Anda di halaman 1dari 7

Contoh Exercise dan Kasus

I.

Exercise :Perancangan variabel kinerja dalam penjaminan kualitas


perguruan tinggi di Indonesia

II.

Kemampuan Sumber Daya


Proses Internal
Hasil Organissi

Sebuah perguruan tinggi di Indonesia ingin meningkatkan kinerjanya


dengan cara merancang sebuah sistem Quality Assurance dengan mengunakan
kerangka kerja seperti tertera pada gambar 1 di bawah ini. Perguruan tinggi
tersebut melaksanakan proses pembelajarannya dengan bahasa Inggris dengan
menyewa profesional dari manca negara dengan target dapat sejajar di
kawasan Asia Pasifik pada tahun 2015. Tugas yang harus dikerjakan dan
didiskusikan adalah merancang variabel-variabel kinerja di setiap perspektif dari
kerangka kerja sistem Quality Asurance tersebut lengkap dengan formula di
setiap variabel dan standar kinerja yang harus dicapai.
Tugas ini sebaiknya dikerjakan berkelompok, dengan 1 kelompok tidak
lebih dari 5 orang dan tiap kelompok harus membuat presentasinya dalam
power point untuk didiskusikan di kelas.

Proses
pembelajar
an

Dosen &
staf

Penerimaan
industri &
komunitas

Pengakuan
masyarakat
akademis

Kepuasan
mahasiswa

Aktivitas
riset

Mahasisw
a

Pemberdaya
an
masyarakat

Organisasi
pendukung

Fasilitas

Administrasi

Manajem
en

Gambar 1. Kerangka Sistem Manajemen Kinerja


Sebuah Universitas

Kasus Kecil : Perancangan Sistem Manajemen Kinerja di organisasi nir


laba di Indonesia

Kasus 2 menyangkut proses perancangan Sistem Manajemen Kinerja bagi


sebuah yayasan nir laba di Indonesia dengan ilustrasi kasus sebagai berikut.

Sejarah Perusahaan
Yayasan Selasar Sunaryo (YSS) merupakan lembaga nirlaba yang menaungi
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Yayasan ini didirikan tanggal 3 Agustus 1998
di Bandung, di hadapan notaris Lien Tanudirdja, S.H. berdasarkan surat keputusan
Menteri Kehakiman tertanggal 4 Maret 1998 nomor J.A.7/3/25, dengan dihadiri
saksi:
1. Sunaryo selaku pendiri yayasan
2. Heti Komalasari Sunaryo
3. Adhi Ardianto
Jangka waktu berdiri tidak ditentukan lamanya dan dimulai sejak tanggal akta
pendirian yayasan disahkan. Yayasan ini memiliki maksud dan tujuan untuk
memajukan seni dan budaya Indonesia. Untuk itu, YSS berhak:
1. Mendirikan museum, galeri dan sekolahsekolah kesenian
kebudayaan.
2. Memberikan kursuskursus, seminar, dan ceramah kesenian
kebudayaan.

serta
serta

Berdasarkan hak tersebut, YSS mewadahi SSAS yang bergerak secara khusus
di bidang pengembangan dan pengkajian seni rupa modern dan kontemporer
sebagai dukungan terhadap praktek kebudayaan di Indonesia secara lebih luas.
SSAS yang dahulu dikenal dengan nama "Selasar Seni Sunaryo" dibangun
selama kurang lebih tiga tahun semenjak 1994, di atas tanah seluas 5000 meter
persegi, sebagai realisasi dari mimpi berkepanjangan Sunaryo untuk mewujudkan
sumbangannya terhadap perkembangan infrastruktur seni rupa di Indonesia.
Konsep utama "Selasar" dalam hal ini adalah menghubungkan seni dengan
kehidupan, menghubungkan karya seni dan pemirsanya sekaligus menghubungkan
satu budaya dengan budaya yang lain. Selasar sangat terbuka bagi publik yang
ingin menikmati, mengamati dan mengkaji karya-karya seni budaya yang terpilih
dan merepresentasikan dinamika perkembangan seni rupa di Indonesia dan
mancanegara.
Pembukaan Selasar Seni Sunaryo pada bulan September 1998 ditandai dengan
pameran tunggal Sunaryo bertajuk "Titik Nadir" yang sekaligus merupakan refleksi
sang seniman terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia yang saat itu carut marut
dan dinaungi keputusasaan: krisis ekonomi, reformasi bergulir, rejim Soeharto
tumbang dan rakyat dilanda kekurangan pangan. Alih-alih membuka sebuah
museum seni rupa yang telah dirancang dan dibangun dengan cucuran keringatnya,
ketika itu Sunaryo malah memutuskan untuk membungkus semua karya dan
beberapa bagian bangunan dengan kain hitam sebagai cerminan dari kondisi
kreativitasnya yang gamang, bahkan mencapai "titik yang terendah". Karya-karya
yang sedianya hendak dipamerkan dalam pembukaan tersebut dihadirkan sebagai
sebuah konfigurasi karya baru dengan reinterpretasi baru pula. Di salah satu sudut
pintu masuk, di atas kain hitam tertulis pernyataannya yang menyentuh:
Prahara negeri kita telah mendesak saya membungkus karya-karya ini.
Sejak awal 98, telah hilang daya untuk berkreasi seperti biasanya. Rasa
gusar, pedih, cemas membuat semua beku terhimpit segala krisis
"sampai titik nadir" Dalam proses pembungkusan, terjadi interaksi, bagai
berkarya di atas karya. Mengikat, melipat, merajut. Sampai kapan

