Anda di halaman 1dari 8

DEFINISI

Pembagian bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah diberikan
di sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada pemfaktoran prima,
faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan keterbagian oleh
bilangan tertentu (misalnya keterbagian oleh 2,3, atau 9). Untuk memberikan dasar atau landasan
yang lebih kuat kepada guru matematika di sekolah, maka mereka perlu belajar lebih mendalam
tentang konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian (divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga
konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan didalam sebagian besar uraian atau
penjelasan matematis tentang pembuktian teorema. Keadaan inilah yang memberikan gagasan
tentang perlunya definisi keterbagian. Keterbagian atau divisibility adalah sudut pandang
matematika yang mempelajari suatu bilangan yang habis oleh bilangan lain.
II.
SIFAT-SIFAT KETERBAGIAN
Teorema 1
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan ab dan bc maka ac.
Bukti
ab dan bc maka menurut Definisi, terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga c =
bn = (am)n = a(mn). Jadi, c = a(mn). Untuk suatu mn = p anggota bilangan Bulat maka c = ap
Akibatnya menurut Definisi, ac.
Teorema 2
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan ca dan cb maka c(am+bm). untuk suatu m,n
anggota bilangan bulat.
Bukti
ca dan cb maka terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian sehingga a =cx dan b =cy
Sehingga, am = c(xm) dan bn =c(yn). untuk suatu xm = p dan (yn)=q, Maka:
am + bn = c(p+q). Akibatnya,c(am+bn).
Teorema 3 (Buchmann, 2002: 3)
a.
Jika ab dan b 0 maka |a| |b|.
b.
Jika ab dan ba maka |a| = |b|.
Bukti
a.
Jika ab dan b 0 maka menurut Definisi, terdapat m 0
sedemikian sehingga b = am.
Karena b = am maka |b| = |am| |a| sehingga, |a| |b|.
b.
Andaikan ab dan ba. Jika a = 0 maka b = 0 dan jika a 0 maka b 0.
Selanjutnya,
Jika a 0 dan b 0 maka sesuai dengan Teorema 3a, |a| |b| dan |b| |a| sehingga |a| = |b|.
III.
CONTOH KETERBAGIAN
Untuk menguji suatu bilangan bulat dapat dibagi (habis dibagi) atau tidak dapat dibagi
oleh bilangan bulat lain kita dapat menggunakan kalkulator atau dengan metode pembagian cara
panjang. Meskipun demikian, kita akan menggungkap cara lain untuk menguji keterbagian
beberapa bilangan bulat. Sebagai contoh, kita akan menentukan apakah 1734 habis dibagi oleh
17. Untuk keperluan ini, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1734 = 1700 + 34

Karena 171700 dan 1734, menurut sifat keterbagian, 17(1700 + 34), atau 171734.
Dengan cara yang sama, kita dapat menentukan bahwa 171735.
Untuk menentukan apakah suatu bilangan bulat n dapat dibagi (habis dibagi) oleh bilangan bulat
lain d, kita pertimbangkan bahwa n sebagai jumlah atau selisih dua bilangan-bilangan bulat di
mana d paling sedikit dapat membagi satu dari bilangan-bilangan bulat itu. Sebagai contoh,
tentukan apakah 358 habis dibagi oleh 2. Jelas sekali bahwa 358 dapat dibagi oleh 2 karena 358
adalah bilangan genap. Hal ini karena digit satuannya 2. Selanjutnya perhatikan yang berikut ini:
358 = 350 + 8 = 35(10) + 8
Kita mengetahui bahwa 210 sehingga 235(10), dan 28 yang mengakibatkan 2(35(10) +
8). Karena 2 membagi sebarang bilangan berkelipatan 10, untuk menentukan apakah suatu
bilangan dapat dibagi oleh 2 cukup dengan memperhatikan apakah digit satuannya dapat dibagi
oleh 2. Jika digit satuannya tidak dapat dibagi oleh 2 maka bilangan itu tidak dapat dibagi oleh 2.
Kita dapat mengembangkan uji serupa ini untuk keterbagian oleh 5 dan 10. Secara umum, kita
mempunyai aturan-aturan keterbagian sebagai berikut:
Uji keterbagian oleh 2.
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 2 jika dan hanya jika digit satuannya dapat dibagi oleh 2.
Uji keterbagian oleh 5.
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 5 jika dan hanya jika digit satuannya dapat dibagi oleh 5.
Hal ini berarti bahwa digit satuannya adalah 0 atau 5.
Uji keterbagian oleh 10. Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 10 jika dan hanya jika digit
satuannya dapat dibagi oleh 10. Hal ini berarti bahwa digit satuannya adalah 0.
Selanjutnya kita akan memperhatikan aturan keterbagian oleh 4 dan 8. Kita tahu bahwa 410
dan 810 sehingga tidak tepat jika kita digit satuan untuk keterbagian oleh 4 dan 8. Tetapi 4 atau
22 dapat membagi 102, dan 8 atau 23 dapat membagi 103. Pertama kita akan mengembangkan
suatu aturan keterbagian oleh 4. Perhatikan empat digit bilangan n sebarang, sedemikian
sehingga n = a.103 + b.102 + c.10 + d. Kita tahu bahwa 4102 karena 102 = 4 . 25 dan akibatnya
4103. Karena 4102, 4b.102 dan 4a.103. Akhirnya, 4b.102 dan 4a.103 memberikan implikasi
4(a.103 + b.102). Sekarang, keterbagian n = a.103 + b.102 + c.10 + d oleh 4 tergantung pada
keterbagian (c.10 + d) oleh 4. (c.10 + d) merupakan bilangan yang ditampilkan oleh dua digit
terakhir pada bilangan bulat n yang diberikan. Kita rangkum hal ini di dalam uji berikut ini.
Uji keterbagian oleh 4
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 4 jika dan hanya jika dua digit terakhirnya menyatakan
bilangan yang dapat dibagi oleh 4. Untuk menyelidiki suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 8,
kita telah mengetahui bahwa pangkat terkecil dari 10 yang dapat dibagi oleh 8 adalah 10. Karena
10 = 8 . 125. Akibatnya, untuk setiap bilangan bulat n dan n 3, 10n juga dapat dibagi oleh 8.
Uji keterbagian oleh 8.
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 8 jika dan hanya jika tiga digit terakhirnya menyatakan
bilangan yang dapat dibagi oleh 8. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan uji
keterbagian oleh 2, uji keterbagian oleh 4, dan uji keterbagian oleh 8.
Contoh1.

a. Tentukan apakah 97128 dapat dibagi oleh 2, 4, dan 8.


b. Tentukan apakah 83026 dapat dibagi oleh 2, 4, dan 8.
Jawab.
a.
2 | 97128 karena 2 | 8
4 | 97128 karena 4 | 28
8 | 97128 karena 8 | 128
b.
2 | 83026 karena 2 | 6
4 | 83026 karena 4 | 26
883026 karena 4026.
Selanjutnya, kita perhatikan keterbagian suatu bilangan bulat oleh 3. Tidak ada pangkat dari 10
yang dapat dibagi oleh 3, tetapi bilangan-bilangan 9, 99, 999, dan yang sejenisnya adalah dekat
dengan bilangan pangkat ari 10 dan dapat dibagi oleh 3. Kita tulis kembali bilangan-bilangan
yang menggunakan 999, 99, dan 9 sebagai berikut:
5721 = 5 . 103 + 7 . 102 + 2 . 10 + 1 = 5(999 + 1) + 7(99 +1) + 2(9 + 1) + 1
= 5 . 999 + 5 . 1 + 7 . 999 + 7 . 1 + 2 . 9 + 2 . 1 + 1
= (5 . 999 + 7 . 99 + 2 . 9) + ( 5 + 7 + 2 + 1)
Jumlah dari bilangan-bilangan yang ada dalam kurung pertama dapat dibagi oleh 3. Jadi
keterbagian 5721 oleh 3 tergantung pada jumlah bilangan-bilangan yang ada di dalam kurung ke
dua. Di dalam kasus ini, 5 + 7 + 2 + 1 = 15 dan 3 15. Jadi 3 5721. Dengan demikian, untuk
memeriksa apakah 5721 dapat dibagi oleh 3, kita cukup memeriksa apakah 5 + 7 + 2 + 1 dapat
dibagi oleh 3. Contoh ini membawa kita pada uji keterbagian oleh 3 sebagai berikut.
Uji keterbagian oleh 3
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 3 jika dan hanya jika jumlah digit-digitnya merupakan
bilangan yang dapat dibagi oleh 3.
Kita dapat menggunakan argumen yang serupa untuk digunakan membuktikan keterbagian suatu
bilangan bulat oleh 3, khususnya bilangan bulat bilangan bulat yang mempunyai 4 digit, n = a .
103 + b . 102 + c . 10 + d.
Karena a . 999 + b . 99 + c . 9 + d dekat ke n dan dapat dibagi oleh 3, kita peroleh sebagai
berikut:
a . 103 + b . 102 + c . 10 + d = a . 1000 + b . 100 + c . 10 + d
= a(999 + 1) + b(99 + 1) + c(9 + 1) + d
= (a . 999 + b . 99 + c . 9) + (a . 1 + b . 1 + c . 1)
= (a . 999 + b . 99 + c . 9) + (a + b + c)
Karena 3 | 999, 3 | 99, dan 3 | 9, 3 | (a . 999 + b . 99 + c . 9).
Jika 3 (a + b + c) maka 3 ((a . 999 + b . 99 + c . 9) + (a + b + c)). Hal ini berarti 3 n. Di lain
pihak, jika 3(a + b + c) maka 3((a . 999 + b . 99 + c . 9) + (a + b + c)). Hal ini berarti 3n.
Karena 9 | 9, 9 | 99, 9 | 999, dan seterusnya dengan uji yang serupa dengan uji keterbagian suatu
bilangan bulat oleh 3, kita dapat menentukan keterbagian suatu bilangan bulat oleh 9 Uji
keterbagian oleh 9 Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 9 jika dan hanya jika jumlah dari digitdigitnya merupakan bilangan yang dapat dibagi oleh 9.
Contoh 2.

a. Tentukan apakah 1002 dapat dibagi oleh 3 dan dapat dibagi oleh 9.
b. Tentukan apakah 14238 dapat dibagi oleh 3 dan dapat dibagi oleh 9.
Jawab.
a. Karena 1 + 0 + 0 + 2 = 3 dan 3 | 3, akibatnya 3 | 1002.
Karena 93, akibatnya 91002.
b. Karena 1 + 4 + 2 + 3 + 8 = 18 dan 3 | 18, akibatnya 3 | 14238.
Karena 9 | 18, akibatnya 9 | 14238.
Selanjutnya akan kita perhatikan uji keterbagian suatu bilangan bulat oleh 7, oleh 11, dan oleh 6,
yaitu sebagai berikut:
Uji keterbagian oleh 7
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 7 jika dan hanya jika bilangan yang dinyatakan tanpa digit
satuannya dikurangi dua kali unit satuan asalnya, dapat dibagi oleh 7.
Uji keterbagian oleh 11
Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 11 jika dan hanya jika jumlah digit-digit yang berada pada
pangkat genap dari 10 dikurangi jimlah digit-digit yang berada pada pangkat ganjil dari 10, dapat
dibagi oleh 11.
Uji keterbagian oleh 6 Suatu bilangan bulat dapat dibagi oleh 6 jika dan hanya jika bilangan itu
dapat dibagi oleh 2 dan 3.
Contoh 3.
a. Tentukan apakah 8471986 dapat dibagi oleh 11.
b. Tentukan apakah 462 dapat dibagi oleh: (i) 7, (ii)11, dan (iii) 6.
c. Tentukan apakah 875 dapat dibagi oleh: (i) 7, (ii)11, dan (iii) 6.
Jawab.
(6 + 9 + 7 + 8) (8 + 1 + 4) = 17
Karena 1117, kita simpulkan 118471986
b. (i)
46 2 . 2 = 42 dan 7 | 42
Jadi, 7 | 462
(ii)
(2 + 4) 6 = 0 dan 11 | 0
Jadi, 11 | 462
(iii)
2 | 462 dan 3 | 462
Jadi 6 | 462
c. (i)
87 2 . 5 = 77 dan 7 | 77
Jadi 7 | 875
(ii)
(5 + 8) 7 = 6 dan 11 6
Jadi, 11875
(iii)
2875 karena 875 bilangan ganjil
Jadi 6875
a.

Teorema Keterbagian
Definisi 2.1
Suatu bilangan bulat x dikatakan habis dibagi oleh suatu bilangan bulat y 0, jika terdapat satu
bilangan bulat p sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi maka y dikatakan membagi x
dan dinotasikan dengan y x yang dapat diartikan sebagai y adalah faktor (pembagi) x, atau x
adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi x dinotasikan dengan y x.
Contoh :
1) 3 12, sebab ada bilangan bulat 4 sedemikian sehingga 12 = (4) 3.
2) 3 -30, sebab ada bilangan bulat -10 sedemikian sehingga 30 = (-10)3.
3) 6 42, karena ada bilangan bulat 7 sedemikian sehingga 42 = (7)-6
4) 5 -25, karena ada bilangan bulat 5 sedemikian sehingga 25 = (5)-5
5) 3 5 karena tidak ada bilangan bulat x sedemikian sehingga 5 = (x) 3
6) 4 9 karena tidak ada bilangan bulat y sedemikian sehingga 9 = (y) 4
7) 2 11 karena tidak ada bilangan bulat z sedemikian sehingga 11 = (z)-2.
8) 7 7 karena ada bilangan bulat 1 sedemikian sehingga 7 = (1) 7.
Jika y x dan 0 < y < x, maka y disebut pembagi murni dari x. Notas ak x tetapi ak+1 x.
Berdasarkan definisi 1 diatas selanjutnya pembagian dalam Z dapat dilakukan tanpa memperluas
Z menjadi Q. Kemudian jika x,y

Z dan yx = 0, maka x= 0 atau y = 0 dan dikatakan bahwa

Z tidak mempunyai pembagi nol. Akibatnya dengan sifat ini dapat dilakukan suatu penghapusan
(Kanselasi).
Jika x,y

Z dan 5x = 5y, maka 5x 5y = 0

5(x-y) = 0, diperoleh 5 = 0 atau x-y = 0, x = y


Jadi persamaan 5x = 5y menjadi x = y tidak diperoleh dengan perkalian 1/5 , karena 1/5
bukan bilangan bulat.
Untuk selanjutnya pernyataan y x sudah dianggap bahwa y 0. Sehingga dari definisi 2.1
dapat ditentukan bahwa:
1)

1 x, untuk setiap x

Z, karena ada p

Z sedemikian sehingga x = (p)1, sehingga 1

3, 16, 1 11, 1 -21, 1 16, 1 -10, semuanya bernilai benar.


2)

y 0, untuk setiap y

Z dan y 0 karena ada 0

Z sehingga 0 =(y)0, sehingga 3

0, 10, -1 0, 12 0, -191 0, 4 0, semuanya bernilai benar.

3)

x x untuk setiap x

Z dan x 0, karena ada 0

pernyataan-pernyataan 22, -2-2, 4242, 1212,

Z, sehingga x = (1)x, sehingga

-20-20, 2121, semuanya bernilai benar.

Jika y x, maka kemungkinan hubungan antara y dan x adalah y < x, y = x, y>x. Misalnya 2 2
dengan 2 = 2, 2 4 dengan 2 < 4, dan 2 -4 dengan 2 > -4.
Dalil 2.1
Jika a,b,c

Z maka berlaku:

1) a b a bc, untuk setiap c

Z.

2) (a b, b c) a c.
3) (a b, b a) a = b.
4) (a b, a c) a (b c).
5) (a b, a c) a (ax + by) untuk setiap x,y

Z Untuk selanjutnya ax + by disebut

kombinasi linear dari b dan c


6) ( a>0, b > 0 dan a b) a b.
7) a b ma mb untuk setiap m

Z dan m 0

8) ( ab dan a b+c ) a c.
Pernyataan-pernyataan pada dalil 2.1 di atas dapat dibuktikan sebagai berikut:
1. Karena diketahui a b , maka menurut definisi 1 ada suatu bilangan bulat p sedemikian sehingga
b = (p)a. b = pa berarti bc = (pa)c. Hal ini berarti terdapat bilangan bulat q = pc sedemikian
sehingga bc = qa.
Jadi a bc.
2. a b b = pa, untuk suatu p

b c c = qb, untuk suatu q

Z.

( b = pa, c = qb) c = q(pa) atau c = (qp)a. atau c = wa, untuk suatu w


3. a b b = pa, untuk suatu p

b a a = qb, untuk suatu q

Z.

Z. Jadi a c.

( b = pa, a = qb) a = q(pa) atau a = (qp)a. Karena a b, berarati a 0, sehingga a = (qp)a atau
a(1-qp) = 0 dan dapat disederhanakan menjadi a=0 atau qp = 1. qp = 1 ( q = 1 dan p =1) atau (
p = -1 dan q = -1)
p = q = 1 maka a = pb = b ....(1)
p = q = -1, maka a = pb = -b ...(2)
Dari (1) dan (2) didapat a = b
1. a b b = pa, untuk suatu p

a c c = qa, untuk suatu q

Z.

( b = pa, c = qa) b c = pa qa atau b c = a ( p q) b c = at dengan t

Z. Jadi a b

c.
2. a b b = pa, untuk suatu p

a c c = qa, untuk suatu q

Z.

bx + cy = ( pa)x + (qa)y
bx + cy = a (px+qy) dengan (px + qy)

Z.

Jadi a (bx+cy).
3. a b b = pa, untuk suatu p

karena a > 0, b > 0 dan b = pa maka p > 0. karena p

Z maka p bukan suatu pecahan.

Sehingga nilai kemungkinan x adalah 1,2,3, ..., yaitu : x = 1 atau x >1 b = pa dan p =1 b = a
atau a = b b = pa dan p > 1 b > a atau a < b. a = b atau a < b a = b
4. (a) a b b = pa, untuk suatu p

Z mb = map mb = (ma)p ma mb

(b) ma mb mb = (ma)p untuk suatu p

Z ma mb

mb = m (ap) dan m 0 b = ap a b
b c c = q b, untuk suatu q
Z.
a b b = pa, untuk suatu p

a b + c b + c = qa, untuk suatu q

Z.

b + c = qa c = qa b.
c = qa b dan b = pa c = qa - pa atau c = a( q-p)
c = a ( q-p) dengan (q-p)

Z a c.

Anda mungkin juga menyukai