Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO

Seorang laki-laki, 21 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan luka pada


kepala kemaluannya. Lesi tersebut mulai kira-kira 10 atau 15 hari lalu dengan papul yang
kemudian pelan-pelan berubah menjadi borok. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
temperatur 37oC, nadi 80/menit, pernapasan 16/menit.
KLARIFIKASI KATA SULIT
~ Papul adalah tonjolan superfisial pada kulit, kecil, sirkumskripta dan padat. (Kamus
Kedokteran Dorland)
~ Lesi adalah diskontinuitas jaringan patologik atau traumatik atau hilangnya fungsi
suatu bagian (Kamus Kedokteran Dorland)
KATA KUNCI
~ Laki-laki 21 tahun
~ Luka pada kepala kemaluannya
~ Lesi tersebut mulai kira-kira 10 atau 15 hari lalu
~ Papul yang kemudian pelan-pelan berubah menjadi borok
~ Temperatur 37oC, nadi 80/menit, pernapasan 16/menit
PERTANYAAN PENTING
1. Anatomi dan histologi penis
2. Sebutkan bakteri penyebab ulkus pada genitalia laki-laki
3. Jelaskan patomekanisme terbentuknya papul dan ulkus
4. Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular seksual
5. Penyebab ulkus pada genitalia
6. Diagnosis diferensial
JAWABAN PERTANYAAN
1. Anatomi penis
Penis dibentuk oleh jaringan erektil, yang dapat mengeras dan dipakai untuk
melakukan kopulasi. Ereksi terjadi oleh karena rongga-rongga di dalam jaringan erektil

terisi darah. Terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian yang difiksasi, disebut radix
penis dan bagian yang bergerak dan dinamakan corpus penis.

Radix penis terletak pada trigonum urogenitale. Terdiri atas tiga buah batang
jeringan erctil. Bagian yang berada pada pada linea mediana disebut corpus spongiosum
penis, meluas ke dorsal menjadi bulbos penis. Corpus cavernosum penis ada dua buah,
masing-masing dibagian dorsal membentuk crus penis.
Corpus penis terletak bebas dan mudah bergerak, dibungkus oleh kulit. Dorsum
penis adalah bagian dari penis yang menghadap kea rah ventral pada saat penis berada
dalam keadaan lemas, dan menghadap ke arah cranial pada penis yang ereksi. Corpora
cavernosa penis merupakan bagian utama dari corpus penis, membentuk dorsum penis
dan bagian lateral penis.
Kulit penis licin, halus, elastis, berwarna gelap. Dekat pada radix penis kulit
ditumbuhi rambut. Pada corpus penis kulit melekat longgar pada jaringan subkutaneus,
kecuali pada glans penis.

Histologi Penis

Histologi Penis
Penis merupakan alat kopulasi pria yang terdiri atas 3 buah badan silindris yang
besar dari jaringan kavernosa atau jaringan erektil yaitu
-

Dua buah korpora kavernosa penis

Satu buah korpora kavernosa penis

Korpora spongiosa terletak pada lekukan yang dalam pada permukaan bawah
korpora kavernosa dan ditembus pada keseluruhan panjangnya oleh uretra. Kedua
korpora kavernosa penis dipisahkan oleh septum mediana, pada daerah glans penis
septum ini menghilang sehingga korpora kavernosa kiri dan kanan akan bersatu. Tiap
korpora kavernosa penis dikelilingi oleh selubung (kapsula) tebal terdiri dari jaringan ikat
padat disebut tunika albuginea yang terdiri dari 2 lapisan serat kolagen :
-

Bagian luar berjalan longitudinal

Bagian dalam berjalan sirkuler

Glans penis merupakan ujung penis yang terdiri dari jaringan ikat padat yang
mengandung banyak vena yang saling berhubungan seperti jala, dimana dinding vena
disini dilapisi otot polos yang berjalan sirkuler dan longitudinal.

