Anda di halaman 1dari 8

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PROTEIN DARI MAKROALGA COKLAT (Padina

australis) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTIKANKER

ABSTRAK
Telah dilakukan studi tentang bioaktivitas fraksi protein yang diisolasi dari alga coklat Padina
australis yang terdapat di pulau Lae-lae Makassar Sulawesi Selatan sebagai agen antikanker.
Protein diisolasi menggunakan Buffer Tris (hidroksimetil) aminometana pH 8,3. Fraksinasi protein
dari ekstrak kasar menggunakan metode salting out dengan penambahan Amonium sulfat pada
tingkat kejenuhan 0-20 %, 20-40 %, 40-60 %, dan 60-80 %. Pra pemurnian protein dilakukan
dengan cara dialisis menggunakan kantong selofan. Kadar protein ditentukan berdasarkan metode
Lowry dengan menggunakan BSA (Bovine Serum Albumin) sebagai standar. Uji aktivitas
antikanker menggunakan uji pendahuluan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi protein dari ekstrak kasar alga coklat Padina australis
yaitu 3,33 mg/mL. Konsentrasi tertinggi pada fraksi protein ditunjukkan oleh fraksi 40-60 %
sebesar 1,345 mg/mL. Hasil uji toksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) menunjukkan fraksi protein yang diperoleh memiliki nilai LC50 > 1000 g/mL. Fraksi
protein alga coklat Padina australis tidak memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai alternatif
agen antikanker.
Kata Kunci: antikanker, BSLT, fraksi protein, metode Lowry, Padina australis.

ABSTRACT
Abstract. A study have been conducted about bioactivity of protein fractions isolated from brown
algae Padina australis contained in Lae-Lae island, Makassar South Sulawesi as an anticancer
agent. Protein was isolated using Buffer Tris (hydroxymethyl) amino methane pH 8.3.
Fractionation of proteins from crude extract using the salting out method with the addition of
ammonium sulphate at a saturation rate of 0-20 %, 20-40 %, 40-60% and 60-80 %. Pre-purification
of protein was done by dialysis using cellophane bags. Concentration of protein determined by the
Lowry method using BSA (Bovine Serum Albumin) as a standard. Anticancer activity test using
preliminary test methods Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). The results showed that the protein
concentration of the crude extract of brown algae Padina australis is 3,33 mg/mL. The highest
concentration of protein fractions indicated by the 40-60 % fraction of 1,345 mg/mL. The results
from toxicity tests using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) showed the values from protein
fraction had LC50 values was >1000 g/mL. Protein fractions of the brown algae Padina australis
had not potential to be developed as an alternative anticancer agents.
Key words: anticancer, BSLT, Lowry method, Padina australis, protein fraction.

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
mempengaruhi
pola
hidup
masyarakat. Pola hidup masyarakat yang
tidak benar menyebabkan munculnya
berbagai macam penyakit degeneratif. Pola

makan masyarakat di daerah yang banyak


mengkonsumsi lemak, gula dan garam,
ternyata ditemukan menderita banyak
penyakit
degeneratif
dibandingkan
masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat, serat dan
vitamin.1
1

