Anda di halaman 1dari 4

SAJAK JONGGRANG DI TELEVISI

Karya:Jimmy Maruli Alfian


Menjelang sarapan pagi
Kulihatwajah kekasih merupa batu di televisi
Matanya membeliak, menanti jawab sang pemahat
Alangkah garangnya roro jongrang
Apakah sudah terlalu lama ia menanti di bibir ranjang?
Persis pada bagian
Akhir gambar pariwara mentega dengan cekatan aku sodorkan beberapa
buah dunia
Bulan basah sepanjang daratan
Atau surat kawat yang menghantar utuh terus berdekapan
Hemari matahari tak lagi mengamit piggang
Seorang gadis dalam sebuah sandiwara
Kulihat sepi kalian mengecil pada kelopak matanya
Tercium angin berbagai rasa dengan bilah-bilah palma
dan garam cuaca melepaskan hujan
Atas sebuah persetubuhan
Maaf saluran tak dapat dipindahkan !
Tahun, 2002

ANTARA KANTOR BERITA DAN


WARNA
Karya: Jimmy Maruli Alfian
Ketika matahari jatuh pada lantai galih
Ayah mengganti televise berwarna dengan hitam putih
agar segala ihwal dapat diterima dengan jernih
Kalau tidak hitam, ya putih
Sambil menjelma hilter ayah berdalih
Tetapi,
Aku tek mau kehilagan rupa warna
Ideology bagaimana, took kosmetik dengan senyum dara
Berbuir-buir padi beranjak dewasa
Adalah komposisi sejati
Tempat aku bias luput dari aroma ketiak perempuan sendiri
Meski akhirnya warna Cuma memoar
Karena darah pada tubuh memar dan beberapa kelopak mawar
Dilayar televise terasa tawar

Tahun, 2002

GUBEUR TENIS
Karya: Jimmy Maruli Alfian
siapa yang tahu
kalau kita akan saling bunuh sewaktu-waktu
karena memang ada sisa peluru
yang siap tertarik oleh pelatuk masa lalu
dalam setiap kejadian
yang nampak hanyalah tubuhmu telanjang
merupa selembar daun coklat
tanggas karena angina begitu cepat
tetapi seperti kun fayakun yang selalu kita gandakan
di ujung gelisah
maka ada juga belati yang setiap pagi harus diasah
mungkin maut juga akan kerap mampir ke lobi hotel
menunggu kita yang sejak sore berdekap
dalam selimut warna pastel
terlebih lagi angin kemarau
selalu menggoyangkan dedaun merbau
maka kita tak pernah bias pulas
sebab ketakutan setiap malam jatuh deras
dan ada beberapa senjata yang sudah kita siapkan
selain radio dan televisi yang acap menawarkan kesangsian
kita tahu, Qabil yang mengajarkan ini semua
ketika ia resah mengeja senja pada album keluarga
tapi apakah benar kita tak takut untuk saling kehilangan
sementara tampak kejauhan
orang-orang di stasiun risau pada jam keberangkatan?
maka siapa yang tahu kita akan saling bunuh sewaktu-waktu
seperti kau hunjamkan duri mawar dari pelipisku saat pertama bertemu

Tahun, 2002

Anda mungkin juga menyukai