Referat Terapi Oksigen Oji
Referat Terapi Oksigen Oji
BAB I
A. Pendahuluan .......................................................................................
BAB III
Kesimpulan ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
32
33
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini ada anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling
dibutuhkan bagi kehidupan manusia agaknya memang benar dan terbukti secara
ilmiah. Seorang manusia jika tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan
memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal,
tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal
akibatnya. Hal tersebut menunjukan akan pentingnya oksigen bagi kehidupan
manusia. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen
juga sangat dibutuhkan untuk metaboloisme tubuh sampai tingkatan terkecil yaitu
sel. Saat ini bahkan Oksigen juga bisa menjadi sarana untuk mengatasi berbagai
macam penyakit atau digunakan sebagai terapi.1,2
Oksigen (O2) ditemukan pertama kali oleh seorang ilmuan bernama Yoseph
Prietsley di Bristol Inggris tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh
ilmuan dibidang kedokteran pada saat itu Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800.
Seorang ahli paru Alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pada
pasien hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen
melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan
hasil yang baik tanpa retensi CO2.3
O2 merupakan salah satu komponen gas dan unsur yang vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel yang ada
dalam tubuh manusia. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup
udara ruangan dalam setiap kali bernafas karena normalnya didalam sebuah
ruangan yang berudara akan terdapat O2. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologis.4
Pada keadaan kekuraangan O2 dapat ditandai dengan keadaan hipoksia, yang
dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan secara abnormal atau
nekrosis yang semakin lama akan mengancam kehidupan. Pasien dalam kondisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pernafasan merupak sistem yang paling penting dalam peredaran
oksigen keselurh tubuh manusia untuk itu sebelum membahas tentang terapi
oksigen sebaiknya disinggung beberapa hal yang penting dan berkaitan dengan
terapi oksigen.
A. Anatomi Sistem Respirasi
Secara anatomi saluran pernafasan pada manusia terdiri atas saluran
nafas bagian atas (upper respiration tract) dan saluran nafas bagian bawah
(lower respiration tract) berikut akan dijelaskan pembagian organ yang
termasuk upper dan lower respiration tract:2
2. Saluran Nafas Bagian Atas
a. Hidung
Hidung atau nasal adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika
proses
2) Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, terdapat
pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan
pencernaan , makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari
nasofaring dan paru.
3) Orofaring
Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan) Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak
tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.
c. Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian
pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut
epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi ketika
menelan makanan dengan menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring
dan bagian atas esopagus.
2. Saluran Nafas Bagian Bawah
a. Trachea atau Batang tenggorok
Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm
dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah
pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir
setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau
sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.
b. Bronchus
lobaris
dan
kernudian
menjadi
lobus
segmentalis.
rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam
paru-paru.
Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui
jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke
posisi semula ( melengkung ) dan muskulus intercotalis interna relaksasi.
Akibatnya tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga dinding dada
masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru
meningkat.
Secara fisiologi Proses pertukaran gas pada pernafasan di bagi menjadi 2
macam sistem respirasi, yaitu sebagai berikut:
1. Respirasi ekternal
Respirasi ekternal yaitu pertukaran gas-gas antara darah dan atmosfir/
udara sekitar. Proses respirasi ekternal ini di bagi menjadi beberapa proses
yaitu:
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses masuk udara sekitar dan pembagian
udara tersebut ke alveoli.
b. Distribusi
Distribusi merupakan penyebaran dan pencampuran molekulmolekul gas intrapulmoner.
c. Difusi
Difusi merupakan proses masuknya gas-gas menembus selaput
alveolokapiler.
d. Perfusi
Proses perfusi merupakan pengambilan gas-gas oleh aliran darah
kapiler paru yang adekuat.
2. Respirasi internal
Respirasi internal yaitu pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan
itu sendiri. Proses respirasi internal ini di bagi menjadi beberapa proses
yaitu:
a. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah yang kaya oksigen
b. Distribusi kapiler
c. Difusi, perjalanan gas ke ruang intertisial dan menembus dinding sel
d. Metabolisme sel yang melibatkan enzim.
Untuk mengetahui fungsi paru yg mencerminkan mekanisme ventilasi
disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
1 Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas.
2 Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yang
dapat dihirup setelah inhalasi normal.
3 Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
4 Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah
ekhalasi maksimal.
Pada kapasitas paru dapat dibagi menjadi :
1 Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi
maksimal.
2 Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah
ekspirasi normal.
3 Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam
paru-paru setelah ekspirasi normal.
4 Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.
C. Terapi Oksigen
1. Definisi
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan
parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ) dan
meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik).7
Defenisi lain dari Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir
c.
dan
mengatasi
hipoksemia/hipoksia
serta
Aliran (L/menit)
1
2
Kanula 3
nasal
4
5
6
5-6
Masker
6-7
oksigen
7-8
6
Masker
7
dengan
8
kantong
9
reservoir
10
3. Indikasi
Pemberian Oksigen harus sesuai indikasi jika tidak maka akan terjadi
efek samping yang tidak diinginkan dan merugikan. Secara umum indikasi
pemberian terapi oksigen yaitu, untuk Mencegah atau mengatasi hypoxia,
penurunan PaCO2 dengan gejala dan tanda-tanda hypoxia, dispnea;
9
tachypnea; gelisah; disorientasi; apatis; kesadaran menurun dan Keadaankeadaan lain seperti gagal nafas akut, shock, keracunan CO2-.
a. Pasien hipoksia
Hipoksia merupakan masalah pada individu normal pada daerah
ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai
penyakit sistim pernafasan lainnya. Gejala dan tanda hipoksia hipoksik
dapat berupa:
1)
2)
3)
4)
5)
Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan,
karena alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh
hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan
penurunan pH LCS dan meningkatkan respon terhadap hipoksia.
