Anda di halaman 1dari 4

Wacana mengenai Kepribadian dalam Islam banyak disinggung akhir-akhir ini.

Hal itu
banyak di inspirasi para tokoh-tokoh Islam macam Al Ghazali, Jalaluddin Rumi, Ibnu
Miskawih dan lainnya yang fokus membedah permasalahan itu. Tetapi secara cakupan
psikologi ilmiah, pada dasarnya buku karangan Prof Malik Badri-lah yang seakan-akan
menjadi keladi dari ini semua. Akan tetapi, kita tidak akan membahas buku dilemma psikolog
muslim yang fenomenal itu.
Unsur positif dari lahirnya karya-karya ini, seakan menandakan semakin tingginya
minat ilmuwan untuk mendalami Psikologi Islam. Dalam sisi lain, ada pertanyaan yang
bergulir apakah karya-karya yang dikeluarkan telah memuaskan rasa lapar para peminat
psikologi terhadap Psikologi Islam itu sendiri?
Salah satu buku yang yang merangkum dua hal itu telah ditelurkan Dr Abdul Mujib
M.Ag. Abdul Mujib kini sedang disibukkan dengan aktivitasnya yang sehari-hari menjadi
dosen di beberapa perguruan tinggi, kemudian sebagai pembicara di berbagai forum yang
berorientasi pada psikologi Islam.
Menghadirkan wacana baru, yang kemudian diabadikan dalambuku berjudul
Kepribadian dalam Psikologi Islam, merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditundatunda.Terdapat banyak alasan mengapa hal itu perlu dilakukan. Dari sisi pengembangan
ilmu, buku ini sebagai pembanding atau bahkan counter discourse terhadap teori-teori
kepribadian yang dibangun dari paradigma psikologi sekular. Masyarakat religius, khususnya
masyarakat Muslim Indonesia, tidak mungkin menggunakan teori-teori kepribadian dari
psikologi sekular. Selain bias budaya, teori-teori tersebut bebas nilai yang menafikan unsurunsur metafisik dan spiritual transedental. Masyarakat muslim tepat menggunakan teori
kepribadian berbasis keIslaman, karena teori itu dapat mengkafer seluruh perilakunya dan
menunjukan self-image maupun self-esteem sebagai seorang muslim yang sesungguhnya.
Buku ini menunjukan bahwa kepribadian Islam dapat diturunkan dari ketiga domain
secara utuh, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Kedua, dari sisi psikologi, hampir seluruh teori
kepribadian diturunkan dari paradigma apa adanya dan bebas nilai dari hasil penelitian
empiris-eksperimental, tanpa melibatkan norma-norma agama yang selama ini diyakini. Buku
ini memasukan norma-norma agama yang diyakini untuk kemudian diturunkan indikatorindikatornya dalam perilaku nyata, agar norma itu mempribadi pada setiap ummat Islam.
Di awali dengan merumuskan psikologi Islam sebagai arus paradigma ilmiah,
dilanjutkan dengan krtitiknya terhadap tafsiran psikolog barat dalam memandang kepribadian
manusia. Abdul Mujib lalu mencoba mengurai benang kusut definisi kepribadian via tafsiran
Islam yang konkret. Penekanan itu diimplemantasikan terhadap wacana dasar-dasar
pemahaman kepribadian Islam, serta diakhiri dengan struktur kepribadian Islam, yang sarat
dengan orisinalitas keIslaman yang dicetuskan tokoh-tokoh sufi Islam.
Secara tegas buku ini bisa dibilang belum keluar dari kerangka psikologi Islam yang
murni, dalam artian belum banyak gagasan yang orisinal dari beberapa buku psikologi Islam

