seluas 65 Ha tidak sesuai


ketentuan karena tanah tersebut merupakan tanah negara yang
diperoleh dari proses ruilslag sehingga harus melalui proses pengajuan
usulan hibah secara berjenjang hingga Menteri Keuangan. Selain itu
pengamanan tanah tersebut secara hukum masih lemah karena masih
berstatus hak milik atas nama pribadi Sdr. Imam Oetomo, sehingga jika

116

terdapat tuntutan hukum maka Pihak Kodam V/Brawijaya berada dalam


posisi yang lemah.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 350/KMK.03/1994
tanggal

13

Juli

1994

tentang

Tata

Cara

Tukar

Menukar

Barang

Milik/Kekayaan Negara antara lain pada :


1) Pasal 2 yang menyatakan bahwa Tukar menukar Barang Milik/Kekayaan
Negara adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaan barang tidak
bergerak milik negara kepada pihak lain dengan menerima penggantian
utama dalam bentuk barang tidak bergerak dan tidak merugikan negara.
2) Pasal 5 dan Lampiran 2 poin c menetapkan bahwa pelaksanaan tukar
menukar

barang

milik

negara

dilakukan

setelah

mendapat

persetujuan/izin prinsip dari Menteri Keuangan/Presiden.


3) Lampiran angka 2 huruf I yang menyatakan bahwa serah terima aset
yang dilepas dan aset pengganti harus dituangkan dalam berita acara
dan baru dapat dilaksanakan apabila :
a) Aset pengganti telah selesai dibangun, siap dipakai baik secara fisik
maupun secara administratif sesuai dengan perjanjian Tukar
Menukar.
b) Hasil Pemeriksaan tim penilik menyatakan bahwa aset pengganti
telah sesuai dengan kontrak/bestek.
c) Aset yang dilepas telah dihapus dengan Surat Keputusan Pejabat
yang berwenang.
b. Undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pada Pasal 1 yang menyatakan Dihukum karena tindak pidana
korupsi ialah : antara lain pada huruf b. barangsiapa dengan tujuan
menguntungkan

diri

sendiri

atau

orang

lain

atau

suatu

Badan,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya


karena jabatan atau kedudukan, yang secara langsung atau tidak langsung
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Untuk Ruilslag Gudang Munisi Daerah di Pesing, Jakarta Barat:

117

1) Perhitungan nilai aset ruilslag berpotensi menimbulkan kerugian negara


minimal sebesar Rp124.464.365.625,00.
2) Adanya penyerahan dana minimal senilai Rp.1.325.000.000,00 kepada
pihak Kodam Jaya pada Tahun 1978 s.d. 1982 yang tidak diketahui
pertanggungjawabannya.
b. Untuk Ruilslag Puslatpur Rindam III/Siliwangi di Kabupaten Maja, Banten
1) Pelaksanaan tukar menukar tanah Dephan/TNI c.q. TNI AD Kodam
III/Slw dengan tanah, bangunan, dan prasarana penukarnya dari PT
Mandirinusa Grahaperkasa berpotensi merugikan keuangan negara
sebesar Rp21.677.762.800,00.
2) Aset pengganti berupa tanah di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Lebak
Provinsi Banten mengalami kekurangan sebesar 374.491 m2 yang harus
dipertanggungjawabkan oleh PT Mandirinusa Grahaperkasa.

c. Untuk Ruilslag Koterm A - Kodam V/Brw di Jl. Rajawali No. 57 Surabaya


1) Potensi kerugian negara sebesar Rp15.235.988.000,00 akibat kesalahan
penilaian aset yang dilepas dan aset pengganti.
2) Terdapat tanah pengganti yang diperoleh dari pengadaan Kodam
V/Brawijaya
3) Terdapat lahan yang belum digunakan sesuai peruntukannya.
d. Untuk Ruilslag Tanah Kodam V/Brw di Jl. Gunungsari, Surabaya
1) Berpotensi menimbulkan kerugian negara senilai Rp7.186.935.600,00
dari

kekurangan

nilai

aset

tanah

yang

dilepas

sebesar

Rp4.802.295.600,00 dan dari akumulasi dana angsuran perumahan yang


tidak disetor ke Kas Negara atau tidak dapat dipertanggungjawabkan
sebesar Rp2.384.640.000,00.
2) Aset tanah negara seluas 65 Ha di Lawang berisiko hilang karena tidak
didukung dengan pengamanan aspek hukumnya.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Adanya Kebijakan Pimpinan TNI AD/Pang Kotama yang belum sepenuhnya
mengacu kepada Ketentuan ruilslag dan transparansi pertanggungjawaban
keuangan.

118

b. Kesengajaan dari pihak Developer untuk tidak menyelesaikan aset pengganti


ruilslag secara tepat waktu
c. Tim penilai tidak menggunakan seluruh informasi yang telah diperoleh pada
saat penilaian aset yang dipertukarkan.
d. Adanya indikasi rekayasa penjualan tanah negara kepada pihak III dengan
modus ruilslag tanah hibah negara kepada prajurit
e. Sistem Pengendalian Intern pelaksanaan ruilslag lemah karena prosedur
yang telah ditetapkan tentang pelaksanaan ruilslag tidak dipatuhi oleh
pelaksana.
f.

Tidak adanya koneksitas informasi yang berkesinambungan antara Penilai


Aset Ruilslag dengan instansi terkait seperti Kantor Pelayanan PBB dan
BPN.

Atas temuan tersebut pelaksana pada:


a. Kodam

Jaya

memberikan

tanggapan

bahwa

proses

ruilslag

telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, nilai aset lama dan aset yang
diterima seimbang sesuai dengan NJOP dan harga pasaran setempat. Selain
itu telah terbit Surat Keputusan Penghapusan dari Menhan RI No.
Skep/533/M/VII/2006 tanggal 31 Juli 2006.
b. Atas temuan tersebut pelaksana pada Kodam V/Brw memberikan tanggapan
bahwa permasalahan tersebut sedang didalami dan akan diterbitkan ST
Kasad untuk menindaklanjutinya. Sedangkan untuk perhitungan nilai ruilslag
dilakukan Tim Interdep sehingga TNI AD tidak memiliki kewenangan dalam
perhitungan dan penaksiran.
c. Atas temuan tersebut pelaksana memberikan tanggapan bahwa proses
ruilslag tersebut tidak merugikan negara karena penilaian aset telah
dilakukan oleh Tim Interdep dan harga telah sesuai dengan dasar NJOP dan
pasaran yang berlaku.

BPK RI menyarankan agar Menteri Pertahanan RI/Panglima TNI :


a. Memerintahkan Kasad untuk menegur dan memberikan sanksi kepada
Panglima Kotama yang dalam pelaksanaan ruilslag tidak mengikuti
ketentuan

yang

berlaku

dan

memerintahkan

untuk

meningkatkan

119

transparansi pertanggungjawaban keuangan berkaitan dengan dana-dana


kompensasi ruilslag.
b. Memerintahkan Kasad untuk menegur dan memproses secara hukum
kepada developer yang dengan sengaja tidak menyelesaikan aset pengganti
ruilslag secara tepat waktu serta mem-black list rekanan tersebut untuk tidak
dapat mengikuti proses ruilslag selanjutnya.
c. Memperhatikan

dalam

setiap

pembentukan

Tim

Interdep

untuk

mengoptimalkan pemanfaatan informasi yang diperoleh dari pihak intern


maupun ekstern pada saat penilaian aset yang dipertukarkan.

5. Penyelesaian ruilslag tanah dan bangunan Benglap Paldam V/Brawijaya di


Jl.

Kasuari

Surabaya

berlarut-larut

dan

merugikan

negara

senilai

Rp2.006.218.750,00

Ruilslag terhadap tanah dan bangunan Benglap Denpal Jl Kasuari Surabaya,


Kel. Krembangan Selatan, Kec. Krembangan, Surabaya dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa lokasi tanah sudah tidak sesuai lagi dengan Rencana Tata
Kota setempat dan tidak efisien lagi untuk dipertahankan sesuai Redislokasi
Satuan Kodam V/Brawijaya. Atas dasar pertimbangan tersebut, Pangdam
V/Brawijaya mengajukan rencana pelaksanaan ruilslag tanah dan bangunan
Denpal kepada Kasad dengan Surat Nomor K/22/I/1994 tanggal 31Januari 1994.

Dalam rencana pelaksanaan (renlak) taksiran nilai aset yang dilepas dan aset
pengganti adalah sebagai berikut :
a. Aset yang dilepas
1)

Tanah

di

Krembangan

Jl.

Kasuari,

Selatan

seluas

Kelurahan
5.375

m2

dengan harga taksiran Rp435.000/m2


2)

3)

Rp. 2.338.125.000

Bangunan TNI AD seluas 512 m dengan


harga taksiran 512 x 50% x Rp230.000/m2

Rp.

58.880.000

Prasarana lain-lain

Rp.

18.235.000

Jumlah Rp. 2.415.240.000

120

b. Aset Pengganti
1)

Tanah :
a)

Tanah di Desa Pakistaji, Kec. Kabat,


Kab. Banyuwangi luas 400.000 m2 x
Rp3.250/m2

b)

Tanah

di

Rp. 1.300.000.000
Desa

Ketimang,

Kec.

Wonoayu, Kab. Sidoarjo seluas 20.000


m2 x Rp17.500/m2
2)

Rp.

350.000.000

Rp.

834.390.000

Bangunan Rumah, Mess dan prasarana di


Mapuslatpur,

Awar-Awar

Asem

Bagus

Situbondo

Jumlah Rp. 2.484.390.000

Selanjutnya kegiatan Ruilslag dilaksanakan dengan dasar Surat Keputusan


Menteri Keuangan RI Nomor S-4155/A.54/1095 tanggal 13 Oktober 1995; Surat
Keputusan Menhankam Nomor : Skep/152/II/1996 tanggal 29 Februari 1996;
Surat Perintah Pangab Nomor : Sprin/1415/V/1996 tanggal 21 Mei 1996 dan
Surat Perintah Kasad Nomor : Sprin/936/VI/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang
persetujuan dan perintah pelaksanaan ruilslag tanah dan bangunan Brawijaya.

Dengan memperhatikan hasil penaksiran oleh Tim Interdep, selanjutnya Kodam


V/Brawijaya

membuat

Perjanjian Tukar Menukar dengan PT Lamicitra

Nusantara. Perjanjian tersebut dibuat pada tanggal 6 September 1996 dengan


jangka waktu pelaksanaan kegiatan 21 bulan dan aset yang dipertukarkan
adalah :

a. Aset yang dilepas


1)

Tanah di Jl. Kasuari, Keluarahan Krembangan

5.375

M2

54

M2

152

M2

75

M2

Selatan
2)

Bangunan Benglap Denpaldam V/Brawijaya :


a) Rumah jaga (1 unit)
b) Kantor (1 unit)
c)

Ruang renja (1 unit)

121

d) Gudang Pelumasan

72

M2

e) Musholla

28

M2

115

M2

16

M2

a) Lapangan Volley

160

M2

b) Pagar Tembok

225

6.000

VA

400.000

M2

20.000

M2

f)

Aula

g) Kantin
3)

Prasarana :

c)

Telepon (1 sambungan)

d) Listrik PLN
b. Aset Pengganti
1)

Tanah :
a)

Tanah di Desa Pakistaji, Kec. Kabat, Kab.


Banyuwangi (sertifikat Hak Pakai a.n. TNI
AD c.q. Kodam V/Brawijaya)

b)

Tanah di Desa Ketimang, Kec. Wonoayu,


Kab. Sidoarjo (sertifikat Hak Pakai a.n. TNI
AD c.q. Kodam V/Brawijaya)

2)

Bangunan di Mapuslatpur, Awar-Awar Asem


Bagus Situbondo :

3)

a)

Rumah K-54 (4 KK)

216

M2

b)

Rumah K-45 (15 KK)

675

M2

c)

Mess Pa F-160 (1 buah)

160

M2

d)

Rumah K-38 (25 KK)

950

M2

740

M2

Prasarana di Mapuslatpur, Awar-Awar Asem


Bagus Situbondo :
a)

Pembangunan Jalan Makadam Aspal lebar


5m

b)

Pembangunan Jalan Rabat lebar 2 m

460

M2

c)

Jembatan jalan rabat masuk rumah lebar 1

234

M2

m
d)

Got pasangan kanan kiri jalan

460

M2

e)

Got pasangan belakang rumah

360

M2

g)

Jembatan plat (0,60 x 2m)

Bh

122

h)

Jembatan plat (0,60 x 1m)

44

Bh

i)

JTR

18

Bh

j)

Penambahan daya dari 33 KVA menjadi 82

49 KVA

KVA

4)

k)

Instalasi

845

l)

Pagar teralis besi tinggi 1,75 m

178

m)

Pagar kawat duri tinggi 2 m

468

n)

Pengeboran sumur artetis lama

o)

Pengadaan pompa dan instalasi

p)

Pengurugan tanah

q)

Pagar teralis besi

r)

BP PLN

s)

Pemasangan pipa 1

25

t)

Pipa

10

u)

Pagar tembok tinggi 2m

46

Menyerahkan

27.504

M3

46

1.300 KVA

uang

tunai

kepada

Kas

Negara

sebesar

Rp.797.787.150,00

Berdasarkan surat Pangdam V/Brawijaya kepada Kasad Nomor B/51/I/2000


tanggal 19 Januari 2000 diketahui bahwa pengadaan aset pengganti ruilslag
tanah dan bangunan TNI AD c.q. Kodam V/Brawijaya Benglap Denpal Jl.
Kasuari

Surabaya

dan

penyetoran

dana

ke

Kas

Negara

senilai

Rp.797.787.150,00 telah selesai dilaksanakan sampai dengan bulan Desember


1999. Dalam surat tersebut Pangdam V/Brawijaya mengajukan permohonan
kepada Kasad untuk menurunkan Tim Komisi penerimaan aset pengganti
ruilslag. Menindaklanjuti Surat tersebut, komando atas menurunkan Tim Komisi
penerimaan aset pengganti ruilslag. Dari hasil penelitian oleh Tim Komisi
tersebut, sesuai dengan Surat Telegram Kasad Nomor ST/893/2000 tanggal 7
November 2000 PT Lamicitra Nusantara dinyatakan terlambat selama 1169 hari
dan harus dikenakan denda.

Dengan Surat Nomor K/15/II/2001 tanggal 6 Februari 2001 Pangdam


V/Brawijaya melaporkan kembali penyelesaian ruilslag dan mengajukan saran

123

tindak lanjutnya agar serah terima aset dapat dilaksanakan. Tetapi sampai
dengan saat pemeriksaan belum ada tindak lanjut dari Komando atas mengenai
penyelesaian ruilslag tersebut.

