Anda di halaman 1dari 8

Jurnal

Infrastruktur dan Lingkungan Binaan


Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

Teknik Kelautan

Studi Karakteristik Parameter Kuat Geser Tanah Lempung


Pasir Honje Tol Cipularang, Jawabarat
Abdul Fatal1, Ilyas Suratman2, Syarifuddin Nasution3
ABSTRAK
Studi ini menyajikan karakteristik kuat geser hasil penyelidikan laboratorium pada ruas jalan Tol Cipularang Km
91-92 tepatnya daerah Pasir Honje Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Di laboratorium dari klasifikasi menunjukkan
bahwa tanah dasar asli merupakan tanah lempung dengan plastisitas tinggi - CH dan A-7-5 berdasarkan sistem
klasifikasi tanah USCS dan AASHTO. Contoh tanah untuk pengujian laboratorium diambil dari lokasi penelitian
untuk berbagai kedalaman dan untuk kedalaman yang sama diambil pada beberapa titik yang berbeda dengan maksud
untuk mengetahui sifat-sifat dan parameter tanah lebih akurat dan dapat dianggap mewakili tanah di lokasi penelitian
secara keseluruhan.
Pengolahan data untuk kuat geser berbagai macam penyelidikan diolah secara random dan dibagi dengan sistem
zonasi yang menjadi 3 zonasi sesuai dengan elevasi. Pembagian zonasi dan elevasi dilakukan untuk dapat
membandingkan nilai kuat geser dari kedua metode yang berbeda, akan tetapi cara pengolahan data dengan cara yang
sama.
Dari hasil perhitungan statistik nilai kuat geser untuk zona 1, zona 2 dan zona 3 hasilnya sama. Namun indikasi
karakteristiknya pada zona 2 adalah sudut geser dalam tanahnya menurun jika tingkat indeks plastisitasnya meningkat.
Dengan perkataan lain terjadi degradasi kekuatan geser, jika kondisi plastisitasnya meningkat atau ada faktor
ketergangguan.
Kata kunci : karakteristik, parameter kuat geser, tanah lempung, Pasir Honje, Tol Cipularang.

ABSTRACT
This study presents a laboratory experiment on Tolroad Cipularang Km 91 92 at Pasir Honye, Purwakarta, West
Java. Soil test was conducted for soil classification, which is then classifield the soil as CH and A-7-5 based on USCS
and AASHTO soil classification system. Soil sample for laboratory test was obtained from research site with variety of
depth and same depth but different spots with the purpose of finding out a more accurate soil parameter and represent
the entire research site.
The data processing for shear force from variety of sources was conducted randomly and divided according to zone
system, which comprised 3 zones based on elevation. The division of zones and elevation was done to compare shear
force value of two different methods, with the same data processing method.
This analysis reveals that the soil strength on zone 1, zone 2 and 3 have almost the same value. But the characteristic
relationship between angle friction vs Plasticity Index indicates that the strength decreases as the PI increases. This
leads to the conclusion assumed that the strength is degraded due to plasticity increased or in other words if
disturbance exist.
Keywords : characteristic, day, shear strength, Pasir Honje, West Java.
1. Pendahuluan
Pada ruas sepanjang jalan tol Cipularang banyak
terdapat masalah, antara lain stabilitas lereng. Salah
satu masalahnya adalah parameter kekuatan geser

tanah yang dapat berubah. Sebagai contoh,


karakteristik parameter kekuatan geser yang dapat
berubah apabila kondisi lapisannya telah terbuka
terhadap udara, apalagi jika terjadi ketergangguan
secara fisik pada waktu tanah dibuka.

1)

Mahasiswa S2 Program Studi Teknik Sipil FTSL- ITB, Dosen Universitas Langlang Buana.
Staf Pengajar Faklutas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
3)
Staf Pengajar Faklutas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
2)

13

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Penelitian ini melakukan studi karakteristik kekuatan


geser tanah di laboratorium pada salah satu lokasi
bermasalah tersebut. Penelitian didasarkan pada analisis
unsur mineral maupun dengan percobaan kekuatan
gesernya yaitu Percobaan Undrained Triaksial dan
Percobaan Geser Langsung serta pengaruh perendaman
pada kuat geser tanah. Pengambilan contoh tanah asli
dilakukan pada zona yang mengalami longsor pada
daerah jalan Tol Cipularang Sta. 92+100 m sampai
dengan Sta. 92+850 m. Tepatnya pada daerah Pasir
Honje Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.
II.