Kanker adalah penyebab utama


kematian di seluruh dunia, sekitar 13 %
kematian pada tahun 2008 disebabkan oleh
kanker. Kanker merupakan penyakit yang
ditandai dengan terjadinya pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan bersifat
ganas serta tidak terkendali. Kematian akibat
kanker di seluruh dunia diperkirakan akan
terus meningkat, dengan perkiraan 13,1 juta
kematian pada tahun 2030.2
Berbagai macam senyawa telah
dikembangkan untuk melawan kanker, akan
tetapi tak satupun jenis senyawa-senyawa
tersebut menghasilkan efek yang memuaskan
dan tanpa efek samping yang merugikan.3
Senyawa antikanker yang ideal
mempunyai sifat sebagai antioksidan,
antiproliferasi, menaikkan sistem perbaikan
DNA, menginduksi apoptosis pada sel
kanker, menghambat angiogenesis dan
menaikkan sistem imun. Ini berarti agen
antikanker yang ideal dapat beraksi pada
tahap pencegahan maupun pengobatan.4
Beberapa jenis alga dilaporkan
menunjukkan aktivitas sebagai antikanker.
Senyawa-senyawa yang telah berhasil
diisolasi dari alga sebagai antikanker antara
lain Kahalalide F dari alga Bryopsis, senyawa
peptida dari alga Chlorella vulgaris, karoten
dari
alga
Rhodymenia
pseudopalmata, Eucheuma serra agglutinin
(ESA) yang merupakan senyawa lektin dari
alga Eucheuma serra, fraksi protein dari alga
merah, Eucheuma spinosum serta Ekstrak
kasar Fucoidan yang diisolasi dari alga coklat
Sargassum polycystum.5-10
Telah banyak penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengisolasi
dan
mengidentifikasi protein aktif dari berbagai
golongan alga seperti alga merah, alga hijau
dan golongan alga coklat dari spesies
sargassum sp. yang menunjukkan potensinya
sebagai antikanker namun, sejauh ini belum
banyak data penelitian yang mengeksplorasi
senyawa bioaktif protein dari alga coklat,
khususnya alga coklat Padina australis
sebagai bahan baku obat antikanker, sehingga
dianggap perlu dilakukan eksplorasi yang
lebih luas terhadap potensi yang dimiliki oleh
alga coklat tersebut. Selain itu pada penelitian
ini diharapkan senyawa protein yang berhasil
diisolasi dari alga coklat Padina australis

menunjukkan adanya efek toksisitas yang


menandakan adanya protein yang aktif dan
dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.11,12
Salah satu contoh protein aktif yang
telah diketahui dapat dikembangkan sebagai
agen antikanker adalah parasporin dan RIP.
Alga coklat Padina australis Pada penelitian
ini diisolasi dan diidentifikasi protein bioaktif
yang berpotensi sebagai antikanker melalui
serangkaian proses ekstraksi, fraksinasi dan
pemurnian. Padina australis merupakan salah
satu genus alga yang banyak diteliti
kandungan dan aktivitas senyawa bioaktifnya.
Fraksi protein yang diperoleh diuji
toksisitasnya menggunakan metode BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test) terhadap larva
udang Artemia salina Leach.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari-Juni 2015 di Laboratorium Biokimia,
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Bahan Penelitian
Bahan
yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain alga cokelat Padina
australis, Buffer A (Tris (hidroksimetil)
aminometana 0,1 M pH 8,3; NaCl 2 M; CaCl2
0,01 M; -mercaptoetanol 1%, Triton X-100
0,5%), Buffer B (Tris (hidroksimetil)
aminometana 0,1 M pH 8,3; NaCl 0,2 M;
CaCl2 0,01 M), Buffer C (Tris (hidroksimetil)
aminometana 0,01 M pH 8,3; NaCl 0,2 M;
CaCl2 0,01 M), akuades, BSA (Bovine Serum
Albumin), Amonium sulfat, Lowry A (follin
clocalteus, Larutan asam phosphotungstatphosphomolybdat dengan akuades 1:1),
Lowry B (Na2CO3 2%; NaOH 0,1 N;
CuSO4.5H2O 1%, Natrium kalium tartrat 2%),
HCl 1 M, air laut, telur udang Artemia salina
Leach, Vinkristin, kantong selofan, kertas
saring Whatman no. 42, kain saring.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain neraca analitik, sentrifugen
Universal 320R, magnetik stirrer fisher, pisau,
blender, mikropipet (10-1000 L), lup, vial,
lampu pijar/neon 40-60 watt, Spektronik
2

20D+, botol semprot dan alat-alat gelas yang


umum digunakan di laboratorium.
Prosedur Penelitian
Preparasi Sampel
Isolasi protein bioaktif dari alga
menggunakan
prosedur
dari
metode
sebelumnya yang dimodifikasi sebagai
berikut: Alga yang telah diseleksi dipotong
kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 500 g
berat segar, kemudian dihaluskan dengan
blender menggunakan
1000 mL pelarut
Buffer A lalu disaring menggunakan kain
saring. Filtrat yang diperoleh dibeku/cairkan
sebanyak 2-3 kali dan disentrifugasi pada
6000 rpm, suhu 4 C selama 20 menit.13
Fraksinasi
Ekstrak
kasar
difraksinasi
menggunakan Amonium sulfat pada tingkat
kejenuhan 0-20%, 20-40%, 40-60% dan 6080%.
Dialisis
Endapan-endapan yang diperoleh
setelah fraksinasi dari masing-masing tingkat
kejenuhan amonium sulfat dilarutkan dalam
sejumlah Buffer B dan selanjutnya didialisis
dalam sejumlah Buffer C. Fraksi protein
tersebut dimasukkan ke dalam kantong
selofan dengan dipastikan bahwa kantong
selofan tidak bocor atau rusak. Selofan yang
telah diisi dengan fraksi protein dimasukkan
ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
Buffer C lalu diaduk dengan pengaduk
magnetik stirrer. Dialisis terus dilakukan
hingga larutan buffer tidak berwarna.
Penentuan Kadar Protein
Penentuan kadar protein setiap fraksi
menggunakan metode
Lowry dengan
menggunakan larutan standar bovine serum
albumin (BSA).14
Uji Toksisitas dengan Menggunakan
Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)
Penyiapan Larva Udang
Telur udang dimasukkan ke dalam
wadah yang berisi air laut untuk ditetaskan,
kemudian diaerasi di bawah cahaya lampu

pijar/neon 40-60 watt agar suhu penetasan


tetap terjaga pada kisaran 25-30 oC. Lampu
dinyalakan selama 48 jam, setelah telur
menetas diambil larva udang yang akan
diuji.15
Pelaksanaan Uji
Uji toksisitas menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)
menggunakan
prosedur
dari
metode
sebelumnya yang dimodifikasi.
Fraksi
protein dibuat dalam konsentrasi 1 g/mL, 10
g/mL, dan 100 g/mL, dimana setiap
konsentrasi ditempatkan dalam 3 vial.
Pengerjaan yang sama juga dilakukan pada
Buffer B tanpa sampel sebagai kontrol negatif
dan untuk Vinkristin sebagai kontrol positif
dan Ekstrak kasar Padina australis dibuat
dalam 6 konsentrasi, dimana setiap
konsentrasi ditempatkan dalam 6 vial
berbeda. Sebanyak 10 ekor larva udang
dimasukkan ke dalam senyawa uji dan
ditambahkan air laut hingga 5 mL, kemudian
disimpan di bawah pencahayaan selama 24
jam. Jumlah larva yang mati dan yang hidup
diamati dan dihitung serta ditentukan nilai
LC50 dengan menggunakan analisis Probit.
Adapun persentase kematian larva udang
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
Abbot:16,17
% Kematian larva
larva yang mati x 100 %
=
larva uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Protein dari Alga
Sampel makroalga coklat yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Pulau Lae-lae, Makassar, Sulawesi Selatan.
Alga coklat Padina australis dipotong-potong
kecil dan ditimbang sebanyak 500 g. Proses
lisis sel dilakukan dengan cara homogenisasi
dengan menggunakan blender dan dilarutkan
dengan Buffer A. Hal ini bertujuan untuk
memecahkan sel-sel dari alga sehingga
protein yang terdapat pada sel dapat larut
dalam Buffer A. Adanya kandungan Triton-X
100 0,5 % dalam Buffer A berfungsi untuk
membantu proses lisis sel secara kimia
dengan menegangkan plasma sehingga
dengan adanya gesekan fisik sel akan
3