Berdasarkan cek fisik pada tanggal 1 Agustus 2006 aset TNI AD yang dilepas
dalam hal ini tanah dan bangunan di Jl. Kasuari Surabaya telah dimanfaatkan
oleh PT Lamicitra Nusantara sebagai lahan parkir dan bangunan Jembatan
Merah Plaza (JMP), sedangkan aset pengganti juga telah dimanfaatkan oleh TNI
AD. Dan hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa terhadap aset yang
dilepas dan aset pengganti tersebut belum dilakukan serah terima tanah dan
bangunan yang dipertukarkan secara resmi karena belum ada Surat Perintah
Kasad

tentang

Penghapusan

barang-barang

inventaris

TNI

AD

yang

dipertukarkan.

Hasil pemeriksaan terhadap Berita Acara tentang Penilaian dan Penaksiran


Harga Tanah dan Bangunan Dephankam/ABRI c.q. TNI AD Kodam V/Brawijaya
Benglap Denpal di Jl. Kasuari Surabaya dan Tanah, Bangunan serta prasarana
penukarannya dari PT Lamicitra Nusantara yang dibuat oleh Panitia Penaksir
Harga Tanah dan Bangunan Dephankam/ABRI tanggal 29 Desember 1995,
diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Data yang dihimpun :
a. Harga umum pasaran
Berdasarkan surat Lurah Krembangan Selatan No. 590/500/402.93.03.01/95
tanggal

27

Desember

1995

yang

diketahui

Camat

Krembangan

menerangkan bahwa harga pasaran/umum tanah di sekitar Jl. Kasuari


Surabaya adalah sebesar Rp367.500,00.
2) NJOP
a) Tanah dan bangunan yang terletak di Jl. Kasuari No. 47 Surabaya
tercatat dalam basis data PBB dengan Nomor Objek Pajak (NOP)
35.78.170.005.002.0009.0 adalah termasuk objek pajak yang tidak
dikenakan PBB berdasarkan ketentuan Pasal 3 (2) UU No. 12 Tahun
1985 jo. UU No. 12 Tahun 1994.

124

b) Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Wilayah


IX DJP Jawa Timur No. Kep-016/BPJ.09/BD.05/1995 tanggal 23
Maret 1995 tentang penggolongan nilai jual bumi serta ketentuan nilai
jual

objek

pajak,

penggolongan

nilai

jual

bumi

berkisar

Rp1.655.000,00 s.d. Rp1.789.000,00 dengan ketentuan NJOP


Rp1.722.000,00/m2.
c) Sedangkan objek pajak di sekelilingnya yang tidak termasuk dalam
kompleks Jembatan Merah Plaza penggolongan Nilai Jual Bumi
berkisar Rp501.000,00 s.d. Rp573.000,00 dengan ketentuan NJOP
Rp537.000/m2.
b. Dasar penentuan nilai taksiran tanah :
1) Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, pemberian ganti
rugi tanah didasarkan pada nilai nyata atau sebenarnya dengan
memperhatikan NJOP yang terakhir.
2) Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 mencabut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang Tata cara pembebasan
tanah yang menggunakan harga dasar sebagai pedoman pemberian
ganti rugi tanah maka dalam menentukan nilai taksiran tanah yang akan
dilepas Panitia Penaksir hanya menggunakan data harga pasaran/umum
dan NJOP.
3) Dalam menentukan nilai taksiran tanah Panitia menggunakan acuan
Harga Nyata sesuai Surat Lurah Krembangan Selatan, NJOP sesuai
Surat Kepala Kantor Pelayanan PBB Surabaya, Lampiran Surat
Keputusan Kepala Kantor Kanwil IX DJP Jawa Timur dan letak, luas,
bentuk serta keadaan fisik tanah yang bersangkutan.

c. Penentuan Taksiran Nilai Tanah :


1) Mengingat tanah yang akan dilepas tersebut belum pernah dikenakan
PBB, merupakan bagian belakang dari Kompleks Jembatan Merah Plaza,
berada di lingkungan RT 005 RW 15, terletak di tepi jalan dan
memanjang sejajar jalan Kasuari maka NJOP yang dipergunakan untuk
menentukan nilai taksiran tanah yang akan dilepas Panitia Penaksir

125

Sepakat menggunakan rata-rata Penggolongan Nilai Jual Bumi klas 10


terendah dan klas 20 yang tertinggi di Jl. Kasuari RT 005 RW 15 yaitu :
Rp1.655.000,00 + Rp573.000,00
2
= Rp1.114.000,00

2) Dalam menentukan nilai taksiran tanah yang akan dilepas per meter
persegi Panitia Penaksir sepakat menggunakan rata-rata dari harga
umum/pasaran dan nilai objek pajak yaitu :

Rp1.114.000,00 + Rp367.500,00
2
= Rp740.750,00

3) Taksiran harga tanah yang akan dilepas


= 5.375 x Rp740.750,00
= Rp3.981.531.250,00

Menurut pendapat Tim BPK RI, penentuan nilai taksiran tanah yang akan dilepas
per meter persegi oleh Panitia Penaksir tidak sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 350/KMK.03/1994 tanggal 13 Juli 1994 tentang Tata
Cara Tukar Menukar Barang Milik Negara/Kekayaan Negara yang menetapkan
perkiraan nilai tanah agar berpedoman pada Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, sehingga nilai taksiran tanah yang akan
dilepas minimal senilai rata-rata Penggolongan Nilai Jual Bumi klas 10 terendah
dan klas 20 yang tertinggi di Jl. Kasuari RT 005 RW 15 yaitu :
Rp1.655.000,00 + Rp573.000,00
2
= Rp1.114.000,00

Sehingga taksiran harga tanah yang akan dilepas menurut pendapat Tim BPK RI
minimal senilai Rp5.987.750.000,00 (5.375 m2 x Rp1.114.000,00).

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :


a. Terdapat pemanfaatan aset TNI AD (Jl. Kasuari) oleh Pihak III (PT Lamicitra
Nusantara) tanpa melalui prosedur yang benar. Aset TNI AD telah
dimanfaatkan oleh PT Lamicitra Nusantara telah melakukan pembongkaran
bangunan dan memanfaatkan tanah TNI AD untuk kegiatan bisnis sebelum

126

ada Surat Perintah Kasad tentang Penghapusan barang-barang inventaris


TNI

AD

yang

dipertukarkan

dan

aset-aset

yang

dipertukarkan

diserahterimakan secara resmi.


b. Terdapat kesalahan penghitungan nilai aset tanah yang dilepas sehingga
mengakibatkan

kekurangan

nilai

aset

yang

dilepas

senilai

Rp2.006.218.750,00 (Rp5.987.750.000,00 - Rp3.981.531.250,00)

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik


Indonesia No. 350/KMK.03/1994 tanggal 13 Juli 1994 tentang Tata Cara Tukar
Menukar barang Milik/Kekayaan Negara antara lain pada :
a. Pasal 2 yang menyatakan bahwa Tukar menukar Barang Milik/Kekayaan
negara adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaan barang tidak
bergerak milik negara kepada pihak lain dengan menerima penggantian
utama dalam bentuk barang tidak bergerak dan tidak merugikan negara.
b. Pasal 5 dan Lampiran 2 poin c menetapkan bahwa pelaksanaan tukar
menukar barang milik negara dilakukan setelah mendapat persetujuan/izin
prinsip dari Menteri Keuangan/Presiden.
c. Lampiran angka 2 huruf I yang menyatakan bahwa serah terima aset yang
dilepas dan aset pengganti harus dituangkan dalam berita acara dan baru
dapat dilaksanakan apabila :
1) Aset pengganti telah selesai dibangun, siap dipakai baik secara fisik
maupun secara administratif sesuai dengan perjanjian Tukar Menukar.
2) Hasil Pemeriksaan tim penilik menyatakan bahwa aset pengganti telah
sesuai dengan kontrak/bestek.
3) Aset yang dilepas telah dihapus dengan Surat Keputusan Pejabat yang
berwenang.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Terdapat kerugian negara dari kekurangan nilai aset tanah yang dilepas Jl.
Kasuari senilai Rp2.006.218.750,00.
b. Penyelesaian kegiatan ruilslag tanah dan bangunan TNI AD di Jl. Kasuari
Surabaya berlarut-larut.

127

Hal tersebut terjadi karena :


a. Kelalaian Tim Interdep dalam penaksiran nilai aset yang belum sepenuhnya
tepat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Lemahnya klausul Surat Perjanjian Tukar Menukar yang tidak memuat klausul
denda atas keterlambatan developer dalam menyediakan aset pengganti.

Atas temuan tersebut sampai dengan saat pemeriksaan pelaksana pada Kodam
V/Brw belum memberikan tanggapan.

BPK RI menyarankan agar Menteri Pertahanan RI/Panglima TNI :


a. Menegur Tim Interdep dan memerintahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
informasi yang diperoleh dari pihak intern maupun ekstern pada saat penilaian
aset yang dipertukarkan.
b. Menyempurnakan peraturan terkait pelaksanaan ruilslag agar memuat klausul
denda atas keterlambatan developer dalam menyediakan aset pengganti yang
menjadi acuan dalam pembuatan Surat Perjanjian Tukar Menukar.

VI. PENATAUSAHAAN BMN


1. Penatausahaan Aset Tetap Sebagai Barang Milik Negara di Lingkungan TNI
AD Belum Tertib dan Akurat
Aset tetap merupakan aset yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Aset tetap yang digunakan oleh TNI AD dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
pokoknya harus ditatausahakan baik jumlah dan keberadaannya. Kegiatan
penatausahaan aset dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan.
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dilaksanakan melalui dua
sistem pelaporan yaitu sistem pelaporan secara manual yang diselenggarakan
oleh pembina materiil tanah dan sistem pelaporan yang berbasis sistem
pengolahan data komputer yang diselenggarakan oleh Disinfolahtad dan
jajarannya. Laporan IKMN yang dijadikan bahan untuk penyusunan neraca
Dephan untuk tahun 2005 dan 2006 bersumber dari laporan IKMN yang
dihasilkan dari hasil pengolahan data Disinfolahtad dan jajarannya.

128

Hasil pemeriksaan atas penatausahaan aset tetap di lingkungan TNI AD


diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Tanah
1. Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku
inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil tanah di daerah
(Zidam) dan Buku Inventaris Tanah yang dikeluarkan oleh Disinfolahtad.
Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud diperoleh kesimpulan
bahwa informasi yang disajikan berbeda secara signifikan.

2. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil pemeriksaan
dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa kegiatan inventarisasi
tanah di lingkungan TNI AD minimal selama lima tahun terakhir tidak
pernah dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan data antara daftar
inventaris yang disajikan melalui data IKMN dengan data inventaris
pembina materiil.
3. Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dhi. tanah yang
dilaksanakan melalui dua sistem pelaporan tersebut di atas praktis
menghasilkan dua versi laporan, yaitu laporan versi manual yang
berbentuk laporan kekuatan/rekapitulasi tanah dan laporan versi data
base komputer yang berbentuk laporan tahunan (LT).
Hasil pemeriksaan atas laporan yang disajikan kedua versi sistem tersebut
menunjukkan informasi yang berbeda, yaitu:

129

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Versi Data Base Komputer


Buku Inventaris
Bidang
Luas

Uraian
Kodam IM
Kodam I/BB
Kodam II/Swj
Kodam III/Slw
Kodam IV/DIP
Kodam V/Brw
Kodam VI/TPr
Kodam VII/Wrb
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/PTM
Kodam XVII/Trk
Kodam Jaya

246
701
515
896
1.463
1.504
1.469
986
622
155
348
453
9.358

366.206.996,00
14.549.259,00
495.776.957,00
81.067.433,00
135.953.768,00
59.006.891,00
554.267.221,00
13.603.579,00
9.705.230,00
4.028.786,00
12.056.941,00
28.617.478,00
1.774.840.539,00

Versi manual
Rekapitulasi Tanah
Bidang
Luas
365
1.055
570
920
1.403
1.827
1.757
1.037
667
213
353
762
10.929

7.366.599,50
38.040.558,11
481.650.081,00
81.852.231,94
56.160.819,00
54.359.039,10
562.051.227,75
380.385.211,50
10.121.378,93
6.869.046,00
13.243.266,00
25.084.185,00
1.717.183.643,83

Perbedaan
Bidang

Luas

119
354
55
24
(60)
323
288
51
45
58
5
309
1.571

(358.840.396,50)
23.491.299,11
(14.126.876,00)
784.798,94
(79.792.949,00)
(4.647.851,90)
7.784.006,75
366.781.632,50
416.148,93
2.840.260,00
1.186.325,00
(3.533.293,00)
(57.656.895,17)

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa kedua versi


laporan tersebut tidak ada yang akurat dan wajar, yaitu:
a. Versi data base komputer
Pemeriksaan atas buku inventaris tanah menunjukkan bahwa data dan
informasi yang disajikan dalam buku inventaris tanah belum mutakhir dan
lengkap, yaitu:
1. Terdapat 1.325 bidang tanah seluas 23.135.131,00 m2 yang belum
diisi nilainya.
Pemeriksaan atas daftar tanah yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif tanah jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
dari 9.358 bidang tanah seluas 1.774.840.539,00 m2 masih terdapat
1.325 bidang tanah seluas 23.135.131,00 m2 yang belum diisi
nilainya, yaitu antara lain:
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

SATUAN
KODAM II/SWJ
KODAM III/SLW
KODAM IV/DIP
KODAM V/BRW
KODAM VI/TPR
KODAM VII/WRB
KODAM IX/UDY

BIDANG
50
249
27
8
337
219
378

JUMLAH
LUAS
1.595.362,00
378.157,00
2.691.071,00
735.360,00
5.345.219,00
4.308.804,00
7.192.214,00

130

NO
8.
9.