Studi Tanah

2.1 Secara Klasifikasi Tanah


Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur tanah,
distribusi ukuran butir dan plastisitas tanah menurut
United State Department of Agriculture (USDA)
adalah:
a. Pasir
: ukuran butiran antara 2,0 0,05 mm
b. Lanau : ukuran butiran 0,05 0,002 mm
c. Lempung : ukuran butiran < 0,002 mm
atau dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

Teknik Kelautan

Sedangkan klasifikasi tanah oleh USCS (Unified Soil


Classification System) diuraikan sebagai berikut:
a. Tanah berbutir kasar (Coarse Grained Soil), yaitu
tanah kerikil dan pasir, dimana kurang dari 50%
berat total contoh tanah lolos ayakan No.200.
Simbol dari kelompok ini G (Gravel) atau tanah
berkerikil dan S (Sand) atau tanah berpasir.
b. Tanah berbutir halus (Fine Grained Soil), yaitu
lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan
No. 200 dan diberi simbol M untuk lanau anorganik,
C untuk lempung anorganik, O untuk lanau organik
dan lempung organik.
dimana simbol:
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50).
2.2 Secara Mineral Tanah
Lempung sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopik dan submikroskopik yang berbentuk
lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikelparikel dari mika, mineral-mineral lempung dan
mineral-mineral sangat halus lainnya.
a. Mineral lempung
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium
silikat yang kompleks dan terdiri dari satu atau dua unit
dasar, yaitu Silika Tetrahedra dan Aluminium
Oktahedra.
Mineral Kaolinite terdiri dari tumpukan lapisan-lapisan
dasar lembaran-lembaran kombinasi Silica-Gibbsite.
Setiap lapisan dasar tersebut mempunyai tebal kira-kira
7,2 Angstrom (1 Angstrom = 10-10 m). Tumpukan
lapisan-lapisan tersebut terikat oleh ikatan Hydrogen
(Hydrogen Bonding). Mineral kaolinite berujud seperti
lempengan-lempengan tipis, masing-masing dengan
diameter kira-kira 1.000 Angtrom sampai 20.000
Angtrom dan ketebalan berkisar antara 100 Angstrom
sampai 1000 Angstrom. Luas permukaan (Specific
Surface) partikel kaolinite per unit massa adalah kirakira 15 m2/gram. Struktur dari mineral Kaolinit.

Gambar 1 Klasifikasi tanah menurut USDA


Menurut AASHTO tanah diklasifikasikan ke dalam
tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah
dengan klasifikasi A-1, A-2 dan A-3 adalah tanah
berbutir yaitu 35% atau kurang jumlah butiran tanah
tersebut lolos ayakan No.200, sedangkan tanah dengan
klasifikasi A-4, A-5, A-6 dan A-7 adalah tanah yang
lebih dari 35% dari butirannya lolos ayakan No. 200.

Mineral Illite terdiri dari lembaran Gibbsite yang diapit


oleh dua lembaran Silica. Lapisan-lapisan Illite terikat
satu sama lain oleh ion-ion Kalium (Potassium) dan
muatan negatif yang diperlukan untuk mengikat ionion Kalium tersebut diperoleh dengan adanya
penggantian sebagian atom Silikon pada lembaran
Tetrahedra oleh atom-atom aluminium tanpa mengubah
bentuk kristal utama yang disebut substitusi Isomorf.
14

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Pada montmorillonite terjadi substitusi isomorf antara


atom-atom magnesium dan besi menggantikan
sebagian atom-atom kalium seperti pada illite. Partikel
montmorillonite mempunyai dimensi mendatar dari
1000 Angtrom sampai 5000 Angstrom dan ketebalan
10 Angstrom sampai 50 Angstrom. Luas spesifiknya
sekitar 800 m2/gram.

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

Teknik Kelautan

3.2 Zona Studi


Daerah penelitian dibagi dalam tiga zonasi, yaitu
zonasi bagian atas daerah longsor, daerah bagian
tengah longsor, dan daerah bawah yang longsor. Pada
Gambar 3 dapat dilihat lokasi titik penyelidikan sondir
dan hand boring serta trace jalan yang dipindahkan.

III. Kondisi Lokasi Daerah Penelitian


Jenis tanah permukaan pada lokasi tersebut adalah
tanah lempung kemerahan dengan kondisi sedang
kekeras dan jika tanah basah diremas-remas maka
tanah tersebut agak lekat. Kondisi tanah setelah digali
dan telah terjadi longsoran dengan pergeseran yang
bertahap dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 3 Lokasi pembagian pengambilan


sampel tanah.
IV. Percobaan Tanah di Laboratorium
4.1 Percobaan Analisis Mineral Tanah Setempat

Gambar 2 Longsoran lereng alam pada lokasi


penelitian Januari 2005.
3.1 Studi Lapangan Berdasarkan Sondir
Penyelidikan dengan alat sondir adalah untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat
daya lekatnya. Sondir yang digunakan di lapangan
adalah sondir medium dengan tipe 2.5 ton dengan
kemampuan batas untuk membaca nilai tahanan ujung
konus dan friksi 250 kg/cm2
Pada studi ini terdapat 7 titik sondir dan hasil tes
mengindikasikan ketebalan lapisan tanah sekitar 1.00
m berupa konsistensi sedang kekeras. Lapisan di
bawahnya berupa lapisan yang keras sehingga bikonus
tidak tembus.

Mineral lempung sebagian besar terdiri dari partikel


mikroskopik dan submikroskopik yang berbentuk
lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikelpartikel dari mika mineral-mineral lempung dan
mineral-mineral yang sangat halus lainnya.
Tanah lempung ialah tanah yang mempunyai partikelpartikel mineral tertentu yang menyebabkan timbulnya
sifat plastis dari tanah apabila tanah tersebut dicampur
dengan air.
Setelah dilakukan pengujian analisis kimia cara XRay Diffraction sebanyak dua sampel di Balai Besar
Keramik, Bandung, terlihat bahwa kandungan mineral
dari deposit tanah tersebut terdiri dari:
1. Halloysite
2. Cristobalite
3. Alpa Quart
4. Magnetite
5. Hematite
6. Gibbsite.
Kandungan mineral yang paling dominan adalah
Halloysite sebesar 54% sedangkan mineral-mineral
yang lainnya lebih kecil dari Halloysite.
15

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

4.2 Percobaan Klasifikasi

Teknik Kelautan

A nalisa saringan

A nalisa hidro meter

100

Pengambilan contoh sebanyak 82 tabung dari 50 titik


untuk keperluan tes laboratorium yang meliputi tes
Triaxial, geser langsung, analisa saringan, hydrometer,
berat jenis dan untuk batas Atterberg. Hasil dari uji
laboratorium untuk lokasi penelitian dapat dilihat
dalam Tabel 1. Terlihat bahwa batas cair tanah atas
lebih besar dari 50%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tanah di lokasi penelitian ini memiliki
nilai Indekss plastisitas yang tinggi.

80

60

40

20

0
0.001

0.01

0.1
Diameter, mm

10

Gambar 4 Tipe distribusi ukuran butir.

4.3 Percobaan Distribusi Ukuran Butir Tanah


Dari hasil percobaan tersebut dapat diketahui besarnya
persentase lempung yang terkandung di dalam tanah
sehingga dapat diketahui nilai aktivitas tanah tersebut.
Pada Gambar 4 terlihat bagian tanah yang lolos
saringan No. 200 atau berdiameter lebih kecil dari
0.075 mm di sebanyak 23 titik percobaan.

4.4 Hasil Percobaan Triaxial


Perhitungan kuat geser hasil uji Triaxial dilakukan
dengan cara yang sama yaitu dengan membagi zonasi
dan elevasi. Hal ini dilakukan untuk dapat
membandingkan nilai kuat geser dari kedua metode
yang berbeda, dan cara pengolahan data dengan cara
yang sama. (Tabel 3 dan Tabel 4). Sedangkan
perhitungan kuat geser pada zona 3 hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 5.

Dari disribusi ukuran butir tanah seperti tampak pada


Gambar 4 diketahui bahwa tanah tersebut bergradasi
buruk karena diameter butir tanah tersebar secara tidak
merata di mana tanah dengan ukuran butir lebih kecil
dari 0.075 mm paling dominan (Tabel 2).

