Di su su n ol eh : H ari s Bu d iyon o
I. PENDAHULUAN
Kajian ini secara khusus dilakukan untuk memberikan masukan terhadap Raperda
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 05 Tahun
2008 tentang Lembaga Teknis Daerah. Menyimak dari isinya, Raperda menetapkan
perubahan lembaga teknis daerah, dengan pembentukan :
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 1
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
Kelima kelompok pengaturan itu disajikan pada tabel berikut ini, yang memuat
sejumlah produk hukum Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan
Menteri, sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 2
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
Tabel 1. Produk Hukum Pengaturan yang Relevan dengan Raperda yang Dikaji
1. Organisasi disusun berdasarkan visi, misi, dan strategi yang jelas. Dengan visi
dan misi yang jelas, akan dapat disusun organisasi yang benar-benar sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan terutama mampu menyeimbangkan antara
kemampuan sumber daya organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat. Di
samping itu, dengan adanya strategi yang jelas dalam pencapaian visi dan misi
organisasi, maka akan dapat ditentukan desain organisasi yang tepat dalam
rangka menjamin efektivitas dan efisiensi organisasi.
2. Organisasi flat atau datar. Sebagai organisasi yang langsung bersentuhan
dengan kepentingan masyarakat, maka organisasi perangkat daerah hendaknya
lebih berbentuk flat atau datar yang berarti struktur organisasinya tidak perlu
terdiri dari banyak tingkatan atau hierarki. Dengan demikian. proses
pengambilan keputusan dan pelayanan akan lebih cepat.
3. Organisasi ramping atau tidak terlalu banyak pembidangan. Dengan organisasi
yang berbentuk ramping maka jumlah pembidangan secara horisontal harus
ditekan seminimal mungkin sesuai dengan beban dan sifat tugasnya, sehingga
span of control-nya berada pada posisi ideal. Di samping itu, penyederhanaan
pembidangan melalui upaya regrouping memungkinkan penanganan masalah
menjadi lebih terintegrasi (mendukung terwujudnya institutional coherence)
karena tugas-tugas yang bersesuaian tidak perlu dipecah-pecah ke dalam
banyak unit, tetapi disatukan dalam satu kesatuaan wadah organisasi.
4. Organisasi bersifat jejaring (networking). Di era otonomi daerah, networking
antar pemerintah daerah maupun dengan pihak lain menjadi sangat penting
dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif/keunggulan kompetitif
masing-masing daerah. Networking tersebut akan sangat bermanfaat sebagai
sarana saling berbagi pengalaman (sharing of experiences), saling berbagi
keuntungan dari kerja sama (sharing of benefits), maupun saling berbagi dalam
memikul tanggung jawab pembiayaan secara proporsional (sharing of burdens).
Organisasi yang bersifat jejaring itulah yang akan dapat memperkuat
eksistensinya dan dapat survive dalam iklim yang kompetitif. Oleh karena itu,
berbagai kalangan menilai bahwa organisasi yang sukses adalah "small
organization but large networking".
5. Organisasi bersifat fleksibel dan adaptif Perubahan merupakan sesuatu yang
konstan. Oleh karena itu, organisasi harus fleksibel dan adaptif, artinya bahwa
organisasi itu mampu untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi terutama
perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Fleksibilitas organisasi hendaknya dimanifestasikan ke dalam struktur,
sistem dan proses, serta perilaku aparaturnya.
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 5
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 6
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.
Berikut ini disajikan diagram yang memberikan gambaran perubahan ruang lingkup
pengaturan pembentukan organisasi perangkat daerah dari Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah ke Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Kelembagaan organisasi pada pemerintah daerah yang terjadi saat ini antara daerah
yang satu dengan daerah lainnya sering dijumpai susunan organisasi yang
bervariasi. Banyak nama-nama kelembagaan, penggabungan antarsektor, dan
tingkat eselon yang berbeda padahal kewenangannya yang sama, sehingga
menyulitkan masyarakat dalam mengenali nama lembaga, dinas, badan, kantor
yang mereka perlukan. Bahkan terkadang di kalangan masyarakat merasa asing
dengan singkatan nama-nama organisasi publik tersebut. Perbedaan yang terjadi di
berbagai daerah tersebut dilatarbelakangi oleh pemahaman persepsi yang berbeda-
beda dengan peraturan yang ada, unsur-unsur dan muatan-muatan politis, sarana
tempat penampungan transisi bagi pejabat publik, ego sektoral, serta sarana
pencairan dana Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari
Pemerintah Pusat. Hal tersebut tentu bertentangan dengan makna desentralisasi
kewenangan yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat. Pemantauan dan
evaluasi kelembagaan organisasi pemerintah daerah mutlak perlu dilakukan, akan
tetapi yang terpenting sebenarnya adalah konsistensi dan komitmen para pejabat
publik dan stakeholders yang terkait dengan penataan kelembagaan pemerintah
daerah dalam menempatkan pelayanan publik sebagai tujuan utama dari
dibentuknya struktur organisasi lokal pemerintah daerah (Totok Suharto, 2013).
Menurut Muttaqin dari PKP2A II LAN Tahun 2010, dari kajian implikasi penataan
organisasi perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 yang dilaksanakan di 6 (enam) Kabupaten/Kota yaitu Kota Manado, Kabupaten
Sorong, Kota Palu, Kota Mataram, Kota Ternate dan Kabupaten Jembrana,
dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Totok Suharto (2013) kelembagaan atau organisasi pemerintah saat ini
memerlukan peningkatan kualitas kinerja dalam setiap perencanaan maupun
pelaksanaan program dan kegiatan secara terpadu dan berkelanjutan. Keterlibatan
bersama antarsektor dan bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan dalam
pembangunan akan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Setiap
lembaga organisasi pemerintah bertanggung jawab meningkatkan kualitas kinerja,
sehingga pada setiap akhir periode tahun anggaran dapat mewujudkan azas
akuntabilitas dari program dan kegiatan pembangunan yang telah direncanakan.
Peningkatan kualitas kinerja akan terlihat dari seberapa jauh tercapainya indikator
kinerja penyelenggaraan pemerintahan pada fokus bidang urusan penyelengaraan
pemerintahan. Indikator kinerja tersebut merupakan kriteria yang merupakan
ukuran batas minimal tingkat pencapaian atau prestasi kerja setiap lembaga sesuai
dengan kewenangan, tugas pokok, dan fungsinya.
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 13
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA :
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 14
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 15