10
paru
terjadi
bilakeadan
seperti
fibrosis
pulmonal
atau
oleh
berbagai
gangguan
mekanik
seperti
11
hipoksemia
menyebabkan
beberapa
perubahan
12
(PaO2)
yang
meningkat
dan
sebaliknyatekanan
Beberapa trauma
- Keracunan
- Hipovolemi
- Asidosis
- Perdarahan
- Anemia berat
Pemberian
oksigen
13
Pemberian
secara
berselang
Pemberian ini dimaksudkan apabila hasil analisis gas darah saat
latihan didapat nilai:
1) Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
2) Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi
seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi
oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan
perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
4. Kontra indikasi
Perlu ditekankan bahwa tidak ada kontra indikasi absolut dalam
pemberian terapi oksigen hanya kontraindikasi relatif yaitu:
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak
kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan
PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
5. Alat alat yang diperlukan
a. Kateter nasal.
b. Kanul nasal/binasal/nasal prong.
c. Sungkup muka sederhana.
d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.
e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.
f. Sungkup muka Venturi
g. Jelly.
h. Plester.
i. Gunting.
14
j. Sumber oksigen.
k. Humidifier.
l. Flow meter.
m. Aqua steril.
n. Selang oksigen.
o. Tanda dilarang merokok
6. Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :
a. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi.
b. Tahanan jalan nafas yang rendah,.
c. Tidak terjadi penumpukan CO2.
d. Efisien.
e. Nyaman untuk pasien.
7. Protokol prosedur
Protokol prosedur dalam pemberian terapi oksigen dapat dibagi menjadi 2
tehnik, yaitu :
a. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan, bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran
kurang dari volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara
ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka
FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan
FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien stabil
dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal, misalnya
klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16
20 kali permenit. Contoh sistem aliran rendah adalah :
1) Low flow low concentration :
a) Kateter nasal
b) Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.
2) Low flow high concentration
a) Sungkup muka sederhana.
15
16
Atur
posisi
pasien
Membebaskan
jalan
Atur
posisi
pasien
Untuk memperkirakan
dalam kateter, ukur antara lubang hidung sampai keujung
telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).
Bila
ujung
kateter
Membuka
regulator
Mengatur
volume
17
Gunakan
plester
pengeringan
mukosa
hidung,
epistaksis,
dan
18
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter
nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman. Dapat
digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien
bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu
inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian belakang
faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan melalui
kanula hidung terhirup melalui hidung.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui
mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm,
tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab
pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah
FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan
mukosa
kering
dan
mengiritasi
selaput
lendir.
Dapat
pakaian
pasien
(Memungkinkan
pasien
untuk
20
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %
Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan sungkup muka sederhana ini
yaitu Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter
atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa
terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan
apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia
ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan.
Cara pemasangan :
-
Atur
posisi
pasien
(meningkatkan
kenyamanan
dan
memudahkan pemasangan).
-
Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah,
kantong oksigen bisa terlipat atau terputar atau mengempes,
apabila ini terjadi dan aliran yang rendah dapat menyebabkan
pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien
tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap,
bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel
pengikat.
Caranya :
-
akibat
terapi,
dan
menjaga
kenyamanan pasien).
-
23
pada
tempatnya
dan
tanpa
tongkat.
Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%
dan tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah.
Kantong oksigen bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu
segel pengikat, dan tidak memungkinkan makan, minum atau
batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada
pasien tidak sadar dan anak-anak.
Cara memasang :
-
24
akibat
terapi,
dan
menjaga
kenyamanan pasien).
-
25
Keuntungan
- Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai
dengan petunjuk pada alat.
- FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur
dengan O2 analiser.
- Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
- Tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian
- Harus diikat dengan kencang untuk mencegah
oksigen
Caranya :
- Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.
26
terjadinya
peningkatan
sekresi,
pneumothorak,
dan
pendauran
ketahanan
kantong.
Keuntungan
Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai
alternatif pemberian aerosol, dapat memberikan kelembaban
yang tinggi.
Kerugian
Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.
5) Collar trakeostomi
Keuntungan
-
Kerugian
Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan
iritasi dan infeksi.
8. Keamanan
a. Untuk pasien :
1) Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran
pernapasan.
2) Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus
steril.
3) Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.
9. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan
29
a.
b.
c.
d.
e.
Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada
pasien .
f.
30
31
BAB III
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan
terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri
sehingga
masuk
ke
jaringan
untuk
memfasilitasi
metabolisme
aerob,
mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi terapi oksigen ini
adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal,
oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,
sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 )
rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul
nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter
nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka dengan kantong
rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar
PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat
mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan
resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. Apabila O 2 80100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan
batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
32
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Penerbit buku
kedokteran egc. Jakarta. 2006.
2. Guyton. Fisiologi Guyton. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
2006
3. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
4. Ikawati, Z. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF.
Rohsiswatmo, R. 2009.
5. Dachlan MR, Latief SA, Suryadi KA. Petunjuk praktis anestesiologi.
Bagian anestesiologi UI. Jakarta. 2009.
6. Akhmad, I. 2004. Terapi Oksigen 2010. Terapi Oksigen Pada
Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI - RSCMk
FKUI RSCM. Jakarta. Dalam Asuhan Keperawatan. Program Studi
Ilmu Keperawatan FK USU Medan. Sumatera Utara.
7. Rogayah, R. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen
Pulmonologi Dan Respiratori FK UI. Jakarta. 2009.
8. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
9. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC. Jakarta.
2003
10. Warren G. Oxygen Therapy Procedure in Medicinal Gas Therapy. Critical
care medicine departemenet of national institute of healtha. America.
2011.
33
11. Centers for Medicare & Medicaid Services. Oxygen Therapy Supplies.
America. 2011.
34