Tabel 1 Berat jenis dan batas-batas Atterberg


Titik Percobaan
HB 21,23,24,29,35,37,38,41,42
HB 20,26,28,44,27,36
HB 01,15,17
HB 04, 07, 21, 22, 32
Keterangan : LL = Liquid Limit
PL = Plastik Limit

LL
PL
(%)
(%)
78.00 92.00 27,98 44,70
52.80 88.00 26.40 35.36
76.50 91.80 34.42 37.70
56.00 98.00 26.62 40.27
PI = Plastisity Indekss
Gs = Specific gravity

PI
(%)
39,30 58,94
26.40 40.90
41.40 54.10
29.38 60.90

Gs
2,64
2.62
2.65
2.66

2,68
2.68
2.67
2.69

Tabel 2 Fraksi lempung untuk berbagai kedalaman


Nomor Percobaan
HB 21,23,24,29,35,37,38,41,42
HB 20,26,28,44,27,36
HB 01,04,07,21,22,31

Lolos Saringan No. 200


84.18 96.96
58.18 94.74
71.35 98.27

Fraksi Lempung (%)


18.80 27.00
8.00 23.00
17.00 28.00

Tabel 3 Hasil perhitungan nilai kuat geser uji triaxial tipe tanah zona 1
No.

Hb 9
1.2
Hb 25,18,20,26,32,33
0.68,0.18,0.20,0.26,0.32,0.33
Hb 21, 10,22,27
0.78, 0.9,0.6
Keterangan: C = Cohesi
= Sudut geser dalam

3
11 20
26 30

16

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Vol. II No. 1, Juni 2006

Geodesi dan Geomatika

Teknik Lingkungan

Teknik Kelautan

Tabel 4 Hasil perhitungan parameter kuat geser uji triaxial zona 2


Test No.
7,12,16,41
2,5,6,11,12,13, 14,16,4,6,
7,8,11,12,18,23,
28,29,30,31,32,38,40,19
1,34,8,15,30,
36,39,
37,4,42

C
kg/cm2
1.2,0.3,0.39,0.48
0.57,0.8,0.8,1.2,0.39,0.88,0.78,0.39,0.68,
0.43,0.79,0.74,0.36,0.3,1.3,0.6,0.88,0.79,0.8,
0.47,0.6,0.26,0.53,0.55,0.86
0.74,0.36,0.8,0.77,
0.69,1.0,0.62,0.8,0.38,
0.75,0.44

derajat
3 -7
10-20
20-30

Tabel 5 Hasil perhitungan nilai kuat geser uji triaxial zona 3


Test No.
24,48
15,11,19,17,43,45,46,47,49,50
34,35,

C
kg/cm2
1.2,0.3
0.64,0.36,0.43,0.65,0.50.48,0.72,
0,.57,0.55,0.34
0.48,0.43

4.4 Parameter Uji Kuat Geser Langsung

Berdasarkan hal tersebut, pada uji geser langsung harus


dilakukan pembebanan yang kecil sekali. Karena itu
pengujian dapat berlangsung selama 2 hari, 5 hari
sampai 10. Pada interval waktu setiap 30 detik data
harus direkam, dalam kondisi kering dan basah karena
kecilnya penggerakan geser.
Rata-rata nilai kadar air yang diperoleh dari hasil uji
geser langsung untuk kondisi kering dari kedua lokasi
sebanyak 6 sampel adalah 42.6% dari 6 sampel. Dari
hasil uji kuat geser langsung diperoleh nilai parameter
kuat geser c dan , yang dihitung berdasarkan grafik
dari masing-masing kondisi seperti dapat dilihat pada
Gambar 5 dan Gambar 6.
Dari grafik lokasi A dan B, diperoleh nilai kohesi dan
sudut geser dalam, untuk kondisi kering dan kondisi
basah pada waktu pemeraman selama 2 hari, 5 hari dan
10 hari. Sedangkan hasil uji geser langsung untuk
kondisi kering nilai kohesinya hampir 2 kali nilai
kohesi kondisi basah, begitu pula untuk nilai sudut
geser dalam.