Glans penis ini tidak mempunyai tunika albuginea, tunika albuginea disini diganti
dengan dermis yang berhubungan langsung dengan jaringan ikat padat di jaringan erektil,
kulit preputium bagian dalam bersatu dengan jaringan ikat permukaan glans penis.
2. Bakteri penyebab ulkus pada genitalia laki-laki
A. Triponema pallidum
KLASSIFIKASI
Order

: Spirochaetales

Famili

: Triponemataceae

Genus

: Triponema

Species

: Triponema pallidum

Sub-species

T. pallidum biotipe pallidum sifilis


T. pallidum biotipe pertenue frambusia
T. pallidum biotipe endemicus sifilis endemik (bejel)
T. pallidum biotipe carateum pinta
SIFAT-SIFAT

spiral yang bulat dan tipis,

bergerak aktif

tidak dapat diwarnai zat warna anilin,

bisa dilihat: preparat basah, pewarnaan negatif, pewarnaan endapan perak.

Mikro-aerofilik,

Gram negatif

T. pallidum patogen: belum berhasil dibiak

dimatikan cepat oleh pengeringan, & pemanasan.

Dlm darah atau plasma pd 4oC: 24 jam.


STRUKTUR ANTIGEN

1. Outer membran protein (OPA)


2. Endoflagella
3. Hialurinidase

4. Ada 100 Ag protein salah satunya


cardiolipin reagin
B. Donovania granulomatis
SIFAT-SIFAT
- U. uralyticum berbentuk bulat sampai lonjong, kadang-kadang berbentuk
filamentous.
- Tumbuh baik pd keadaan dgn CO2 5-15%, tp tidak subur pd keadaan aerob.
- Menghasilkan urease, arginine diaminase, tidak menghasilkan katalase, dan
menyebabkan hemolisis eritrosit.
- Mycoplasma dibicarakan pd ISN
C. Neisseria gonorrhoeae
KLASSIFIKASI

Famili Neisseriaceae

Genus : Neisseria

Species :
Patogen : N. gonorhoeae, N. meningitidis
Komensal : N. lactamica, N. sicca, N. catarrhakis (Moraxella catarrhalis)

SIFAT-SIFAT

diplokokkus negatif gram.

tidak bergerak

tidak berbentuk spora,

berkapsul

mempunyai pili.

otolisis diluar tubuh,

aerobe absolut,

menghasilkan oksidase

bersifat mikroaerofilik

D. Haemophilus ducreyi
SIFAT-SIFAT
- batang-batang silender

- berpasangan atau berantai


- tidak berkapsul
- sifat lain hampir sama H. influenzae.
E. Chlamydia trachomatis
SIFAT-SIFAT UMUM
- Bakteri ini kecil sekali,
- tidak tumbuh pada medium buatan.
- tidak dimatikan oleh antibiotik laktam.
- siklus hidup unik
KLASSIFIKASI
Ordo: Chlamydiales,
Famili: Chlamydiaceae,
Genus : Chlamydia,
Species : Chl. trachomatis, Chl. psittaci, Chl. pneumoniae, Chl. pecurium.
3. Patomekanisme papul dan ulkus
VHS masuk ke dalam tubuh manusia untuk pertama kali (infeksi inisial, infeksi primer)
melalui kontak virus dengan mukosa atau lesi abrasi. VHS-2 menginfeksi pejamu di
mukosa genital dan mengadakan replikasi dalam sel epitel. Virus memasuki sel secara
fusi dimulai dengan glikoprotein amplop. VHS mengikat reseptor spesifik sel pejamu,
yaitu heparin sulfat permukaan sel. Nukleokapsid ditransfer ke inti sel pejamu melewati
sitoplasma, terjadi uncoating (selubung VHS lepas), dan akhirnya genom (DNA) VHS
ditransfer ke inti sel pejamu.
Setelah terjadi fusi amplop virion dengan membran sel pejamu, beberapa protein virus
dilepaskan dari virion VHS. Beberapa protein tersebut menghentikan sintesa protein
pejamu dan yang lainnya menghidupkan transkripsi early-genes untuk replikasi VHS.
Early genes atau gen alfa diperlukan untuk sintesis kelompok polipetida, atau gen beta
yang merupakan protein regulator dan enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA.
Kelompok gen VHS yang ketiga adalah gen gamma yang dibutuhkan untuk
replikasi DNA, yaitu untuk ekspresi dan penggantian protein struktural virus. Setelah
replikasi genom virus dan pembentukan protein struktural virus, nukleokapsid di susun di

