Pengertian : adalah pemeriksaan dari uretra secara radiologi dengan memasukkan bahan
kontras melalui spuit atau kateter kemudian difoto.
Tujuannya : untuk mengetahui fungsi dari vesika urinaria dan uretra yang sering mengalami
gangguan berupa penyempitan atau sumbatan sehingga menimbulkan gangguan pada vesika
urinaria dan uretra.
2 Prosedur pelaksanaan pemeriksaan uretrografi
1. Persiapan pasien
- tidak ada persiapan khusus.
- vesika urinaria harus dikosongkan.
2. Persiapan alat dan bahan
- pesawat sinar-x
- kaset dan film sesuai ukuran beserta marker
- media kontras
- gliserin
- kateter
- spuit
- sarung tangan
- kassa steril
- bengkok atau mangkuk steril
- kapas alkohol
- plester
- baju pasien.
3. Jalannya pemeriksaan
o Pasien tidur telentang di atas meja pemeriksaan, setelah disuruh buang air kecil.
o Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.
o Masukkan media kontras melalui kateter, sebanyak 12 cc.
o Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.
4. Proyeksi pemotretan
a) Proyeksi AP (Anteroposterior)
Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan, kemudian bagian pinggang diganjal dengan bantal,
sehingga menyerupai posisi setengah duduk.
Posisi obyek : daerah pelvis dan uretra ditempatkan persis di atas kaset, kedua kaki direnggangkan.
Arah sinar
: ditunjukkan ke simpisis pubis dan disudutkan 10 cephalad. Menggunakan grid diam atau
bergerak, kaset yang digunakan 24 x 30 cm.
Kolimasi
osisi obyek : daerah pelvis termasuk uretra ditempatkan diatas kaset, pasien kemudian dimiringkan 30
rah sinar
olimasi
sehingga uretra super posisi dengan soft tissue dari otot paha.
: ditujukan ke simpisis pubis dan tegak lurus terhadap kaset. Menggunakan grid diam atau
bergerak, menggunakan kaset 24 x 30 cm.
: gunakan luas lapangan sebesar obyek.
raktur yang mengenai ramus atau simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin
pelvis, menyebabkan robekan uretra pars prostato-membranasea. Fraktur pelvis
dan robekan pembuluh darah yang berada di dalam kavum pelvis menyebabkan
hematoma yang luas di kavum retzius sehingga jika ligamentum puboprostatikum ikut terobek, prostat berada buli-buli akan terangkat ke kranial.
Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah
suprapubik dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. Bila
disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum. Pasien biasanya
mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian bawah. 10,11
Kemungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada pasien
yang telah didiagnosis fraktur pelvis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa
jenis fraktur pelvis lebih sering berhubungan dengan cedera uretra posterior dan terlihat pada
87% sampai 93% kasus. Akan tetapi, banyaknya darah pada meatus uretra tidak berhubungan
dengan beratnya cedera. Teraba buli-buli yang cembung (distended), urin tidak bisa keluar
dari kandung kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal merupakan tanda
tambahan yang merujuk pada gangguan uretra. Trias diagnostik dari gangguan uretra
prostatomembranosa adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa keluar dari
kandung kemih.
Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling
penting dari kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan
melakukan pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan infeksi pada
periprostatik dan perivesical dan konversi dari incomplete laserasi menjadi
complete
laserasi.
Cedera
uretra
karena
pemasangan
kateter
dapat
menyebabkan obstuksi karena edema dan bekuan darah. Abses periuretral atau
sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah
dapat meluas jauh tergantung fascia yang rusak. Pada ekstravasasi ini mudah
timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi
infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan pentingnya
uretrografi untuk menegakkan diagnosis
Uretrografi
retrograde
telah
menjadi
pilihan
pemeriksaan
untuk
mendiagnosis cedera uretra karena akurat, sederhana dan cepat dilakukan pada
keadaan trauma. Sementara CT Scan merupakan pemeriksaan yang ideal untuk
saluran kemih bagian atas dan cedera vesika urinaria dan terbatas dalam
mendiagnosis cedera uretra. Sementara MRI berguna untuk pemeriksaan pelvis
setelah trauma sebelum dilakukan rekonstuksi, pemeriksaan ini tidak berperan
dalam pemeriksaan cadera uretra. Sama halnya dengan USG uretra yang
memiliki keterbatasan dalam pelvis dan vesika urinaria untuk menempatkan
kateter suprapubik.
Pemeriksaan radiologik dengan uretrogram retrograde dapat memberi
keterangan
letak
dan
tipe
ruptur
uretra.
Uretrogram
retrograde
akan