SATUAN
BIDANG
4
53
1.325,00

KODAM XVI/PTM
KODAM JAYA
Jumlah

JUMLAH
LUAS
75.920,00
813.024,00
23.135.131,00

Sumber data: Daftar Nominatif Tanah disajikan oleh Disinfolahtad

2. Terdapat tanah minimal sebanyak 276 bidang seluas 17.115.480,44


m2 hasil perolehan tahun 2005, 2006 dan 2007 belum masuk dalam
daftar inventaris tanah.
Pemeriksaan atas daftar tanah yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif tanah jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
daftar tersebut belum dimutakhirkan minimal selama tiga tahun
terakhir. Hal ini terbukti dengan belum dicatatnya tanah minimal
sebanyak

276

bidang

seluas

17.115.480,44

m2

hasil

perolehan/penambahan tahun 2005, 2006 dan 2007, yaitu :

Jumlah
No
A
1
2
3
4
5
6
7
B
1
2
3
4
C
1
2
3
4

Kotama
2005
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Kodam VI/Tpr
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/Ptm
Kodam XVII/Trk
Kodam Jaya
Jumlah
2006
Kodam III/Slw
Kodam V/Brw
Kodam IX/Udy
Kodam XVI/Ptm
Jumlah
2007
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Kodam IX/Udy

Tanah milik
Bidang
luas (m2)
5
4
33
7
1
3
2
55

3.817,00
478.700,00
4.837.058,00
83.210,00
29.000,00
699.956,00
34.790,00
6.166.531,00

2
21
6
9
38

2.368,00
2.841.976,00
92.941,00
909.800,00
3.847.085,00

7
3
9
75

5.110.697,00
7.686,00
834.902,44
354.829,00

Okupasi
Bidang
luas (m2)

11.180,00

11.180,00

73

73

382.769,00

382.769,00

53.251,00

2.275,00

131

Jumlah
Tanah milik
Okupasi
Bidang
luas (m2)
Bidang
luas (m2)
5 Kodam Jaya
6
344.275,00
Jumlah
100
6.652.389,44
5
55.526,00
Total
193
16.666.005
83
449.475
Sumber data: Laporan Mutasi Tanah disajikan oleh Ditziad
No

Kotama

Penatausahaan IKMN tanah berbasis komputer seperti tersebut di


atas menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan menjadi tidak
lengkap dan akurat karena pencatatan tanah selama tiga tahun
terakhir tidak dilaksanakan dan masih terdapat tanah yang tidak diberi
nilai.
Karena penyajian data tanah di dalam neraca Dephan menggunakan
data yang dihasilkan sistem ini, maka penyajian laporan terkait
dengan akun tanah menjadi tidak wajar.
b. Versi Manual
Pelaporan IKMN yang diselenggarakan pembina materiil tanah secara
berjenjang dari satuan di daerah sampai ke Direktorat Zeni Angkatan
Darat menunjukkan data yang tidak akurat. Pemeriksaan secara uji petik
pada empat kotama menunjukkan data sebagai berikut :
No

Kotama
Bidang

A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
C
1
2
3
4

2005
Kodam Jaya
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
2006
Kodam Jaya
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Semester I 2007
Kodam Jaya
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw

Laporan Tanah Milik menurut


Daerah
Pusat
Luas
Bidang
Luas

507
421
529
909

24.295.603,00
75.917.865,75
42.841.664,00
36.103.584,20

507
419
529
908

24.295.603,00
75.915.497,75
42.842.384,00
35.591.842,20

512
427
537
936

24.535.428,00
81.026.585,75
42.857.366,00
37.155.699,64

507
421
529
928

24.295.603,00
75.917.865,75
42.842.384,00
36.889.568,20

520
434
541
988

24.542.570,00
81.039.255,75
43.297.241,00
50.748.542,14

512
427
537
936

24.535.428,00
81.026.585,75
42.850.296,00
37.155.699,64

132

Ketidakakuratan data dan informasi jumlah kekuatan dan luas tanah


terjadi karena adanya kendala waktu penyampaian laporan yang
merupakan kelemahan dari sistem pengolahan data secara manual. Hal
ini praktis menyebabkan laporan posisi tertentu di tingkat pusat akan
berbeda dengan laporan tingkat daerah.

b. Bangunan
1. Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku
inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil bangunan di daerah
(Zidam)

dan

Buku

Inventaris

Bangunan

yang

dikeluarkan

oleh

Disinfolahtad. Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud diperoleh


kesimpulan bahwa informasi yang disajikan berbeda secara signifikan.
2. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil pemeriksaan
dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa kegiatan inventarisasi
bangunan di lingkungan TNI AD minimal selama lima tahun terakhir tidak
pernah dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan data antara daftar
inventaris yang disajikan melalui data IKMN dengan data inventaris
pembina materiil.
3. Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dhi. Bangunan yang
dilaksanakan melalui dua sistem pelaporan tersebut di atas praktis
menghasilkan dua versi laporan, yaitu laporan versi manual yang
berbentuk laporan kekuatan/rekapitulasi bangunan dan laporan versi data
base komputer yang berbentuk laporan tahunan (LT).
Hasil pemeriksaan atas laporan yang disajikan kedua versi sistem
tersebut menunjukkan informasi yang berbeda.
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa kedua versi
laporan tersebut tidak ada yang akurat dan wajar, yaitu:
a. Versi data base komputer

133

Pemeriksaan atas buku inventaris bangunan menunjukkan bahwa


data dan informasi yang disajikan dalam buku inventaris bangunan
belum mutakhir dan lengkap, yaitu:
1) Terdapat bangunan yang belum diisi nilainya.
Pemeriksaan atas daftar bangunan yang tercatat dalam Buku
Inventaris atau daftar nominatif tanah jajaran Kotama di
lingkungan TNI AD per 18 September 2007 yang dihasilkan dari
sistem pengolahan data yang diselenggarakan Disinfolahtad dan
jajarannya diketahui bahwa terdapat bangunan yang belum diisi
nilainya.
2) Terdapat bangunan senilai Rp986.346.638.000,00 hasil perolehan
tahun 2005 dan 2006 yang belum masuk dalam daftar inventaris
bangunan.
Pemeriksaan atas daftar bangunan yang tercatat dalam Buku
Inventaris atau daftar nominatif bangunan jajaran Kotama di
lingkungan TNI AD per 18 September 2007 yang dihasilkan dari
sistem pengolahan data yang diselenggarakan Disinfolahtad dan
jajarannya diketahui bahwa daftar tersebut belum dimutakhirkan
minimal selama dua tahun terakhir. Hal ini terbukti dengan belum
dicatatnya bangunan senilai Rp986.346.638.000,00.
Penatausahaan IKMN bangunan berbasis komputer seperti tersebut
di atas menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan menjadi tidak
lengkap dan akurat karena pencatatan bangunan selama dua tahun
terakhir tidak dilaksanakan dan masih terdapat bangunan yang tidak
diberi nilai.
Karena

penyajian

data

bangunan

di

dalam

neraca

Dephan

menggunakan data yang dihasilkan sistem ini, maka penyajian


laporan terkait dengan akun bangunan menjadi tidak wajar.
b. Versi Manual
Pelaporan IKMN yang diselenggarakan pembina materiil bangunan
secara berjenjang dari satuan di daerah sampai ke Direktorat Zeni
Angkatan Darat menunjukkan data yang tidak akurat.

134

Ketidakakuratan data dan informasi jumlah kekuatan dan luas


bangunan terjadi karena adanya kendala waktu penyampaian laporan
yang merupakan kelemahan dari sistem pengolahan data secara
manual. Hal ini praktis menyebabkan laporan posisi tertentu di tingkat
pusat akan berbeda dengan laporan tingkat daerah.
c. Kendaraan
1. Pembukuan
Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad) sebagai pembina materiil
kendaraan pada TNI AD belum membuat buku inventaris yang
membukukan secara rinci seluruh perolehan kendaraan hasil pengadaan
maupun hasil hibah yang telah didistribusikan ke satuan bawah.
Pembukuan dilaksanakan pada tingkat Peralatan Kodam (Paldam)
sebagai pembina materiil kendaraan pada tingkat masing-masing
teritorial Kodam. Paldam membukukan perolehan kendaraan hasil
penerimaan dari Pusat/Ditpalad, hasil pengadaan daerah dan hasil hibah
daerah. Pembukuan juga dilakukan pada tingkat kesatuan pemakai
(satkai) yaitu mencatat hasil penerimaan kendaraan distribusi dari
Paldam.
Hasil pemeriksaan secara sampel menunjukkan bahwa terdapat
kendaraan dari hasil pengadaan belum dibukukan sebagai data kekuatan
materiil kendaraan pada Ditpalad, Paldam maupun satkai yaitu:
a. Beberapa kendaraan belum didistribusikan ke satkai.
Berdasarkan pemeriksaan atas daftar pengadaan kendaraan dan
daftar distribusi kendaraan diketahui bahwa terdapat beberapa
kendaraan hasil pengadaan TA 2006 dan 2007 masuk pembukuan
Paldam maupun satkai karena barang belum didistribusikan yaitu
sebagai berikut :
No. Tahun Pengadaan
Jenis Kendaraan
1.
2006
Ranpur Panser APS 6x6 Pindad
2.
2007
Tr. 1/4 T (MB Suzuki APV GE)
3.
2007
SPM Harley Davidson
Jumlah

Jml.
3
100
3
106

Jml. Nilai
9.000.000.000
8.767.500.000
1.093.000.000
18.860.500.000

b. Pendistribusian beberapa kendaraan belum jelas telah diterima oleh


satkai karena tidak ditemukan dalam catatan pembukuan Paldam.

135

Berdasarkan pemeriksaan atas daftar pendistribusian kendaraan dari


Ditpalad,

daftar

penerimaan

kendaraan

pada

Paldam,

Sprin

pendistribusian dari Pangdam dan PPM yang diterbitkan Paldam


menunjukkan bahwa terdapat pendistribusian beberapa kendaraan
yang belum jelas telah diterima melalui Paldam sebagai pembina
materiil peralatan. Pendistribusian kendaraan yang belum jelas telah
diterima Paldam tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pendistribusian kendaraan ke Kodam Jaya :
Sprin Kasad
PPM Ditpalad
Nomor
Tanggal
No.
Nomor
Tanggal
Sprin/1738/X/2006
16/10/2006
1.
109/C/X/2006/RAN 31/10/2006
2. Sprin/1738/X/2006 16/10/2006 109/C/X/2006/RAN 31/10/2006
3. Sprin/1738/X/2006 16/10/2006 109/C/X/2006/RAN 31/10/2006

Satuan
Jenis
Kendaraan Jml. Pemakai
Ran Forklift 2
Ditpalad
Ran Forklift 2
Ditkesad
Ran Forklift 1
Dithubad

2) Pendistribusian kendaraan ke Kodam III/Siliwangi :


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

PPM Ditpalad
Nomor
Tanggal
88/C/VIII/2007/RAN 22/8/2007
88/C/VIII/2007/RAN 22/8/2007
88/C/VIII/2007/RAN 22/8/2007
88/C/VIII/2007/RAN 22/8/2007
85/C/VIII/2007/RAN 21/8/2007
82/C/IX/2006/RAN
09/12/2006
82/C/IX/2006/RAN
09/12/2006
33/C/IV/2006/RAN
13/4/2006
121/C/XI/2006/RAN 29/11/2006
98/C/X/2006/RAN
18/10/2006
98/C/X/2006/RAN
18/10/2006
98/C/X/2006/RAN
18/10/2006
54/C/V/2005/RAN
26/5/2005
54/C/V/2005/RAN
26/5/2005
14/C/II/2005/RAN
16/2/2005
14/C/II/2005/RAN
16/2/2005
5/C/I/2005/RAN
01/07/2005
Jumlah

Jenis Kendaraan

Jml.

SPM Suzuki Thunder 125 cc


SPM Suzuki Thunder 125 cc
SPM Honda Kirana
SPM Yamaha YT-115
Minibus KIA Travello
SPM Suzuki Thunder 125 cc
SPM Suzuki Thunder 125 cc
Bus Besar Mitsubishi
Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Single Cabin)
Truck 2 1/2 Ton Isuzu NPS 71L-121PS
Truck 2 1/2 Ton Isuzu NPS 71L-121PS
Truck 2 1/2 Ton Isuzu NPS 71L-121PS
SPM Suzuki Thunder 125 cc
SPM Suzuki Thunder 125 cc
Simulator Ranmor
Simulator Ranmor
Truck 2 1/2 Ton Isuzu NPS 71L-121PS

1
1
1
1
1
1
1
1
5
9
9
3
4
3
10
2
20
73

Satkai
Pussenarhanud
Pussenkav
Disjasad
Pussenarmed
Dispsiad
Dispsiad
Yonarmed-5
Pusdikter
Yonif-328
Yonif-312
Yonif-321
Yon-23/Kopassus
Grup-1/Kopassus
Yonif-328
Pusdikbekang
Pusdikpalad
Grup-1/Kopassus

3) Pendistribusian kendaraan ke Kodam IV/Diponegoro :


No.

PPM Ditpalad
Jenis Kendaraan
Nomor
Tanggal
1. 19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Single Cabin)
2. 19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Single Cabin)

Jml.
5
5

Satkai
Yonif-403
Yonif-405

136

No.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

PPM Ditpalad
Jenis Kendaraan
Jml.
Satkai
Nomor
Tanggal
19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Single Cabin)
5 Yonif-408
19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Single Cabin)
9 Yonif-413
19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Double Cabin)
2 Yonif-408
19/C/II/2007/RAN 02/09/2007 Truck 3/4 Ton Isuzu OZ (Double Cabin)
2 Yonif-413
21/C/III/2006/RAN 29/3/2006 Ran Ambulance Mitsubishi L-300
1 AKMIL
131/C/IX/2005/RAN 30/9/2005 SPM Kanzen 125 cc
41 AKMIL
131/C/IX/2005/RAN 30/9/2005 Daihatsu Taruna CL
4 AKMIL
80/C/VII/2005/RAN 14/7/2005 Truck 2 1/2 Ton Isuzu NPS 71L-121PS *) 1 Grup-2/Kopassus
Jumlah
75
Keterangan :
*) Jumlah kendaraan yang didistribusikan adalah 13 unit namun yang telah diterima hanya
12 unit sehingga terdapat 1 unit kendaraan belum diterima.