23,29
Lokasi A

1
0,9

Shear Stress kg/cm2

0,8
0,7

KKering
ering 1010
hari
hari

0,6

Kering
Kering5 5Hari
hari
KKering
ering 2 2Hari
hari

0,5
0,4

hari
BBasah
asah 5 5
Hari
BBasah
asah 2 Hari
hari
Basah 102Hari

0,3

Basah 10 hari

0,2
0,1
0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

Normal Stress Kg/cm2

Gambar 5 Grafik nilai kohesi c dan sudut geser


dalam

Lokasi B
1

Kering 10 hari

0,9
Shear Stress kg/cm2

Uji geser langsung yang dilakukan pada 2 tabung


contoh tanah lempung menghasilkan harga koefisien
rembesan sangat kecil, apabila dibandingkan dengan
harga koefisien rembesan tanah pasir, maka diperlukan
waktu yang cukup panjang agar sample tanah tersebut
terkonsolidasi sepenuhnya, yaitu selama waktu yang
diperlukan untuk mendisipasi tegangan air pori yang
terjadi.

derajat
9,10
10 20

0,8

Kering 5 hari
Kering 2 hari
Basah 5 hari
Basah
Basah
5 Hari 2 hari
Basah 2Hari
B Basah
h 10 H i10 hari
K i 10 H i
Kering 5 Hari
Kering 2 Hari

0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

Normal Stress kg/cm2

Gambar 6 Grafik nilai kohesi (c) dan sudut geser


dalam
17

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

Tabel 6 Parameter kuat geser langsung pada


kondisi kering dan basah di lokasi A dan B

Klasifikasi Tanah Menurut USCS

Lokasi A

60

Kohesi, c
0.2371
0.3022
0.3157
0.1256
0.1237
0.1063

23.5
20.0
26.5
12.5
15.5
11.0

Kohesi, c
0.2265
0.2727
0.2686
0.2686
0.1167
0.0804

27.0
27.5
32.0
17.5
11.5
19.5

50

Plastisitas Indeks, %

Kondisi
Kering 2 hari
Kering 5 hari
Kering 10 hari
Basah 2 hari
Basah 5 hari
Basah 10 hari
Lokasi B
Kondisi
Kering 2 hari
Kering 5 hari
Kering 10 hari
Basah 2 hari
Basah 5 hari
Basah 10 hari

Teknik Kelautan

CL

30

OH-MH
20

CL-ML

10

4.5 Interpretasi Sifat Tanah dari hasil Percobaan


Dari hasil percobaan tersebut dapat diketahui besarnya
persentase lempung yang terkandung di dalam tanah,
yaitu ratarata sebesar 21.35% dengan distribusi
ukuran butir yang tidak tersebar secara merata.
Berdasarkan hasil percobaan laboratorium terhadap
contoh tanah asli, dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Klasifikasi menurut USCS
a. Distribusi ukuran butir
Lolos saringan nomor 200 (diameter butir tanah
lebih kecil dari 0.075 mm) adalah 96.17%
(termasuk tanah berbutir halus yaitu lanau dan
lempung). Dari jumlah tersebut, 22% adalah
tanah lempung (diameter butir lebih kecil dari
2 m atau 0.002 mm) dan sisanya adalah tanah
lanau. Dengan demikian, berdasarkan ukuran
butir tanah tersebut termasuk tanah lanau
kelempungan (clayey silts).
b. Plastisitas tanah
Batas cair (Liquid Limit) 87%, Indekss
plastisitas 51.30%. Menurut Bagan Plastisitas
Casagrande, dimana persamaan garis A adalah
PI = 0.73 (LL 20) atau PI = 48.91, maka
tanah tersebut paling dominan berada di atas
garis A (CH). Jenis tanah paling dominan
adalah lempung organik dengan plastisitas
tinggi, lempung gemuk (fat clay). Sedangkan
yang di bawah garis A (MH) hanya satu lokasi
yaitu BH.37, lokasi hubungan Indeks
Plastisitas dapat dilihat Gambar 7 (semua titik
berada di atas A line)