terdiam dan tetap terbungkus Entah menunggu negeri kita mulai berseri
(selasarsunaryo.com, 2004).
Lingkup Bidang Usaha
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, YSS diizinkan untuk menyelenggarakan
kegiatan atau menaungi lembaga yang bertujuan memajukan seni dan kebudayaan
Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini seluruh kegiatan untuk mencapai
maksud dan tujuan tersebut masih dilakukan oleh SSAS. Yayasan hanya dijadikan
label hukum saja, sedangkan kegiatan operasionalnya dapat dikatakan belum ada.
Hal ini menyebabkan YSS belum bisa mendanai kegiatan SSAS, sehingga SSAS
masih tergantung langsung dengan pendirinya (Sunaryo). Dalam hal ini semestinya
YSS yang menyokong kebutuhan SSAS lewat usaha-usaha pencarian dana yang
sifatnya independen. Padahal sebagai lembaga yang bergerak secara khusus dalam
bidang seni rupa, SSAS secara berkala menyelenggarakan kegiatan berupa
pameran seni rupa, pementasan seni pertunjukan, pembacaan puisi, pemutaran
film yang diikuti diskusi, seminar ataupun sarasehan yang bertujuan untuk mengkaji
dan melihat relevansi seni rupa dengan persoalan-persoalan kebudayaan secara
luas. Ditambah lagi SSAS juga menyelenggarakan program edukasi publik berupa
panduan tour dan program anak-anak.
Sampai saat ini pun fasilitas yang tersedia di SSAS sangat banyak sehingga
memerlukan biaya operasional yang tidak kecil. Berikut ialah fasilitas-fasilitas
tersebut (selasarsunaryo.com, 2004):
1. Ruang Pameran Utama, digunakan untuk menyimpan dan memajang karyakarya Sunaryo yang dipilih oleh Dewan Pertimbangan Kuratorial atas dasar
periodisasi dan nilai kesejahteraannya. Ruangan ini juga digunakan untuk
pameran-pameran berskala besar yang menampilkan seniman-seniman dari
Indonesia dan mancanegara. Ruang Pameran Temporer "Sayap" dan "Tengah"
digunakan untuk menyelenggarakan pameran-pameran yang menampilkan
karya-karya seniman muda Indonesia dan mancanegara. Selain itu, ruanganruangan ini juga digunakan untuk memajang koleksi permanent yang terdiri dari
karya-karya terpilih seniman Indonesia dan mancanegara.
2. Ruang Rupa Rungu, digunakan untuk pemutaran film, seminar dan diskusidiskusi seputar seni rupa dan kebudayaan,
3. Amphitheatre, merupakan sebuah panggung terbuka dengan kapasitas 300
orang penonton yang dirancang khusus untuk pementasan seni pertunjukkan,
pembacaan puisi, monolog maupun pementasan-pementasan seni budaya
lainnya.
4. Cinderamata Selasar, sebuah toko kecil yang menjual buku-buku dan jurnal
seni- budaya serta pernak-pernik cinderamata khas Selasar.
5. Kopi Selasar, teras terbuka yang disediakan bagi para pengunjung untuk
menikmati kopi dan makanan kecil sambil menyimak pemandangan bukit Dago
yang asri.
6. Rumah Bambu, rumah sederhana terbuat dari bambu yang digunakan untuk
menginap para seniman yang bekerja untuk program tertentu,serta tamu-tamu
khusus.
7. Bale Handap adalah salah satu ruang serba guna yang digunakan untuk ruang
diskusi dan lokakarya. Model bangunan ini terinspirasi dari bangunan tradisional
jawa dengan adanya teras terbuka. Bale Handap terletak terpisah dari bangunan
utama yaitu diantara rumah bambu dan level paling bawah.