4) Pendistribusian kendaraan ke Kodam V/Brawijaya :


Berdasarkan Sprin Kasad Nomor : Sprin/129/I/2007 tanggal 31
Januari 2007 dan PPM Nomor : PPM/25/c/II/2007RAN tanggal 13
Februari 2007, Ditpalad mengeluarkan materiil berupa 3 Unit
Kendaraan Unit Service Isuzu untuk tujuan distribusi ke Paldam
V/Brawijaya. Pendistribusian tersebut tidak ditemukan pada
pembukuan dan daftar penerimaan materiil kendaraan pada
Paldam V/Brawijaya. Berdasarkan konfirmasi, kendaraan tersebut
secara fisik telah diterima di Paldam namun secara belum
diselesaikan secara administratif.
c. Satkai telah melakukan penghapusbukuan kendaraan yang secara
definitif belum dihapuskan.
Usulan penghapusan kendaraan diajukan secara berjenjang dari
satkai ke Paldam. Usulan-usulan penghapusan dari satkai tersebut
selanjutnya oleh Paldam diajukan ke Ditpalad. Dari seluruh Paldam
usulan penghapusan kemudian diajukan ke Asisten Logistik (Aslog)
Kasad. Sebelum diterbitkan Surat Keputusan Penghapusan dari
Kasad, pencelaan atau verifikasi kendaraan secara fisik dilakukan
oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan Kasad untuk menentukan
kelayakan kendaraan untuk dihapuskan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa satkai telah melakukan
penghapusbukuan kendaraan yang statusnya baru diusulkan untuk
dihapus. Kendaraan-kendaraan yang diusulkan untuk dihapus antara

137

lain karena rusak, oleh satkai dikembalikan secara administratif


penguasaannya ke Paldam sehingga tidak tercatat lagi pada
pembukuan satkai. Pemeriksaan secara sampel menunjukkan bahwa
Paldam IV/Diponegoro pada TA 2005, 2006 dan 2007 telah menerima
pengembalian sedikitnya 350 unit kendaraan dalam format Bentuk-10
untuk diusulkan dilakukan penghapusan. Demikian pula Paldam Jaya
pada TA 2005, 2006 dan 2007 telah menerima pengembalian
sedikitnya 360 unit kendaraan dalam format Bentuk-10 untuk
diusulkan dilakukan penghapusan. Kendaraan-kendaraan tersebut
telah dihapus dari catatan pembukuan satkai karena secara
administratif telah dikembalikan ke Paldam.
2. Inventarisasi
Inventarisasi pendataan kendaraan-kendaraan hasil perolehan dari
pengadaan dan hibah yang telah didistribusikan ke satkai dan telah
diterima dan digunakan oleh masing-masing satkai secara berkala belum
pernah dilakukan pada jajaran TNI AD.
3. Pelaporan
Proses awal pelaporan dimulai dari tingkat paling bawah yaitu satkai
sebagai kesatuan pelapor (satpor) secara berjenjang sampai ke tingkat
pusat. Pelaporan ke tingkat pusat tersebut dilakukan melalui 2 (dua) lini
yaitu sebagai berikut :
a. Satpor Paldam Ditpalad - Aslog
Satpor melaporkan kendaraan yang diterima dan dipakai berupa data
rekapitulasi materiil secara total, penambahan dari penerimaan dan
pengurangan karena pengembalian atau penghapusan secara
berkala ke Paldam. Hasil laporan dari satpor-satpor ini kemudian oleh
Paldam dilakukan kompilasi untuk dilaporkan ke Ditpalad. Hasil
laporan dari seluruh Paldam oleh Ditpalad dilaporkan ke Asisten
Logistik (Aslog) Kasad sebagai Data Kekuatan Materiil Kendaraan
TNI AD. Laporan pada lini ini lebih bersifat data rekapitulasi kekuatan
kendaraan secara total bukan per satuan kendaraan.
b. Satpor Infolahtadam Disinfolahtad

138

Satpor melaporkan kendaraan yang diterima dan dipakai berupa data


per satuan kendaraan melalui formulir isian yaitu Formulir Isian
Barang (FIB) ke Infolahtadam. Atas dasar FIB-FIB ini Infolahtadam
melakukan input data menjadi data elektronik dan dalam bentuk
rekaman CD selanjutnya dikirimkan ke Disinfolahtad. Hasil kompilasi
data dari seluruh Infolahtadam ini oleh Disinfolahtad dibuat Buku
Inventaris Kendaraan yang memuat per satuan kendaraan dan
direkapitulasi menjadi Laporan Tahunan Inventaris TNI AD. Laporan
pada lini ini lebih bersifat data individual per satuan kendaraan.
Hasil

pemeriksaan

menunjukkan

adanya

beberapa

kelemahan

atas

pelaporan ini sebagai berikut :


a. Untuk mencatat kendaraan sebagai barang milik negara pada TNI AD
memerlukan waktu yang cukup panjang.
Kendaraan hasil pengadaan atau hibah dari pusat dilakukan distribusi
oleh Ditpalad ke Paldam untuk selanjutnya diteruskan ke satkai di
teritorial Kodam. Pendistribusian kendaraan dilakukan berdasarkan Surat
Perintah (Sprin) Kasad, berdasarkan Sprin tersebut Ditpalad menerbitkan
surat Perintah Pengeluaran Materiil (PPM) untuk meneruskan barang ke
Paldam. Paldam melakukan komisi dan penandatanganan serah terima
kendaraan. Selanjutnya pendistribusian kendaraan ke Satkai dilakukan
berdasarkan Sprin Pangdam, berdasarkan Sprin tersebut Paldam
menerbitkan PPM untuk meneruskan kendaraan ke Satkai. Hasil
penerimaan kendaraan tersebut selanjutnya dari satkai dilaporkan ke
Paldam, Ditpalad dan Aslog Kasad atau dari satkai ke Infolahtadam dan
Disinfolahtad sebagai barang milik negara pada TNI AD. Dengan
demikian pencatatan kendaraan sebagai barang milik negara bukan pada
saat pertama kali kendaraan itu diperoleh dari pengadaan atau hibah.
b. Perbedaan data kendaraan menurut laporan Ditpalad dan menurut
laporan Disinfolahtad.
Kendaraan menurut laporan Ditpalad dan menurut laporan Disinfolahtad
seharusnya menunjukkan jumlah yang sama. Ternyata jumlah kendaraan
TNI AD hasil kompilasi Ditpalad dan hasil kompilasi Disinfolahtad tidak

139

pernah sama. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya perbedaan yang
cukup signifikan antara data jumlah kekuatan kendaraan menurut
Ditpalad dan data jumlah inventaris kendaraan menurut Disinfolahtad
Posisi Juli 2007 sebagai berikut :
No.

Kotama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj. Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya
Jumlah

Jumlah Kendaraan Bermotor


Ditpalad Infolahtad Selisih Catat
4.114
3.854
260
3.908
3.908
8.436
11.838
3.402
6.975
7.399
424
7.681
1.351
6.330
4.322
3.539
783
4.804
4.268
536
3.050
2.435
615
1.137
1.092
45
1.946
2.851
905
2.266
2.865
599
7.630
11.667
4.037
21.844

Keterangan
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Lebih
Selisih Lebih
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Lebih
Selisih Lebih
Selisih Lebih

c. Format laporan tidak standar antara format laporan yang dibuat Ditpalad
dan format laporan yang disusun Disinfolahtad.
Format laporan yang disusun dari tingkat satkai, Paldam dan Ditpalad
berbeda-beda,

demikian

pula

format

laporan

yang

dihasilkan

Disinfolahtad. Perbedaan tersebut terutama dalam hal pengklasifikasian


jenis kendaraan, penomoran registrasi kendaraan atau kode jenis
kendaraan. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya dilakukan perbandingan
data, verifikasi dan rekonsiliasi data antar laporan.
d. Disinfolahtad belum melakukan update perolehan kendaraan dari hasil
pengadaan, hibah dan dukungan dari Mabes.
Pada dasarnya pada tingkat Infolahtadam telah mengompilasi inventaris
kendaraan TA 2005, 2006 dan 2007 terutama untuk satkai-satkai yang
telah melaporkan data inventarisnya namun ternyata update belum
dilakukan pada tingkat Disinfolahtad.
Pengadaan kendaraan TA 2005, 2006 dan 2007 yang belum tercatat
pada Buku Inventaris Disinfolahtad adalah sebagai berikut :

140

No.
1.
2.
3.

Tahun
Anggaran
2005
2006
2007
Total

Jumlah Unit
254
286
109
649

Nilai
(Rupiah)
11.688.191.000
32.631.004.000
11.635.500.000
55.954.695.000

Sedangkan perolehan kendaraan dari hasil hibah pihak ketiga dan


dukungan dari Mabes TNI TA 2005, 2006 dan 2007 yang belum dicatat
pada Buku Inventaris Disinfolahtad adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.

Tahun
Anggaran
2005
2006
2007
Total

Jumlah Unit
97
73
90
260

Nilai
(Rupiah)
N/A
N/A
N/A
N/A

e. Tidak semua satkai secara aktif dan berkala melaporkan kendaraan yang
telah diterimanya ke Infolahtadam. Satkai sekaligus sebagai satpor harus
melaporkan secara berkala setiap triwulan data penerimaan kendaraan
ke Infohatadam. Namun demikian tidak semua satkai secara aktif
melaporkan

data

penerimaan

materiilnya

ke

Infolahtadam.

Hasil

pemeriksaan secara sampel, jumlah satkai yang tidak melaporkan


kendaraan yang diterimanya pada TA 2005, 2006 dan 2007 pada
Infolahtadam V/Brawijaya, Infolahtadam IV/Diponegoro, Infolahtadam
III/Siliwangi dan Infolahtadam Jaya adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.

Kotama
Kodam Jaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

TA 2005
13
30
N/A
19

TA 2006
12
31
7
9

TA 2007
9
43
7
22

Dengan demikian terdapat penerimaan distribusi kendaraan dari Pusat


yang belum masuk FIB sehingga belum tercatat pada Buku Inventaris
Infolahtadam dan Disinfolahtad. Secara sampel jumlah kendaraankendaraan yang belum masuk FIB dan belum tercatat pada Buku
Inventaris Infolahtadam adalah sebagai berikut:

No.
1.
2.

Kotama
Kodam Jaya
Kodam III/Siliwangi

TA 2005
27
204

TA 2006
128
162

TA 2007
19
147

141

No.
3.
4.

f.

Kotama
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

TA 2005
N/A
97

TA 2006
39
59

TA 2007
43
93

Adanya masalah teknis yaitu pengisian data FIB oleh satkai tidak lengkap
terutama tidak diisikan nomor register barang sehingga data barang tidak
dapat diinput secara elektronik pada sistem Infolahtadam. Hasil
pemeriksaan secara sampel diketahui bahwa sejumlah 101 kendaraan
pada pembukuan kendaraan Kodam V/Brawijaya belum tercatat nomor
register.

d. Senjata dan Optik


1. Pembukuan
Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad) sebagai pembina materiil
senjata dan optik pada TNI AD belum membuat buku inventaris yang
membukukan secara rinci seluruh perolehan senjata dan optik hasil
pengadaan yang telah didistribusikan ke kesatuan bawah. Pembukuan
dilaksanakan pada tingkat Peralatan Kodam (Paldam) sebagai pembina
materiil pada tingkat masing-masing teritorial Kodam namun tidak semua
Paldam telah membuat buku inventaris senjata dan optik yaitu antara lain
Paldam IV/Diponegoro. Paldam membukukan perolehan senjata dan
optik hasil penerimaan dari Pusat/Ditpalad. Pembukuan juga dilakukan
pada tingkat kesatuan pemakai (satkai) yaitu mencatat hasil penerimaan
senjata dan optik distribusi dari Paldam.
2. Inventarisasi
Inventarisasi pendataan senjata hasil perolehan dari pengadaan yang
telah didistribusikan ke satkai dan telah diterima dan digunakan oleh
masing-masing satkai secara berkala belum pernah dilakukan pada
jajaran TNI AD.
3. Pelaporan
Proses awal pelaporan dimulai dari tingkat satkai sebagai kesatuan
pelapor (satpor) secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Pelaporan ke
tingkat pusat tersebut dilakukan melalui 2 (dua) lini yaitu sebagai berikut :
a. Satpor Paldam Ditpalad - Aslog
Satpor melaporkan senjata dan optik yang diterima dan dipakai
berupa data rekapitulasi materiil secara total, penambahan dari

142

penerimaan

dan

pengurangan

karena

pengembalian

atau

penghapusan, secara berkala ke Paldam. Hasil laporan dari satporsatpor ini kemudian oleh Paldam dilakukan kompilasi untuk
dilaporkan ke Ditpalad. Hasil laporan dari seluruh Paldam oleh
Ditpalad dilaporkan ke Asisten Logistik (Aslog) Kasad sebagai Data
Kekuatan Materiil Senjata dan Optik TNI AD. Laporan pada lini ini
lebih bersifat data rekapitulasi kekuatan senjata dan optik secara
total.
b. Satpor Infolahtadam Disinfolahtad
Satpor melaporkan senjata dan optik yang diterima dan dipakai
berupa data per satuan senjata dan optik melalui formulir isian yaitu
Formulir Isian Barang (FIB) ke Infolahtadam. Atas dasar FIB-FIB ini
Infolahtadam melakukan input data menjadi data elektronik dan
dalam bentuk rekaman CD selanjutnya dikirimkan ke Disinfolahtad.
Hasil kompilasi data dari seluruh Infolahtadam ini oleh Disinfolahtad
dibuat Buku Inventaris yang memuat per satuan senjata dan optik dan
direkapitulasi menjadi Laporan Inventaris TNI AD. Laporan pada lini
ini lebih bersifat data individual per satuan seluruh senjata dan optik.
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan pada
proses pelaporan ini yaitu :
a. Pencatatan senjata dan optik sebagai barang milik negara pada TNI
AD memerlukan waktu yang cukup panjang.
Pengadaan senjata dilakukan secara terpusat oleh Departemen
Pertahanan, Mabes Angkatan Darat dan Direktorat Peralatan
Angkatan Darat (Ditpalad). Hasil pengadaan senjata dan optik dari
pusat selanjutnya dilakukan distribusi oleh Ditpalad ke Peralatan
Kodam (Paldam) untuk diteruskan ke kesatuan pemakai (satkai) di
teritorial

Kodam.

Pendistribusian senjata dan

optik

dilakukan

berdasarkan Surat Perintah (Sprin) Kasad, berdasarkan Sprin


tersebut Ditpalad menerbitkan surat Perintah Pengeluaran Materiil
(PPM) untuk meneruskan barang ke Paldam. Paldam melakukan
komisi dan penandatanganan serah terima senjata dan optik.

143

Selanjutnya pendistribusian senjata dan optik ke Satkai dilakukan


berdasarkan Sprin Pangdam, berdasarkan Sprin tersebut Paldam
menerbitkan PPM untuk meneruskan senjata dan optik ke Satkai.
Penerimaan materiil senjata dan optik ini kemudian oleh masingmasing satkai dilaporkan secara berjenjang ke Paldam, Ditpalad dan
Aslog Kasad atau dari masing-masing satkai secara berjenjang ke
Infolahtadam dan Disinfolahtad sebagai barang milik negara pada TNI
AD. Senjata dan optik dilaporkan sebagai barang milik negara bukan
pada saat pertama kali dilakukan pengadaan tetapi dicatat setelah
barang diterima masing-masing satkai.
b. Adanya perbedaan jumlah satuan senjata dan optik antara hasil
kompilasi Ditpalad dan hasil kompilasi Disinfolahtad.
Perbedaan yang cukup signifikan data kekuatan senjata menurut
Ditpalad dan data inventaris senjata menurut Disinfolahtad per posisi
Juli 2007 sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kotama
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj. Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya
Jumlah

Ditpalad
34.368
25.508
70.836
53.669
63.809
34.372
39.565
17.100
10.202
21.212
27.596
61.445

Senjata & Optik


Infolahtad
Selisih Catat
34.368
16.766
8.742
71.848
1.012
80.606
26.937
59.413
4.396
39.803
5.431
34.634
4.931
15.450
1.650
9.244
958
22.798
1.586
17.125
10.471
135.848
74.403
174.885

Keterangan
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Lebih
Selisih Lebih
Selisih Kurang
Selisih Lebih
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Kurang
Selisih Lebih
Selisih Kurang
Selisih Lebih

c. Disinfolahtad belum melakukan update data hasil pengadaan senjata


dan optik.
Hasil kompilasi data dari FIB yang diterima dari satkai, oleh
Infolahtadam dikirim secara manual melalui rekaman disket ke
Disinfolahtad. Pada dasarnya pada tingkat infolahtadam telah
mengkompilasi inventaris senjata dan optik TA 2005, 2006 dan 2007
terutama

untuk

satkai-satkai

yang

telah

melaporkan

data

144

inventarisnya namun ternyata update belum dilakukan pada tingkat


Disinfolahtad.
Perolehan senjata dan optik hasil pengadaan TA 2005, 2006 dan
2007 belum dicatat pada Buku Inventaris Disinfolahtad adalah
sebagai berikut :
No.
A.
1
2
3
4

Jenis Senjata
TA 2005
Pistol P2
Senjata SS1 V1
Pistol P2
Senjata SS1 V1
Jumlah
B.
TA 2006
Modifikasi SMB 12,7 mm
1 HBFL ke QCB
2 Pistol ST1-2011
Jumlah
C.
TA 2007
1 Pistol ST1
2

Pistol ST1-2011
Jumlah
TOTAL

No.Kontrak
49/DN/ADAJATMU/2005
55/DN/ADAJATMU/2005
56/DN/ADAJATMU/2005
57/DN/ADAJATMU/2005

Jml. Pucuk
640
11.100
428
776
12.944

Nilai
2.696.257.920
61.000.000.000
1.800.000.000
2.480.000.000
67.976.257.920

53/DN/ADAJATMU/2006
42 1.637.776.300
15
641.025.000
57 2.278.801.300

30/DN/ADAJATMU/2006

9/DN/ADAJATMU/2007
20/DN/ADAJATMU/2007

30 1.260.000.000
20
840.000.000
50 2.100.000.000
13.051
72.355.059.220

Sedangkan perolehan optik hasil pengadaan TA 2005, 2006 dan


2007 yang belum dicatat pada Buku Inventaris Disinfolahtad adalah
sebagai berikut :
No.
Jenis Optik
A. TA 2005
Kompas Prisma M73
1 Francis
Teropong 6x30 Merk
2 Glory
Teropong Medan
3 Optronic
4 Tactical Aiming Device
5 Kompas Prisma II
6 Teropong Bidik Siang
7 Teropong Bidik Malam
8 Kompas Prisma I
Teropong 6x30 Merk
9 Steiner
Teropong 7x50 Merk
10 Steiner
Jumlah

No. Kontrak

Jml. Unit

Nilai

13/DN/ADAJATMU/2005

67

230.000.000

24/DN/ADAJATMU/2005

88

374.019.800

32/DN/ADAJATMU/2005
35/DN/ADAJATMU/2005
51/DN/ADAJATMU/2005
58/DN/ADAJATMU/2005
61/DN/ADAJATMU/2005
62/DN/ADAJATMU/2005

17
10
37
160
64
1.321

580.000.000
246.460.500
1.080.000.000
2.480.000.000
2.205.000.000
4.468.500.000

63/DN/ADAJATMU/2005

170

1.184.400.000

64/DN/ADAJATMU/2005

250 2.375.000.000
2.184 15.223.380.300

145

No.
Jenis Optik
B. TA 2006
1 Teropong 6x30
2 Teropong 7x50
Jumlah
TOTAL

No. Kontrak

Jml. Unit

Nilai

27/DN/ADAJATMU/2006
28/DN/ADAJATMU/2006

127
140
267
2.451

666.750.000
994.000.000
1.660.750.000
16.884.130.300

d. Tidak semua satkai secara aktif dan berkala melaporkan senjata dan
optik yang telah diterimanya ke Infolahtadam. Satkai sekaligus
sebagai Satuan Pelapor (Satpor) harus melaporkan secara berkala
setiap triwulan data penerimaan senjata dan optik ke Infohatadam.
Namun demikian tidak semua satkai secara aktif melaporkan data
penerimaan materiilnya ke Infolahtadam. Hasil pemeriksaan secara
sampel, jumlah satkai-satkai yang tidak melaporkan senjata dan optik
yang diterimanya pada TA 2005, 2006 dan 2007 pada Infolahtadam
Jaya, Infolahtadam III/Siliwangi, Infolahtadam IV/Diponegoro dan
Infolahtadam V/Brawijaya adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
4.

Kotama
Kodam Jaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

TA 2005
6
11
N/A
2

TA 2006
5
7
2
4

TA 2007
2
1
2
6

Dengan demikian terdapat penerimaan distribusi senjata dari Pusat


yang belum masuk FIB sehingga belum tercatat pada Buku Inventaris
Infolahtadam dan Disinfolahtad. Secara sampel jumlah senjata yang
belum masuk FIB dan belum tercatat pada Buku Inventaris
Infolahtadam

Jaya,

Infolahtadam

III/Siliwangi,

Infolahtadam

IV/Diponegoro dan Infolahtadam V/Brawijaya adalah sebagai berikut :


No.
1.
2.
3.
4.

Kotama
Kodam Jaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

TA 2005
272
931
N/A
403

TA 2006
151
231
599
128

TA 2007
3.036
101
324
1.153

Sedangkan jumlah optik yang belum masuk FIB dan belum tercatat
pada Buku Inventaris Infolahtadam Jaya, Infolahtadam III/Siliwangi,
Infolahtadam IV/Diponegoro dan Infolahtadam V/Brawijaya adalah
sebagai berikut :

146

No.
1.
2.
3.
4.

Kotama
Kodam Jaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

TA 2005
27
18
N/A
-

TA 2006
15
628
151
99

TA 2007
45
44
34
20

e. Alat Topografi
1. Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku
inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil Altop di daerah
(Topdam) dan Buku Inventaris Altop yang dikeluarkan oleh Disinfolahtad.
Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud diperoleh kesimpulan
bahwa informasi yang disajikan berbeda secara signifikan.
2. Inventarisasi
Kegiatan invetarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil pemeriksaan
dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa kegiatan inventarisasi
Altop di lingkungan TNI AD minimal selama lima tahun terakhir tidak
pernah dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan data antara daftar
inventaris yang disajikan melalui data IKMN dengan data inventaris
pembina materiil.
3. Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dhi. Altop yang
dilaksanakan melalui dua sistem pelaporan tersebut di atas juga praktis
menghasilkan dua versi laporan, yaitu versi manual dan versi data base
komputer.
Hasil pemeriksaan atas laporan yang disajikan kedua versi sistem
tersebut menunjukkan informasi yang berbeda, yaitu:
No.

1.
2.
3.
4.
5.

Uraian

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya

Versi Data Base


Komputer
Buku Inventaris
Infolahtad
210
Tidak ada data
2560
13
681

Versi Manual
Daftar Kekuatan
Dittopad
441
154
489
409
209

Perbedaan

231
154
(2.071)
396
(472)

147

No.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Uraian

Kodam VI/Tj Pura


Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

Versi Data Base


Komputer
Buku Inventaris
Infolahtad
89
440
0
138
1115
538
841
6.625

Versi Manual
Daftar Kekuatan
Dittopad
571
346
477
255
114
99
162
3.726

Perbedaan

482
(94)
477
117
(1.001)
(439)
(679)
(2.899)

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa kedua versi


laporan tersebut tidak ada yang akurat dan wajar, yaitu:
a. Versi data base komputer
Pemeriksaan atas buku inventaris altop menunjukkan bahwa data dan
informasi yang disajikan dalam buku inventaris altop belum mutakhir dan
lengkap, yaitu:
1) Terdapat 4.531 altop yang belum diisi nilainya.
Pemeriksaan atas daftar altop yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif altop jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
dari 8.067 altop masih terdapat 4.531 altop yang belum diisi nilainya,
yaitu antara lain :

No.

Uraian

Jumlah/Unit

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

98
tidak ada data
2560
13
7
19
211
81
901
406
235

148

No.

Uraian

Jumlah/Unit
4.531

Sumber data: Daftar Nominatif Altop disajikan oleh Disinfolahtad

2) Terdapat altop minimal sebanyak 1.864 senilai Rp20.679.852.800,00


hasil perolehan tahun 2005, 2006 dan 2007 belum masuk dalam
daftar inventaris altop.
Pemeriksaan atas daftar altop yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif altop jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
daftar tersebut belum dimutakhirkan minimal selama tiga tahun
terakhir. Hal ini terbukti dengan belum dicatatnya altop minimal
sebanyak

1.864

senilai

Rp20.679.852.800,00

hasil

perolehan/penambahan tahun 2005, 2006 dan 2007, yaitu:


NO.

1.
2.
3.

JENIS/NAMA BARANG
2005
GPS GARMIN 80 MIL

1.
2.
3.

PLOTTER A 0 / HP / USA
GPS TRIMBLE 5700/R7 3 REC
Jumlah
2006
GPS GARMIN 80 MIL
GPS NAVIGASI / RHINO
Total Station Theodolite

1.
2.
3.

2007
GPS Geo Xt
GPS Trimble 3 Rec
GPS Trimble Kinetik R-7

JUMLAH

1.672

SATUAN

HARGA (Rp)

4
2
1.678

UNIT
UNIT
UNIT
UNIT

12.840.960.000
429.400.000
2.156.000.000
15.426.360.000

175
2
3
180

UNIT
UNIT
UNIT
UNIT

1.120.000.000
7.680.000
919.350.000
2.047.030.000

1
4
1

Unit
Unit
Unit

100.000.000
2.411.080.800
695.382.000

6
1.864
Sumber data: Daftar penerimaan Barang yang disajikan oleh Dittopad

3.206.462.800
20.679.852.800

Penatausahaan IKMN altop berbasis komputer seperti tersebut di atas


menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan menjadi tidak lengkap dan
akurat karena pencatatan altop selama tiga tahun terakhir tidak
dilaksanakan dan masih terdapat altop yang tidak diberi nilai.

149

Karena penyajian data altop di dalam neraca Dephan menggunakan data


yang dihasilkan sistem ini, maka penyajian laporan terkait dengan akun
altop menjadi tidak wajar.

b. Versi Manual
Pelaporan IKMN yang diselenggarakan pembina materiil altop secara
berjenjang dari satuan di daerah sampai ke Direktorat Topografi
Angkatan Darat menunjukkan data yang tidak akurat. Pemeriksaan
secara uji petik pada empat kotama menunjukkan data sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.

Laporan Altop menurut


Topdam
Dittopad

Kotama
Semester I 2007
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw
Kodam Jaya

130
401
206
-

489
409
209
162

Ketidakakuratan data dan informasi jumlah kekuatan altop terjadi karena


adanya

kendala

waktu

penyampaian

laporan

yang

merupakan

kelemahan dari sistem pengolahan data secara manual. Hal ini praktis
menyebabkan laporan posisi tertentu di tingkat pusat akan berbeda
dengan laporan tingkat daerah.
f.

Alat Perhubungan
1. Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku
inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil Alhub di daerah
(Hubdam) dan Buku Inventaris alhub yang dikeluarkan oleh Disinfolahtad.
Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud diperoleh kesimpulan
bahwa informasi yang disajikan berbeda secara signifikan.
2. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil pemeriksaan
dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa kegiatan inventarisasi
Alhub di lingkungan TNI AD minimal selama lima tahun terakhir tidak

150

pernah dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan data antara daftar


inventaris yang disajikan melalui data IKMN dengan data inventaris
pembina materiil.
3. Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dhi. Alhub yang
dilaksanakan melalui dua sistem pelaporan tersebut di atas juga praktis
menghasilkan dua versi laporan, yaitu versi manual dan versi data base
komputer.
Hasil pemeriksaan atas laporan yang disajikan kedua versi sistem tersebut
menunjukkan informasi yang berbeda, yaitu:
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Uraian

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

Versi Data Base


Komputer
Buku Inventaris
Infolahtad
2.064
1.921
10.668
5.154
743
949
1
551
57
2.355
2.442
16.065
42.970

Versi Manual
Daftar Kekuatan
Dithubad
3.531
3.883
9.806
2.794
6.886
6.782
6.048
5.237
1.750
2.440
2.786
7.372
59.315

Perbedaan

1.467
1.962
(862)
(2.360)
6.143
5.833
6.047
4.686
1.693
85
344
(8.693)
16.345

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa kedua versi


laporan tersebut tidak ada yang akurat dan wajar, yaitu:
a. Versi data base komputer
Pemeriksaan atas buku inventaris Alhub menunjukkan bahwa data dan
informasi yang disajikan dalam buku inventaris Alhub belum mutakhir dan
lengkap, yaitu:
1) Terdapat 20.470 alhub yang belum diisi nilainya.
Pemeriksaan atas daftar alhub yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif alhub jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa

151

dari 59.315 alhub masih terdapat 20.470 alhub yang belum diisi
nilainya, yaitu antara lain:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Uraian
Kodam I/Bukit Barisan
Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

Jumlah/Unit
1.363
1.190
2.276
2.745
683
949
1
505
57
1.968
1.543
7.190
20.470

Sumber data: Daftar Nominatif alhub disajikan oleh Disinfolahtad

2) Terdapat alhub minimal sebanyak 3.960 senilai Rp75.312.676.460,00


dan USD5.170 hasil perolehan tahun 2005 dan 2006 belum masuk
dalam daftar inventaris alhub.
Pemeriksaan atas daftar alhub yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif alhub jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
daftar tersebut belum dimutakhirkan minimal selama lima tahun
terakhir. Hal ini terbukti dengan belum dicatatnya alhub minimal
sebanyak 3.960 senilai Rp75.312.676.460 dan USD5.170 hasil
perolehan/penambahan tahun 2005 dan 2006 yaitu:
No.
1.
2.

Uraian
2005
Alkom Pengadaan APBN

1.

Alkom Pengadaan Devisa


2006
Alkom Pengadaan APBN

2.

Alkom Pengadaan Devisa

Jumlah

satuan

2.258

Set

169

Set

1.474

Set

59
3.960

Set

Nilai (Rp)
51.897.973.710
Nilai (USD)
3.825
23.414.702.750
Nilai (USD)
1.345
75.312.676.460
5.170

Sumber data: Laporan Mutasi Alhub disajikan oleh Dithubad

152

Penatausahaan IKMN alhub berbasis komputer seperti tersebut di atas


menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan menjadi tidak lengkap dan
akurat karena pencatatan alhub selama dua tahun terakhir tidak
dilaksanakan dan masih terdapat alhub yang tidak diberi nilai.
Karena penyajian data alhub di dalam neraca Dephan menggunakan
data yang dihasilkan sistem ini, maka penyajian laporan terkait dengan
akun alhub menjadi tidak wajar.
b. Versi Manual
Pelaporan IKMN yang diselenggarakan pembina materiil alhub secara
berjenjang dari satuan di daerah sampai ke Direktorat Perhubungan
Angkatan Darat menunjukkan data yang tidak akurat. Pemeriksaan
secara uji petik pada empat kotama menunjukkan data sebagai berikut:
Laporan Alhub menurut
No.

Kotama

Daerah

Pusat

A
1.

2005
Kodam IV/Dip

3.496

6.995

B
1.
2.

2006
Kodam III/Slw
Kodam IV/Dip

7.487
3.877

9.949
2.717

C
1.
2.
3.