CH

40

ML-OL

0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Liquit Limit, %

Gambar 7 Klasifikasi tanah menurut USCS


2. Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO
Lolos saringan Nomor 200 = 96.17% > 35%, LL =
87% > 41 (minimal), PL = 35.70 > 11 (minimal),
PI > LL 30 atau 35.70 > 87 30 = 57 (termasuk
kelompok A-7-6)
Group Indekss, GI adalah:
GI = (F-35)[0.2 + 0.005(LL-40) + 0.01(F-15)
(PI-10) = 60
Jadi, tanah tersebut termasuk kelompok A-7-6(60).
Dengan cara seperti diuraikan di atas, jenis tanah
pada berbagai kedalaman dapat ditentukan
berdasarkan percobaan, distribusi ukuran butir dan
batasbatas tetap tanah.
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, nilai kuat
geser rata-rata untuk waktu 2 hari, 5 hari dan 10 hari
hasilnya jauh lebih kecil, apabila dibandingkan
dengan hasil vane shear dan triaxial, artinya tanah
lempung tersebut nilai kuat gesernya kecil, ini
memperkuat hasil penelitian di lapangan bahwa sifat
tanah tersebut apabila terkena air mudah menjadi
bubur.
V. Karakteristik Parameter Kekuatan Geser
Tanah Lempung Pasir Honje
Dari hasil percobaan dapat diketahui besarnya
persentase butir lempung yang terkandung didalam
tanah, yaitu rata-rata sebesar 21.35%. Selanjutnya
dilakukan analisis korelasi dengan beberapa sifat
klasifikasi lainnya. Misalnya (a) sudut geser dalam
dengan persentase butir lolos #200, dan (b) sudut
geser dalam dengan Indeks Plastisitas.

18

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

5.1 Analisis Sudut Geser Dalam Terhadap


Persentase Butir Fraksi Lempung

ZONA 3
23,5

23

, derajat

Korelasi sudut geser dalam dari triazial berbeda dari


hasil direct shear. Sudut geser dalam tiaxial tetap
walaupun traksi lempung berubah. Sedangkan sudut
geser dalam direct shear berubah pada saat traksi
lempung tetap (lihat Gambar 8).

Triaksial

22,5

22

21,5

Zona 1
35

21

30

, derajat

Teknik Kelautan

Triaxia

20,5

25

10

20

25

30

35

20

Gambar 10 Korelasi sudut dengan fraksi


lempung pada tanah tipe zona 3

15
Geser

10
5
0
0

10

20

30

Fraksi lempung %

Gambar 8

Zona 2
35

Geser Langsung

30

Korelasi nilai sudut pada tanah tipe zona 3, hasil


percobaan triaxial berubah naik dan persentase fraksi
lempungnya juba berubah laik, akan tetapi sudut geser
dalamnya naik lihat Gambar 10).
5.2 Analisis Sudut Geser Dalam Terhadap
Indeks Plastisitas

Korelasi sudut dengan fraksi


lempung pada tipe tanah zona 1

Sedangkan nilai hasil percobaan geser langsung


berbeda-beda akan tetapi nilai fraksi lempungnya tetap
persentasenya.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana


pengaruh Indekss plastisitas terhadap sudut geser
dalam pada tanah lempung lunak tersebut dengan
sistim zonasi. Dari korelasi di atas pada zona 1 dapat
diketahui hasil percobaan triaxial nilai sudut geser
dalamnya naik jika kandungan airnya tinggi atau
plastisitanya naik (lihat Gambar 11).
Zona 1

25

40

20

35

15

Triaxial

5
0
0

10

20

Triaxi

30

10

30

40

50

Fraksi Lempung %

, derajat

, derajat

15

Fraksi Lempung %

25
20
15
10
5

Gambar 9 Korelasi sudut dengan fraksi


lempung pada tanah tipe zona 2
Korelasi pada tanah tipe zona 2, nilai sudut hasil
percobaan triaxial menunjukan nilai yang tetap,
sedangkan nilai fraksi lempungnya berbeda-beda
cukup besar. Tanah lempung tersebut memiliki sudut
geser dalam yang kecil dan bergradasi butir yang
buruk sehingga nilai kuat gesernya rendah. Sedangkan
berdasarkan percobaan geser langsung sudut berubah
dan persentase fraksi lempungnya tetap (Gambar 11).

0
0

10

20

30

40

50

60

PI, %

Gambar 11 Korelasi sudut geser dalam terhadap


Indeks Plastisitas pada zona 1
Dari korelasi pada zona 2 dapat diketahui hasil
percobaan triaxial nilai sudut geser dalamnya turun
jika kandungan airnya tinggi, tanah lempung nilai kuat
gesernya rendah (lihat Gambar 12).
19

Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil

Geodesi dan Geomatika

Zona 2
35
30

Triaxi

25
20
15
10
5
0
30

40

50

60

70

PI, %

Gambar 12 Korelasi sudut geser dalam terhadap


Indeks Plastisitas pada tipe tanah zona 2
Zona 3
35

, derajat

30

Triaxi

25
20
15
10

Vol. II No. 1, Juni 2006


Teknik Lingkungan

2. Ada pembagian tiga tipe tanah dengan zonasi


dimana nilai kuat geser rata-rata dari data
percobaan geser langsung adalah kering dengan c
= 0.23 a 0.30 kg/cm2 dan = 20 - 32o dan basah
dengan c = 0.08 a 0.26 kg/cm2 dan = 11 - 19.5o.
Sedang triaxial rata-rata tipe zona 1 dengan c = 0.2
a 0.4 kg/cm2 dan = 15 - 25o. Tipe zona 2 dengan
c = 0.4 a 0.8 kg/cm2 dan = 15 - 25o. Tipe zona 3
dengan c = 0.4 a 0.6 kg/cm2 dan = 10 - 20o
3. Dari hasil percobaan geser langsung dengan
pemeraman 2, 5 dan 10 hari untuk kondisi kering
kuat geser pada lokasi A dan B naik dengan
bentuk kurva hampir sama, sedang untuk kondisi
basah untuk lokasi A dan B terjadi penurunan kuat
geser yang cukup tajam. Ini mengindikasikan
tanah lempung tersebut jika terkena air cepat
menjadi lemah dan kekuatan geser tanah menurun.
4. Dari korelasi hasil triaxial persentase butir halus
berpengaruh terhadap besar sudut geser dalam.
Sedangkan pada percobaan geser langsung sudut
geser tanahnya dapat berubah pada fraksi halus
butir yang tetap.
5. Sudut geser dalam rata-rata berubah naik jika
plastisitas naik. Namun pada tipe tanah zona 2
parameter sudut geser menurun jika plastisitasnya
naik. Hal ini mengindikasikan tipe tanah tidak
seperti tanah umum yang proporsional. Maka
dianggap tipe tanah zona 2 akan melemah jika
kadar air plastisitasnya meningkat.
7.

5
0
44

45

46

47

48

49

50

PI, %

Gambar 13 Korelasi sudut geser dalam terhadap


Indeks Plastisitas pada tanah tipe zona 3
Sudut geser dalam rata-rata pada zona 3 lebih besar
dari zona 1 dan zona 2 juga kandungan airnya lebih
kecil dari zona 1 dan zona 2. Tanah lempung pada
zona 3 kuat gesernya lebih besar dari zona 1 dan zona
2 sehingga potensi longsornya juga lebih kecil dari
zona 1 dan zona 2 (lihat Gambar 13).
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji laboratorium yang
dilakukan terhadap tanah lempung Pasir Honje pada
lokasi di ruas Jalan Tol Cipularang dan analisisnya,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kandungan utama mineral tanah lempung Pasir
Honje adalah halloysite.

Teknik Kelautan

Daftar Pustaka

Andrawes, K.Z, 1975. Anisotropy of Strength in


Clay Containing Plate off Increasing Size. 4th
Southeast Asian Conference on Soil Engineering
Kuala Lumpur, Malaysia (7th 10th April)
Duncan, J.M.. The Effect of Anisotropy and
Reorientation of Principal Stresses on The Shear
Strength of Saturated Clay.
Ladd, C.C, 1971. Strength Parameter and Stress
Strain Benaviour of Saturated Clay. MIT
Mihai Popescu, 1975. The Effect of Anistropiy on
Shrinkage of Active Clay. 4th Southeast Asian
Conference on Soil Enggineering, Kuala Lumpur,
Malaysia (7th 10th April).
Moroto, N., Muramatsu, M., 1987, Ko value and
degree of Anisotropy of Overconsolidated Clay,
9th Southeast Asian Geotechnical Conference,
Bangkok, Thailand.
Wesley, L.D. The Naturel of Anistropy in Soft
Clays. Aucland.
Wood, D.M., 1990, Soil Behavior and Critical State
Soi Mechanics, Cambrige University Press.

20

Anda mungkin juga menyukai