inti sel pejamu. Pembentukan amplop melalui budding melewati membrana inti, ruang
perinuclear dan akhirnya virion ditransfer melalui retikulum endoplasma dan apparatus
golgi ke permukaan sel. Seluruh siklus replikasi ini membutuhkan waktu 12-16 jam.14,15
Replikasi VHS dalam sel epidermis dan dermis menghasilkan kerusakan sel dan
inflamasi. Secara klinis tampak lesi vesikular di atas kulit eritem dan secara mikroskopis
dijumpai multinucleated giant cells, nekrosis sel setempat dan degenerasi balon pada sel
yang terinfeksi. Infeksi virus menyebabkan degenerasi balon dengan kromatin yang padat
di dalam inti sel, diikuti degenerasi selular inti sel parabasal dan sel intermediate. Sel
yang terinfeksi kehilangan kontak dengan plasma membran dan membentuk
multinucleated giant cells. Bila sel mengalami lisis akan terlihat sebagai vesikel pada
lapisan epidermis dan dermis. Cairan vesikel mengandung depris sel, sel-sel inflamasi,
dan multinucleated giant cell.
Pada lapisan subdermis terjadi respon inflamasi yang intens dan penyembuhan
pada kulit di mulai dengan vesikel menjadi pustul dan akhirnya menjadi krusta. Pada
mukosa tidak terbentuk krusta tetapi mudah menjadi ulkus dangkal. Pada infeksi inisial
penyebaran infeksi virus dapat melalui sistem limfatik ke limfonodi regional. Saat infeksi
inisial, virus secara asenden mencapai neuron sensoris perifer dan mengalami latensi
pada ganglia saraf sensoris maupun autonom serta mempunyai hubungan permanent
antara virus dengan pejamu. Saat latensi di ganglion dorsalis, virus melakukan replikasi
dalam jumlah sangat terbatas dan transkripsi yang terjadi dikenal dengan LAT (latentcy
associated transcripts)
4. Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular seksual
Sexual Transmited Diseases, atau yang lebih sering disebut sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit-penyakit yang disebabkan karena
adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar
menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis .
Dekade terakhir ini, insidens PMS di berbagai negara di seluruh dunia mengalami
peningkatan yang cukup cepat. Peningkatan insidens PMS dipengaruhi oleh berbagai
faktor berikut: Perubahan demografik, Fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai,
Pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, Kontrol PMS belum
dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Peningkatan

kasus PMS dari waktu ke waktu, akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang sangat
serius dan berdampak besar.
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for
Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.
Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki
risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok
ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati
seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS
lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan
oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak
mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil
kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti
Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual
melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan
pemakaian mainan seksual, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang
dapat benar-benar disebut sebagai seks aman . Satu-satunya yang betul-betul seks
aman adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana
kedua individu bebas dari IMS juga dianggap aman. Kebanyakan orang menganggap
berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit
lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk
lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan
terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV
dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan
klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan
penyebab kutil kelamin

Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan infeksi menular
seksual melalui hubungan seksual. Kondom dan berbagai metode penghalang sejenis
yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini
melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian
dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya
hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling
mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah
penularan melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi
tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba
suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan
kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus
menerima transfusi darah maupun produk darah.
5. Penyebab ulkus pada genitalia
Multipel
Nyeri

Soliter

Herpes genital

Tuberkulosis

Behcets disease

Herpes genital

Chancroid
Tidak
nyeri

Sifilis sekunder

Crohns disease
Sifilis primer
Gumma
LGV
Granuloma
ingunal
Carcinoma

Penyebab ulkus pada genitalia dapat di bagi atas 2, yaitu :

a. Akibat penyakit menular seksual


1. Herpes simpleks
2. Ulkus molle
3. Limfogranuloma venerum
4. Granuloma inguinale
5. Sfilis
b. Akibat bukan dari penyakit menular seksual
1. Chorn disease
2. Bechet disease
3. Pyodermal gangrenosum
4. Tumor ulseratif
5. Fixed drugs eruption
6. Tuberculosis
6. Diagnosis diferensial
a. Ulkus Molle
b. Sifilis
c. Granuloma inguinale
d. Herpes simpleks
e. Limfogranuloma venerum

Anda mungkin juga menyukai