Visi dan Misi


Impian dari pendiri saat mendirikan YSS ialah untuk memajukan seni dan
budaya Indonesia yang akhirnya dijadikan maksud dan tujuan yang tertulis dalam
akta pendiriannya. Selain itu, keinginan untuk regenerasi yang diharapkan dapat
melanjutkan segala kegiatan yang berlangsung saat ini.
Namun sebaliknya, SSAS yang berada dibawah naungan YSS telah mempunyai
visi dan misi sebagaimana berikut (selasarsunaryo.com, 2004):
1. Menjadi pusat pengkoleksian dan pengkajian karya-karya Sunaryo sebagai salah
satu tokoh seni rupa modern Indonesia.
2. Mendukung terselenggaranya mekanisme medan sosial seni rupa yang sehat dan
pengembangan infrastruktur yang ideal, positif serta berkesinambungan.
3. Menyelenggarakan program/ aktivitas yang bersifat edukatif dan bertujuan
mengkomunikasikan seni rupa sebagai disiplin yang otonom serta bidang-bidang
kebudayaan yang lain secara luas masyarakat Indonesia.
4. Menjadi wadah bagi akses informasi tentang seni rupa Indonesia dan
Internasional.
Struktur Organisasi
Sampai saat ini YSS dikelola oleh badan pengurus yang terdiri atas 3 orang,
yakni:
1. Ketua
: Sunaryo
2. Sekretaris : Adhi Ardianto
3. Bendahara : Heti Komalasari Sunaryo
Mengenai SSAS, struktur organisasi yang dimilikinya dapat digambarkan
seperti diagram berikut yang terdapat dalam Gambar 12.2.
Sumber Daya
Berdasarkan struktur organisasi yayasan saat ini, YSS hanya memiliki 3 orang
pengurus. Di pihak lain, SSAS sendiri memiliki 21 orang tenaga kerja yang
kompeten dalam bidangnya masing-masing untuk menunjang kegiatan operasional
yang ada.
Terdapat dua tipe struktur organisasi yang diterapkan SSAS, yaitu struktur
birokratik dan struktur adhocratic. Untuk operasional pengelolaan yang sifatnya
reguler, diterapkan struktur organisasi birokratik dengan mengacu pada konsep
hierarki dengan spesialisasi yang formal. Sedangkan untuk program yang bersifat
temporer, struktur organisasi yang digunakan ialah adhocratic yang lebih fleksibel.
Bahkan sering terjadi penambahan anggota organisasi yang sifatnya temporer dari
luar SSAS. Penyesuaian ini bisa meliputi pergantian tugas maupun peran dari
masing-masing organ, terkecuali untuk tugas yang memerlukan keahlian khusus
semacam kuratorial.

Yayasan Selasar Sunaryo

Kurator Pelaksana
Agung Hujatnika Jennong

Direktur
Sunaryo
Dewan Pertimbangan Kuratorial (01-02)
Jim Supangkat
Yuswadi Saliya
Saini KM
Asmudjo J
Rizki A. Zaelani
Bambang S

Wakil Direktur
Siswandi Djoko
Keuangan
Conny Rosmawati

Manager Program
Wisye G Batubara

Dokumentasi
Diah Handayani

Front Office
Wilma / Nadia

General Affair
Yanni Aman

Sekretariat
Wilma / Nadia

Unit Usaha
Yanni Aman

SDM
Yanni Aman

Keamanan
Glenn, Herman,
, Ipung

Rumah Tangga
Asmarudin, Ujang, Koko, Mail

Gambar 12-1 Struktur organisasi Selasar Sunaryo Art Space

Gambar 12-2 Profil SDM berdasarkan pendidikan

Gambar 12-3 Profil SDM berdasarkan usia

Sumber dana SSAS dalam mengadakan program-programnya berasal dari


dana pribadi Sunaryo sebagai pemilik. Selain dana pribadi Sunaryo, SSAS memiliki
unit pendukung seperti kafe dan toko cinderamata.
Tantangan Bisnis dan Permasalahan
Hingga saat ini, tantangan bisnis YSS diantaranya:
1. Belum memiliki strategi perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi yang
diemban.
2. Organ organisasi YSS masih belum lengkap sesuai dengan UU No.16 Tahun 2001.
3. Belum memiliki struktur organisasi yang optimal sesuai dengan strategi.
4. Perberdayaan sumber daya manusia yang masih minim.
5. Belum adanya job description yang tertulis untuk masing-masing posisi dalam
organ organisasi YSS.
6. Rencana regenerasi pengurus atau pegawai yang belum tersusun dengan baik
(belum adanya rencana regenerasi dalam organ YSS).
7. Pembiayaan masih tergantung pada Sunaryo.
8. Pemberdayaan YSS masih minim dalam pembiayaan SSAS dan unit bisnis
lainnya.
Sedangkan untuk SSAS sendiri, dalam kurun waktu satu-dua tahun terakhir
ini, SSAS nyaris telah menjadi sebuah dominasi dalam menghadirkan peristiwaperistiwa kesenian di Bandung. Tak hanya yang menampilkan karya-karya para
seniman Indonesia, melainkan juga seniman-seniman manca nagera. Demikian pula
dengan genre seni yang ditampilkannya. Tak hanya seni rupa, melainkan juga tari
hingga program-program workshop bagi anak-anak.
Kemapanan dan kemunculan SSAS menjadi menarik karena ia hadir di tengah
kelumpuhan galeri-galeri lain yang ada, karena itu wajar jika lantas ia naik daun.
Selain itu SSAS masih dianggap sebagai lembaga yang tertutup karena masih
membubuhkan nama seseorang. Akibatnya, seluruh kegiatannya menjadi tidak
bebas nilai, seluruh kegiatannya tidak lepas dari otoritas pemilik. Seluruh
aktivitasnya tidak akan lepas dari suatu kepentingan, karena itu Selasar sulit untuk
menjadi suatu lembaga yang netral.
Proses Bisnis
Mengenai bisnis utama SSAS sendiri fokus pada kegiatan yang bersifat non
profit-oriented sesuai dengan visi dan misi yang ada. Terdapat dua kategori
kegiatan yang masuk dalam bisnis utama ini, yakni:
1. Kegiatan yang bersifat reguler seperti pengelolaan galeri seni yang menampilkan
karya karya koleksi Sunaryo sebagai salah satu tokoh seni rupa modern
Indonesia. Galeri tersebut terbuka untuk umum serta membuka kesempatan bagi
masyarakat untuk melakukan pengkajian terhadap karya karya tersebut.
2. Kegiatan temporer yang penyelenggaraannya meliputi pameran tunggal seniman
lain, seminar, pameran karya seni, pekan sinema, konser musik, diskusi seni
rupa, pertunjukan seni peran, tarian, dan sebagainya.
Dilihat dari aspek pengelolaan lembaga, kegiatan yang bersifat reguler
dilaksanakan dengan menggunakan struktur organisasi birokratik yang mengacu
pada struktur organisasi yang bersifat baku, formal, dan hierarki. Dalam hal ini
struktur organisasi di SSAS sendiri. Sebaliknya, untuk kegiatan yang bersifat

temporer, SSAS mengadopsi struktur organisasi adhocratic yang mempunyai sifat


lebih fleksibel bahkan tidak menutup kemungkinan ada penambahan pihak luar
yang bersifat sementara juga.
Selain itu, SSAS memiliki beberapa unit bisnis yang bersifat profit-oriented
untuk menunjang kegiatan utama SSAS. Bisnis pendukung terletak pada kegiatan
Selasar yang bersifat profit-oriented guna menunjang pengelolaan SSAS. Unit bisnis
yang masuk kategori bisnis pendukung ini ialah:
1.
2.
3.

Kopi Selasar.
Cinderamata Selasar.
Penyewaan fasilitas SSAS.
Tugas:
Rancang Sistem Manajemen Kinerja Selasar Sunaryo tersebut yang menyangkut
Framework, definisi tiap variabel yang digunakan, keterkaitan antar variabel,
formula pengukuran variabel dan standar kinerja yang akan diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai