Anda di halaman 1dari 4

C.

Perkembangan Sosial pada Masa Demokrasi Terpimpin


Ketidakstabilan kondisi politik dan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin
memengaruhi kondisi social, budaya, dan sistem pendidikan saat itu. Kehidupan social dan
budaya pada masa Demokrasi Terpimpin dipengaruhioleh kebijakan Manipol-USDEK yang
diterapkan Presiden Soekarno dengan tujuan menggalang persatuan bangsa. Seberapa
besar pengaruh Manipol-USDEK dalam kehidupan social masyarakat? Untuk mengetahui
jawabannya, mari perhatikan materi berikut.
1. Kehidupan Masyarakat
Sebagai bangsa yang besar dan terdiri atas berbagai suku dan etnik bangsa Indonesia,
hendaknya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun demikian, keberagaman
suku dan etnik menjadi ancaman jika toleransi antarsuku dan etnik tidak terjaga dengan
baik, justru akan membawa dampak buruk bagi bangsa ini. Selain itu, kondisi politik dan
ekonomi yang tidak stabil dapat menyebabkan permasalahan tersendiri bagi
masyarakat. Kondisi inilah yang pernah dialami bangsa Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin. Bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin? Anda dapat menemukan jawabannya dalam pembahasan berikut.
a. Kehidupan Etnik Tionghoa
Menurut buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, pada masa Demokrasi
Terpimpin golongan Tionghoa memiliki peranan besar dalam perekonomian
Indonesia. Bahkan, pemerintah menjalin hubungan baik dengan pemerintah
Tiongkok. Hubungan tersebut ditentang oleh Angkatan Darat. Pada tahun 1960
Angkatan Darat berusaha melemahkan hubungan Indonesia dan Tiongkok dengan
melakukan pembatasan terhadap aktivitas masyarakat Tionghoa. Bahkan, Angkatan
Darat memulangkan secara paksa sebanyak 110.000 penduduk Tionghoa ke
Tiongkok.
Pada
masa
Demokrasi
Terpimpin
pemerintah
menghapus
peraturanperaturan yang bersifat rasial. Bahkan,
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
tahun 1965 menjamin pengembangan
modal domestik milik pedagang Tionghoa
demi pembangunan ekonomi negara.
Selama masa Demokrasi Terpimpin
terdapat tokoh Tionghoa yang aktif dalam
parlemen, yaitu Siaw Giok Tjan. Ia dikenal
sebagai tokoh yang cukup progresif
karena memimpin suatu fraksi dalam
parlemen bernama Nasional Progresif.
Fraksi ini beranggotakan beberapa partai
kecil seperti Murba, PRN, PERMAI, dan
Baperki.
Dalam
perkembangannya,
Baperki yang dipimpin oleh Siaw Giok
Tjan menjadi semakin dekat dengan Soekarno.

b. Permasalahan Sosial Masyarakat


Pemerintahan pada masa Demokrasi Terpimpin dianggap tidak berhasil
menyediakan kebutuhan sandang dan pangan bagi rakyat. Selain itu, biaya
kebutuhan hidup juga terus meningkat. Akan tetapi, tidak seluruh rakyat terkena
dampak kondisi ini karena hamper setengah penduduk Indonesia pada masa itu
masih melakukan perdagangan barter.
Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuatan PKI mendominasi. PKI berhasil
memengaruhi sebagian besar masyarakat perdesaan. PKI menganggap desa sebagai
tempat bertahan dari kaum kontraevolusi. Di Jawa Barat PKI mengadakan gerakan
turun ke bawah (Turba) dengan mengirim sekira 4.000-5.000 kader ke desa-desa
untuk menjalankan Aksi Tiga Sama yang meliputi sama tinggal, sama makan, dan
sama bekerja. Aksi ini dilakukan untuk mengetahui keluh kesah dan keinginan para
petani. PKI juga berusaha menghancurkan pengaruh para ulama di desa-desa.
Langkah ini dilakukan untuk mencari dukungan dari angkatan muda nonsantri,
sekaligus mematahkan kekuatas ormas dan partai-partai Islam.
2. Kehidupan Budaya
Di bidang budaya Presiden Soekarno mulai membatasi kebebasan berkreasi. Doktrin
komunis juga merambah di bidang seni dan sastra. Sastrawan Manikebu menyebut
kehidupan budaya pada masa Demokrasi Terpimpin sebagai Prahara Budaya. Pramoedya
Ananta Toer menyebut seniman Manikebu sebagai pemecah kesatuan bangsa. Tahukah
Anda siapa Sastrawan Manikebu dan Pramoedya Ananta Toer? Coba carilah informasi
dari berbagai seumber. Selanjutnya, ikuti pembahasan berikut untuk menemukan
jawabannya.
a. Pertentangan Lekra dengan Manifes Kebudayaan
Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) adalah organisasi yang bekerja di bidang
kebudayaan, kesenian, dan ilmu pengetahuan. Beberapa jargon Lekra seperti seni
untuk rakyat, politik adalah panglima, dan realism dianggap bagian PKI. Di tengah
maraknya doktrin komunis dalam bidang seni dan sastra, pada tanggal 17 Agustus
1963 H.B. Jasin, Wiratmo Sukito, dan Trisno Sumardjo mengumumkan pembentukan
Manifes Kebudayaan (Manikebu). Manikebu dibentuk untuk melawan dominasi dan
tekanan golongan kiri dengan ideology realisme sosial. Munculnya Manifes
Kebudayaan menjadi ancaman tersendiri bagi PKI. PKI pun merasa perlu menyerang
Manifes Kebudayaan. Serangan terhadap Manifes Kebudayaan dilancarkan melalui
tulisan dalam Harian Rakyat, Bintang Timur, dan Zaman Baru.
Manifes Kebudayaan mendapat dukungan dari Angkatan Darat. Manifes
Kebudayaan dan Angkatan Darat sepakat bahwa agama adalah unsur pokok dalam
national and character building. Mereka juga sepakat bahwa sila pertama Pancasila,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mendapat tempat mulia dalam kehidupan bangsa.
Pernyataan ini merupakan pukulan terhadap PKI yang sering melupakan nilai-nilai
keagamaan.
Aksi-aksi Lekra turut memengaruhi Presiden Soekarno. Dalam pidato Manipol
tanggal 17 Agustus 1959, Soekarno mengecam kebudayaan Barat yang
memperkenalkan tarian rock and roll, dansa ala cha-cha, music ala ngak-ngik-

