Anda di halaman 1dari 14

Nama

: Widia Puspita Sari

NIM

: 140601070

Tugas MK

: Analisis Laporan Keuangan

ANALISA LAPORAN KEUANGAN


Analisa laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan
perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah di capai
perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang .
HAKIKAT LAPORAN KEUANGAN
Dalam rangka memasukkan penelaahan berbgai macam data formal dan informal
yang relevan untuk tujuan analis spesifik yang memungkinkan manajer untuk menganalisis
kondisi dan usaha dan membantu dalam memahami pola arus dana yaitu dengan memahami
dan bisa menghitung laporan keungan . Karena laporan keungan adalah dasar dari analisis .
Laporan keuangan terdiri dari;
a) Neraca
Neraca juga disebut sebagai kondisi keuangan atau laporan posisi keuangan
yang harus seimbang karena aktiva total yang di investasikan pada suatu waktu,
menurut definsi tepat ,sama dengan kewajiban dan ekuitas pemilik yang mendukung
aktiva tersebut .
Kategori utama aktiva atau pengguna dana adalah :
1) Aktiva lancar yaitu pos-pos yang berputar di dalam kegiatan normal usaha untuk
periode waktu yang relatif pendek sepeti ;kas ,surat berharga ,piutang dan
persediaan
2) Aktiva tetap seperti ;tanah sumber daya mineral ,bangunan,mesin dan lainnya.
3) Aktiva lain lain seperti ;deposit ,paten dan berbagai aktiva tak berwujud seperti
goodwill.
Sumber dana utama adalah
1) Kewajiban lancar yaitu kewajiban kepada pemasok ,instansi pajak ,pekerja
,pemberi pinjaman untuk hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu satu
tahun
2) Kewajiban jangka panjang yaitu berbagai piranti yang harus di bayar setelah
satu tahun seperti hipotik dan obligasi .

3) Ekuitas pemilik,yang menyajikan dana yang di sumbangkan berbagai


golongan pemilikperusahaan dan juga berbagai akumulasi laba di tahan dalam
perusahaan

b) laporan operasi
Laporan operasi disebut juga perhitungan rugi laba (income statement),
laporan laba (earning statement,atau laporan rugi laba (profit and lost statement)
memuat pendapatan (revenue) dan harga pokok untuk periode tertentu serta beban
(expense)yang diperlukan termasuk penghapusan (yakni penyusutan dan amortisasi
berbagai aktiva ) dan pajak
c) Laporan arus dana
Laporan ini menyediakan dasar analisis dinamis yang berpusat pada
perubahan kondisi keuangan akibat keputusan yang di ambil dalam periode tertentu
.laporan ini di siapkan dengan membandingkan neraca awal dan akhir .laporan ini
mencerminkan keputusan menyangkut sumber dana dan pengguna dana yakni;
a. Komitmen dana untuk investasi dalam aktiva atau untuk membayar kembali
kewajiban.
b. Meningkatkan dana melalui pinjaman tambahan atau dengan mengurangi
investasi aktiva.
d) Laporan perubahan ekuitas pemilik
Laporan ini membahas tentang analisis perubahan utama perkiraan modal pemilik
atau kekayaan bersih selama suatu periode tertentu. Contoh termasuk TRW, membayar
deviden atas dasar triwulanan. Deviden biasanya di bayar tunai .

Tabel
Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin
Laporan Neraca
31 Desember 2011 AKTIVA

PASSIVA

Aktiva Lancar

7.850.000

Kewajiban

1.970.300

Kas

53.341.000

Penerimaan

1.970.300

Bank BRI

400.000

dimuka

200.000.000

Piutang SPP

61.591.000

Jumlah Kewajiban

18.000.000

Jumlah Aktiva

147.400.000

Ekuitas

22.048.000

Lancar

33.027.300

Modal Awal

240.048.000

Aktiva Tetap

180.427.300

Sumbangan-

242.018.300

Bangunan

242.018.300

donatur

Peralatan

Surplus/Defisit

Jumlah Aktiva

Tahun Berjalan

Tetap

Jumlah Modal

Total Aktiva

Total Passiva

Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.


Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta
& Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang,
pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated),
karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri
Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit
Pedagang Besar Farmasi berupa overstatedpersediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1
dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.

Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya


pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di
PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2
Khusus huruf m Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan
Mendasar, sebagai berikut:
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.

Sanksi dan Denda


Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
SA Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan
baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa)

harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun
buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi
dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku
2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan
adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran
peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT.
Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu
apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk


Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam
kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik

negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah
terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab
atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat dimark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam
laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan
dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan
keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku
pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut.
Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah

mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham
Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya
pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM
sebagai akuntan publik.
Dampak Terhadap Profesi Akuntan
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak
terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi
yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan
sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
PEMBAHASAN
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutanstakeholder mana
ditinjau dari segi kepentingan stakeholderadalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata
yang tidak mampu melakukanreview menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi

lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan
penggelembungan nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu
tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan
ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
denganstakeholder.
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja parastakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.

B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan


menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
C) Mengutamakan reputasi KAP HTM
Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas,
reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam
melakukan perbandingan.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM
dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
dengan stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan
para stakeholder HTM.

Tentang iklan-iklan ini


Cara Mengatasi/solus harus dapat dikontrol dan dijaga, sehingga tidak semakin berkembang
dan merugikan organisasi tersebut. Cara mengontrol dan menjaga agar tidak manipulasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. mengendalikan suasana kerja yang baik di lingkungan kerja, antara lain dengan
menanamkan etika kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja/pegawai.
2. menghilangkan kesempatan untuk melakukan manipulasi dengan cara sistem
pengawasan internal yang ketat,
Mengendalikan suasana kerja yang baik adalah merupakan tanggung jawab pimpinan
disertai kerja sama dengan anggota organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan
salah satu unsur yang harus diciptakan dan dipelihara agar timbul perilaku positif dan

kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerja, melalui
beberapa cara yaitu penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi,
kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan
penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran
aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif dan hubungan kerja yang baik dengan
instansi pemeritah terkait. Hal tersebut tercantum dalam PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Audit dengan tujuan tertentu adalah audit untuk pemeriksaan khusus meliputi audit
investigatif, audit mutu pengawasan internal, dan hal lain di luar bidang pengelolaan
keuangan negara. Dalam menangani permasalahan fraud maka audit investigatif digunakan
untuk membuktikan kebenaran indikasi terjadinya perbuatan kecurangan yang meruigkan
negara dan atau potensi negara. Dalam pelaksanaan pemeriksaan khusus investigatif maka
terungkaplah seluruh fakta dan proses terhadap indikasi fraud yang bertetnangan dengan
peraturan. Namun pengungkapan bukti menjadi kendala terutama jika perbuatan kecurangan
dilakukan secara melembaga, sehingga dibutuhkan cara pengungkapan fakta disertai bukti
yang cukup. Berbagai cara investigasi dilakukan antara lain dengan wawancara langsung
dengan auditi, pemeriksaan dokumen, masukan/input dari whistle blower (saksi pemberi
informasi), dan teknik interogasi yang tepat. Investigasi terhadap fraud dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut menemukan indikasi awal bahwa telah terjadi fraud, biasanya
identifikasi terhadap indikasi ini dilakukan oleh auditor yang telah berpengalaman, dengan
melihat gejala dan bukti-bukti awal. Kemudian dilakukan investigasi untuk membuktikan
prediksi dan hipotesis tersebut. Pedoman pelaksanaan pemeriksaan khusus, meliputi pula di
dalamnya mengenai audit investigasi, di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sendiri
sudah ditetapkan melalui PERMEN PU No. 8 tahun 2008.
Sedangkan audit atas laporan keuangan adalah audit yang bertujuan memberikan
opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum Pemberian opini didasarkan atas hasil pengelolaan aset negara serta
penggunaan keuangan negara yang baik dan sesuai kenyataan. Audit atas laporan keuangan
dapat menjadi input bagi proses audit investigatif, terutama dalam hal mengidentifikasikan
indikasi terjadinya fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak dan atau dilakukan secara
melembaga.

Hal yang membedakan antara pemeriksaan laporan keuangan biasa dengan sistem
akuntansi forensik ini adalah pada besarnya material yang mempengaruhinya. Umumnya
untuk audit laporan keuangan biasa, material yang berpengaruh adalah jenis pendapatan dan
pengeluaran yang bernominnal besar, sedangkan yang kecil kadang diabaikan dalam
penentuan indikasi kecurangan. Pada akuntansi forensik, indikasi kecurangan tidak
berdasarkan pada nominal transaksi yang besar, namun melihat pada jenis pendapatan dan
pengeluaran yang mencurigakan. Pemeriksaan akuntansi forensik tidak dapat dipisahkan dari
proses investigasi. Karena untuk mengungkap hal yang kecil namun mencurigakan menjadi
suatu alat bukti dibutuhkan usaha yang tidak mudah, sehingga proses audit laporan keuangan
akan disertai pula oleh proses penyelidikan terhadap hal tersebut.
Selain menggunakan sistem audit yang ada, penggunaan sistem informasi juga dapat
dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Penggunaan sistem informasi ini
membutuhkan pengetahuan statistik dan pengelolaan data sehingga kecenderungan terjadinya
fraud dapat diatasi. Sistem informasi ini merupakan jembatan penghubung antara pengalaman
dan pengetahuan terhadap audit dan fraud. Kurangnya pengalaman auditor dapat diatasi
dengan sistem informasi atau data base yang baik, selain peningkatan kompetensi melalui
pendidikan dan pelatihan.
Dengan adanya data historis yang cukup mengenai fraud maka diharapkan dapat
diketahui motivasi, kesempatan, objek, indikasi, metode dan konsekuensi kecurangan, atau
dengan kata lain didapatkan profil fraud/kecurangan yang kemungkinan dapat terjadi
kembali.
Contohnya dari data yang telah dikumpulkan maka didapatkan profil kecurangan
sebagai berikut motivasi kecurangan pegawai adalah memperkaya diri, kesempatan
kecurangan adalah melalui proses lelang, objek kecurangan yaitu paket pengadaan
barang/jasa, metode kecurangan adalah dengan pemecahan paket pengadaan agar proses
pengadaan dilakukan dengan penunjukan langsung atau pelelangan terbatas. Indikasi
kecurangan adalah adanya perubahan nilai dan kegiatan proyek. Sementara konsekuensi yang
diterima organisasi adalah ketidakpercayaan pihak penyedia jasa lain kepada panitia
pengadaan barang/jasa.
Dengan penggunaan data base maka proses deteksi pada kecurangan menjadi lebih
cepat. Proses deteksi kecurangan yang biasanya diawali dengan audit kinerja secara umum
kemudian baru ditemukan adanya indikasi kecurangan, berkembang lagi menjadi investigasi
dan terakhir menemukan bukti, kini prosesnya dapat lebih cepat, yaitu menemukan

kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi berdasarkan data base, untuk kemudian dievaluasi apakah kemungkinan tersebut terjadi atau tidak pada kegiatan yang di-audit.
Penggunaan sistem informasi hanya merupakan cara deteksi awal, untuk kemudian
proses investigasi dilakukan sesuai teknik audit investigasi.
CARA MENGATASI /SOLUSINYA
. Cara mengatasi nya terbagi atas 3 tindakan yaitu tindakan preventif, tindakan deteksi
dan tindakan investigasi. Tindakan preventif merupakan tanggung jawab bersama antara
manajemen puncak dengan stafnya, untuk menciptakan dan mengembangkan budaya kerja
yang beretika dan lingkungan kerja yang baik. Tindakan deteksi adalah cara mengidentifikasi
kecurangan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam deteksi atas fraud dibagi atas metode
konvensional dan metode sistem informasi. Metode konvensional adalah dengan cara
menemukan indikasi setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terlebih dahulu.
Salah satu cara menemukan indikasi kecurangan, terutama yang dilakukan secara lembaga,
adalah dengan menggunakan sistem Akuntansi forensik, yaitu dengan cara memeriksa
transaksi yang mencurigakan pdaa laporan keuangan, baik nominal yang besar maupun yang
kecil. Sementara metode sistem informasi adalah dengan cara melakukan perbandingan profil
kecurangan yang dapat terjadi, meliputi motivasi, kesempatan, objek fraud, metode fraud,
indikasi fraud dan konsekuensi yang diterima organisasi. Tindakan investigasi adalah proses
penyelidikan sehingga didapatkan pembuktian yang cukup. Tindakan-tindakan pengawasan
tersebut adalah cara untuk mengatasi kecurangan sehingga kehilangan keuangan negara dapat
terus ditekan dan pada akhirnya tercapai tujuan untuk menghilangkan kebocoran dan
kerugian negara.

Referensi :
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan Pemerintah RI No. 60 tahun 2008, 2008
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, Permen PAN No. PER/05/M.PAN/03/2008, 2008
Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Khusus di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, Permen PU
No.08/PRT/M/2008, 2008
Forensic Accounting: Public Acceptance towards Occurrence of Fraud Detection, Adrian Nicholas Koh,
Lawrence Arokiasamy, Cristal Lee Ah Suat, KBU International College, Malaysia, 2009
Forensic accounting fundamentals: introduction to investigations, Robert Cockerall, Ernst & Young, 2007

New Frontiers: Training Forensic Accountants Within The Accounting Program, Vinita Ramaswamy,
University of St. Thomas, Houston, 2007
Strategic Fraud Detection: A Technology-Based Model, Conan C. Albrecht, W. Steve Albrecht
Analisa laporan keuangan;edisi ketujuh erlangga .A.helfert,.d.b.a

Anda mungkin juga menyukai