Anda di halaman 1dari 15

SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI

TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

Kajian Bulan Juni 2014


KAJIAN TIM AHLI
“TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN
2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”

Di su su n ol eh : H ari s Bu d iyon o

I. PENDAHULUAN

Kajian ini secara khusus dilakukan untuk memberikan masukan terhadap Raperda
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 05 Tahun
2008 tentang Lembaga Teknis Daerah. Menyimak dari isinya, Raperda menetapkan
perubahan lembaga teknis daerah, dengan pembentukan :

 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah, dengan susunan organisasi :


1. Kepala Badan
2. Sekretariat :
a. Sub Bagian Perencanaan
b. Sub Bagian Umum dan Perencanaan
c. Sub Bagian Keuangan
3. Bidang Pembinaan :
a. Sub Bidang Pembinaan Kearsipan
b. Sub Bidang Pembinaan Kepustakaan
4. Bidang Informasi dan Layanan :
a. Sub Bidang Informasi dan Layanan Kearsipan
b. Sub Bidang Informasi dan Layanan Kepustakaan
5. Bidang Akuisisi dan Pengolahan :
a. Sub Bidang Akuisisi dan Pengolahan Kearsipan
b. Sub Bidang Akuisisi dan Pengolahan Kepustakaan
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

 Kantor Pemadam Kebakaran, dengan susunan organisasi :


1. Kepala Kantor;
2. Sub Bagian Tata Usaha;
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian;
4. Seksi Operasional;
5. Seksi Sarana dan Prasarana;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 1
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

Beberapa hal lain yang dapat disimak dari Raperda ini :

1. Berisi 2 (dua) pasal, yakni Pasal I dan Pasal II;


2. Pasal I berkaitan dengan :
a. Perubahan Pasal 25, 26, dan 27 berkaitan dengan Badan Arsip dan
Perpustakaan Daerah;
b. Perubahan Pasal 28, 29, dan 30 berkaitan dengan Badan Arsip dan
Perpustakaan Daerah.
3. Pasal II berkaitan dengan mulai berlakunya Raperda;
4. Terdapat kekurangan pada konsideran “Menimbang” huruf a. yang hanya
memuat tentang “Kantor Arsip Daerah” dan “Kantor Perpustakaan Daerah”,
semestinya juga ada tentang “pemadam kebakaran” (dari Disbangker) yang
perlu dikembangkan menjadi “Kantor Pemadam Kebakaran”;
5. Terdapat kesalahan dalam penulisan pada konsideran “Mengingat”, pada nomor
8. Tertulis : “Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014”, yang sebenarnya Nomor 20.

Dalam mengkaji Raperda dimaksud, terdapat sejumlah pengaturan yang relevan


untuk dibahas, yakni :

1. Pengaturan tentang Pembentukan Peraturan Daerah


2. Pengaturan tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah
3. Pengaturan tentang Kearsipan
4. Pengaturan tentang Perpustakaan Daerah
5. Pengaturan tentang Pemadam Kebakaran

Kelima kelompok pengaturan itu disajikan pada tabel berikut ini, yang memuat
sejumlah produk hukum Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan
Menteri, sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 2
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

Tabel 1. Produk Hukum Pengaturan yang Relevan dengan Raperda yang Dikaji

Pengaturan tentang Pembentukan Peraturan Daerah


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Pengaturan tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014.
Pengaturan tentang Kearsipan
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Pengaturan tentang Perpustakaan Daerah
1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Pengaturan tentang Pemadam Kebakaran
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2007 tentang Pakaian
Dinas Aparatur Pemadam Kebakaran.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2009 tentang Standar
Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah.

II. OTONOMI DAERAH DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

Feisal Tamin (2003) menyatakan bahwa Berkaitan dengan upaya pengelolaan


pemerintahan yang lebih baik atau upaya mewujudkan good governance sebagai
faktor dominan pendukung keberhasilan otonomi daerah, minimal ada 6 (enam)
elemen yang menunjukan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria good
governance, yaitu:

1. Competence, artinya bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah harus


dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi birokrasi.
Untuk itu, setiap pejabat yang dipilih dan ditunjuk untuk menduduki suatu
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 3
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

jabatan pemerintahan daerah harus benar-benar orang yang memiliki


kompetensi dilihat dari semua aspek penilaian, baik dari segi
pendidikan/keahlian, pengalaman, moralitas. dedikasi, maupun aspek-aspek
lainnya.
2. Transparancy, artinya setiap proses pengambilan kebijakan publik dan
pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan
mengacu pada prinsip keterbukaan. Kemudahan akses terhadap informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan
oleh birokrasi daerah merupakan hak yang harus dijunjung tinggi.
3. Accountability, artinya bahwa setiap tugas dan tanggung jawab pemerintahan
daerah harus diselenggarakan dengan cara yang terbaik dengan pemanfaatan
sumber daya yang efisien demi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan ke hadapan publik maupun dari kacamata hukum.
4. Participation, artinya dengan adanya otonomi daerah, maka magnitude dan
intensitas kegiatan pada masing-masing daerah menjadi sedemikian besar.
Apabila hal tersebut dihadapkan pada kemampuan sumber daya masingmasing
daerah, maka mau tidak mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah
daerah dengan masyarakat. Dengan demikian pemerintah daerah harus mampu
mendorong prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam setiap
upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
keberhasilan pembangunan daerah.
5. Rule of Law, artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah harus
disandarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas. Untuk
itu perlu dijamin adanya kepastian dan penegakan hukum yang merupakan
prasyarat keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
6. Social Justice, artinya penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan
bagi setiap anggota masyarakat. Tanpa adanya hal tersebut, masyarakat tidak
akan turut mendukung kebijakan dan program pemerintah daerah.

Penataan organisasi perangkat daerah pemerintah daerah sebagai bagian dari


upaya reformasi birokrasi juga mengarah pada upaya mewujudkan pemerintahan
yang memenuhi kriteria good governnance tersebut. Di era otonomi daerah,
organisasi perangkat daerah diharapkan menjadi organisasi yang solid dan mampu
berperan sebagai wadah bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah serta sebagai
proses interaksi antara Pemerintah dengan institusi daerah lainnya dan dengan
masyarakat secara optimal.

Dalam kaitan tersebut, Pemerintah telah mencanangkan kebijakan penataan


organisasi perangkat daerah yang lebih diarahkan pada upaya rightsizing yaitu
sebuah upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah daerah yang difokuskan untuk
mengembangkan organisasi yang lebih proporsional berdasarkan kebutuhan nyata
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 4
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

daerah, datar (flat), transparan, hierarki yang pendek dan terdesentralisasi


kewenangannya. Secara lebih rinci, kebijakan penataan organisasi perangkat
daerah diharapkan dapat mewujudkan organisasi perangkat daerah yang memenuhi
prinsip sebagai berikut:

1. Organisasi disusun berdasarkan visi, misi, dan strategi yang jelas. Dengan visi
dan misi yang jelas, akan dapat disusun organisasi yang benar-benar sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dan terutama mampu menyeimbangkan antara
kemampuan sumber daya organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat. Di
samping itu, dengan adanya strategi yang jelas dalam pencapaian visi dan misi
organisasi, maka akan dapat ditentukan desain organisasi yang tepat dalam
rangka menjamin efektivitas dan efisiensi organisasi.
2. Organisasi flat atau datar. Sebagai organisasi yang langsung bersentuhan
dengan kepentingan masyarakat, maka organisasi perangkat daerah hendaknya
lebih berbentuk flat atau datar yang berarti struktur organisasinya tidak perlu
terdiri dari banyak tingkatan atau hierarki. Dengan demikian. proses
pengambilan keputusan dan pelayanan akan lebih cepat.
3. Organisasi ramping atau tidak terlalu banyak pembidangan. Dengan organisasi
yang berbentuk ramping maka jumlah pembidangan secara horisontal harus
ditekan seminimal mungkin sesuai dengan beban dan sifat tugasnya, sehingga
span of control-nya berada pada posisi ideal. Di samping itu, penyederhanaan
pembidangan melalui upaya regrouping memungkinkan penanganan masalah
menjadi lebih terintegrasi (mendukung terwujudnya institutional coherence)
karena tugas-tugas yang bersesuaian tidak perlu dipecah-pecah ke dalam
banyak unit, tetapi disatukan dalam satu kesatuaan wadah organisasi.
4. Organisasi bersifat jejaring (networking). Di era otonomi daerah, networking
antar pemerintah daerah maupun dengan pihak lain menjadi sangat penting
dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif/keunggulan kompetitif
masing-masing daerah. Networking tersebut akan sangat bermanfaat sebagai
sarana saling berbagi pengalaman (sharing of experiences), saling berbagi
keuntungan dari kerja sama (sharing of benefits), maupun saling berbagi dalam
memikul tanggung jawab pembiayaan secara proporsional (sharing of burdens).
Organisasi yang bersifat jejaring itulah yang akan dapat memperkuat
eksistensinya dan dapat survive dalam iklim yang kompetitif. Oleh karena itu,
berbagai kalangan menilai bahwa organisasi yang sukses adalah "small
organization but large networking".
5. Organisasi bersifat fleksibel dan adaptif Perubahan merupakan sesuatu yang
konstan. Oleh karena itu, organisasi harus fleksibel dan adaptif, artinya bahwa
organisasi itu mampu untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi terutama
perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Fleksibilitas organisasi hendaknya dimanifestasikan ke dalam struktur,
sistem dan proses, serta perilaku aparaturnya.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 5
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

6. Organisasi banyak diisi jabatan-jabatan fungsional. Sejalan dengan bentuk


organisasi yang flat, organisasi hendaknya lebih banyak diisi oleh pejabat-
pejabat fungsional yang mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam
pelaksanaan tugasnya. Sebaliknva. jabatan struktural sebaiknya dibentuk dalam
rangka mewadahi tugastugas yang bersifat manajerial saja sehingga perlu
disederhanakan hanya untuk level pimpinan tertentu saja.
7. Organisasi menerapkan strategi "Learning Organization". Organisasi perangkat
daerah mau tidak mau harus berhadapan dengan perubahan yang sangat cepat.
Dalam suasana tersebut diperlukan organisasi yang mampu
mentransformasikan dirinya (organisasinya) untuk menjawab tantangan-
tantangan dan memanfaatkan kesempatan yang timbul akibat perubahan
tersebut. Proses transformasi atau belajar dari setiap unsur dalam organisasi
tersebut kita kenal sebagai "Learning Organization" atau "Organisasi
Pembelajar". Pada akhirnya organisasi yang cepat belajar akan mampu
beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi, dan organisasi yang
mampu beradaptasi itulah yang akan tetap eksis dan diperhitungkan.
8. Organisasi bervariasi. Di era otonomi daerah, dibuka kesempatan yang luas bagi
masingmasing Daerah untuk menyusun organisasi sesuai dengan strategi yang
didasarkan pada kondisi dan karakteristik serta kemampuannya masingmasing.
Pendekatan uniformitas yang diterapkan di masa lalu ternyata tidak selalu tepat
mengingat kenyataan beragamnya kondisi. karakteristik, permasalahan, dan
akar budaya yang ada di daerah. Oleh karena itu, organisasi perangkat daerah
sangat dimungkinkan bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain.

III. PERKEMBANGAN PENGATURAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT


DAERAH

Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang


Pedoman Organisasi Perangkat Daerah ternyata belum cukup memberikan
pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian organisasi
perangkat daerah yang dapat menangani seluruh urusan pemerintahan, sehingga
diperlukan evaluasi kelembagaan kembali dengan mencabut Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
dan memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Selain itu penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 juga dilandasi adanya perubahan terminologi pembagian urusan
pemerintah yang bersifat konkuren berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, maka dalam implementasi kelembagaan setidaknya terwadahi fungsi-fungsi
pemerintahan tersebut pada masing-masing tingkatan pemerintahan.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 6
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat


Daerah memberikan penjelasan bahwa organisasi perangkat daerah dibentuk
berdasarkan pertimbangan kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh Daerah,
karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah, kemampuan keuangan Daerah,
ketersediaan sumber daya aparatur, dan pengembangan pola kerja sama antar
Daerah dan/atau dengan pihak ketiga. Selain itu memberi batasan maksimal
kepada Pemerintah Daerah untuk membentuk Organisasi Perangkat Daerah paling
banyak 14 Dinas dan 8 Lembaga Teknis Daerah berdasarkan bidang pemerintahan
yang memenuhi skor tertentu dan kurang memberikan pedoman dalam hal
pengembangkan pola karier pegawai dan kinerja organisasi. Hal tersebut dievaluasi
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, dimana besaran Organisasi Perangkat Daerah
didasarkan variabel yang ril, yaitu variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan
jumlah APBD masing-masing daerah. yang kemudian ditetapkan pembobotan
masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh persen) untuk variabel jumlah
penduduk, 35% (tiga puluh lima persen) untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua
puluh lima persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel tersebut
dalam beberapa kelas interval. Demikian juga mengenai jumlah susunan organisasi
disesuaikan dengan beban tugas masing-masing perangkat daerah.

Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi


Perangkat Daerah menegaskan bahwa dasar utama penyusunan perangkat daerah
dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak
berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam
organisasi tersendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib,
diselenggarakan oleh seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan dan kekhasan daerah,
yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Hal ini
dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan sektor unggulan masing-masing
daerah sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dalam dalam
rangka mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat. Peraturan
Pemerintah ini pada prinsipnya dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang
jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing serta adanya
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan
antara pusat dan daerah.

Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan


faktor keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas
yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 7
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.

Berikut ini disajikan diagram yang memberikan gambaran perubahan ruang lingkup
pengaturan pembentukan organisasi perangkat daerah dari Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah ke Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Gambar 1. Perubahan Ruang Lingkup Pengaturan


Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, perumpunan urusan pemerintahan diberlakukan ketentukan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Penyusunan organisasi perangkat daerah berdasarkan pertimbangan adanya
urusan pemerintahan yang perlu ditangani.
2. Penanganan urusan tidak harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
3. Dalam hal beberapa urusan yang ditangani oleh satu perangkat daerah, maka
penggabungannya sesuai dengan perumpunan urusan pemerintahan yang
dikelompokkan dalam bentuk dinas dan lembaga teknis daerah.
4. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas terdiri dari:
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 8
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

a. bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;


b. bidang kesehatan;
c. bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
d. bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
e. bidang kependudukan dan catatan sipil;
f. bidang kebudayaan dan pariwisata;
g. bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya
dan tata ruang;
h. bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah, industri dan perdagangan;
i. bidang pelayanan pertanahan;
j. bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan
darat, kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
k. bidang pertambangan dan energi; dan
l. bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.
5. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat,
dan rumah sakit, terdiri dari:
a. bidang perencanaan pembangunan dan statistik;
b. bidang penelitian dan pengembangan;
c. bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
d. bidang lingkungan hidup;
e. bidang ketahanan pangan;
f. bidang penanaman modal;
g. bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;
h. bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
i. bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
j. bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
k. bidang pengawasan; dan
l. bidang pelayanan kesehatan.

6. Perangkat daerah yang dibentuk untuk melaksanakan urusan pilihan,


berdasarkan pertimbangan adanya urusan yang secara nyata ada sesuai
dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah.
7. Pelaksanaan tugas dan fungsi staf, pelayanan administratif serta urusan
pemerintahan umum lainnya yang tidak termasuk dalam tugas dan fungsi dinas
maupun lembaga teknis daerah dilaksanakan oleh sekretariat daerah.

Ketentuan-ketentuan tersebut memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah untuk


menyusun struktur organisasi dan tata laksana sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Dampak yang terjadi akan membuat variasi nomenklatur instansi-
instansi di Pemerintah Daerah. Ada kemungkinan terjadi ketidakkonsistensian
antara tujuan organisasi dibentuk dengan kepentingan-kepentingan tertentu. Dapat
juga terjadi karena intervensi politik, ego sektoral, dan adu argumentasi sesuai
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 9
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

dengan kepentingan masing-masing. Sehingga dapat mengakibatkan kurangnya


efektivitas susunan kelembagaan yang terbentuk (Totok Suharto, 2013).

Tabel 2. Uraian Pengaturan tentang Lembaga Teknis Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007


tentang Organisasi Perangkat Daerah
Bagian Keenam : Lembaga Teknis Daerah
Pasal 15 (1) Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas
kepala daerah.
(2) Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat
spesifik.
(3) Lembaga teknis daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota
sesuai dengan tugas dan
e. fungsinya.
(4) Lembaga teknis daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit.
(5) Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh
kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh kepala
kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur.
(6) Kepala dan direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
(7) Pada lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dapat
dibentuk unit pelaksana teknis tertentu untuk melaksanakan
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.
Pasal 16 (1) Rumah sakit dapat berbentuk rumah sakit umum daerah dan
rumah sakit khusus daerah.
(2) Rumah sakit umum daerah terdiri dari 4 (empat) kelas:
a. rumah sakit umum daerah kelas A;
b. rumah sakit umum daerah kelas B;
c. rumah sakit umum daerah kelas C; dan
d. rumah sakit umum daerah kelas D.
(3) Rumah sakit khusus daerah terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu:
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 10
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

a. rumah sakit khusus daerah kelas A; dan


b. rumah sakit khusus daerah kelas B.
(4) Penetapan kriteria klasifikasi rumah sakit umum daerah dan
rumah sakit khusus daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dilakukan oleh menteri kesehatan setelah
berkoordinasi tertulis dengan Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara.

IV. PERMASALAHAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH


DAERAH

Kelembagaan organisasi pada pemerintah daerah yang terjadi saat ini antara daerah
yang satu dengan daerah lainnya sering dijumpai susunan organisasi yang
bervariasi. Banyak nama-nama kelembagaan, penggabungan antarsektor, dan
tingkat eselon yang berbeda padahal kewenangannya yang sama, sehingga
menyulitkan masyarakat dalam mengenali nama lembaga, dinas, badan, kantor
yang mereka perlukan. Bahkan terkadang di kalangan masyarakat merasa asing
dengan singkatan nama-nama organisasi publik tersebut. Perbedaan yang terjadi di
berbagai daerah tersebut dilatarbelakangi oleh pemahaman persepsi yang berbeda-
beda dengan peraturan yang ada, unsur-unsur dan muatan-muatan politis, sarana
tempat penampungan transisi bagi pejabat publik, ego sektoral, serta sarana
pencairan dana Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari
Pemerintah Pusat. Hal tersebut tentu bertentangan dengan makna desentralisasi
kewenangan yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat. Pemantauan dan
evaluasi kelembagaan organisasi pemerintah daerah mutlak perlu dilakukan, akan
tetapi yang terpenting sebenarnya adalah konsistensi dan komitmen para pejabat
publik dan stakeholders yang terkait dengan penataan kelembagaan pemerintah
daerah dalam menempatkan pelayanan publik sebagai tujuan utama dari
dibentuknya struktur organisasi lokal pemerintah daerah (Totok Suharto, 2013).

Menurut PPKOD LANRI, Organisasi Perangkat Daerah menunjukkan kecenderungan-


kecenderungan :

1. Muncul variasi bentuk kelembagaan atau organisasi perangkat daerah,


sehingga sering mengakibatkan kesulitan dalam hubungan kerjasama antar
daerah maupun antar pemerintah pusat dengan daerah, dimana dalam bidang
tertentu ternyata penanganannya antara satu pemerintah daerah dengan
pemerintah daerah lain berbeda level eselon yang mengelolanya.
2. Penyusunan kelembagaan daerah selama ini lebih dikarenakan pertimbangan
politis sebagai wujud intervensi lembaga politik dan DPRD atau munculnya
anggapan politisasi jabatan di daerah.
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 11
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

3. Penataan Kelembagaan di daerah mengedepankan solusi transisi dalam rangka


menampung limpahan jabatan struktural dari instansi pusat ke daerah,
sehingga kecenderungan yang terjadi banyak organisasi perangkat daerah yang
demikian besar.
4. Konsekuensi lain adalah terdapat organisasi perangkat daerah yang tidak
memiliki kejelasan tugas dan fungsinya atau terjadi tumpang tindih tugas
dengan perangkat lainnya, apalagi dikaitkan dengan pelaksanaan pelayanan
kepada masyarakat.
5. Adanya kecenderungan inefisiensi alokasi anggaran yang tersedia pada masing-
masing daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) yang semestinya selain digunakan
untuk belanja pegawai juga diperuntukkan bagi pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana untuk kepentingan pelayanan publik,
sebagian besar tersedot untuk membiayai birokrasi atau belanja pegawai di
daerah.

Menurut Muttaqin dari PKP2A II LAN Tahun 2010, dari kajian implikasi penataan
organisasi perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 yang dilaksanakan di 6 (enam) Kabupaten/Kota yaitu Kota Manado, Kabupaten
Sorong, Kota Palu, Kota Mataram, Kota Ternate dan Kabupaten Jembrana,
dijelaskan sebagai berikut:

1. Penataan organisasi perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah


Nomor 41 Tahun 2007, membuat organisasi semakin besar/gemuk dan
bertentangan dengan azas miskin struktur kaya fungsi.
2. Perumpunan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tidak sesuai kebutuhan pemerintah daerah dan
bertentangan fakta dan praktek penyelenggaraan pemerintahan.
3. Perumpunan OPD dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 memberi
kontribusi pada makin besarnya OPD yang dibentuk.
4. Sulit berkembang jabatan fungsional, karena dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007, cenderung lebih fokus pada pengembangan jabatan
struktural.
5. Banyak pembentukan OPD berdasarkan kebutuhan pemerintah pusat, yang
mengakibatkan semakin besarnya OPD Pemerintah daerah.
6. Terdapat daerah yang tidak mengikuti penetapan besaran organisasi tetapi ada
yang berdasarkan kebutuhan Pemerintah Daerah, ada juga yang berdasarkan
kepentingan aparatur.
7. Penambahan jumlah OPD tidak selalu diikuti oleh penambahan jumlah jabatan.

Dari kajian tersebut direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:


1. Pembentukan OPD hendaknya berdasarkan kebutuhan pemerintah Daerah.
2. Hendaknya peraturan pemerintah terkait dengan penataan OPD Pemerintah
Daerah memperhatikan pengembangan jabatan fungsional.
KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 12
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

3. Pengaturan pembentukan OPD sebaiknya tidak berdasarkan pengelompokan


rumpun Dinas dan Lembaga Teknis Daerah akan tetapi berdasarkan fungsi
pemerintahan yang dilaksanakan, sehingga perlu perbaikan perumpunan.
4. Kebijakan pemerintah selain Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007,
terkait dengan pembentukan OPD, sebaiknya ditinjau ulang sebab untuk
menhindari pembentukan OPD Pemerintah daerah yang hanya berdasarkan
pada kepentingangan pusat.

Menurut Totok Suharto (2013) kelembagaan atau organisasi pemerintah saat ini
memerlukan peningkatan kualitas kinerja dalam setiap perencanaan maupun
pelaksanaan program dan kegiatan secara terpadu dan berkelanjutan. Keterlibatan
bersama antarsektor dan bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan dalam
pembangunan akan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Setiap
lembaga organisasi pemerintah bertanggung jawab meningkatkan kualitas kinerja,
sehingga pada setiap akhir periode tahun anggaran dapat mewujudkan azas
akuntabilitas dari program dan kegiatan pembangunan yang telah direncanakan.
Peningkatan kualitas kinerja akan terlihat dari seberapa jauh tercapainya indikator
kinerja penyelenggaraan pemerintahan pada fokus bidang urusan penyelengaraan
pemerintahan. Indikator kinerja tersebut merupakan kriteria yang merupakan
ukuran batas minimal tingkat pencapaian atau prestasi kerja setiap lembaga sesuai
dengan kewenangan, tugas pokok, dan fungsinya.

Keterpaduan menjadi prioritas utama untuk dapat mewujudkan kinerja yang


maksimal, antarlembaga pemerintah saling mengkolaborasikan antara kerjasama
dengan kebutuhan yang menjadi tugas pokok dan fungsi instansi dan diperlukan
untuk segera dilaksanakan dalam bentuk program kegiatan suatu lembaga
pemeritah. Sejak otonomi daerah berlangsung daerah dituntut untuk dapat mandiri
mengelola pemerintahannya secara optimal. Kemandirian ini diperlukan untuk
mengurangi ketergantungan dari pemerintah pusat, baik dari segi anggaran,
sumberdaya aparatur, maupun sarana dan prasarana lainnya. Beberapa
kewenangan pemerintahan sudah ditangani oleh Pemerintah Daerah baik oleh
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Kewenangan tersebut mempunyai
konsekuensi baru bagi pemerintah daerah untuk dapat mengelola kewenangan
tersebut secara profesional. Sehingga banyak hal yang perlu dilakukan sebagai
persiapan untuk menghadapi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah
berkenaan dengan tuntutan otonomi daerah. Tentu saja dalam penanganannya
tidak dapat secara langsung dilakukan proses peralihan tersebut, proses perlu
dilakukan secara bertahap, mulai dari bagaimana sumberdaya aparatur,
pendanaan atau anggaran biaya, aset-aset institusi, bentuk kelembagaan,
tatalaksana mekanisme koordinasi, pembinaan, serta kerjasama.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 13
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

V. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Perlu penambahan pada konsideran “Menimbang” huruf a. yang hanya memuat


tentang “Kantor Arsip Daerah” dan “Kantor Perpustakaan Daerah”, semestinya
juga ada kalimat yang menjelaskan tentang “pemadam kebakaran” (dari
Disbangker) yang perlu dikembangkan menjadi “Kantor Pemadam Kebakaran”;
2. Perlu perbaikan dalam penulisan pada konsideran “Mengingat”, pada nomor 8.
Tertulis : “Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014”, yang sebenarnya Nomor 20;
3. Diperlukan pemantauan dan evaluasi setelah pelembagaan Badan Arsip dan
Perpustakaan Daerah dan Kantor Pemadam Kebakaran di Kota Bekasi,
demikian pula konsistensi dan komitmen kebijakan dalam mengembangkan
kelembagaan teknis daerah ini dengan menempatkan kepentingan pelayanan
publik sebagai tujuan utama dari dibentuknya kedua kelembagaan baru
tersebut.

SARAN

Langkah selanjutnya setelah penetapan Raperda ini, maka dalam pelembagaan


Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah dan Kantor Pemadam Kebakaran di Kota
Bekasi perlu menerapkan prinsip-prinsip organisasi perangkat daerah yang baik,
antara lain visi dan misi yang jelas, pelembagaan fungsi staf dan fungsi lini serta
fungsi pendukung secara tegas, efisiensi dan efektifitas, rentang kendali serta tata
kerja yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA :

1. Feisal Tamin. 2003. Kebijakan Penataan Organisasi Perangkat Daerah Dalam


Rangka Pengelolaan Pemerintahan Yang Lerih Baik. Disampaikan pada Lokakarya
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003. Auditorium Lembaga Administrasi
Negara 20 Mei 2003. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Jakarta,
Mei 2003.

2. Muttaqin. 2010. Implikasi Penerapan PP 41/2007 pada Organisasi Perangkat


Daerah. PKP2A II LAN RI Makassar.
http://lanmakassar.info/gambar/uploadpenelitian/implikasi-penerapan-pp-
412007-pada-organisasi-perangkat-daerah--30-5.pdf, diakses 3-3-2013.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 14
SEKRETARIAT DPRD KOTA BEKASI
TIM AHLI DPRD KOTA BEKASI

3. PKKOD LAN RI. Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah dalam rangka


Pengelolaan Pemerintahan Yang Baik.
http://www.pkkod.lan.go.id/index.php?mod=5&det=1, diakses 3 maret 2013

4. Totok Suharto. 2013. Efektivitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam


Struktur Organisasi Lokal.
http://totoksuharto.blogspot.com/2013/03/efektivitas-kelembagaan-
pemerintah.html, iakses Tanggal 21 Juni 2014.

KAJIAN TIM AHLI : “TINJAUAN TERHADAP RAPERDA TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA TEKNIS DAERAH”
Halaman 15

Anda mungkin juga menyukai