ngok gila-gilaan. Bahkan, pada tanggal 8 mei 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan
perintah larangan terhadap Manifes Kebudayaan. Soekarno melarang Manifes
Kebudayaan karena dianggap tandingan dari Manipol Negara.
b. Perkembangan Pers
Pada masa Demokrasi Terpimpin partai politik dan organisasi politik tidak bisa
lepas dari peran pers. Mengapa demikian? Hamper setiap partai politik memiliki surat
kabar, baik yang terbit secara harian, mingguan, dan bulanan. Beberapa partai politik
memiliki surat kabar sendiri. Misalnya, surat kabar Suluh Indonesia milik PNI, Harian
Abadi milik Masyumi, Duta Masjarakat milik MU, serta Harian Rakyat dan Warta
Bhakti milik PKI. Pada tahun 1960 Angkatan Darat menerbitkan surat kabar Angkatan
Bersendjata dan Berita Yudha. Manipol-USDEK yang diperkenalkan Presiden Soekarno
sebagai dasar pelaksanaan Demokrasi Terpimpin menjadikan pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin menjadikan kebebasan pers semakin terbatas. Persyaratan untuk
memperoleh Surat Izin Terbit dan Surat Izin Tjetak (SIT) diperketat. Untuk
memperoleh SIT, penerbit dan percetakan harus mendukung Manipol-USDEK. System
kekuasaan pada masa Demokrasi Terpimpin memengaruhi fungsi pers yang lebih
bersifat corong kekuasaan pemerintah yang berkuasa sehingga fungsi pers sebagai
control social tidak tampak. Pers diarahkan menjadi pers terpimpin dan pers manipol.
Sedemikian intensifnya wartawan meliput kebijakan Presiden Soekarno hingga
muncul pers sebagai bayang-bayang Soekarno. Akan tetapi, tidak semua pers
mengikuti keinginan pemerintah. Akibatnya, pada masa ini terjadi pertentangan
antara pers pemerintah dan pers oposisi, seperti yang terjadi pada kasus Barisan
Pendukung Soekarno (BPS).
Pemerintah melakukan pembredelan berita surat kabar yang tidak selaras
dengan garis kebijakan pemerintah. Surat kabar yang pernah dibredel pada masa
Demokrasi Terpimpin antara lain Majalah Baru (Samarinda), Berita Minggu (Jakarta),
Indonesia Raya (Jakarta), Pedoman (Jakarta), dan Pembangunan (Palembang).
c. Perkembangan Arsitektur
Pada periode tahun 1959-1965 perkembangan arsitektur di beberapa kota di
Indonesia dipengaruhi oleh rancangan arsitektur Soekarno. Gaya arsitektur Soekarno
disebut padu padan yang memadukan beberapa gaya sekaligus. Gaya padu
padan Soekarno pada saat Demokrasi Terpimpin direalisasikan pertama kali ketika
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962.
Sebagai konsekuensinya, Indonesia harus menyiapkan sport veneus bertaraf
internasional seperti yang disyaratkan oleh Komite Asian Games.
Perhatikan gambar di samping! Apakah nama bangunan pada gambar di
samping? Gambar di samping adalah salah satu karya arsitektur landmark Indonesia,
yaitu mainstadium Gelora Bung Karno sebagai masterpiece bangunan pada periode
1959-1965. Gagasan Soekarno untuk merancang stadion tersebut mendorong tim
arsitek dari Rusia menciptakan rancangan atap temu gelang. Ornamen khas Jawa
Kuno juga ditemukan di area bangunan tersebut berupa patung Sri Rama sedang
memanah. Di Jakarta arsitektur peninggalan Soekarno antara lain Hotel Indonesia,
masjid Istiqlal, pusat perbelanjaan Sarinah, gedung PMI Jakarta, dan masterplan Kota
Jakarta yang bertumpu pada Monumen Nasional sebagai titik awal pengembangan
kota.
Rancangan arsitektur Soekarno lainnya antara lain bundaran besar di tengah
Kota Palangkaraya yang berupa rancangan skematik, gedung Herbarium Bogor, Hotel
Ambarukmo Yogyakarta, dan Hotel Bali Beach Denpasar. Untuk memperindah kota,
Soekarno membangun banyak patung atau monumen. Patung-patung tersebut

antara lain Patung Selamat Datang, Patung Pangeran Diponegoro, Patung Tani,
Patung Pembebasan Irian Barat, dan Patung Dirgantara. Selain untuk memperindah
kota, pembangunan patung dimaksudkan sebagai ekspresi peringatan kepahlawanan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai