Anda di halaman 1dari 8

Larutan dan pereaksi

Dalam praktikum sering digunakan larutan dan pereaksi, karenanya guru ataupun
dosen harus memiliki pengetahuan tentan larutan perekasi. Pengetahuan bukan saja jenisnya,
tetapi juga pengetahuan tentang pembuatan dan penanganannya. Larutan Pengertian Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan,
seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan,
misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam
cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu. Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut
dan zat terlarut, yang dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan
komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen
minornya merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat
murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat
dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas adalah larutan. Proses pelarutan
dapat diilustrasikan seperti Gambar 1. Gambar 1. Ilustrasi Proses Pelarutan Larutan dapat
diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Contoh larutan
berdasarkan fase komponen-komponennya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. ContohContoh Larutan Berdasarkan Fase Komponen-Komponennya Contoh larutan Zat terlarut Gas
Cairan Padatan Pelarut Gas Udara (oksigen dan gas-gas lain dalam nitrogen) Uap air di udara
(kelembapan) Bau suatu zat padat yang timbul dari larutnya molekul padatan tersebut di udara
Cairan Air terkarbonasi (karbon dioksida dalam air) Etanol dalam air; campuran berbagai
hidrokarbon (minyak bumi) Sukrosa (gula) dalam air; natrium klorida (garam dapur) dalam
air; amalgam emas dalam raksa Padatan Hidrogen larut dalam logam, misalnya platina Air
dalam arang aktif; uap air dalam kayu Aloi logam seperti baja dan duralumin Larutan Standar
Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui, selain
itu konsentrasinya juga tidak mudah berubah. Dalam berbagai percobaan kimia sering
digunakan larutan baku yang terdiri atas larutan baku primer dan larutan baku sekunder.

Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi atau larutan yang
dijadikan acuan untuk penetapan konsentrasi larutan lain. Suatu zat standar primer harus
memenuhi syarat seperti dibawah ini: Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah
dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC). Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi,
sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi
dalam mana ia digunakan. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji
kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor,
umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %). Reaksi dengan larutan standar itu harus
stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah
ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen. Zat harus tak berubah dalam udara selama
penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar
komposisinya tak berubah selama penyimpanan Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk
standar primer adalah: Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium
arsenit NaASO2 yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan
iodine I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2. Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi
larutan natrium etanolat, isopropanol atau DMF. Kalium bromat KBrO3 untuk
menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3. Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai
untuk menstandarisasi larutan asam perklorat dan asam asetat. Natrium Karbonat dipakai
untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3. Natrium klorida (NaCl) untuk
menstandarisasi larutan AgNO3 Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai
untuk standarisasi larutan natrium nitrit. As2O3, asam bensoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCl,
dan asam sulfanilik diatas adalah standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat
tertentu kemudian dilarutkan dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan
standar primer. Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk
standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap
suatu standar primer atau larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer. Contoh larutan standar sekunder adalah larutan NaOH dan
HCl. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis
oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai
standar primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer,
supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar
primer NaCO3 Konsentrasi Larutan Konsentrasi suatu larutan merupakan ukuran yang