yang ada. Perkataan ini di latarbelakangi karena banyak rangkuman tesis-tesis dari beberapa
tokoh-tokoh Islam klasik. Selain itu pula, buku ini lebih mencerminkan pada psikologi
berbasis akhlak. Memang jauh bila kita coba bandingkan dengan psikoanalisis Sigmund
Freud, yang timbul dari gagasan Freud sendiri dan varian yang bebas nilai sepertiself defense
mechanism.
Struktur buku ini terdiri dari : kata pengantar, pendahuluan, pembahasan, daftar pustaka
dan daftar riwayat hidup. Buku karya Abdul Mujib ini dibagi menjadi 10 buah Bab yang
disusun secara sistematis yang dimulai dari Bab I pendahuluan : Islam sebagai disiplin ilmu,
antara Islam dan Psikologi, dan kepribadian dalam Psikologi Islam.Fokus kajian buku ini
dimuali dari Bab 2-Bab 10 membahas berbagai permasalahan dalam Psikologis Kepribadian
Islam yaitu : dasar-dasar pemahaman kepribadian Islam, struktur kepribadian Islam, dinamika
kepribadian Islam, tipologi kepribadian Islam, kepribadian mukmin, kepribadian Muslim,
kepribadian muhsin, gangguan kepribadian dalam Psikologi Islam, dan pengembangan
kepribadian Islam.
Tema yang diangkat dalam karya aktivis HMI dan IPNU ini yaitu Akhlak dan
Kepribadian. Kepribadian merupakan terjemahan dari personality (Inggris), persoonlijkheid
(Belanda); personnalita (Prancis); personlichkeit(Jerman); personalita (Italia); dan
personalidad (Spanyol). Akar kata masing-masing sebutan itu berasal dari kata Latin
persona yang berarti topeng yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara.
Atau juga dari kata Latin personare yang berarti to sound through (suara tembus). Dalam
bahasa Arab kontemporer, kepribadian ekuivalen dengan istilah syakhshiyyah.
Term syakhsyiyyah bukan satu-satunya term yang dipergunakan untuk menunjukkan
makna personality. Ronald Alan Nicholson misalnya, menyebutkan dua istilah yang menjadi
sinonimnya, yaitu al-huwiyyah dan al-dzatiyyah. sementara dalam leksikologi bahasa arab,
dikenal juga istilah nafsiyyah yang berasal dari kata nafs, istilah aniyyah (ada yang menyebut
iniyyah) dari kata ana, dan istilah khuluqiyyah atau akhlaq. Istilah yang terakhir ini
(akhlak) lebih banyak ditemukan didalam literatur Islam klasik.
Dalam penjelasan tema diatas, penulis menggunakan data referensi sebanyak lima buah
buku sehingga memperkuat argumen yang disampaikan. Selanjutnya penulis menjelaskan
Kepribadian Islam dengan sistematika yang teratur yang semuanya di jelaskan dalam Bab 2
yaitu tentang Dasar-dasar Pemahaman Kepribadian Islam. Penulis juga menyajikan datanya
dalam bentuk table dan skema sehingga memperjelas keakuratan informasi yang disajikan
dan mudah dipahami.
Layaknya teori-teori Psikologi Kepribadian yang sudah ada, Abdul Mujib juga
menawarkan pengembangan dari struktur kepribadian. Konsekuensi logis dari hal itu, seakan
bergerak menuju standar ilmiah sebuah kerangka kepribadian. Akhirnya, dinamika
kepribadian, tipologi, tipe-tipe, gangguan kepribadian dalam psikologi Islam, serta
pengembangan Kepribadian Islam turut mewarnai buku bersampul putih ini.

Allah SWT menciptakan struktur kepribadian manusia dalam bentuk potensial. Struktur
itu tidak secara otomatis bernilai baik ataupun buruk, sebelum manusia berusaha untuk
mengaktualisasikan. Aktualisasi struktur sangat tergantung pada pilihan manusia, yang mana
pilihannya itu akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Upaya manusia untuk
memilih dan mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan
variabel-variabel yang mempengaruhi.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa, tipe merupakan sekumpulan sifat-sifat yang relative
sama, sementara sifat merupakan satuan-satuan tipe yang tidak dikumpulkan. Dengan
pengertian tersebut, tipologi kepribadian Islam yang dimaksudkan disini adalah satu pola
karakteristik berupa sekumpulan sifat-sifat yang sama, yang berperan sebagai penentu ciri
khas seorang Muslim dan yang membedakan dengan yang lain. Perbedaan pola karakteristik
itu baik antara sesama Muslim atau antara seorang Muslim dengan non-Muslim.
Salah satu kiritik lagi kepada buku ini ialah konsep yang terlalu sederhana. Ide yang
dimunculkan akhirnya tidak terlalu kompleks dan terkesan mekanistik. Lagi-lagi kita harus
membandingkan dari beberapa psikolog yang ada seperti Gordon W. Allport, yang teori
sifatnya saja sudah sangat kompleks. Namun, kita harus memberikan apresiasi kepada Mujib
karena dengan keilmuan psikologi yang otodidak saja dapat menulis buku ini.
Beberapa harapan sebenarnya di letakkan pada buku ini, spesifikasinya adalah untuk
menterjemahkan fenomena-fenomena kontroversial (bagi literatur barat) yang berguling di
kalangan umat Islam. Sebagai sample ialah perilaku radikalisme beragama, bom bunuh diri,
maraknya jamaah zikir dan muhasabah, puasa selama bulan ramadhan serta yang lain. Dalam
perspektif barat dapat saja itu dicap patologis, tetapi dalam Psikologi Kepribadian Islam
dapat diyakini sebagai perilaku yang seharusnya atau paling tidak bagian dari aktualisasi diri
individu yang meyakini agamanya.
Ada hal lain yang perlu diapresiasi dari karya seorang lulusan S1 STAIN Malang ini,
yaitu sikap proporsional. Mujib tidak 100% menolak pandangan barat, penghargaannya
kepada psikolog barat juga diaktualisasikan fairly. Ini tertuang pada halaman 168 dimana
Mujib terbantu dengan tesis Abraham Maslow dan Viktor Frankl dari psikohumanistik yang
mengatakan keberartian kebutuhan mistik dan spiritual. Bahkan secara tidak terduga Mujib
sedikit banyak memakai struktur jiwanya Freud untuk meletakkan beberapa sub kepribadian
Islam. Sub-sub itu ialah daya nafsani, nature, daya eksternal faktor pendorong, jenis
rasionalitas, nilai asli, status, tahapan pendidikan dan bentuk tertinggi.
Bagi peminat psikologi, buku ini patut dibaca karena banyak wawasan yang dapat
diambil. Terutama bagaimana kita membaca tawaran Islam menerjemahkan kepribadian Arus
inilah yang menjadi tandingan bagi beberapa perspektif yang selama ini banyak dipakai.
Nafas kajian macam inilah yang dibutuhkan bagi kita yang berorientasi kepada intelektualitas
dan pengembangan ilmu.

Sebagai bukupun, dirasa penting bagi keilmuan selain psikologi/berakar psikologi,


misalkan bimbingan dan konseling. Dengan mengambil wacana dari karya ini, konselor bisa
menawarkan dan mengarahkan klien untuk menuju kepribadian secara Islami. Selain itu pula
buku ini dapat digunakan bagi konselor secara praktis. Karena selama ini jarang buku dari
anak negeri yang mengurai dengan detail tentang Islam dan Kepribadian.
Coba kita sandingkan dengan buku mengenai Islam dan Kepribadian yang sebelumnya
telah lahir, yakni buku yang di editorkan oleh Fuat Nashori dengan judulMembangun
Paradigma Psikologi Islam. Buku ini berisi mengenai artikel-artikel yang banyak
mengkritik kacamata barat. Seperti tulisan Sofia Retnowati tentang kritik Psikologi
modern. Abdul Mujib telah memberi telaga di padang pasir bagi pencari air Psikologi
Kepribadian Islam.
Selanjutnya, buku ini tetap perlu dikaji dengan cerdas dalam diskusi-diskusi di kalangan
mahasiswa, praktisi, ilmuwan, dosen, serta pihak yang berminat. Karena sejatinya karya
ilmiah lahir tidak hanya sebagai aktualisasi diri sang penulis, tetapi lebih dari itu sebagai nilai
untuk perdebatan.
Secara tulisan, buku ini juga enak dibaca, bahasanya sederhana dan footnotepun terletak
dengan strategis. Namun ada beberapa halaman yang tulisannya samar, mungkin karena
factor percetakan. Kemudian buku ini terfokus pada bidang garapan kepribadian. Sekadar
perbandingan dengan buku Islam dan Psikologi, yang diterbitkan UIN Jakarta Press, yang
juga mendalami Psikologi Kepribadian dalam Islam. Ibarat sayuran, tampak buku Abdul
Mujib ini lebih terasa garamnya, karena ditampilkan dengan lebih holistic.
Dengan lahirnya buku ini, tampaknya para psikolog muslim optimis akan lahirnya
penguraian kepribadian dalam konteks keagamaan. Karena telah banyak bukti yang tercetak.
Maka, Abdul Mujib akan berperan besar mengejar hipotesa itu.
Sekarang kalangan Islam ditantang untuk mewujudkan Islamic Science, tetapi jauh
daripada itu, sebelum sampai kearah sana. Intelektual muslim harus berkutat dengan
membentuk learning society, reading society, discussing society, etc. Maka, Abdul Mujib
berada pada jalur yang benar. Dengan Psikologinya jebolan S3 UIN Jakarta ini telah
membantu untuk mewujudkan impian tersebut.
Diresensi Oleh : LA FAISAL KAIMUDIN

Anda mungkin juga menyukai