Semester I 2007
Kodam Jaya
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw

5.711
3.894
7.775

16.065
5.154
743

Ketidakakuratan data dan informasi jumlah kekuatan alhub terjadi karena


adanya

kendala

waktu

penyampaian

laporan

yang

merupakan

kelemahan dari sistem pengolahan data secara manual. Hal ini praktis
menyebabkan laporan posisi tertentu di tingkat pusat akan berbeda
dengan laporan tingkat daerah.
g. Alat Kesehatan
1. Pembukuan
Sistem penatausahaan BMN yang dilaksanakan melalui dua sistem,
menghasilkan dua versi pembukuan yang berbeda pula yaitu buku

153

inventaris yang dikeluarkan oleh Pembina materiil Alkes di daerah


(Kesdam) dan Buku Inventaris Alkes yang dikeluarkan oleh Disinfolahtad.
Hasil pemeriksaan atas buku inventaris dimaksud diperoleh kesimpulan
bahwa informasi yang disajikan berbeda secara signifikan.
2. Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencocokkan catatan/laporan dengan jumlah fisiknya. Hasil pemeriksaan
dan konfirmasi kepada pelaksana diketahui bahwa kegiatan inventarisasi
Alkes di lingkungan TNI AD minimal selama lima tahun terakhir tidak
pernah dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan data antara daftar
inventaris yang disajikan melalui data IKMN dengan data inventaris
pembina materiil.
3. Laporan yang disajikan kurang akurat
Praktek penatausahaan IKMN di lingkungan TNI AD dhi. Alkes yang
dilaksanakan melalui dua sistem pelaporan tersebut di atas juga praktis
menghasilkan dua versi laporan, yaitu versi manual dan versi data base
komputer.
Hasil pemeriksaan atas laporan yang disajikan kedua versi sistem tersebut
menunjukkan informasi yang berbeda, yaitu:

No.

Uraian

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

Versi Data Base


Komputer
Buku Inventaris
Infolahtad
tidak ada data
946
5.678
1.033
181
55
260
158
3
93
tidak ada data
8.526
16.933

Versi Manual
Daftar Kekuatan
Ditkesad
8.507
24
481
3.210
16.335
1.749
14.250
799
854
tidak ada data
1.319
6.851
54.379

Perbedaan

154

(922)
(5.197)
2.177
16.154
1.694
13.990
641
851

(1.675)
27.713

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa kedua versi


laporan tersebut tidak ada yang akurat dan wajar, yaitu:
a. Versi data base komputer
Pemeriksaan atas buku inventaris Alkes menunjukkan bahwa data dan
informasi yang disajikan dalam buku inventaris Alkes belum mutakhir dan
lengkap, yaitu:
1) Terdapat 8.636 akes yang belum diisi nilainya.
Pemeriksaan atas daftar Alkes yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif Alkes jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
dari 16.933 alkes masih terdapat 8.636 alkes yang belum diisi
nilainya, yaitu antara lain:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Uraian

Jumlah/Unit

Kodam I/Bukit Barisan


Kodam II/Sriwijaya
Kodam III/Siliwangi
Kodam IV/Diponegoro
Kodam V/Brawijaya
Kodam VI/Tj Pura
Kodam VII/Wirabuana
Kodam IX/Udayana
Kodam XVI/Patimura
Kodam XVII/Trikora
Kodam Iskandar Muda
Kodam Jaya

10
5.678
411
3
1
153
93
tidak ada data
2.287
8.636

Sumber data: Daftar Nominatif Alkes disajikan oleh Disinfolahtad

2) Terdapat

alkes

minimal

sebanyak

583

buah

senilai

Rp25.137.102.852,00 hasil perolehan tahun 2005, 2006 dan 2007


belum masuk dalam daftar inventaris Alkes.
Pemeriksaan atas daftar alkes yang tercatat dalam Buku Inventaris
atau daftar nominatif Alkes jajaran Kotama di lingkungan TNI AD per
18 September 2007 yang dihasilkan dari sistem pengolahan data
yang diselenggarakan Disinfolahtad dan jajarannya diketahui bahwa
daftar tersebut belum dimutakhirkan minimal selama tiga tahun
terakhir. Hal ini terbukti dengan belum dicatatnya Alkes minimal

155

sebanyak senilai hasil perolehan/penambahan tahun 2005, 2006 dan


2007, yaitu:
NAMA ALAT
KESEHATAN

No.

SAT

JML

NILAI

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

38
7
165
10
220
67
67
287

2.353.245.084
432.027.505
1.706.467.531
351.053.670
4.842.793.790
775.546.757
775.546.757
10.461.134.337

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

26
37
15
6
15
99
45
45
144

2.994.996.916
1.980.783.362
564.578.400
601.913.312
574.988.624
6.717.260.614
1.241.447.287
1.241.447.287
14.675.968.515

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

85
9
46
31
140
12
12
152

N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A

Tahun 2005
1

1
a
b
c
d
e
2

1
a
b
c
d
2

Alat Kesehatan Umum


Unit Gadar
Rehab Medik
Diagnostik
Kat Polum
Jumlah 1
Alat Kesehatan Gigi
Jumlah 2
JUMLAH ALKES
Tahun 2006
Alat Kesehatan Umum
Alkes Diagnostik
Alkes UGD
KAT POLUM
Alkes Bedah/ Anaesthesis
Alkes Rehab Medik
Jumlah 1
Alat Kesehatan Gigi
Jumlah 2
JUMLAH 1 dan 2
Tahun 2007
Alat Kesehatan Umum
Alkes Diagnostik
Alkes Bedah/ Anaesthesis
Alkes Rehab Medik
Alkes Lafi
Jumlah 1
Alat Kesehatan Gigi
Jumlah 2
JUMLAH 1 dan 2

Total

583

25.137.102.852

Sumber data: Daftar pengadaan Alkes yang disajikan oleh Ditkesad

Penatausahaan IKMN tanah berbasis komputer seperti tersebut di


atas menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan menjadi tidak
lengkap dan akurat karena pencatatan Alkes selama tiga tahun
terakhir tidak dilaksanakan dan masih terdapat Alkes yang tidak diberi
nilai.

156

Karena penyajian data alkes di dalam neraca Dephan menggunakan


data yang dihasilkan sistem ini, maka penyajian laporan terkait
dengan akun Alkes menjadi tidak wajar.
b. Versi Manual
Pelaporan IKMN yang diselenggarakan pembina materiil Alkes secara
berjenjang dari satuan di daerah sampai ke Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat menunjukkan data yang tidak akurat. Pemeriksaan
secara uji petik pada tiga kotama menunjukkan data sebagai berikut:
No
1.
2.
3.

Laporan Alkes posisi semester I


2007
Daerah
Pusat
8.066
6.851
3.403
3.210
16.128
16.335

Kotama
Kodam Jaya
Kodam IV/Dip
Kodam V/Brw

Ketidakakuratan data dan informasi jumlah kekuatan alkes terjadi karena


adanya

kendala

waktu

penyampaian

laporan

yang

merupakan

kelemahan dari sistem pengolahan data secara manual. Hal ini praktis
menyebabkan laporan posisi tertentu di tingkat pusat akan berbeda
dengan laporan tingkat daerah.
h. Pesawat Terbang
Pengadaan pesawat terbang TNI AD dilakukan secara terpusat oleh
Departemen Pertahanan, Mabes TNI AD atau Pusat Penerbangan Angkatan
Darat (Puspenerbad).
Distribusi pengadaan pesawat terbang dilakukan oleh Puspenerbad ke
Kesatuan Pemakai (Satkai) yaitu Skadron-11/Serbu, Skadron-31/Serbu dan
Pusdikpenerbad

di

Semarang

serta

Skadron-21/Sena

di

Jakarta.

Pendistribusian pesawat terbang dilakukan berdasarkan Surat Perintah


(Sprin) Kasad, berdasarkan Sprin tersebut Puspenerbad menerbitkan surat
Perintah Pengeluaran Materiil (PPM) untuk meneruskan barang ke Satkai.
Penatausahaan pembukuan pesawat terbang dilakukan oleh Puspenerbad
sebagai pembina materiil dan satkai sebagai satuan pemakai sekaligus
sebagai kesatuan pelapor (satpor). Secara berkala kekuatan pesawat
terbang oleh satkai dilaporkan ke Infolahtadam untuk dicatat pada
Disinfolahtad sebagai inventaris pesawat terbang di jajaran TNI AD.

157

Berdasarkan pemeriksaan atas daftar pengadaan pesawat terbang TA 2005


dan 2006 dan Buku Inventaris Disinfolahtad diketahui bahwa perolehan
pesawat terbang hasil pengadaan TA 2005 dan 2006 belum dicatat pada
Buku Inventaris yang disusun Disinfolahtad. Pesawat terbang yang belum
dicatat tersebut adalah sebagai berikut :
Tahun
No.
Jenis Pesawat
No. Reg. Jml. Pengadaan
Nilai
A. TA 2005
1 Pesawat Terbang NC 212-200 A-9144
1
2005
33.250.000.000
2 Pesawat Heli Nbell-412 HP
HA-5145
1
2005
65.000.000.000
Jumlah
2
98.250.000.000
B. TA 2006
1 Pesawat Terbang NC 212-200 A-9146
1
2006
7.196.200.000
2 Helikopter NBO-105 CBS
HS-7147
1
2006
10.683.800.000
3 Helikopter NBO-105 CBS
HS-7148
1
2006
20.240.000.000
Jumlah
3
38.120.000.000
TOTAL
5
136.370.000.000

Disamping itu diketahui bahwa beberapa pesawat terbang telah dilakukan


penghapusan namun masih tercatat di Buku Inventaris Disinfolahtad.
Pesawat terbang yang dihapuskan adalah berdasarkan Surat Perintah
Panglima TNI kepada Kasad Nomor : Sprin/1613/VIII/2005 tanggal 23
Agustus 2005 tentang penghapusan 3 unit pesawat terbang inventaris TNI
AD dengan rincian sebagai berikut :
No.
Jenis Pesawat
1 Helikopter Allouette III
2 Helikopter Allouette III
3 Helikopter Allouette III
Jumlah

Hal

tersebut

tidak

Kep/003/M/1/2003,

sesuai
tanggal

No. Reg. Jml.


HA-7043
1
HA-7047
1
HA-7101
1
3

dengan
31

Surat

Januari

Thn. Buat
1968
1968
1971

Keputusan

2003

Nilai
177.246.000
177.246.000
177.246.000
531.738.000

Menhan

tentang

No.

pokok-pokok

penyelenggaraan IKN di lingkungan Dephan dan TNI. Bab I Poin 8 bahwa tujuan
IKN adalah dapat menjamin tercapainya :
a. Tertib administrasi;
b. Penghematan keuangan negara;
c. Kesinambungan

sistem

pelaporan

kekayaan

negara

di

lingkungan

Departemen dan TNI;

158

d. Penyajian informasi yang lengkap dan mutakhir serta dapat disajikan setiap
saat.
Hal tersebut mengakibatkan Informasi tentang kekayaan negara khususnya
tanah di lingkungan TNI AD tidak akurat dan belum dapat disajikan secara wajar
dalam laporan keuangan Dephan/TNI.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Belum berjalannya Sistem Akuntansi Barang Milik Negara di lingkungan
Dephan/TNI.
b. Keterbatasan sumber daya dalam rangka penertiban administrasi kekayaan
negara di lingkungan Dephan/TNI.
c. Motivasi untuk melaksanakan penertiban aset sangat rendah karena tidak
ada ketentuan rewards and punishment yang jelas jika belum melaksanakan
administrasi kekayaan negara secara tertib.
d. Belum ditetapkannya dasar penilaian aset secara memadai dan sistematis
atas aset-aset yang dimiliki oleh satuan kerja di lingkungan TNI AD sehingga
aset dinilai dengan dasar penilaian yang seadanya dan atau tidak dapat
dinilai.
Atas Permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa:
a. Belum berjalannya Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) di
lingkungan TNI AD dan penertiban administrasi Kekayaan Negara belum
dapat dimaksimalkan tanpa dukungan dana yang cukup.
b. Untuk mendorong motivasi penertiban aset di lingkungan TNI AD telah
diturunkan Surat Telegram Kasad No. ST/12/2007 tanggal 4 Januari 2007
tentang Reinventarisasi IKMN dan mencantumkan harga satuan barang.
c. Pendistribusian aset ke satkai telah semua dilakukan kecuali Ranpur Panser
APS 6 X 6 Pindad karena masih dalam perencanaan melengkapi Yon
Mekanis yang belum terbentuk sehingga masih menjadi persediaan pusat.
d. Penghapusbukuan kendaraan yang secara definitif belum dihapuskan adalah
sudah sesuai aturan berdasarkan Bujukmin tentang Penghapusan Materiil
bergerak AD Skep/508/IX/1999 tanggal 1 September 1999.
e. Inventarisasi secara periodik telah dilakukan pendataan dengan laporan
kekuatan materiil setiap bulan berikutnya perubahannya, baik penambahan

159

maupun pengurangan. Buku Inventarisasi juga sudah ada dan telah


dilaksanakan inventarisasi hasil pengadaan/pendistribusian.
f.

Keterlambatan pengiriman data satkai untuk pelaporan dikarenakan faktor


jarak dan dislokasi satkai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
pengirimannya masih menggunakan posmile yang memerlukan waktu cukup
lama.

g. Selisih jumlah dalam Laporan antara lain disebabkan Ditpalad sebagai


Pembina Materiil AD tidak membina kendaraan binaan Ditziad (Alberzi),
daerah belum melaporkan beberapa jenis kendaraan hasil pengadaan
daerah maupun hibah oleh Paldam ke Ditpalad, Infolahtad belum
mengurangi dengan jumlah kendaraan yang telah dihapuskan (disposal),
pengiriman materiil dari pusat ke daerah maupun dari daerah ke pusat
sehingga materiil tersebut dalam perjalanan menuju ke satuan penerima.
h. Format Laporan sudah sesuai dengan Naskah Sementara Bujukmin mat
Peralatan di Satminkal Skep/11/II/2006 tanggal 14 Februari 2006 pasal 32
tentang Laporan Pertanggungjawaban Materiil yang diawasi (Bentuk-16).
i.

Telah dilakukan penatausahaan bukti-bukti kepemilikan aset dan untuk buktibukti kepemilikan yang kurang akan dilengkapi.

j.

Perlu menyusun standar penilaian aset terutama standar penilaian peralatan


dan satker yang berwenang melakukan penilaian. Diperlukan juga sosialisasi
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara (SABMN) di lingkungan TNI AD.

k. Data altop di tingkat pusat, Pusdiktop Kodikat maupun daerah telah dicatat
dan dilaporkan ke Itjenad dan kepada Infolahtad.Laporan inventarisasi altop
berpedoman pada Kepmenhankam No. Kep/004/III/1989 tentang pokokpokok

penyelenggaraan

inventarisasi

penatausahaan

barang

milik

negara/kekayaan negara di lingkungan Dephankam dan ABRI. Data altop


belum mencantumkan harga karena dalam petunjuk yang ada tidak
mengatur dan mencantumkan harga.
l.

Terjadinya perbedaan sistem pembukuan alkes dan data yang diperoleh BPK
RI disebabkan karena belum sempurnanya kodifikasi alkes yang sementara
diberlakukan.

