I.
II.
Proses
pembelajar
an
Dosen &
staf
Penerimaan
industri &
komunitas
Pengakuan
masyarakat
akademis
Kepuasan
mahasiswa
Aktivitas
riset
Mahasisw
a
Pemberdaya
an
masyarakat
Organisasi
pendukung
Fasilitas
Administrasi
Manajem
en
Sejarah Perusahaan
Yayasan Selasar Sunaryo (YSS) merupakan lembaga nirlaba yang menaungi
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Yayasan ini didirikan tanggal 3 Agustus 1998
di Bandung, di hadapan notaris Lien Tanudirdja, S.H. berdasarkan surat keputusan
Menteri Kehakiman tertanggal 4 Maret 1998 nomor J.A.7/3/25, dengan dihadiri
saksi:
1. Sunaryo selaku pendiri yayasan
2. Heti Komalasari Sunaryo
3. Adhi Ardianto
Jangka waktu berdiri tidak ditentukan lamanya dan dimulai sejak tanggal akta
pendirian yayasan disahkan. Yayasan ini memiliki maksud dan tujuan untuk
memajukan seni dan budaya Indonesia. Untuk itu, YSS berhak:
1. Mendirikan museum, galeri dan sekolahsekolah kesenian
kebudayaan.
2. Memberikan kursuskursus, seminar, dan ceramah kesenian
kebudayaan.
serta
serta
Berdasarkan hak tersebut, YSS mewadahi SSAS yang bergerak secara khusus
di bidang pengembangan dan pengkajian seni rupa modern dan kontemporer
sebagai dukungan terhadap praktek kebudayaan di Indonesia secara lebih luas.
SSAS yang dahulu dikenal dengan nama "Selasar Seni Sunaryo" dibangun
selama kurang lebih tiga tahun semenjak 1994, di atas tanah seluas 5000 meter
persegi, sebagai realisasi dari mimpi berkepanjangan Sunaryo untuk mewujudkan
sumbangannya terhadap perkembangan infrastruktur seni rupa di Indonesia.
Konsep utama "Selasar" dalam hal ini adalah menghubungkan seni dengan
kehidupan, menghubungkan karya seni dan pemirsanya sekaligus menghubungkan
satu budaya dengan budaya yang lain. Selasar sangat terbuka bagi publik yang
ingin menikmati, mengamati dan mengkaji karya-karya seni budaya yang terpilih
dan merepresentasikan dinamika perkembangan seni rupa di Indonesia dan
mancanegara.
Pembukaan Selasar Seni Sunaryo pada bulan September 1998 ditandai dengan
pameran tunggal Sunaryo bertajuk "Titik Nadir" yang sekaligus merupakan refleksi
sang seniman terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia yang saat itu carut marut
dan dinaungi keputusasaan: krisis ekonomi, reformasi bergulir, rejim Soeharto
tumbang dan rakyat dilanda kekurangan pangan. Alih-alih membuka sebuah
museum seni rupa yang telah dirancang dan dibangun dengan cucuran keringatnya,
ketika itu Sunaryo malah memutuskan untuk membungkus semua karya dan
beberapa bagian bangunan dengan kain hitam sebagai cerminan dari kondisi
kreativitasnya yang gamang, bahkan mencapai "titik yang terendah". Karya-karya
yang sedianya hendak dipamerkan dalam pembukaan tersebut dihadirkan sebagai
sebuah konfigurasi karya baru dengan reinterpretasi baru pula. Di salah satu sudut
pintu masuk, di atas kain hitam tertulis pernyataannya yang menyentuh:
Prahara negeri kita telah mendesak saya membungkus karya-karya ini.
Sejak awal 98, telah hilang daya untuk berkreasi seperti biasanya. Rasa
gusar, pedih, cemas membuat semua beku terhimpit segala krisis
"sampai titik nadir" Dalam proses pembungkusan, terjadi interaksi, bagai
berkarya di atas karya. Mengikat, melipat, merajut. Sampai kapan
terdiam dan tetap terbungkus Entah menunggu negeri kita mulai berseri
(selasarsunaryo.com, 2004).
Lingkup Bidang Usaha
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, YSS diizinkan untuk menyelenggarakan
kegiatan atau menaungi lembaga yang bertujuan memajukan seni dan kebudayaan
Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini seluruh kegiatan untuk mencapai
maksud dan tujuan tersebut masih dilakukan oleh SSAS. Yayasan hanya dijadikan
label hukum saja, sedangkan kegiatan operasionalnya dapat dikatakan belum ada.
Hal ini menyebabkan YSS belum bisa mendanai kegiatan SSAS, sehingga SSAS
masih tergantung langsung dengan pendirinya (Sunaryo). Dalam hal ini semestinya
YSS yang menyokong kebutuhan SSAS lewat usaha-usaha pencarian dana yang
sifatnya independen. Padahal sebagai lembaga yang bergerak secara khusus dalam
bidang seni rupa, SSAS secara berkala menyelenggarakan kegiatan berupa
pameran seni rupa, pementasan seni pertunjukan, pembacaan puisi, pemutaran
film yang diikuti diskusi, seminar ataupun sarasehan yang bertujuan untuk mengkaji
dan melihat relevansi seni rupa dengan persoalan-persoalan kebudayaan secara
luas. Ditambah lagi SSAS juga menyelenggarakan program edukasi publik berupa
panduan tour dan program anak-anak.
Sampai saat ini pun fasilitas yang tersedia di SSAS sangat banyak sehingga
memerlukan biaya operasional yang tidak kecil. Berikut ialah fasilitas-fasilitas
tersebut (selasarsunaryo.com, 2004):
1. Ruang Pameran Utama, digunakan untuk menyimpan dan memajang karyakarya Sunaryo yang dipilih oleh Dewan Pertimbangan Kuratorial atas dasar
periodisasi dan nilai kesejahteraannya. Ruangan ini juga digunakan untuk
pameran-pameran berskala besar yang menampilkan seniman-seniman dari
Indonesia dan mancanegara. Ruang Pameran Temporer "Sayap" dan "Tengah"
digunakan untuk menyelenggarakan pameran-pameran yang menampilkan
karya-karya seniman muda Indonesia dan mancanegara. Selain itu, ruanganruangan ini juga digunakan untuk memajang koleksi permanent yang terdiri dari
karya-karya terpilih seniman Indonesia dan mancanegara.
2. Ruang Rupa Rungu, digunakan untuk pemutaran film, seminar dan diskusidiskusi seputar seni rupa dan kebudayaan,
3. Amphitheatre, merupakan sebuah panggung terbuka dengan kapasitas 300
orang penonton yang dirancang khusus untuk pementasan seni pertunjukkan,
pembacaan puisi, monolog maupun pementasan-pementasan seni budaya
lainnya.
4. Cinderamata Selasar, sebuah toko kecil yang menjual buku-buku dan jurnal
seni- budaya serta pernak-pernik cinderamata khas Selasar.
5. Kopi Selasar, teras terbuka yang disediakan bagi para pengunjung untuk
menikmati kopi dan makanan kecil sambil menyimak pemandangan bukit Dago
yang asri.
6. Rumah Bambu, rumah sederhana terbuat dari bambu yang digunakan untuk
menginap para seniman yang bekerja untuk program tertentu,serta tamu-tamu
khusus.
7. Bale Handap adalah salah satu ruang serba guna yang digunakan untuk ruang
diskusi dan lokakarya. Model bangunan ini terinspirasi dari bangunan tradisional
jawa dengan adanya teras terbuka. Bale Handap terletak terpisah dari bangunan
utama yaitu diantara rumah bambu dan level paling bawah.
Kurator Pelaksana
Agung Hujatnika Jennong
Direktur
Sunaryo
Dewan Pertimbangan Kuratorial (01-02)
Jim Supangkat
Yuswadi Saliya
Saini KM
Asmudjo J
Rizki A. Zaelani
Bambang S
Wakil Direktur
Siswandi Djoko
Keuangan
Conny Rosmawati
Manager Program
Wisye G Batubara
Dokumentasi
Diah Handayani
Front Office
Wilma / Nadia
General Affair
Yanni Aman
Sekretariat
Wilma / Nadia
Unit Usaha
Yanni Aman
SDM
Yanni Aman
Keamanan
Glenn, Herman,
, Ipung
Rumah Tangga
Asmarudin, Ujang, Koko, Mail
Kopi Selasar.
Cinderamata Selasar.
Penyewaan fasilitas SSAS.
Tugas:
Rancang Sistem Manajemen Kinerja Selasar Sunaryo tersebut yang menyangkut
Framework, definisi tiap variabel yang digunakan, keterkaitan antar variabel,
formula pengukuran variabel dan standar kinerja yang akan diterapkan.