digunakan untuk menyatakan kuantitas zat terlarut dalam suatu pelarut atau larutan. Terdapat
berbagai cara yan digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan, dan masing-masing cara
memilik berbagai kegunaan masing-masing. Dibawah ini adalah berbagai cara untuk
menyatakan konsentrasi larutan. Persen Berat (%, w/w) Persen berat menyatakan gram berat
zat terlarut dalam 100 gram larutan. Untuk menentukan persen zat terlarut dari suatu larutan
dalam persen berat. Contoh: Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan
terdapat : - gula = 5/100 x 100 = 5 gram - air = 100 - 5 = 95 gram Persen Volume (%, v/v)
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan. Rumus persen
volume sebagai berikut. Contoh : 25 ml alcohol 70% dicampur dengan 75 ml air, maka
konsentrasi larutan alkohol yang terbentuk dapat dihitung sebagai berikut. % volume = ((25)
(70%) mL alkohol)/(25 +75)mL x 100% = (17,5 mL alkohol)/((100 mL)) x 100% = 17,5%
alkohol Molaritas (M) Molaritas atau kemolaran merupakan satuan kepekatan atau
konsentrasi dari suatu larutan. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan atau jumlah mol suatu solut (terlarut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan
yang ditentukan dalam liter. Ada kalanya molaritas ditentukan dengan pengenceran dari suatu
larutan. Misalnya akan membuat larutan amonia 0,5 M sebanyak 50 ml dari larutan amonia 4
M. Di sini digunakan metode pengenceran artinya menambahkan air ( pelarut) pada larutan
yang lebih pekat. Pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi
jumlah mol zat terlarut tetap ( tidak berubah). Keuntungan menggunakan satuan molar adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol
(sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini
adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai
temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi
zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri
merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidaklah linear.
Rumus molaritas adalah sebagai berikut. .
Contoh: Berapakah molaritas larutan asam oksalat apabila 6,3 gr H2C2O4.2H2O (Mr
= 126) dituangi dengan air sampai volume larutan mencapai 100 ml? Jawab : Molaritas
H2C2O4 = ((6,3 gr) x 1000)/(126 gr/mol x 100 mL) = 0,5 M Molalitas (m) Molalitas adalah
jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Rumus molalitas adalah sebagai berikut.
Contoh : Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr=40) dalam 500 gram air? Jawab : molalitas
NaOH = (4/40)/500 g air = (0.1 x 2 mol)/1000 g air = 0,2 m Normalitas (N) Normalitas
merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya

sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion
OH-. Terdapat hubungan antara Normalitas dengan Molaritas, yaitu : Mol-ekivalen :
Asam/basa: jumlah mol proton/OH- yang diperlukan untuk menetralisir suatu asam / basa.
Contoh : 1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton; 1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1
mol-ekivalen; Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N Redoks : jumlah mol elektron yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi atau mereduksi suatu unsur Contoh : 1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol
elektron untuk menjadi Fe; 1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekivalen; Fe+3 1 M = Fe+3 3 N
atau Fe2O3 6 N Fraksi Mol (X) Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu
komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan atau
perbandingan mol dari pelarut atau zat terlarut nilai total fraksi mol zat terlarut dan pelarut
haruslah sama dengan 1. Suatu larutan terdiri dari nA mol zat terlarut A dan nB mol pelarut B,
maka : Contoh: Dalam larutan 6,4% berat naftalena (C10H8) dalam benzene, tentukan fraksi
mol benzene dan naftalena. Jawab : Misalkan berat larutan 100 gr, maka Berat naftalena =
6,4/(100 ) x 100 gr=6,4 gr = 6,4/128 mol=0,05 mol Berat benzena = 100 gr 6,4 gr = 93,6 gr
= 93,6/(78 )=1,2 mol Fraksi mol naftalena = (mol naftalena)/(mol naftalena +mol benzena ) =
0,05/(0,05 +1,2 ) = 0,04 Fraksi mol naftalena + fraksi mol benzene = 1 Fraksi mol benzene =
1 0,04 = 0,96 7) Bagian Per Juta (bpj) Satuan bagian per juta (bpj) sering diterapkan untuk
konsentrasi zat yang kuantitasnya sangat kecil dalam campurannya, terutama banyak dijumpai
dalam analisis mikro, analisis spektrometri atau pada pernyataan komposisi pencemar racun.
Bpj merupakan padanan dari ppm (part per million). 1 bpj adalah konsentrasi di mana ada 1
partikel di dalam setiap 1 juta partikel pelarut. Ini dapat dibandingkan dengan 1 tetes tinta
dalam 150 liter air, atau 1 detik dalam 280 jam. Untuk larutan, antara dua zat penyusunnya
dapat dinyatakan menurut hubungan berikut : Untuk larutan lebih dari dua zat penyusunnya
satuan konsentrasi bpj dapat dirumuskan sebagai berikut : bpj zat A = (bagian zat terlarut)/
(total bagian larutan ) X 106 Contoh ; Udara memiliki komposisi (dalam % volume) sebagai
78% N2; 21% O2; 0,9% H2O; 0,03% CO2; dan 0,07% gas-gas lain. Hitung konsentrasi gas
CO2 dalam satuan bpj. Jawab : bpj zat CO2 = (0,03% CO2)/(100% ) X 106 = (0,03) (104) =
300 6. 2 Pereaksi Larutan Pereaksi Umum Larutan ini adalah larutan yang digunakan sebagai
bahan berlangsungnya suatu reaksi. Contoh larutan perekasi umum adalah sebagai berikut. No
Nama Larutan Bahan Volume 1 Aluminium klorida 0,167 M; 0,5 N AlCl3 Akuadest 11 gr 500
mL 2 Aluminium nitrat 0,167 M; 0,5 N Al (NO3)3.9H2O Akuadest 31 gr 500 mL 3 Amonium
asetat 3M; 3 N CH3COONH4 Akuadest 116 gr 500 mL 4 Barium nitrat 0,25 M; 0,5 N
Ba(NO3)2 Akuadest 32,7 gr 500 mL 5 Ferri nitrat 0,167 M; 0,5 N Fe(NO3)3.9H2O Aquadest
33,5 gr 500 mL 6 Kalium bromide 0,5 M; 0,5 N KBr Akuadest 30 gr 500 mL 7 Kalium iodide

0,5 M; 0,5 N KI Akuadest 41,5 gr 500 mL 8 Kalium klorida 0,5 M; 0,5 N KCl Akuadest 18,5
gr 500 mL 9 Kalium kromat 0,5 M; 0,5 N K2Cr2O4 Akuadest 24,5 gr 500 mL 10 Kalium
nitrat 0,25 M; 0,5 N KNO3 Akuadest 25,5 gr 500 mL 11 Kobalt(II) nitrat 0,25 M; 0,5 M
Co(NO3)2.6H2O Akuadest 36,5 gr 500 mL 12 Krom(III)sulfat 0,083M; 0,5 N
Cr2(SO4)3.18H2O Akuadest 30 gr 500 mL 13 Magnesium klorida 0,25 M; 0,5 N
MgCl2.6H2O Akuadest 25,5 gr 500 mL 14 Merkuri nitrat 0,25 M; 0,5 N Hg(NO3)2 Akuadest
40,5 gr 500 mL 15 Natrium klorida 0,5 M; 0,5 N NaCl Akuadest 14,6 gr 500 mL Larutan
Pereaksi Khusus Larutan pereaksi khusus adalah larutan yang digunakan untuk menguji
adanya zat-zat tertentu. Berikut adalah contoh larutan pereaksi khusus. Larutan Benedict
Pereaksi ini digunakan untuk mengetahui adanya gula reduksi seperti glukosa, fruktosa, dan
maltose. Larutan Benedict dibuat dengan cara : Larutkan 173 gr Natrium Nitrat dan 100 gr
Natrium Karbonat dalam 500 ml air hangat. Aduklah dengan baik kemudian di saring. Ambil
hasil saringan genapkan sampai 850 ml. Larutkan 17,3 gr Kuprisulfat dalam 100 ml air dan
genapkan sampai 150 ml. Tuangkan larutan Karbonat Sitrat (larutan 1) ke dalam gelas kimia
besar lalu tambahkan larutan Kuprisulfat secara hati-hati dan sambil diaduk, kemudian
genapkan sampai volume 1 liter. Larutan Iodium Larutan ini digunakan untuk mengetahui
adanya amilum. Larutan Iodium dibuat dengan cara melarutkan 10 gr KI dalam 1 liter air, lalu
tambahkan 2,5 gr iodium (I2) dan diaduk dengan baik. Larutan Molish Larutan ini digunakan
untuk mengetahui adanya karbohidrat. Larutan Molish dibuat dengan cara melarutkan 0,1 gr
Alphanaftol dalam 100 ml etanol 95% (harus dibuat segar). Larutan Millon Larutan ini
digunakan untuk mengetahui adanya protein. Larutan Millon dibuat dengan cara melarutkan
10 gr Merkuri (Hg) dalam 20 ml asam nitrat pekat (lakukan dalam ruangan terbuka/ruang
asam). Bila telah larut dan tidak timbul asap coklat lagi, encerkan dengan 60 ml air. Tuangkan
cairan bagian atas dan simpan dalam botol bertutup gelas. Larutan Saliwanoff Larutan ini
digunakan untuk mengetahui adanya gula ketosa. Larutan Saliwanoff dibuat dengan cara
melarutkan 0,05 gr Resorcinol dalam 100 ml HCl encer (HCl encer dibuat dengan cara
mengencerkan 1 bagian HCl pekat dengan tiga bagian air). Larutan Indikator Ada satu
kelompok senyawa yang memiliki sifat khas, yakni warnanya dapat berubah oleh perubahan
pH larutannya. Sifat inilah yang barangkali mendorong penamaan kelompok tersebut sebagau
zat indikator. Dari segi fungsinya dikenal beberapa macam kelompok indicator di antaranya
adalah : Indikator asam basah; contoh lakumus, fenoftalein, fenol merah, metal jingga, metal
merah, brom timol blue, brom kresol hijau, brom kresol ungu dan sebagainya. Indikator
redoks; metilin blue, difenil amin, difenil benzidin, feroin, nitroferoin, 5-metilferoin, asam
difenilamin sulfonat dan sebagainya. Indikator kulometrik; berupa elektroda pembanding

