LAPORAN
PENELITIAN
KEWENANGANPEMERINTAHDAERAH
DALAMPENGELOLAANKAWASAN
PERBATASANDIERAOTONOMIDAERAH
(STUDIKASUSDIKALIMANTANBARAT)
ABSTRAK
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, pengaturan tentang pengembangan kawasan perbatasan secara
hukum berada dibawah tanggung jawab pemerintah daerah. Kewenangan
pemerintah pusat hanya ada pada pintu-pintu perbatasan (border gate) yang
meliputi aspek kepabeanan, keimigrasian, karantina, keamanan dan
pertahanan
(CIQS).
Meskipun
demikian,
pemerintah
daerah
masih
menghadapi beberapa hambatan dalam mengembangkan aspek sosialekonomi kawasan perbatasan. Beberapa hambatan tersebut diantaranya,
masih adanya paradigma pembangunan wilayah yang terpusat, sehingga
kawasan
sosialisasi
perbatasan
peraturan
hanya
dianggap
sebagai
perundang-undangan
halaman
mengenai
belakang,
pengembangan
mengatasi
ketertinggalan
pembangunan
di
kawasan
Percepatan
pembangunan
kawasan
perbatasan
harus
segera
pemerintah
daerah
harus
diberikan
secara
jelas
dan
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
KATA PENGANTAR
Kawasan perbatasan dengan negara tetangga merupakan wilayah
yang secara khusus perlu diperhatikan. Pemerintah bermaksud mendorong
perbaikan kawasan perbatasan sehingga menjadi beranda depan negara,
termasuk kawasan perbatasan Kalimantan (Barat dan Timur) dengan
Sarawak dan Sabah (KASABA). Dengan spesifikasi dan nilai strategis
kawasan perbatasan, Pemerintah Daerah memerlukan kewenangan yang
besar untuk dapat mengembangkan kawasan perbatasan menjadi kawasan
pertumbuhan ekonomi baru di era otonomi daerah saat ini. Namun demikian,
dalam pelaksanaannya walaupun sudah ada UU nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan UU nomor 43 tahun 2008 tentang
Wilayah Negara, Pemerintah Daerah belum memiliki kewenangan yang jelas.
Berangkat dari beberapa persoalan yang terkait dengan aspek yuridis
formal dan political will pemerintah untuk memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah tersebut, maka penelitian tentang masalah kewenangan
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasan perbatasan di era otonomi
daerah studi kasus di Kalimantan Barat menjadi sangat penting. Ada empat
hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui
situasi dan kondisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang ada di
wilayah perbatasan Kalimantan Barat, (2) Untuk mengetahui berbagai
kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terkait dengan
pengelolaan kawasan perbatasan di era otonomi daerah saat ini, dan (3)
Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat
yang terkait dengan pengelolaan kawasan perbatasan telah mampu
mengakomodasi harapan masyarakat di daerah, dan (4) Untuk mengetahui
apa kewenangan, peran, dan fungsi yang dijalankan oleh Badan
Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) yang ada di
daerah.
Penelitian ini merupakan kegiatan kerjasama antara DPD RI dengan
Universitas Tanjungpura, yang diharapkan bermanfaat sebagai kerangka
dasar perencanaan pembangunan kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan
Barat di masa yang akan datang.
Pontianak, Juli 2009
Ketua Peneliti
LAPORAN PENELITIAN
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
I PENDAHULUAN ..
Latar Belakang .
Kerangka Analitik
Metodologi Penelitian..
Tim Peneliti ...
Waktu Penelitian ..
Sistematika Penulisan Laporan
I-1
I-1
I-7
I-18
I-18
I-19
I-20
II-1
II-1
II-6
II-16
BAB
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
III-5
III-7
III-14
III-15
III-18
IV-1
IV-1
IV-2
IV-3
IV-4
IV-7
V-1
V-1
V-5
V-9
V-12
LAPORAN PENELITIAN
III-1
III-2
ii
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
VI-1
VI-1
VI-1
L-1
LAPORAN PENELITIAN
iii
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB I
PENDAHULUAN
serta panjang garis pantai yang mencapai 81.900 km . Dua pertiga dari
wilayah Indonesia adalah laut, implikasinya, hanya ada tiga perbatasan darat
dan sisanya adalah perbatasan laut. Perbatasan laut Indonesia berbatasan
dengan 10 negara diantaranya Malaysia, Singapura, Filipina, India, Thailand,
Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini.
Sedangkan untuk wilayah darat, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga
negara, yakni Malaysia, Papua Nugini, danTimor Leste dengan panjang garis
perbatasan darat secara keseluruhan adalah 2914,1 km. Luasnya wilayah
perbatasan laut dan darat Indonesia tentunya membutuhkan dukungan
sistem manajemen perbatasan yang terorganisir dan profesional, baik itu
ditingkat pusat maupun daerah. Akan tetapi minimnya infrastruktur di
kawasan perbatasan telah menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki
sebuah sistem manajemen perbatasan yang baik. Selama ini, tanggung
jawab pengelolaan wilayah perbatasan hanya bersifat koordinatif antar
lembaga pemerintah departemen dan non departemen, tanpa ada sebuah
lembaga
pemerintah
yang
langsung
bertanggung
jawab
melakukan
LAPORAN PENELITIAN
I-1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
pengaturan
tentang
pengembangan
wilayah
perbatasan
di
keamanan
daerah
dan
masih
pertahanan
menghadapi
(CIQS).
Meskipun
beberapa
demikian,
hambatan
dalam
LAPORAN PENELITIAN
I-2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dan
pembangunan
sosial
ekonomi
wilayah
sepanjang
penetapan
garis
batas
internasional,
kelompok
kegiatan
LAPORAN PENELITIAN
I-3
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
punya
komitmen
yang
tinggi
dalam
upaya
akselerasi
(b)
menetapkan
rencana
kebutuhan
anggaran,
(c)
LAPORAN PENELITIAN
I-4
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
nasional
(ini
juga
terkait
bagaimana
membangun
NASIONALISME).
Dengan spesifikasi dan nilai strategis kawasan perbatasan tersebut,
Pemerintah Daerah memerlukan kewenangan yang besar untuk dapat
mengembangkan kawasan perbatasan menjadi kawasan pertumbuhan
ekonomi baru die rah otonomi daerah saat ini. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya walaupun sudah ada UU nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah
Negara, Pemerintah Daerah belum memiliki kewenangan yang besar. Hal ini
dapat disebabkan beberapa faktor : (1) Belum memadainya kapasitas
pemerintah daerah dalam pengelolaan kawasan perbatasan mengingat
LAPORAN PENELITIAN
I-5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
lebih
tinggi;
(2)
Belum
tersosialisasikannya
peraturan
dan
antara
pemerintah,
pemerintah
daerah
provinsi
dan
LAPORAN PENELITIAN
I-6
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
daerah
dalam
pengelolaan
kawasan
perbatasan,
maka
1.2
Kerangka Analitik
dan
Daerah
Otonom
beserta
penyerahan
LAPORAN PENELITIAN
I-7
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
otonomi
daerah
merupakan
dua
sisi
dari
satu
mata
uang:
"Decentralization is the focus of the conflict between those who argue from
the "top-down" in terms of government organization and the needs for
leadership, and those who argue from the "bottom-up" in terms of popular
demand and regional agitation. From the former point of view, the problem is
"decentralization", from the latter it is "regional autonomy".
Desentralisasi
dapat
mengandung
dua
pengertian.
Pertama,
dan
atau
penyerahan
wewenang
tertentu
kepadanya
oleh
LAPORAN PENELITIAN
I-8
Pemerintah Pusat.
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
I-9
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
jawab
daerah
sepenuhnya.
Daerah
yang
menentukan
(prinsip-prinsipnya)
maupun
tentang
caranya
menjalankan
LAPORAN PENELITIAN
I - 10
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
berbeda dengan yang lainnya tidak sama dalam pelbagai lapangan atau
bidang. Akibatnya bidang atau tugas yang dirumuskan secara umum ini
dapat menjadi terlalu sempit bagi Daerah yang kapasitasnya besar atau
sebaliknya terlalu luas bagi Daerah yang kemampuannya terbatas.
b. Sistem Material
Dalam sistem ini, tugas Pemerintah Daerah ditetapkan satu persatu
secara limitatif atau terinci. Selain dari tugas yang telah ditentukan,
merupakan urusan Pemerintah Pusat. Sistem ini lebih banyak dianut
oleh negara-negara Anglo Saxon, terutama Inggris dan Amerika
Serikat. Cara ini kurang begitu fleksibel, karena setiap perubahan tugas
dan wewenang Daerah baik yang bersifat pengurangan maupun
penambahan, harus dilakukan melalui prosedur yang lama dan berbelitbelit. Hal ini tentunya akan menghambat kemajuan bagi Daerah yang
mempunyai
inisiatif/prakarsa,
karena
mereka
harus
menunggu
LAPORAN PENELITIAN
I - 11
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dipandang
perlu
dapat
diserahkan
kembali
kepada
Pemerintah Pusat atau ditarik kembali dari Daerah. Sistem ini dianut
oleh Negara Republik Indonesia semasa berlakunya Undang-Undang
no.
tahun
1957,
Penetapan
Presiden
no.
tahun
1956
LAPORAN PENELITIAN
I - 12
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
desentralisasi,
dekonsentrasi
dan
asas
tugas
pembantuan
dengan
bentuk
peraturan
hukum
tertentu.
Pihak
yang
LAPORAN PENELITIAN
I - 13
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
I - 14
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kondisi ini
terbukti dari
kurangnya
sarana
prasarana
yang mengancam
kehidupan
sosial
ekonomi
di
daerah
perbatasan
umumnya
LAPORAN PENELITIAN
I - 15
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
I - 16
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kerjasama
yang
terpadu
antara
instansi
terkait
dalam
penanganannya.
Penanganan perbatasan selama ini memang belum dapat dilakukan
secara optimal dan kurang terpadu, serta seringkali terjadi tarik-menarik
kepentingan antara berbagai pihak baik secara horizontal, sektoral maupun
vertikal. Lebih memprihatinkan lagi keadaan masyarakat sekitar daerah
perbatasan negara, seperti lepas dari perhatian dimana penanganan
masalah daerah batas negara menjadi domain pemerintah pusat. Kenyataan
di lapangan ditemukan banyak kebijakan yang tidak saling mendukung
dan/atau kurang sinkron satu sama lain. Dalam hal ini, masalah koordinasi
yang kurang mantap dan terpadu menjadi sangat perlu untuk ditelaah lebih
lanjut. Koordinasi dalam pengelolaan kawasan perbatasan, sebagaimana
hendaknya melibatkan banyak instansi (Departemen/LPND), baik instansi
terkait di tingkat pusat maupun antar instansi pusat dengan pemerintah
daerah.
Misalnya,
belum
terkoordinasinya
pengembangan
kawasan
LAPORAN PENELITIAN
I - 17
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dan
Politik luar negeri yang bebas-aktif. Oleh sebab itu dalam formulasi
kebijakannya harus selalu memperhatikan dan berdasarkan tiga hal tersebut
di atas.
1.3
Metodologi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan
memiliki
perbatasan
langsung
dengan
Malaysia
Timur.
1.4
Tim Peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Tanjungpura
LAPORAN PENELITIAN
I - 18
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Anggota
Tenaga Pendukung
: Richard, ST
Thomas Tony Irawan, SE
Agus Setiadi
1.5
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 4 (empat) bulan atau 16 (enam
NO
MINGGU
KEGIATAN
1
Persiapan
Perumusan Kuisioner
Pengolahan Data
10
11
12
LAPORAN PENELITIAN
13
14
I - 19
15
16
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
1.6
perbatasan.