terpecah. Proses beku-cair dilakukan untuk


menyempurnakan proses lisis sel. Dalam
keadaan beku, molekul air dipenuhi dengan
rongga sehingga volumenya akan meningkat,
sedangkan dalam keadaan cair, molekul air
akan merapat sehingga mengakibatkan
volumenya menurun. Dengan demikian air
yang membeku di dalam sel akan lebih
mudah memecahkan sel tersebut.
Pemisahan endapan dan supernatan
dilakukan melalui proses sentrifugasi.
Adapun prinsip dari sentrifugasi yaitu
memisahkan substansi berdasarkan berat jenis
molekul dengan cara memberikan gaya
sentrifugal sehingga substansi yang lebih
berat akan berada di dasar, sedangkan
substansi yang lebih ringan akan berada di
atas.18
Isolasi protein alga dilakukan pada
suhu rendah 0-4 C dengan menggunakan
Buffer A. Hal ini disebabkan karena protein
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Oleh karena itu, suhu dan pH larutan perlu
dijaga agar tidak merusak protein.
Pra pemurnian protein dilakukan
dengan
cara fraksinasi
menggunakan
Amonium sulfat dan selanjutnya didialisis
menggunakan membran selofan. Fraksinasi
bertujuan
untuk
memisahkan
protein
berdasarkan perbedaan kelarutannya di dalam
air. Proses fraksinasi protein dilakukan
dengan penambahan Amonium sulfat pada
tingkat kejenuhan 0-20 %, 20-40 %, 40-60 %
dan 60-80 %. Fraksinasi ini merupakan
fraksinasi bertingkat. Pengendapan protein
menggunakan prinsip salting out karena air
berikatan dengan garam Amonium sulfat.
Penambahan garam Amonium sulfat
dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi
menyebabkan berbeda pula jenis protein yang
mengendap.
Fraksinasi
menggunakan
Amonium sulfat menghasilkan protein dengan
kadar garam yang tinggi, oleh karena itu
garam-garam yang tersisa dalam proses
pengendapan dipisahkan dengan cara dialisis
di dalam larutan Buffer C menggunakan
membran semipermeabel (kantong selofan).
Metode dialisis merupakan metode yang
paling
popular
untuk
menghilangkan
molekul-molekul pengganggu, seperti garam
atau ion-ion lain yang berukuran kecil.
Proses dialisis dilakukan pada suhu 4 C

untuk mencegah terjadinya kerusakan protein


yang dimurnikan. Protein yang dihasilkan
dalam proses dialisis merupakan protein
murni yang bebas dari garam Amonium
sulfat.
Penentuan Kadar Protein
Penentuan kadar protein dilakukan
dengan menggunakan metode Lowry, yaitu
didasarkan pada reaksi protein dengan asam
fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana
alkalis akan memberikan warna biru dimana
intensitas dari warnanya bergantung pada
konsentrasi dari protein tersebut. Selanjutnya
pengukuran absorbansi dilakukan dengan
menggunakan Spektronik 20D+.
Berdasarkan pengukuran yang telah
dilakukan, konsentrasi protein dan total
protein dari alga cokelat Padina australis
pada ekstrak kasar dan fraksi protein pada
fraksinasi berbagai tingkat kejenuhan
Amonium sulfat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data hasil penentuan konsentrasi
protein dan total protein pada ekstrak kasar
dan fraksi protein pada berbagai tingkat
kejenuhan Amonium sulfat dari Alga cokelat
Padina australis
No

Fraksi
protein

Ekstrak
Kasar
0-20 %
20-40 %
40-60 %
60-80 %

2
3
4
5

Volume
setiap
fraksi
(mL)
390

Konsentrasi
Protein
(mg/mL)

5
5
5
5

0,935
0,275
1,345
0,765

3,33

Tabel
1
menunjukkan
bahwa
konsentrasi protein dari ekstrak kasar adalah
3,33 mg/mL, sedangkan konsentrasi untuk
fraksi protein diperoleh konsentrasi protein
tertinggi yaitu pada fraksi 40-60 % sebesar
1,345 mg/mL dan konsentrasi protein
terendah ditemukan pada fraksi 20-40 %
sebesar 0,275 mg/mL. Adanya perbedaan
konsentrasi pada setiap fraksi menunjukkan
bahwa berbeda pula jenis protein yang
mengendap. Beberapa protein memiliki
kelarutan yang berbeda di dalam air. Semakin
4

tinggi kelarutannya, maka semakin sedikit


protein yang mengendap, sebaliknya semakin
rendah kelarutannya maka semakin banyak
protein yang mengendap.18
Uji Aktivitas Antikanker metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penentuan nilai LC50 dilakukan untuk
mengetahui efek toksik dari fraksi protein
pada alga coklat Padina australis.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan
menghitung jumlah kematian larva udang,
selanjutnya ditentukan nilai LC50 dengan
menggunakan grafik probit-log konsentrasi.
Nilai LC50 menunjukkan besarnya konsentrasi
sampel yang dapat menyebabkan kematian
50 % hewan uji.
Perhitungan LC50 didasarkan pada
rumus Peluang yang didefinisikan sebagai
berikut:19
Y-5

P=1

3.

20-40%

>1000

4.

40-60%

>1000

5.

60-80%

>1000

6.

Vinkristin

1,01

Tidak
Toksik
Tidak
Toksik
Tidak
Toksik
Sangat
Toksik

Nilai LC50 yang diperoleh (Tabel 2)


menunjukkan bahwa ekstrak kasar bersifat
sangat toksik sedangkan fraksi Protein Padina
australis tidak toksik. Menurut Marliyana
dkk. (2012), suatu zat dikatakan aktif atau
bersifat toksik jika nilai LC50: < 1.000 g/mL
untuk suatu ekstrak dan < 30 g/mL untuk
suatu senyawa.

e-u2/2 du

Y adalah Probit dan P adalah Peluang, Logit


adalah bentuk lain dari mengubah data
binomial menjadi linearitas dan sangat mirip
dengan probit. Fungsi logit dengan
mengambil log dari logit (P) = log P / (1-P).19
Pengujian dilakukan pada larva udang
Artemia salina L. yang berumur 48 jam
adalah karena pada umur tersebut Artemia
salina L. mengalami pertumbuhan yang cepat
sehingga diasumsikan sebagai pertumbuhan
sel yang abnormal.
Hasil pengamatan kematian Artemia
salina L. setelah 24 jam pemberian ekstrak
kasar Padina australis terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Data hasil perhitungan nilai LC50
terhadap larva udang (Artemia
salina Leach) dari beberapa fraksi
protein Alga coklat Padina
australis dan Vinkristin
No.

Senyawa
uji

Nilai LC50
(g/mL)

Tingkat
Toksisitas

1.

Ekstrak
kasar

53

Sangat
Toksik

2.

0-20%

>1000

Tidak
Toksik

Gambar 1. Diagram nilai LC50 terhadap larva


udang (Artemia salina Leach)
dari beberapa fraksi protein Alga
coklat Padina australis dan
Vinkristin
Berdasarkan Gambar 1 fraksi protein
dari
Alga
coklat
Padina
australis
menunjukkan
nilai
LC50
sebesar
>1000 g/mL. Ekstrak kasar Alga coklat
Padina australis menunjukkan nilai toksisitas
yang sangat tinggi yaitu 53 g/mL.
Fraksi Protein yang diperoleh dan diuji
toksisitas terhadap Artemia salina L. tidak
menunjukkan adanya senyawa protein yang
aktif karena nilai toksisitasnya lebih besar
dari 1000 g/mL sehingga tidak memiliki
potensi sebagai antikanker. Sejauh ini belum
ditemukan adanya literatur yang membahas
mengenai adanya protein aktif yang
5

berpotensi sebagai antikanker pada alga


coklat Padina australis berbeda dengan
golongan alga lainnya seperti alga merah
Eucheuma spinosum yang menunjukkan
aktivitas tertinggi dalam uji antikanker fraksi
0-20% kejenuhan dengan nilai LC50 sebesar
55,62 g/mL dan nilai IC50 sebesar 53,80
g/mL. Fraksi protein 0-20% kejenuhan
cukup potensial untuk dikembangkan sebagai
alternatif agen antikanker20, pada penelitian
Isolasi dan Karakteristik protein bioaktif dari
Alga Merah Gelidium amansii dan Alga hijau
Turbinaria deccurens antikanker yang
dilaporkan oleh Indra Sari Maya (2011),
menunjukkan bahwa fraksi protein dari alga
Turbinaria decurrens memiliki respon
toksisitas terkuat terdapat pada fraksi protein
60-80 % dengan LC50 sebesar 141,25 g/mL
dan Untuk respon toksisitas Alga merah
Gelidium Amansii terdapat pada fraksi protein
20-40 % dengan nilai LC50 28,84 g/mL.21
Sejauh ini literatur yang diperoleh
hanya mengenai protein aktif dari bakteri
yang bersimbion dari alga coklat spesies
sargassum sp. memiliki aktivitas sebagai
antibakteri22. Ekstrak kasar alga coklat Padina
australis yang juga diuji toksisitas terhadap
Artemia salina L. diperoleh nilai LC50 sebesar
53 g/mL yang menunjukkan bahwa dalam
ekstrak kasar Padina australis terdapat
senyawa yang berpotensi sebagai antikanker
namun belum diketahui secara pasti senyawa
apa yang berpotensi sebagai antikanker pada
ekstrak kasar alga coklat Padina australis.
Rumput laut coklat secara umum
mengandung senyawa fukosantin. Fukosantin
merupakan senyawa golongan karotenoid
yang dapat menginduksi apoptosis pada sel
hidup.
Selain
karotenoid
terdapat
kemungkinan bahwa senyawa-senyawa dari
golongan steroid yang terdapat dalam rumput
laut coklat bertanggung jawab atas aktivitas
sitotoksiknya.23,24
KESIMPULAN
Kadar Protein yang diperoleh dari alga
coklat Padina australis untuk fraksi protein 020 %, fraksi protein 20-40 %, fraksi protein
40-60 % dan fraksi protein 60-80 % berturutturut adalah 0,935 g/mL; 0,275 g/mL;
1,345 g/mL dan 0,765 g/mL.

Nilai LC50 fraksi protein alga coklat


Padina australis 0-20 %, 20-40 %, 40-60 %
dan 60-80 % adalah >1000 g/mL (tidak
toksik) sangat berbeda dengan nilai LC50 yang
diperoleh pada ekstrak kasar yaitu sebesar
53 g/mL (toksik).
Tidak ada Fraksi protein yang berpotensi
sebagai antikanker.
SARAN
Adapun saran pada penelitian ini yaitu
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi
lebih lanjut terhadap ekstrak kasar Padina
australis untuk mendapatkan senyawa toksik
terhadap Artemia salina L. dan dilanjutkan
uji sitotoksisitasnya terhadap sel zigot
bulubabi atau sel biakan kanker lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1

Ardiansyah,
2007, Antioksidan
dan
Peranannya
Bagi
Kesehatan,
(Online),(https://islamicspace.wordpre
ss.com/2007/01/24/antioksidan-danperanannya-bagi-kesehatan/, diakses
15 Desember 2014).

World Health Organization, 2012, Cancer


(online),(http://www.who.int/mediacen
tre/factsheets/fs297/en/index.html,diak
ses 15 Desember 2014).

Sukardiman, R., Abdul, dan Fatma, P.N.,


2004, Uji
Praskrining
Aktivitas
Antikanker Ekstrak Eter dan Ekstrak
Metanol Marchantia planiloba Steph
Dengan Metode Uji Kematian Larva
Udang
dan
Profil Densitometri
Ekstrak Aktif, Majalah Farmasi
Airlangga, 4 (3), 97100.

Sudjadi
dan
Sismindari,
2011,
Perkembangan Ribosome-inactivating
Protein (RIP) sebagai Antikanker,
Traditional Medicine Journal, 16, 1-7.

Smit,

A. J., 2004, Medical and


Pharmaceutical Uses of Seaweed
Natural Product: A Review, Journal of
Applied Phycology, 16 (4), 245-262.

Sheih, C., Fang, T.J., Wu, T.K., and Lin,


P.H.,
2010,
Anticancer
and
Antioxidant Activities of the Peptide
Fraction from Algae Protein Waste, J.
Agric. Food Chem,58, 1202-1207.

Astutiningsih, C., Limantara, L., dan


Radjasa, O.K., 2010, Uji Mutagenik Karoten Alga Merah Rhodymenia
Pseudopalmata terhadap Mencit Jantan
Galur Balb/C yang Diinduksi 7,12Dimetilbenzen (A) Antrasen (DMBA),
Biosaintifika, 2 (1), 1-9.

Fukuda, Y., Sugahara, T., Ueno, M., Fukuta,


Y., Ochi, Y., Akiyama, K.,
Miyazaki,
T.,
Masuda,
S.,
Kawakubo, A., and Kato, K, 2008,
The anti-tumor effect of Euchema
serra agglutinin on colon cancer cells
in vitro and in vivo, Anti-Cancer
Drugs, 17 (8), 943-947.Atta-urRahman, Choudhary, M. I., and
Thomson, W. J., 2001, Bioassay
Technique for Drug Development,
Harword
Academic
Publisher,
Singapore. 8-9, 35.
Nurhajrah, 2013, Isolasi dan Identifikasi
Protein Bioaktif dari Alga Merah
Euchema spinosum, Jurnal tidak
diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas
MIPA,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi selatan.

10

11

12

Dawczynski, C., Schubert, R., and Jahreis,


G., 207, Amino Acids, Fatty Acids,
and Dietary Fibre In Edible Seaweed
Product, Food Chemistry, Friedrich
Schiller University of Jena, Instiute of
Nutrition, Dornburge Strase 24, D0743 Jena, Germany, 103 (8), 8991.

13

Dali, S., Natsir, H., Usman, H., dan Ahmad,


A., 2011, Bioaktivitas Antibakteri
Fraksi Protein Alga Merah Gelidium
amansii dari Perairan Cikoang
Kabupaten
Takalar,
Sulawesi
Selatan, Majalah Farmasi dan
Farmakologi, 15 (1): 47-52.

14

Lowry, O.H., Rosebrough, N.J., Farr, A.L.,


and Randall, R.J., 1951, Protein
Measurement with The Folin Phenol
Reagent, The Journal of Biological
Chemistry, 193, 265-275.

15

Juniarti, Osmeli, D. dan Yuhernita, 2009,


Kandungan Senyawa Kimia, Uji
Toksisitas (Brine Shrimp Lethality
Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl2-pikrilhydrazil) dari Ekstrak Daun
Saga (Abrus precatorius L.), Makara
Sains, 13 (1): 50-54.

16

Meyer, B.N., N.R. Ferigni, J.E Putnan, L.B.


Jacobsen,
D.E.
Nicholas,
J.L.
cLaughlin 1982, Brine Shrimp: A
Convenient General Bioasay for Active
Plant Constiuent. Departement of
Medical
Chemistry
and
Pharmakognocy, Schol of Pharmacy
and pharmacal science, and Cel
Culture Libratory, Perdue Cancer
Center, West lavayete, USA.

17

Faatih, M., 2009, Isolasi dan Digesti DNA


Kromosom, Jurnal Penelitian Sains
dan Teknologi, 10 (1): 61-67.

Ningrum, R.D.S., Hardoko, dan Bambang ,


B.S., 2013, Pengaruh Ekstrak Kasar
Fucoidan Alga Coklat Sargassum
polycystum terhadap Vibialitas Sel
hela, THPi Student Journal, 1 (1), 8392.
Ortiz, J., Romer, E., Robert, P., Aray, J.,
Lopez, J., Bonzo, C., Navret, E.,
Osori., A., dan ang Rios, A., 2006,
Dietary Fiber, Amino Acid, Faty Acid
and Tocpherol Contes of The Edible
Seaweds Ulva lactua and Durvilae
Antarctia,
Fod
Chemistry,
Santiago,Chile, 99, 98104.

18

Poedjiadji, A., dan Supriyanti, F.M.T.,


2005, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press,
Jakarta.

19

Finney, D. J.,
1952, Probit Analysis,
Cambridge, Cambridge University
Press, England.

20

Marliyana, S.D., Rakhman, F.W., Nesari,


H., dan Rakhmawati, R., 2012, Uji
Toksisitas Secara Brine Shrimp
Lethality Ekstrak Buah Merah
(Pandanus
Conoideus
Lamk.),
Alchemy Jurnal Penelitian Kimia, 8
(1), 24-33.

21

Maya, I.S., 2011, Isolasi dan Karakteristik


protein bioaktif dari Alga Merah
Gelidium amansii dan Alga hijau
Turbinaria
deccurens
sebagai
antibakteri dan antikanker, Skripsi
tidak diterbitkan, Jurusan Kimia,
Fakultas
MIPA,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar,
Sulawesi
Selatan.

22

Sartika, Ahmad, A., dan Natsir, H., Potensi


Antimikroba Fraksi Protein yang
Diisolasi dari Bakteri Simbion Alga
Coklat Sargassum sp Asal Perairan
Pulau Lae-Lae,
Jurusan Kimia
Fakultas
MIPA,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar,
Sulawesi
Selatan.

23

Nursid, M., Wikanta, T., dan Susilowati, R.,


2013,
Aktivitas
Antioksidan,
Sitotoksisitas,
dan
Kandungan
Fukosantin Ekstrak Rumput Laut
Coklat Dari Pantai Binuangeun,
Banten, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk
dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan, KKP, Jakarta.

24

Sheu, J.H., Wang, G.H., Sung, P.J., dan


Duh, CY., 1999, New cytotoxic
oxygenated fucosterols from the
brownalga Turbinaria conoides, J. Nat.
Prod,62 (2): 224227.

Anda mungkin juga menyukai