indikator) Indikator kelomterik (indikator metalokormik); eriochrome black T, kalmagnit,


difenil karbazida, difenil karbazon, natrium nitro-prusida, pirokatekol ungu dan sebagainya.
Indikator pengendapan (indikator adsorpsi); eosin, fluoresin, diklorofruoresin, ortokrom T, ion
kromat (CrO42-), ion ferri (Fe3+) dan sebagainya. Indokator pendar-fluor (indikator
fluoresen); eosin, eritrosin, resorufin, kuinin, asam naftol-sulfonat, diazol kuning-brilian dan
sebaginya. Larutan Pewarna Larutan ini berfungsi untuk mewarnai bagian-bagian tertentu dari
makhluk hidup atau bagian sel agar terlihat lebih jelas disbanding denganbagian yang lainnya.
Contoh larutan pewarna di antaranya sebagai berikut. Asetokarmin Larutan ini digunakan
untuk pewarnaan jaringan tumbuhan. Cara membuatnya adalah dengan cara melarutkan 0,5 gr
serbuk karmin dalam 45 ml asam asetat glacial dan 55 ml air, kemudian didihkan selama 2-4
menit di ruangan yang berventilasi baik. Jumlah karmin harus lebih atau lebih besar dari
jumlah yang dilarutkan. Dinginkan kemudian saring dan tambahkan 1-2 tetes ferriklorida
yang dilarutkan di dalam asam asetat 50% (5 gr FeCl3 dalam 500 ml asam asetat glacial dan
50 ml air). Aseto orsein Larutan ini digunakan untuk pewarnaan jaringan tumbuhan. Cara
membuatnya adalah dengan cara melarutkan 1 atau 2 gr orsein dalam 45 ml asam asetat
glacial panas (hamper mendidih), dinginkan kemudian tambah 55 ml air dan diaduk dengan
baik dan saring. Anilin biru Larutan ini dgunakan untuk pewarnaan miselium jamur. Cara
membuatnya adalah dengan cara melarutkan 2 gr zat warna (larut dalam air) dalam 100 ml air.
Carbon Fuchsin, Ziehl Larutan ini digunakan untuk pewarnaan bakteri dan sel. Cara
membuatnya adalah dengan cara melarutkan 0,3 gr basic Fuchsin dalam 10 ml etanol 95%.
Tambahkan larutan ini ke dalam 100 ml larutan fenol 5% (5 gr fenol dalam 95 ml air). Eosin
Larutan ini digunakan untuk pewarnaan protozoa. Cara membuatnya adalah dengan cara
melarutkan 0,5 gr eosin dalam 100 ml air. Iodine atau Lugol Larutan ini digunakan untuk
pewarnaan bakteri. Cara membuatnya adalah dengan cara melarutkan 2 gr Kristal iodium
dalam larutan kalium iodide (dibuat dari 3 gr KI dalamn 300 ml air). Metil biru Larutan ini
digunakan untuk pewarnaan protozoa. Cara membuatnya adalah dengan cara melarutkan 0,5
gr zat warna dalam 100 ml etanol 95%, lalu biarkan selama 2-3 hari, sekali-kali diaduk
disaring dan simpan. Metil merah atau metal jingga Larutan ini digunakan untuk pewarnaan
protozoa. Cara membuatnya adalah dengan cara melarutkan 0,02% merah atau jingga dalam
air. Safranin Larutan ini digunakan untuk pewarnaan Gram bakteri. Cara membuatnya adalah
dengan cara melarutkan 0,25 gr safranin O dalam 10 ml etanol 95%, tambahkan larutan ini ke
dalam 90 ml air. Larutan Penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar
merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Atau dengan kata lain
larutan penyangga adalah campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran

basa lemah dengan asam konjugasinya. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan
penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit
asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi
suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu
mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya. Larutan penyangga
sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat
warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri
mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia
mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan
menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan
larutan penyangga. Komponen larutan penyangga Komponen larutan penyangga terbagi
menjadi: Larutan penyangga yang bersifat asam Larutan ini mempertahankan pH pada daerah
asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya
yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan
suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam
lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu
dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebih. Cara kerja larutan penyangga Larutan penyangga asam Adapun cara
kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COOyang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut: Pada penambahan asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq) Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan
adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air.
Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+
dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam
(CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam
CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air. CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq)
+ H2O(l) Larutan penyangga basa Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga

yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai
berikut: Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan
mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan
berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi
dengan basa NH3 membentuk ion NH4+. NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq) Pada
penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke
kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi
dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air. NH4+ (aq) +
OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Larutan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan.

Anonim.

2010.

Pengertian

Larutan.

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/ kuliah_web/ 2009/ 0700009/larutan.html. Anonim.


2010. Asidi Alkalimetri. http://blogkita.info/asidi-alkalimetri/ Anonim. 2010. Kimia Analitik
(Bagaimana Cara Membuat Larutan). http://ellachem04. blogspot. com /2009/10/kimiaanalitik-bagaimana-cara-membuat.html

Anonim.

2010.

Konsentrasi

Larutan.

http://lischer.wordpress.com/2009/09/02/konsentrasi-larutan/ Anonim. 2010. Konsentrasi


Larutan.

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-

Pendamping/Praweda/Kimia/0184 Kim 2-1b.htm Anonim. 2010. Konsentrasi Larutan.


Anonim. 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_ kimia/kimia-smk/kelas_x/konsentrasilarutan-2/ Anonim. 2010. Molaritas (M). http://azhar-web.yolasite.com/my-blog/1-molaritasm- Anonim. 2010. Molaritas. http://id.wikipedia.org/wiki/Molaritas Anonim. 2010. Larutan
Penyangga.

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/

2008/Yuti%20Kamila

%20%28050581%29/materi_LP.html HAM, Mulyono. 2008. Membuat Reagen Kimia di


Laboratorium.

Jakarta

Bumi Aksara

Juliantara,

Ketut.

2009.

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/

Kimia

Larutan.

Anda mungkin juga menyukai