Bab
ketiga,
menyajikan
berbagai
kebijakan
pembangunan
kawasan
perbatasan.
Bab
kelima,
menyajikan
LAPORAN PENELITIAN
I - 20
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
I - 21
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
MASYARAKAT KAWASAN PERBATASAN
Potensi perikanan air tawar cukup besar dan memiliki spesies ikan
yang relatif lengkap dan hanya terdapat di beberapa negara di dunia.
LAPORAN PENELITIAN
II - 1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Paloh
114.884 Liku
Sajingan Besar
139.120 Sajingan
Jagoi Babang
Siding
56.330 Siding
Sekayam
10
Entikong
50.689 Entikong
Ketungau Hulu
213.820 Senaning
Ketungau Tengah
13
Empanang
Putussibau
Badau
Batang Lupar
10
133.290 Lanjak
Embaloh Hulu
Kedamin
535.230 Kedamin
Puring Kencana
JUMLAH
112
412.200 Putussibau
70.000 Nanga Badau
2.1.3. Kependudukan
Jumlah penduduk kawasan perbatasan tahun 2007 sebanyak 185.034
orang dengan kepadatan penduduk rata-rata 15 orang per Km 2 (lihat tabel
2.2). Sebagian besar penduduknya bersuku Dayak. Secara sosiologis, suku
LAPORAN PENELITIAN
II - 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
KABUPATEN /
KECAMATAN
PENDUDUK (jiwa)
2004
2007
LUAS
(KM2)
KEPADATAN
(Orang / Km
2004
2007
KAB. SAMBAS
23.165
23.071
1.149
20
21
8.112
7.587
1.391
a. Kec. Paloh
b. Kec.Sajingan
Besar
KAB.BENGKAYANG
a. Kec.Jagoi Babang
8.240
7.258
655
13
11
b. Kec.Siding
5.323
6.732
563
12
a. Kec. Sekayarn
26.530
26.966
841
32
32
b. Entikong
12.828
13.083
507
25
26
18.228
19.427
2.138
25.572
27.253
2.182
12
12
a. Kec. Empanang
2.563
2.538
357
b. Kec. Badau
5.656
5.895
700
5.530
5.797
1.333
d. Kec.Embaloh Hulu
5.029
5.107
16.922
17.338
3.457
4.122
5.352
KAB.SANGGAU
KAB. SINTANG
a. Kec.Ketungau
Hulu
b. Kec. Ketungau
Tengah
KAB.KAPUAS HULU
e. Putussibau
f. Kedamin
16.22
8
16.982
4
3
2.1.4. Perekonomian
Secara
makro,
ekonomi
perbatasan
masih
didominasi
sektor
LAPORAN PENELITIAN
II - 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
N
O
SAMBAS
SUBSEKTOR
2004
46,79
0,18
Pertanian
Pertambangan/pengg
alian
Industri
200
7
47,4
BENGKAYA
NG
SANGGAU
SINTANG
KAPUAS
HULU
2004
2007
2004
2007
2004
2007
2004
2007
43,38
45
36,78
36,03
41,15
39,23
47,37
43,8
0,17
1,68
1,6
1,54
1,1
3,53
3,4
0,98
1,27
9,84
9,46
5,4
5,1
27,92
29,08
9,55
10,09
5,35
3,61
0,24
0,26
0,11
0,1
0,23
0,27
0,27
0,25
0,29
0,32
Bangunan
2,41
2,34
6,51
6,26
3,95
3,95
6,43
6,76
11,01
14,32
Perdangangan
Pengangkutan/
komunikasi
Bank/ lembaga
keuangan
Jasa-jasa
27,31
27,41
28,33
27,51
15,81
15,86
22,74
23,35
16,08
18,24
3,81
3,64
2,64
2,68
2,26
2,35
3,05
2,89
4,39
3,63
4,71
4,47
4,99
4,67
3,07
2,91
3,65
3,61
5,09
5,03
4,71
4,85
6,96
7,08
8,44
8,45
9,46
10,22
9,44
9,78
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1
2
7
8
9
Jumlah
LAPORAN PENELITIAN
II - 4
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kesepakatan
dengan
pihak
Malaysia
dalam
forum
Sosek
Malindo,
LAPORAN PENELITIAN
II - 5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dihadapi
masyarakat
perbatasan.
Permasalahan
tersebut
LAPORAN PENELITIAN
II - 6
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dijangkau.
Sementara
kawasan
perbatasan
cenderung
LAPORAN PENELITIAN
II - 7
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
2. Kendala Geografis
Secara geografis kawasan perbatasan merupakan daerah yang sangat
luas. Di Kalimantan Barat saja panjang garis perbatasan sekitar 966
Km. Apabila diasumsikan lebar perbatasan sejauh 20 Km dari titik
batas, maka luas kawasan perbatasan di Kalimantan Barat sekitar
19.320 Km2 atau sekitar 1,9 juta Ha. Tentu saja dengan luas yang
LAPORAN PENELITIAN
II - 8
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
II - 9
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
periode
2004-2009
tidak
terjadi
peningkatan
kegiatan
hal
ini
berdampak
terhadap
kepercayaan
dan
semangat
perbatasan
mendengar
rencana
semacam
keraguan
mulai
apatis
pengembangan
terhadap
dan
kurang
kawasan
kesungguhan
bersemangat
perbatasan.
pemerintah
Ada
dalam
dan
jalur
koordinasi
dalam
pengelolaan
kawasan
perbatasan. Hingga saat ini belum ada kejelasan soal siapa yang
memiliki
kewenangan
mengelola
kawasan
perbatasan,
apakah
LAPORAN PENELITIAN
II - 10
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kewenangan
pelaksanaannya
masih
berada
pada
dari
masyarakat
perbatasan
serta
cenderung
tidak
5. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi topik yang menarik dibahas ketika diskusi tentang
kawasan perbatasan karena penduduk miskin merupakan sesuatu yang
mudah dijumpai ketika berkunjung ke kawasan ini. Saat ini meskipun
kawasan perbatasan kaya dengan sumberdaya alam dan letaknya
mempunyai akses ke pasar (serawak), tapi terdapat sekitar 45% desa
LAPORAN PENELITIAN
II - 11
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
sehingga
perlu
kordinasi
dan
kerjasama
bilateral
untuk
menuntaskannya.
6. Keterbatasan Infrastruktur
Di kawasan perbatasan terdapat Jenis prasarana transportasi laut,
sungai dan darat. Fasilitas transportasi laut menghubungkan Paloh
(kabupaten Sambas) dengan Lundu (Serawak), sedang fasilitas sungai
masih ada namun sudah tidak populer lagi. Jaringan jalan darat di
kawasan perbatasan Kalimantan Barat berbentuk vertikal sehingga
pelayanannya kurang efektif. Panjang jalan darat sekitar 520 km
dengan rincian: 200 km jalan tanah, 30 km jalan batu, 290 km jalan
aspal. Sedangkan menurut fungsinya terdapat 63% jalan kabupaten,
31% jalan propinsi, dan 6% jalan nasional.
Untuk fasilitas kelistrikan, dari 10 ibu kota kecamatan yang ada
dikawasan perbatasan Kalimantan Barat, sudah hampir 100% yang
mendapat pelayanan, namun tidak memcapai maksimum karena hanya
12 jam operasional. Hal ini menunjukkan besarnya perbedaan
kesejahteraan masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat dengan
masyarakat perbatasan di Serawak yang hampir seluruhnya telah
mendapatkan pelayanan listrik. Pada saat ini di kawasan perbatasan
LAPORAN PENELITIAN
II - 12
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kawasan perbatasan di
LAPORAN PENELITIAN
II - 13
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
II - 14
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Potensi perikanan air tawar cukup besar dan memiliki spesies ikan
yang relatif lengkap dan hanya terdapat di beberapa negara di
dunia.
sumberdaya
alam
secara
tidak
bijaksana
sehingga
LAPORAN PENELITIAN
II - 15
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
karena
kepolosan
dan
ketidaktahuan,
dan
mereka
LAPORAN PENELITIAN
II - 16
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
penyusunan kebijakan dari tingkat makro sampai tingkat mikro dan disusun
berdasarkan proses yang partisipatif baik secara horisontal di pusat maupun
vertikal
dengan
pemerintah
daerah
terutama
dengan
masyarakat
perbatasan.
Bagian paling penting dari proses yang partisipatif itu adalah
mendengarkan apa saja yang menjadi harapan masyarakat. Rumitnya
permasalahan kawasan perbatasan disatu sisi dan adanya rencana
pemerintah menjadikan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI
di sisi lain, telah memunculkan harapan baru bagi masyarakat perbatasan.
Meskipun seringkali harapan baru ini mereka rajut dengan perasaan
ketidakpastian
(Uncertainty).
Beberapa
diantara
harapan
masyarakat
penataan
ruang
kawasan
perbatasan,
membangun
perdagangan
antar
kedua
negara.
Kebijakan
demikian
LAPORAN PENELITIAN
II - 17
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
sebagai
pusat-pusat
pertumbuhan
ekonomi,
maka
kebutuhan
sarana
dan
prasarana
utama
dalam
LAPORAN PENELITIAN
II - 18
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
tersebut
dikembangkan
secara
bertahap
dengan
LAPORAN PENELITIAN
II - 19
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
program
peningkatan
dan
pengembangan
kelembagaan
LAPORAN PENELITIAN
II - 20
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
infrastruktur,
pemahaman
hukum
yang
berbeda,
dan
LAPORAN PENELITIAN
II - 21
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
darurat,
perlu
dilakukan
standarisasi
dan
dipercepat
jalan
yang
jelek
masyarakat
perbatasan
terpaksa
ditemui
barang-barang
hasil
industri
Malaysia
yang
LAPORAN PENELITIAN
II - 22
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
seperti
wewenang,
ketidakjelasan
sulitnya
kordinasi,
status
kawasan,
minimnya
ketidakjelasan
aparatur,
terbatasnya
LAPORAN PENELITIAN
II - 23
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
pada
tahap
evaluasi.
Masih
ada
beberapa
kegiatan
LAPORAN PENELITIAN
II - 24
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kehendak
kabupaten.
Disamping
itu,
mereka
juga
terlarang,
prostitusi,
dan
perjudian.
Masyarakat
di
berharap
pemerintah
dapat
segera
mencegah
LAPORAN PENELITIAN
II - 25
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB III
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN
KAWASAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN
III - 1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dalam rangka
simultan
menciptakan
saling
akselerasi
mengisi
dan
pembangunan
melengkapi,
dan
sehingga
pengembangan
mampu
kawasan
Berlakunya
transaksi
ekonomi
di
kawasan
perbatasan
LAPORAN PENELITIAN
III - 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Berlakunya
kebijakan
ekonomi
lokal
yang
membenarkan
pertumbuhan
baru
yang
sengaja
dirancang
untuk
perbatasan
baik
di
sekitar
perbatasan
Entikong
Selain
itu,
Pemerintah
Provinsi
Kalimantan
Barat
telah
b. Bidang Transportasi
Kebijakan pusat yang mendukung keberadaan dan percepatan
pengembangan masyarakat di perbatasan, yaitu :
LAPORAN PENELITIAN
III - 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
perdagangan
di
kawasan
perbatasan,
sehingga
mampu
c. Bidang Perdagangan
Pada bidang perdagangan, kebijakan pusat yang secara khusus
berkaitan dengan pengelolaan kawasan perbatasan yakni dibukanya Border
Entikong sebagai salah satu border yang dapat dilalui oleh kendaraan niaga
oleh pedagang baik dari Indonesia untuk tujuan Malaysia atau sebaliknya,
LAPORAN PENELITIAN
III - 4
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kalimantan
Barat,
khususnya
masyarakat
di
kawasan
LAPORAN PENELITIAN
III - 5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
b. Bidang Keimigrasian
Berkenaan dengan bidang keimigrasian, kebijakan pengelolaan
kawasan perbatasan yang bersifat sentralistik sangat terkait erat dengan
bidang ini. Kebijakan khusus bidang keimigrasian yang selama ini telah
berlaku di kawasan perbatasan yakni adanya kemudahan bagi masyarakat di
sekitar kawasan perbatasan untuk keluar dan masuk ke wilayah terdekat
negara bagian Kuching Malaysia, seperti Tebedu di Entikong di Kabupaten
Sanggau, Serikin di Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang, Lubuk Antu di
Kabupaten Kapuas Hulu, Biawak di Kabupaten Sambas
hanya dengan
c. Bidang SDM/Kependudukan
Untuk bidang kependudukan dan SDM, secara khusus keberpihakan
kebijakan Pemerintah Pusat belum banyak dilakukan, akan tetapi secara
bertahap perhatian untuk peningkatan mutu SDM dan kependudukan yang
berkaitan dengan pengelolaan kawasan perbatasan sudah mulai ada
peningkatan.
Beberapa kebijakan pemerintah pusat berkaitan dengan peningkatan
SDM dan kependudukan yang berkaitan langsung dengan pengelolaan
kawasan
perbatasan
yakni
adanya
political
will
pemerintah
LAPORAN PENELITIAN
untuk
III - 6
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
respon
dari
implementasi
peraturan
perundangan
yang
LAPORAN PENELITIAN
III - 7
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
III - 8
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dan
kesejahteraan
masyarakat,
(2)
meningkatkan
kapasitas
namun hanya terbatas pada apa yang tertuang dalam kewenangan bidang
kehutanan saja, tanpa memperhatikan adanya fungsi-fungsi lain yang
berkaitan dengan bidang pengelolaan hutan.
LAPORAN PENELITIAN
III - 9
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Implementasi
kebijakan
pemerintah
bidang
pengelolaan
hutan
pengelolaan
hutan,
kecuali
pada
hutan
berbagai
permasalahan
kehutanan
yang
cukup
LAPORAN PENELITIAN
III - 10
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dan
kapabilitas
menurun,
relatif
terhadap
lembaga-lembaga
banyaknya
pengelola
hutan
permasalahan
yang
LAPORAN PENELITIAN
III - 11
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
III - 12
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
hutan
produksi
terbatas,
produksi
bebas
dan
penggunaan lainnya.
e. Keanekaragaman Hayati
Kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia ini memiliki kenakeragaman
hayati yang berlimpah. Penelitian-penelitian yang berusaha menggali potensi
keanekaragaman hayati terus berlangsung. Pada tahun 1997 telah dilakukan
Borneo Biodiversity Expedition to the Trans-Boundary Conservation Area of
Betung-Kerihun National Park (West Kalimantan, Indonesia) and LanjakKentimau Wildlife Sanctuary (sarawak, Malaysia) disponsori oleh ITTO dan
melibatkan sejumlah ilmuwan dan kelembagaan dari kedua negara dengan
beberapa temuan antara lain :
-
Tercatat 125 jenis ikan dari 12 famili (91 jenis ikan di Kalbar dan
61 jenis di Sarawak). Dua jenis ikan dari genus Glaniopsis dan
sejenis ikan Gastromyzon ditemukan pertama kali di Kalimantan.
LAPORAN PENELITIAN
III - 13
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
untuk
menunjukkan
bahwa
lahan
perladangan
LAPORAN PENELITIAN
III - 14
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
perbatasan Aruk (PPLB Aruk) dan masyarakat sekitarnya. Besar daya listrik
yang dibeli dari SEB adalah 200 kVA dan dijual kepada masyarakat dengan
harga yang relatif murah, yaitu sebesar Rp 500 per kWh. Selain dari energi
yang dibeli dari SEB, di daerah Sajingan juga telah tersedia PLTD PLN
dengan kapasitas sebesar 180 kVA (kapasitas mampu sebesar 140 kVA),
dan PLTMH Sajingan dengan kapasitas 100 kVA (kapasitas mampu sebesar
80 kVA). Dengan tersedianya tenaga listrik yang cukup memadai ini
diharapkan kondisi sosial ekonomi masyarakat perbatasan akan tumbuh ke
arah positip.
mendorong
mengingat
pencapaian
besarnya
anggaran
akselerasi
yang
pembangunan
diperlukan
dalam
daerah
bidang
infrastruktur.
5. Melakukan upaya konkrit untuk mengatasi permasalahan wilayah yang
sangat luas sehingga dampak pembangunan dapat dirasakan oleh
semua masyarakat.
6. Melakukan
upaya-upaya
percepatan
terhadap
program-program
LAPORAN PENELITIAN
III - 15
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
ketimpangan
wilayah,
program
pengembangan
Daerah
sampai
permasalahan
utama
Kalimantan
dengan
dari
Barat
saat
bagi
ini,
ketertinggalan
pembangunan
dapat
disimpulkan,
pembangunan
di
Wilayah
bahwa
Wilayah
LAPORAN PENELITIAN
III - 16
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Pontianak Jasa Batas Serawak: Jalan Nasional 339 km, Jalan Non
Status 217 km.
Rute bus antar negara dari Pontianak (Kalbar) menuju Kuching
LAPORAN PENELITIAN
III - 17
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
program
dan
kegiatan
pembangunan
kawasan
perbatasan
LAPORAN PENELITIAN
III - 18
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
III - 19
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
b . Peningkatan
pembangunan,
keberpihakan
terutama
pemerintah
untuk
dalam
pembiayaan
pembangunan
sarana
dan
d.
keimgrisian,
karantina,
serta
keamanan
dan
pertahanan.
e. Peningkatan kemampuan kerja sama kegiatan ekonomi antar
kawasan perbatasan dengan kawasan negara tetangga dalam
rangka mewujudkan wilayah perbatasan sebagai
pintu gerbang
LAPORAN PENELITIAN
III - 20
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
a.
dan dilaut
Penataan
Ruang
dan
Pengelolaan
sumberdaya
dan
alam
dan
pulau-pulau
kecil
terdepan.
d.
Pemihakan
kebijakan
pembangunan
untuk
percepatan
7. Selanjutnya
berkaitan
dengan
Kebijakan
kawasan
perbatasan
b.
c.
d.
dengan
mengikutsertkan
peran
swasta
dan
masyarakat.
e.
f.
g.
h.
LAPORAN PENELITIAN
III - 21
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
i.
J.
k.
l.
sektor
pertanian,
kehutanan,perkebunan,
perikanan,
b)
Diantara Zona hutan lindung dengan zone line 1 terdapat jalur jalan
sabuk perbatasan lebar 30 meter.
c)
d)
LAPORAN PENELITIAN
III - 22
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
a)
b)
Wilayah
Negara
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
d)
e)
f)
g)
h)
i)
membuat
dan
memperbarui
peta
Wilayah
Negara
dan
menyampaikannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurangkurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali; dan
j)
LAPORAN PENELITIAN
III - 23
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB IV
KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT
TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN
b. Bidang Tranportasi
-
Pemerintah
Pusat
melalui
Departemen
Perhubungan
Up.
Pemerintah
Pusat
melalui
Departemen
Perhubungan
Up.
Pemerintah
Pusat
melalui
Departemen
Perhubungan
up.
LAPORAN PENELITIAN
IV - 1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
dan tenaga
Pemerintah
di
bidang
pertambangan
dan
energi,
adanya
payung
hukum
yang
kuat
dalam
pelaksanaan
LAPORAN PENELITIAN
IV - 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
adanya
kerja
sama
antar
Kabupaten
perbatasan
dalam
ekonomi
melalui
produk
unggulan
dari
sektor-sektor
LAPORAN PENELITIAN
IV - 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
infrastruktur memang memerlukan dana yang besar dan untuk itu perlu
adanya optimalisasi koordinasi antar instansi (pusat dan daerah, yaitu:
Dephub dan Depkimpraswil serta Pemda) dalam penanganan wilayah
perbatasan.
Pemerintah
Pusat
yang
mengakomodasi
harapan
prioritas
pertama
dalam
mengurangi
disparitas
penyediaan
fasilitas
kapabeanan,
keimigrasian,
LAPORAN PENELITIAN
IV - 4
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Perbatasan
Kemudian dilanjutkan dengan Kebijakan Pemerintah Pusat untuk
kawasan Perbatasan dihadapan Rapat Terbatas Menteri terkait,
tanggal 13 Juni 2009 berkaitan dengan kawasan perbatasan
Presiden menyatakan: Keamanan negara merupakan bagian dari
tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, dimana pemerintah
menjadi titik central dalam mengendalikannya. Saya sangat
mengkhawatirkan kondisi pembangunan di wilayah perbatasan
terutama di wilayah perbatasan Kalimantan. Pemerintah sudah
saatnya memusatkan perhatian pada daerah perbatasan ini.
Penempatan dan pembangunan pangkalan militer di wilayah
perbatasan sudah saatnya dipertimbangkan. Peranan KODAM
(Komando Daerah Militer) sudah saatnya kembali di-efektif-kan
tentunya dengan format baru yang di era reformasi. Dimana lebih
mengutamakan
penegakan
hukum
internasional
di
wilayah
perbatasan.
c. Kebijakan Prioritas Mikro dan Makro
Kebijakan
Ipoleksosbudhankamnas,
kebijakan
yang
Makro
sebagai
percerpatan
pembagunan
kawasan
dan
desa-desa
yang
langsung
diwilayah
LAPORAN PENELITIAN
IV - 5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
tata
ruang
wilayah
kawasan
perbatasan
untuk
menopang
pembangunan
kawasan
Kepabeanan,
keimgrasian,
karantina
dan
IV - 6
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Pada
LAPORAN PENELITIAN
IV - 7
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
fasilitas
pos-pos
permanen
pengaman
skim
layanan
listrik
perdesaan
di
kawasan
perbatasan.
9. Pengikutsertaan forum masyarakat perbatasan dalam kebijakan
pembangunan kawasan perbatasan, khususnya penyedian
sarana pendidikan dan kesehatan serta infra struktur desa-desa
di kecamatan perbatasan.
10. Penempatan para purnawirawan ABRI di tapal batas perbatasan
sebagai jaringan intelejen nasional.
hukum
1. UU No 32 Tahun 2004
Pasal
1 angka 19 menyatakan :
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah
untuk
suatu
perbatasan,
wilayah
yang
spesifik,
seperti
kawasan
IV - 8
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
pemerintahan
yang
bersifat
khusus
bagi
penetapan
perbatasan
(Beshiking)
adalah
kawasan
pemerintah,
khusus,
bahwa
hanya
kawasan
yang
perlu
provinsi
dan/atau
kabupaten/kota.(2)Fungsi
pada
ayat
(2)
dan
ayat
(3),
Pemerintah
menjadi
IV - 9
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
di
wilayah
administrasi
tranparansi kebijakan
Kecamatan
dan
ini
dibutuhkan
menjadi
kewenangan
desa
mencakup:
a.
urusan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan
pembantuan
dari
Pemerintah,
pemerintah
provinsi,
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
kebijakan
provinsi,
desa
disertai
dan/atau
dengan
pemerintah,
pembiayaan,
kabupaten/kota
sarana
dan
berdasarkan
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
keputusan
bersama
dan
dilaporkan
kepada
kawasan
kabupaten/kota
dan
perdesaan
atau
pihak
yang
ketiga
dilakukan
oleh
mengikutsertakan
desa;
b.
kewenangan
desa;c.
kelancaran
d.
daerah
kabupaten/kota;
c.
bagian
dari
dana
dan
d.
bantuan
pemerintah
dari
Pemerintah,
kabupaten/kota;
e.
pemerintah
hibah
dan
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
untuk
melakukan
program
terobosan
ke
wilayah
Negara
dan
Kawasan
Perbatasan,
Pemerintah
perundingan
dengan
negara
lain
mengenai
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
menetapkan
biaya
pembangunan
Kawasan
dapat
menugasi
pemerintah
daerah
untuk
ayat
a.
melaksanakan
kebijakan
Pemerintah
dan
pembangunan
Kawasan
Perbatasan
yang
(2) Dalam
Kabupaten/Kota
berwenang:
a.
melaksanakan
dan
d.
melakukan
pembangunan
Kawasan
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
membentuk
perbatasan,
institusi
diatur pada
yang
menangani
kawasan
daerah
sesuai
dengan
kewenangannya.
ayat
(3)
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Perbatasan,
sebagai
kawasan
khusus
harus
perbatasan.
berbagaikan
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN IV - 17
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB V
KEWENANGAN , FUNGSI DAN PERAN BADAN PENGELOLAAN
KAWASAN PERBATASAN DAN KERJASAMA (BPKPK)
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pertama,
kurangnya
infrastruktur
yang
berakibat
lemahnya
buruknya
mental
birokrat
telah
menyuburkan
praktek-praktek
LAPORAN PENELITIAN
V-1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
perhatian
adalah
aktivitas
pelintas
batas
yang
illegal,
LAPORAN PENELITIAN
V-2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
V-3
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Beberapa
Memberikan
definisi
perbatasan
sebagai
bagian
dari
wilayah
masyarakat.(2).
Mengatur
kedaulatan,
hak-hak
LAPORAN PENELITIAN
V-4
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
untuk
mengkoordinasikan
membentuk
instansi
badan
terkait
khusus
dalam
yang
mampu
menyelesaikan
mengkoordinasikan
pelaksanaan,
dan
melaksanakan
5.2
Badan
Persiapan
Pengembangan
Kawasan
Khusus
LAPORAN PENELITIAN
V-5
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
lain,
serta
MoU
dengan
LAPORAN PENELITIAN
V-6
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Koperasi & UKM, Kerjasama,
Promosi dan Investasi Provinsi Kalimantan Barat dengan Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan ketentuan tersebut, penanganan
urusan kerjasama ditangani oleh Bidang Kerjasama yang dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang yang membawahi 2 (dua) Kepala Sub Bidang, yaitu
masing-masing Sub Bidang Kerjasama Dalam Negeri dan Sub Bidang
Kerjasama Luar Negeri.
Saat ini kedua institusi ekstrastruktural yang bernama Badan
Persiapan Pengembangan Kawasan Khusus Perbatasan (BP2KKP) Provinsi
Kalimantan Barat dan institusi struktural Bidang Kerjasama pada Badan
Koperasi & UKM, Kerjasama, Promosi dan Investasi Provinsi Kalimantan
Barat telah secara formal dibentuk menjadi salah satu Lembaga Teknis
Daerah (LTD) yang berbentuk Badan dengan nama lengkap Badan
Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BP-KPK) Provinsi
Kalimantan Barat.
Landasan
hukum
pembentukan
Badan
Pengelolaan
Kawasan
LAPORAN PENELITIAN
V-7
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
V-8
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
kewenangnan
yang
dimiliki
oleh
Badan
Pengelola Kawasan
LAPORAN PENELITIAN
V-9
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
infrastruktur
perbarasan,
pemberdayaan,
dan
LAPORAN PENELITIAN
V - 10
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
asas
dekonsentrasi
dan
tugas
pembantuan
pemberdayaan
masyarakat
kawasan
perbatasan,
serta
Kawasan
Perbatasan
dan
Kerjasama
(BPKPK)
Provinsi
tugas
dekonsentrasi
dan
tugas
pembantuan
untuk
LAPORAN PENELITIAN
V - 11
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kawasan
Khusus
Perbatasan
(BP2KKP)
Provinsi
ekonomi
atau
PKSN
yang
oleh
Pemerintah
Provinsi
dilaksanakan
oleh
Pemerintah
Pusat,
maupun
Pemerintah
LAPORAN PENELITIAN
V - 12
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Pengembangan dan
LAPORAN PENELITIAN
V - 13
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kebun Karet dan Kebun Entrys Karet, Sosislisasi dan Evaluasi GNRHL serta Pengawasan, Pembinaan dan Pengendalian Hutan.
6. Program Kelautan dan Perikanan, meliputi Kegiatan Pengembangan
Budidaya Perikanan, Pengadaan Sarana Tangkap dan Sarana
Pengolahan Ikan, Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan dan
Steihger, Pengadaan PLTS untuk Nelayan Pesisir serta Bantuan
Mesisn Goolbox Pengencer dan Vacum Packing.
7. Program
Perhubungan
Telekomunikasi,
meliputi
Pembangunan
Pelabuhan
dan
Kesyahbandaran,
Lalulintas
Angkutan,
LAPORAN PENELITIAN
V - 14
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
4. Program
Kehutanan
dan
Perkebunan,
meliputi
Kegiatan
Pekerjaan
Umum/
Sarana
dan
Prasarana,
meliputi
Tanaman
Pangan,
Pemeliharaan
Jaringan
Irigasi
dan
LAPORAN PENELITIAN
V - 15
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Serta
Pengembangan
Pembanguanan
Kelompok
Radio,
Informasi
Pembinanaan
Masyarakat
dan
Perbatasan
(KIMTAS).
6. Bidang Perindustrian dan Perdagangan, meliputi Rehab Kios dan
Pasar Inpres Entikong, Pembangunan Pasar Tendanisasi PPLB
Entikong dan Pembangunan Pasar Perbatsan.
7. Program
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi,
berupa
Pelatihan
Pustu,
Plindes
dan
Rumah
Paramedis,
serta
Perikanan
Rakyat,
Pengembangan
Sarana
dan
LAPORAN PENELITIAN
V - 16
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Kehutanan
penananman
Sungkai
dan
di
Perkebunan,
Kecamatan
meliputi
Perbatasan,
sosialisasi
Penyusunan
LAPORAN PENELITIAN
V - 17
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
LAPORAN PENELITIAN
V - 18
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
a) Kawasan perbatasan Indonesia khususnya di perbatasan Kalimantan
Barat dengan Negara Bagian Serawak Malaysia masih tertinggal
dibandingkan
dengan
daerah
lain
di
Indonesia.
Apalagi
jika
6.2. Saran
a) Percepatan
dilaksanakan
pembangunan
khususnya
kawasan
dalam
perbatasan
bidang
harus
ekonomi
segera
apalagi
LAPORAN PENELITIAN
VI - 1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
lembaga
khusus
yang
menangani
pengelolaan
antar
antar
departemen
atau
instansi
pada
level
LAPORAN PENELITIAN
VI - 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
DAFTAR PUSTAKA
Andjioe, Mickael. 2001. Pengelolaan PPLB Entikong Kabupaten Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat, http: //www. perbatasan. Com
Badan Pusat Statistik, 2008. Kalimantan Barat Dalam Angka 2007.
Pontianak: BPS Propinsi Kalimantan Barat.
Badan Pusat Statistik, 2007. Kalimantan Barat Dalam Angka 2006.
Pontianak: BPS Propinsi Kalimantan Barat.
Badan Pusat Statistik,
2006. Kalimantan Barat Dalam Angka 2005.
Pontianak: BPS Propinsi Kalimantan Barat.
BP2KP, 2008. Evalusai Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perbatasan Di
Kalimantan Barat 2007. Pontianak: BP2KP Kalbar
Depkimpraswil, 2002, Strategi dan Konsepsi Pengembangan Kawasan
Perbatasan Negara. Jakarta.
Effendy, Yansen Akun, 2005. Seminar Nasional, Percepatan Pembangunan
Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, 15-16 Juni 2005,
oleh ISEI Cabang Pontianak.
Gunawan Sumodiningrat, 1997, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat, Jakarta, PT.Bina Rena Parawira, Edisi Kedua.
Hamid, Sri Handoyo Mukti, dan Tien Widianto, 2001. Kawasan Perbatasan
Kalimantan: Permasalahan dan Konsep Pembangunan, Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Edisi Pertama.
Haris,
Syamsuddin.
Desentralisasi,
2007.
Desentralisasi
Demokratisasi
dan
dan
Otonomi
Akuntabilitas
Daerah:
Pemerintahan
LAPORAN PENELITIAN
L-1
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Jafar, H.Usman,
2005. Seminar Nasional, Percepatan Pembangunan
Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, 15-16 Juni 2005,
oleh ISEI Cabang Pontianak.
Maryanov, S. Gerald. 1958. Decentralization in Indonesia: As Political
Problem, Cornell Universitv Press, Ithaca, New York.
Maddich, Henry. 1966. Democracy, Decentralization and Development. Reprinted London, Asia Publishing, 1966.
Muslimin, Amrah. 1982. Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah. Alumni.
Bandung
Muhammad Abud Musaad, Muhammad. 2002. Penguatan Otonomi Daerah
Di Balik Bayang-Bayang Ancaman Disintegrasi, Penerbit ITB.
Mariana, Dede dan Paskarina, Caroline. 2007. Demokrasi dan Politik
Desentralisasi. Bandung. Graha Ilmu.
Mawardi I., 1997, Daya Saing Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu, Prisma 08, hal.51-61.
Mubyarto, L.Sutrisno, P.Sudiro, S.A.Awang, Sulistiyo, A.S.Dewanta,
N.S.Rejeki dan E.Pratiwi, 1991, Kajian Sosial Ekonomi desa-desa
Perbatasan di Kalimantan Timur, Yogyakarta: Aditya Media.
Mukti, Sri handoyo, 2003, Skenario Nunukan Masa Depan, dalam Model dan
Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Kabupaten Nunukan,
Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Edisi Pertama.
Riwu Kaho, Riwu Josef. 1995. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rencana Detail Tata Ruang dan Kawasan Entikong, 2003. Rencana
Kawasan Pusat Niaga Terpadu dan Industri Pengolahan Entikong,
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat.
Syaukani HR, Gaffar, Affan, dan Rasyid, Ryaas. 2002. Otonomi Daerah
Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAPORAN PENELITIAN
L-2
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Di Era Otonomi Daerah
Studi Kasus Di Kalimantan Barat
Siburian, Robert, Dinamika Sosial budaya di Daerah Perbatasan IndonesiaMalaysia: Pengalaman Masa Lalu, Kini, dan Prospek Masa Depan,
Berita Penelitian LIPI.
Sugesti, N. 1999, Profil Pedagang Lintas Batas (Pasar Kaget). Skripsi
Sarjana tidak diterbitkan, Pontianak: Fakultas Ekonomi Universitas
Tanjungpura.
-------------------, Blue Print Palsa, Pemerintah Kabupaten Sambas, 2004.
-------------------,
Platform
Penanganan
Antarnegara, Departeman Dalam
Pemerintahan Umum, Direktorat
Perbatasan, 2004.
Permasalahan
Perbatasan
Negeri Direktorat Jenderal
Wilayah Administrasi dan
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007, Tentang: Pembagian
Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Peratuaran
Gubernur
Nomor
Nomor
161
Tahun
2005,
Tentang:
LAPORAN PENELITIAN
L-3