160

Sehubungan

dengan

hal

tersebut

BPK

RI

menyarankan

kepada

Menhan/Panglima TNI memerintahkan Kasad agar:


a. Memerintahkan para pembina materiil, infolahta, dan para Kepala/Komandan
Satuan untuk melakukan koordinasi sehingga laporan atas aset yang dibuat
lengkap dan mutakhir (up to date).
b. Memerintahkan para Direktur Balakpus agar dalam setiap pengiriman materiil
hasil pengadaan dari pusat disertai nilai aset tersebut sehingga satuan yang
menerima tidak menemui kesulitan saat mencatat dan memberi nilai aset.
c. Memerintahkan para pembina materiil maupun pelaksana yang bertanggung
jawab atas penatausahaan aset di lingkungan TNI AD agar selalu
melaksanakan penatausahaan aset sesuai ketentuan.
d. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas penatausahaan aset TNI
AD.

2. Perolehan Tanah Perkebunan Hasil Penguasaan Peperda dan Pelimpahan


Departemen Teknis Tidak Dicatat Dalam Daftar Barang Milik Negara
Aset tanah di lingkungan Dephan dan TNI merupakan salah satu komponen
penting dalam pertahanan negara yang harus dikelola dan ditatausahakan
secara memadai sehingga memungkinkan organisasi Dephan, TNI dan
Angkatan membangun, membina dan menggunakan kekuatan pertahanan
negara. Dengan fungsi pembinaan teritorial/kewilayahan yang dijalankan oleh
Kodam, UO TNI AD mendapat pelimpahan tanah baik melalui penyerahan dari
KNIL, melalui penguasaan tanah-tanah bekas peninggalan hak barat (eigendom
verponding) yang dimiliki oleh pihak tertentu namun karena alasan tertentu
ditinggalkan oleh pemiliknya, melalui sitaan dari pemilik yang terlibat organisasi
terlarang atau melalui pelimpahan tanah-tanah perkebunan dari Pemda atau
Departemen Teknis.
Pemeriksaan terhadap data administrasi tanah secara uji petik pada beberapa
Kodam diketahui bahwa perolehan tanah melalui penguasaan dan atau sitaan
dari pemilik yang terlibat organisasi terlarang dan/atau berasal dari pelimpahan
tanah perkebunan oleh Pemda atau Departemen Teknis tidak dicatat atau
diadministrasikan oleh pembina materiil tanah di daerah dan pusat baik dalam
buku inventaris ataupun bentuk laporan lainnya, yaitu:

161

1. Tanah Perkebunan di Kodam V/Brawijaya


Berdasarkan uji petik atas administrasi pengelolaan tanah perkebunan
Puskopad

Kodam

V/Brawijaya

diketahui

bahwa

Kodam

V/Brawijaya

menguasai Tanah Negara dalam bentuk lahan perkebunan sebagai berikut:


a. Perkebunan Petungombo, Perkebunan Gunung Nyamil, Perkebunan
Penampean dan Perkebunan Kaligentong dikuasai langsung oleh Negara
di bawah pengawasan Penguasa Perang/Darurat Militer Daerah Militer
Jawa Timur berdasarkan Skep Pangdam VIII/Brw No. KPMD-23/4/1961
tanggal 14 April 1961.
b. Perkebunan Telogorejo dan Perkebunan Sumber Mas merupakan
perkebunan yang diserahkan Menteri Pertanian kepada Kodam VIII/Brw
berdasarkan Skep Menteri Pertanian No. 263/Kpts/UM/6/1973 tanggal 2
Juni 1973.
c. Perkebunan Sentool merupakan perkebunan yang diserahkan Menteri
Pertanian kepada Kodam VIII/Brw berdasarkan Skep Menteri Pertanian
No. 414/Kpts/UM/8/1970 tanggal 24 Agustus 1970.
d. Perkebunan Ayerdingin merupakan perkebunan yang mendapatkan izin
dari

Gubernur

Jatim

kepada

Menhan

untuk

mendapatkan

hak

berdasarkan SK Gubernur Jatim No. I/Agr/C/2138 tanggal 25 April 1957.


Pada awalnya tanah perkebunan tersebut kelola oleh Yayasan Bhirawa
Anoraga Kodam V/Brawijaya, kemudian pada tahun 2002, Pangdam
V/Brawijaya telah mengalihkan penguasaan dan pengelolaan usaha Yayasan
Bhirawa

Anoraga

Kodam

V/Brawijaya

kepada

Puskopad

Dam

V/Brawijaya sesuai Surat Keputusan Nomor : Skep/97/VII/2002 tanggal 22


Juli 2002.
Adapun unit perkebunan yang dialihkan adalah sebagai berikut :
No.
1.

Unit Perkebunan/
Lokasi
Perkebunan Sentool
Desa Suci, Kec.
Panti , Kab. Jember

Luas Areal/
Tanaman
Luas :
537,47 Ha
Karet
395,57 Ha
Kopi
153,35 Ha
Lain-lain 24,55 Ha

Dasar
Kepemilikan
HGU Skep BPN
No. : 42/HGU/
BPN /2000 tgl
21-09-2000
Sertifikat HGU BPN
Jember No.5 tgl

Pengelola
Swakelola

162

No.

Unit Perkebunan/

Luas Areal/

Dasar

Lokasi

Tanaman

Kepemilikan
30-06-2001
masa berlaku
25 tahun
HGU Skep BPN
No.
43/HGU//BPN/2000
tgl 21-09-2000

2.

Perkebunan Ayer
dingin
Desa Bermi, Kec.
Krucil, Kab.
Probolinggo

Luas
Kopi
Lain-lain

3.

Perkebunan
Petungombo
Desa Karangrejo,
Kec. Garum, Kab.
Blitar
Perkebunan
Penampean
Desa Geger, Kec.
Sendang, Kab.
Tulungagung
Perkebunan
Kaligentong
Desa Sukorejo
Kulon, Ke. Kalidawir,
Kab. Tulungagung
Perkebunan Gunung
Nyamil
Desa Ngeni, Kec.
Wonotirto, Kab. Blitar
Perkebunan
Telogorejo
Desa Harjo
kuncaran, Kec.
Sumbermanjing
Wetan, Kab. Malang
Perkebunan Sumber
Mas
Desa Ringin Kembar,
Kec. Sumbermanjing
Wetan, Kab. Malang
Total Luas

Luas
Karet
Kopi
Kelapa

4.

5.

6.

7.

8.

703,04 Ha
292,61 Ha
410,43 Ha

Pengelola

PT Kutai
Timber
Indonesia
PT
Aviland
Riva
Ranch
PT Wono
Kartika
Kencono

295,93 Ha
119,14 Ha
78,74 Ha
12,76 Ha

HGU dalam proses

Luas
544,69 Ha
Teh
119,58 Ha
Kopi
3,00 Ha
Lain-lain 422,11 Ha

HGU dalam proses

PT Tirto
Bumi
Lestari

Luas 1.526,25 Ha
Kapuk
940,40 Ha
Kelapa
45,16 Ha
Lain-lain 560,69 Ha

HGU dalam proses

PT Tirto
Bumi
Lestari

Luas
1.977,04 Ha
Kelapa 557,86 Ha
Kapuk
58,37 Ha
Lain-lain 1.360,81 Ha
Luas
926,00 Ha
Karet
122,97 Ha
Kelapa
106,25 Ha
Cengkeh 48,95 Ha
Lain-lain 647,83 Ha

HGU dalam proses

PT
Wonotirto
Subur
Makmur
PT Roto
Rejo
Kruwuk

Luas
200,00 Ha
Kopi
71,00 Ha
Lain-lain 129,00 Ha

HGU dalam proses

HGU dalam proses

PT Alfin
Kartika
Jaya

6.746,42 Ha

Dari seluruh perkebunan yang dikelola oleh Puskopad A Dam/V ternyata


baru dua perkebunan yang mempunyai Hak Guna Usaha (HGU) yaitu
Perkebunan Sentool dan Perkebunan Ayer Dingin dengan total luas 1.240,51
Ha, sedangkan yang lainnya seluas 5.505,91 Ha belum mempunyai HGU.
Proses pengajuan HGU mempunyai kendala biaya yang besar untuk
pengukuran
tanah
dan
kendala
permasalahan
hak
dengan

163

masyarakat/penggarap perkebunan setempat. Beberapa perkebunan


tersebut menyerahkan sebagian tanahnya untuk masyarakat melalui Pemda
setempat karena dituntut haknya oleh masyarakat yang menyatakan telah
mengolah perkebunan tersebut sejak jaman penjajahan Belanda, antara lain:
No.
1.

Tanah Perkebunan

Perkembangan Tahun 2002 2005

Gunung Nyamil, Blitar

Untuk merealisasi SK Menteri Pertanian dan Agraria

Luas Areal :

Nomor SK-49/KA/1964, pada tahun 2002 telah

Th 2002 : 1.977,04 Ha

dilepas lahan seluas 426 Ha kepada Desa Ngeni dan

Th 2006 : 1.551,04 Ha

Desa Ngadipuro sesuai Skep Pangdam V/Brw No.


Skep/108/VII/2002 tgl 28 Agustus 2002.

2.

Penampean,

Untuk memenuhi tuntutan penduduk melalui Surat

Tulungagung

Bupati Tulungagung Nomor 590/346/424.13/2001

Luas Areal :

tanggal 17 April 2001 dan Nomor 590/44/301/2005

Th 2002 : 544,6965 Ha

tgl 16 Februari 2005 maka dilepas lahan seluas 280

Th 2006 : 264,6965 Ha

Ha kepada Pemkab Tulungagung sesuai Skep


Pangdam V/Brw No. Skep/105/VI/2005 tgl 13 Juni
2005.

3.

Kaligentong,

Untuk memenuhi tuntutan penduduk melalui Surat

Tulungagung

Bupati

Luas Areal :

tanggal 31 Maret 2005 maka dilepas lahan seluas

Th 2002 : 1.526,25 Ha

98,14 Ha kepada Pemkab Tulungagung sesuai

Th 2005 : 1.428,11 Ha

Skep Pangdam V/Brw No. Skep/104/VI/2005 tgl 13

Tulungagung

Nomor

590/109/301/2005

Juni 2005.

Berdasarkan perkembangan perkebunan tersebut maka jumlah luas areal


perkebunan berkurang sebanyak 814,14 Ha selama tahun 2002 sampai
tahun 2005 sehingga jumlah luas perkebunan menjadi 5.932,28 Ha.
Pada tahun 2006, Pangdam V/Brawijaya berdasarkan SKEP No.
Skep/228/XI/2006 melakukan penyerahan pengelolaan tanah perkebunan
pemerintah yang di kelola Puskopad A Dam V/Brawijaya di Desa Geger
Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung kepada Pemda Kabupaten
Tulungagung dan masyarakat sekitarnya seluas 264,60 Ha.
Hasil pemeriksaan atas Buku Inventaris Tanah Tahun 2005 dan 2006
menunjukkan bahwa tanah perkebunan tersebut tidak masuk dalam daftar
nominatif inventaris tanah yang dikuasai oleh Kodam V/Brawijaya. Tanah
perkebunan yang masih dikelola Puskopad Kodam V/Brawijaya tersebut

164

mempunyai Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Tahun


Rp115.459.042.330,00 dengan rincian sebagai berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

2005

Tanah Perkebunan
Petungombo
Desa Karangrejo Kec. Garum Kab. Blitar
Gunung Nyamil
Desa Ngeni dan Ngadipura Kec. Sutojayan Kab. Blitar
Kaligentong
Desa Sukorejokulon Kec. Kalidawir Kab. Tulungagung
Telogorejo
Desa Harjokuncaran Kec. Sumbermanjing Wetan Kab. Malang
Sumbermas
Desa Ringinkembar Kec. Sumbermanjing Wetan Kab. Malang
Sentool
Desa Suci Kec. Panti Kab. Jember
Ayerdingin
Desa Bermi Kec. Krucil Kab. Probolinggo
Jumlah

sebesar

NJOP (Rp)
7.262.377.113
16.683.017.290
16.883.145.900
44.731.954.735
10.256.022.500
8.806.591.500
10.835.933.292
115.459.042.330

2. Tanah Perkebunan di Kodam IV/Diponegoro


Berdasarkan Surat Pengaduan masyarakat No. Srt/010-Pengaduaan/2007
dan Surat Keputusan Panglima Kodam VII/Diponegoro No. Kep-PPD/00
127/10/1966 tanggal 27 Oktober 1966 diketahui bahwa Negara diwakili
Panglima Daerah Militer VII/Diponegoro selaku Penguasa Perang Daerah
Tingkat

Djawa

Tengah

dan

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

telah

melaksanakan tindakan pembekuan dan penyitaan Tanah Perkebunan milik


organisasi terlarang dan pendukungnya, yaitu:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Daerah
Banyumas
Banyumas
Surakarta
Surakarta
Surakarta
Yogyakarta/Kedu
Semarang/Pati
Semarang/Pati

Konfirmasi

kepada

Status Perkebunan
Kebun Samudra
Kebun Darmokradenan
Kebun Kemuning
PT Indonesia
PT Ketandan
Kebun Kaligintung
Kebun Tjiluwak
PT Gondoroso

Asisten

Logistik

Jenis Tanaman
Karet
Karet
The
Tembakau
Tembakau
Kopi
Karet/Kopi/Randu/Kelapa
Karet

Kodam

IV/Diponegoro

tentang

administrasi dan status tanah perkebunan tersebut diketahui bahwa saat ini
perkebunan tersebut di kelola oleh Yayasan Rumpun Diponegoro.

165

Pembina

materiil

tanah

(Zidam

IV/Diponegoro)

tidak

melaksanakan

pencatatan dan penatausahaan atas tanah-tanah tersebut sehingga


informasi terkait jumlah dan luas serta nilai tanah tidak dapat diketahui.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Surat Keputusan Menhan No. Kep/003/M/1/2003, tanggal 31 Januari 2003
tentang pokok-pokok penyelenggaraan IKN di lingkungan Dephan dan TNI.
Bab I Poin 8 bahwa tujuan IKN adalah dapat menjamin tercapainya :
1) Tertib administrasi;
2) Penghematan keuangan negara;
3) Kesinambungan sistem pelaporan kekayaan negara di lingkungan
Departemen dan TNI;
4) Penyajian informasi yang lengkap dan mutakhir serta dapat disajikan
setiap saat.
b. Peraturan Menteri Pertahanan No. PER/13/M/XI/2006 tanggal 1 November
2006 tentang Sistem Akuntansi dan Tata Cara Pelaporan Barang Milik
Negara di Lingkungan Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional
Indonesia dan Petunjuk Pelaksanaan Sistem Akuntansi BMN di lingkungan
Dephan dan TNI No. 4 tentang Prosedur Akuntansi BMN poin 2 yang
menyatakan bahwa transaksi yang dicatat dalam Akuntansi BMN meliputi
tiga jenis yaitu perolehan, perubahan dan penghapusan.
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Aset Negara dikuasai dan ditatausahakan oleh

pihak yang tidak berhak

sehingga hasil pemanfaatannya dikelola dan digunakan oleh pihak yang tidak
berhak.
b. Pemindahtanganan aset dapat dilaksanakan tanpa prosedur dan ketentuan
yang berlaku sehingga dapat menimbulkan potensi kehilangan kepemilikan
aset Negara.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Sistem pengendalian intern atas pengelolaan BMN di lingkungan TNI AD
masih lemah.
b. Pengelolaan aset tanah di lingkungan TNI AD belum optimal.

166

Atas permasalahan tersebut pihak TNI AD (Slogad) menyatakan bahwa untuk


penertiban aset yang berasal dari hibah dari Pemda, Belanda, Jepang dan
lainnya yang dikuasai oleh yayasan, koperasi, di lingkungan AD telah dimintakan
laporannya kepada para Pangdam sesuai surat Kasad Nomor : B/137/I/2007
tanggal 25 Januari 2007 namun sampai saat ini belum ada yang melaporkan
hasilnya. Untuk itu akan dilakukan penekanan kembali.
Sehubungan dengan hal tersebut BPK RI menyarankan Menhan/Panglima TNI
memerintahkan Kasad agar:
a. Memerintahkan para pembina materiil tanah (Ditziad dan Zidam) untuk
melaksanakan pencatatan dan penatausahaan atas tanah-tanah hasil hibah
Pemda, Belanda, Jepang dan lainnya maupun tanah okupasi secara optimal,
sehingga informasi terkait jumlah dan luas serta nilai tanah dapat diketahui.
b. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas aset tanah di lingkungan
TNI AD.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

167

Lampiran
Lampiran Daftar Penerimaan Negara Hasil Pemanfaatan Aset

No.

Nama Barang

Jumlah

Satuan

741,863 m2

Lokasi

Jenis
Pemanfaatan

Kodam I/Bukit Barisan


Desa Tuntungan Kec. Pancur Batu Deli Serdang

Sewa

Medan

Sewa

No.

Kontrak Pemanfaatan
Tanggal
Nilai (Rp)

Golf Course Club House

Wisma Benteng

1.

Toko Terminal Tas

1,445 m2

Kodam III/Siliwangi
Jl. RE Martadinata 32 Bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/03/IV/2007

2-Apr-07

2.

Factory Outlet

1,872 m2

Jl RE Martadinata 61 Bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/06/IV/2007

2-Apr-07

3.

Factory Outlet

1,435 m2

Jl. RE Martadinata 51 Bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/04/IV/2007

2-Apr-07

4.

Factory Outlet

3,009 m2

Jl. RE Martadinata 18 Bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/02/IV/2007

2-Apr-07

Jangka Waktu

Jumlah PNBP dari kegiatan pemanfaatan BMN


Dipungut
Disetor ke kas negara
Digunakan Langsung

Pihak III

Sdr. Bambang Tjiupek

PT Tuntungan Indah Lestari

947,000,000
327.600
3,300,000,000

2 tahun

Brigjen (Purn.) Nasep Rahmat

36,576,565.00

2 tahun

Perry Tristianto

2 tahun

Perry Tristianto

2 tahun

Perry Tristianto

$
13,329 m2
4,070 m2

Surat Perjanjian No.Sper/07/X/1996

1 Oktober 1996

5.

Factory Outlet

1,300 m2

Jl. RE Martadinata 55 bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/05/IV/2007

2-Apr-07

6.

Caf Bali

1,249 m2

Jl. RE Martadinata 211 Bandung

Sewa

SPK Nomor:SPK/07/IV/2007

2-Apr-07

SPK Nomor:SPK/08/IV/2007

2-Apr-07

7.

Show Room Kedaung Group

8.

Pasar Antri

9.

Driving Range

1,300 m2
24,633 m2

75,896,500.00
-

2 tahun

Perry Tristianto

2 tahun

Ny. Penny

2 tahun

Noor Bone

36,576,565.00

29,039,250.00

29,039,250.00

30,775,500.00

Jl. RE Martadinata 217 Bandung

Sewa

Jl. Sriwijaya, Cimahi

Sewa

457,500,000.00

426,724,500

Jl. Lombok no.10 Bandung

Sewa

3,055,000,000.00

10. Lap. Tenis indoor

Jl. Menado Bandung

Sewa

312,627,463.00

11. Planet Dago

Jl. Ir. H. Juanda No. 3 Bdg

Sewa

Jl. Dr. Setiabudi No. 262 Bdg

Sewa

13. Graha Manggala Siliwangi

Jl. Aceh No. 66 Bandung

14. LBIB

Jl. Purnawarman No. 7 Bdg

15. Agrobisnis dan Peternakan

Jl. RE Martadinata No. 187 Bdg

Sewa

407,100,422.66

27,228,925.00

379,871,498

16. China Emporium FO

Jl. RE Martadinata No. 47 Bdg

Sewa

2,711,163,500.00

46,658,500.00

2,664,505,000

35,236,640.00

1,037,763,360

12. Hotel Casa De Ladera

6,160 m2
1,072 m2

130,000

947,000,000
327,600
3,300,000,000

19,579,500.00

3,055,000,000
293,047,963

44698500 ($5157*) $

124,843

401,726,790.00

63,273,210.00

338,453,580

Sewa

128,420,500.00

59,579,500.00

Sewa

360,000,000.00

68,841,000
360,000,000

17. Bale Anak

Jl. Sumatra No. 31

Sewa

1,073,000,000.00

18. Salon Mobil & Car wash

Jl. Pahlawan Bandung

Sewa

342,712,000.00

342,712,000

19. SPBU, Service station/ Supermarket

Jl. Brigjen Katamso Bdg

Sewa

589,500,000.00

589,500,000

20. Rm. Rindu Alam

Jl. Banda/ JL. Ambon 15 (Mess)

Sewa

336,000,000.00

336,000,000

21. Rm. Riung Sari

Jl. RE Martadinata No. 22 Bdg

Sewa

443,000,000.00

Jl. Gatot Subroto No. 160 Bdg

Sewa

460,000,000.00

62,648,387.00

397,351,613

Jl. Setiabudi No. 47 Bdg

Sewa

357,663,893.00

20,622,750.00

337,041,143

22. SPBU

2,337 m2

23. SPBU

1.

Tanah untuk Trans TV

2,500 m2

Kodam IV/Diponegoro
Bukit Gombel Semarang

Sewa

BA/12/S-09/III/2001

2.

Tanah untuk Metro TV

2,500 m2

Ngesrep Semarang

Sewa

BA/512/V/2002

3.

Sarang Burung Walet

40,000 m2
14,801 m2

1.
2.
3.
4.

Tanah untuk Tower


Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower

120
120
80
400

m2
m2
m2
m2

Benteng Pendem Ambarawa

Kodam V/Brawijaya
Jl.R. Wijaya 1 Surabaya
Jl. Brawijaya Surabaya
Jl. Pemandian Malang
Jl. Ronggolawe Malang

Kerjasama

Sewa
Sewa
Sewa
Sewa

13-Mar-01

- 20 tahun

22-May-02

- 20 Tahun

Akte Perjanjian Sewa Menyewa No.06


Perjanjian Kerja Sama No.02

26 Mei 2003
10 Februari 2006

05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006

5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006

8,032,000,000.00

117,500,000.00
112,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00

Primkopad S-09 Denma


Skodam IV/Dip dg Trans TV
PT Media Televisi Indonesia

3 tahun
15 tahun

Harjanto Prawiro
Johan Hermawan

5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun

Hutchison Telecom Indonesia


Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia

484,593,750.00

443,000,000

484,593,750

484,593,750.00

484,593,750

8,032,000,000.00
368,663,750.00

8,032,000,000
368,663,750

117,500,000.00
112,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00

117,500,000
112,500,000
117,500,000
117,500,000

176

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tanah untuk Tower


Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower
Tanah untuk Tower

48
120
200
144
255
255

11. Tanah untuk Tower


12. Tanah untuk Tower
13. Tanah untuk Tower

m2
m2
m2
m2
m2
m2

120 m2
120 m2
100 m2

14. Lapangan Tennis

Jl. Suropati 11 Malang


Jl. Letjen Sutoyo Malang
Jl. Raya Singosari
Jl. A.Yani 18 Kediri
Jl. Penanggungan 8 Kediri
Kodim 0817 Gresik

Sewa
Sewa
Sewa
Sewa
Sewa
Sewa

Jl. Hayam Wuruk 1 Surabaya


Lap. Sepakbola Jl. Perwira Surabaya
Blkg Pom Bensin Denbekang Malang

Sewa
Sewa
Sewa

05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006
05.001/PKS/HCPT-SI/V/2006

5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006
5 Mei 2006

117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00

5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun

Hutchison Telecom Indonesia


Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia
Hutchison Telecom Indonesia

117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00
117,500,000.00

117,500,000
117,500,000
117,500,000
117,500,000
117,500,000
117,500,000

112,500,000.00
112,500,000.00
112,500,000.00

5 tahun
5 tahun
5 tahun

PT. Narindo Telepon Seluler


PT. Narindo Telepon Seluler
PT. Narindo Telepon Seluler

112,500,000.00
112,500,000.00
112,500,000.00

112,500,000
112,500,000
112,500,000

14,000 m2

Jl. H. Wuruk Surabaya

127,718,700.00

127,718,700

15. Kolam Renang

1,157 m2

Jl. H. Wuruk Surabaya

377,995,197.00

377,995,197

16. Lapangan Golf

40,448 m2

Jl. H. Wuruk Surabaya

393,503,134.00

393,503,134

17. Hotel Kartika Wijaya

21,774 m2

Jl. Pang Sudirman No. 127 Batu, Malang

450,000,000.00

450,000,000

Jl. Kahuripan Malang

119,686,291.00

119,686,291

60,000,000.00

60,000,000

Lumajang, Banyuwangi dan Bojonegoro

278,406,941.00

278,406,941

Wonorejo, Lawang, Malang

646,925,000.00

646,925,000

18. Hotel Kartika Kusuma


19. Rumah Makan Batavia
20. Sarang Burung Walet

1,686 m2
-

Jl. Jakarta, Malang


8,130 m2

21. Peternakan

55 ha

22. Perkebunan

403 Ha

Ayer Dingin

31,250,000.00

31,250,000

23. Perkebunan sengon

150 Ha

Ayer Dingin

945,000,000.00

945,000,000

24. Perkebunan sengon

150 Ha

Ayer Dingin

945,000,000.00

945,000,000
195,000,000

25. Perkebunan Petungombo

293.300 Ha

195,000,000.00

26. Perkebunan Penampean

544 Ha

25,000,000.00

25,000,000

1.428 Ha

75,000,000.00

75,000,000

6 Ha

28,000,000.00

28,000,000

29. Perkebunan Telogorejo

725 Ha

100,000,000.00

100,000,000

30. Perkebunan Sumber Mas

200 Ha

30,000,000.00

30,000,000

31. Perkebunan Sentool

537 Ha

325,000,000.00

325,000,000

Pemerintah Kota Tomohon

300,000,000

300,000,000

CV Cristy

384,000,000

384,000,000

20,764,000

20,764,000

2,520,000

2,520,000

48,947,750

48,947,750

49,102,500

49,102,500

310,000,000

310,000,000

14,670,000,000

14,670,000,000

27. Perkebunan Kali Gentong


28. ternak Babi Kali Gentong

Kodam VII/Wirabuana
1.

Eks Mako Rindam

79,704 m2

Kerjasama

SPK/02/VI/2004

1 Juli 2004

2.

Wisma Ramadhan

2,967 m2
1,503 m2

3.

Pengelolaan Tebu Rakyat

4.

Jl. Jenderal Sudirman 22 Makassar

Sewa

SP/999/VIII/2002

29 Agustus 2002

Gedung

Ds. Norong Rappo, Romang Loe Kec. Bonto Marannu


Gowa
Jl. Lasinrang No.33 Makassar

Sewa

Personel Kodam VII/Wrb

5.

Wisma Segara

Jl. Sungai Sadang No.7 Makassar

Sewa

Sdr. Benny

6.

Wisma/RM Kaisar

Jl. Jenderal Sudirman No.20 Makassar

619,600 m2

5 tahun 4 bulan

740,000,000 10 Tahun

Sdr. Yoseph

Kodam IX/Udayana
1

Rumah Kantor
( Rukan ).

Pasar Swalayan

4,468.00

17,000.00

757.25 T/B Kantor & Perumahan


Denpom 3 / IX Denpasar.
Jl. Letda Tantular
Jl. Raya Puputan Renon Denpasar.
4,861.00 Gelanggang Remaja UDY

BOT/BGS.

BOT/BGS.

Puskopad A dengan
PT. Bumi Dewata. P
(Hendri K.G Lyanto).

Tahap I TMT

PT. Karya Luhur

176

Tiara Dewata.

Jl. Mayjen Sutoyo


4,138.00

Hotel Mercure.

Pertokoan Kartika
Udayana.

Balai Kartini

22,541 m2

Kodam Jaya
Jl. Gatot Subroto No.37 Jakarta Selatan

Kantor dan Gudang

45,841 m2

Jl. Saharjo Jakarta Selatan

Sewa

SPBU Tangerang

2,702 m2

Jl. Gatot Subroto Km 6 Jatiuwung Tgrg

Sewa

Akta Perjanjian Kerjasama No.11 th 2003

Rumah Duka

1,481 m2

Jl. Abdul Rahman Saleh Jakpus

Sewa

Akta Notaris eny Sulaksono

Pertokoan dan Perkantoran

Jl. Kramatjati Raya Jakarta Timur

Sewa

Kemang

10,000.00

845 m2

Wisma A.Yani
Jl. Raya Pantai Kuta Ds. Kuta
Kec. Kuta Kab. Badung, Bali.
Lahan Kesdam IX/Udy
Jl. Letda Made Putra Denpasar.

1995 s/d 2005


Tahap II TMT
25 tahun.

Sewa.

Sewa.

Permai.
PT. Indowisata Indah
Persada.
PT. Putra Wahid
Pratama.

521,424,445

521,424,445

2,000,000,000

2,000,000,000

Kerjasama
25 tahun

PT Wahana Bhakti Utama

5-Sep-03

14,959,064,000.00

25 tahun

PT Dharma Putra Lestari

342,897,888.00

72,632,412.00

270,265,476

11 Februari 2002

25 tahun

PT Sukhawati Loka Funeral

471,983,465.00

116,304,966.38

355,678,499

PT Thanarama Tritunggal

418,050,000.00

4 tahun

PT Aditarina Arispratama dan


perorangan

JUMLAH
$

418,050,000

1,816,728,000.00

126,916,875.00

1,689,811,125

53,135,284,945
457,600

747,072,980
44,698,500($5157*)

52,388,211,964
452,443

Keterangan:
* Kurs Jual BI tgl 29 Desember 2007 $1=Rp8667,54

176

Anda mungkin juga menyukai