Sevoflurane Dan Atracurium
Sevoflurane Dan Atracurium
Anestesi inhalasi
I. Sejarah
A. Penemuan properti anestetik, seperti nitrit oksida, dietil eter, dan kloroform pada
1840 diikuti dengan masa vakum selama 80 tahun sebelum anestesi lainnya
ditemukan (Gambar 4-1).
1. Pengetahuan mengenai penggantian atom hidrogen dengan atom fluorin karena
penurunan
kemungkinan
meledak
mendorong
penggungaan
anestesi
induksi
A. Nitrit oksida, agen dengan berat molekul rendah, tidak berbau atau berbau
manis, tidak berpotensi meledak, memiliki kelarutan darah yang buruk
(koefisien partisi darah:gas 0.46) paling sering dikombinasikan dengan
opioid atau anestetik volatil untuk menghasilkan anestesi umum.
1. Walaupun nitrit oksida tidak meledak, agen ini berkontribusi dalam
ledakan.
2. Kelarutan yang buruk mendorong pencapaian tekanan parsial alveolar
dan otak dengan cepat (Efek anelgesik nitrit oksida sangat menonjol
namun singkat).
3. Manfaat nitrit oksida harus diimbangi dengan kemungkinan efek
samping (absorpsi nitrit oksida dengan volume tinggi pada rongga berisi
gas, potensi peningkatan mual dan muntah pasca operatif, kemampuan
menginaktivasi vitamin B12).
B. Halotan, dengan kelarutan intermediet pada darah dan potensi yang tinggi,
memiliki onset dan pemulihan intermediet ketika diberikan tunggal atau
dikombinasikan dengan nitrit oksida atau obat injeksi lainnya, seperti opioid.
C. Enfluran, dengan kelarutan intermediet pada darah dan potensi yang tinggi,
memiliki onset dan pemulihan intermediet ketika diberikan tunggal atau
dikombinasikan dengan nitrit oksida atau obat injeksi lainnya, seperti opioid.
Enfluran menurunkan ambang kejang (digunakan untuk prosedur dimana
ambang kejang rendah diinginkan, seperti terapi elektrokonvulsif).
D. Isofluran, dengan kelarutan intermediet pada darah dan potensi yang tinggi,
memiliki onset dan pemulihan intermediet dengan penggunaan tunggal atau
dikombinasikan dengan nitrit oksida atau obat injeksi lainnya, seperti opioid,
1. Walalupun isofluran merupakan isomer dari enfluran, proses pembuatan
kedua agen ini tidak sama. Purifikasi isofluran dengan distilasi lebih
rumit dan mahal.
2. Isofluran memiliki karakteristik stabilitas fisik yang sangat baik.
E. Desfluran merupakan metil etil eter terfluorinasi yang berbeda dari isofluran
hanya pada substitusi atomi fluorine dengan atom khorine yang ditemukan
pada komponen -etil dari isofluran.
1. Fluorinasi dibandingkan khlorinasi
meningkatkan
tekanan
uap
4. Aktivitas kejang.
Enflurane (bukan desflurane ataupun sevoflurane) dapat menyebabkan
frekuensi yang cepat dan tegangan tinggi pada elektroensefalograf yang
sering berkembang menjadi aktivitas spike-wave yang tidak dapat
dibedakan dengan perubahan yang muncul saat kejang.
5. Evoked Potentials
Anestesi volatil menyebabkan penurunan terkait dosis pada amplitudo dan
peningkatan latensi komponen kortikal dari somatosensory evoked
Anestesi inhalasi menyebabkan efek yang terkait dosis dan spesifik obat pada (a)
pola pernafasan, (b) respon pernafasan terhadap karbon dioksida, (c) respon
pernafasan terhadap hipoksemia arteri, dan (d) resistensi jalan nafas. PaO2
diprediksi menurun selama pemberian anestesi inhalasi tanpa adanya bantuan
oksigen tambahan.
1. Pola Pernafasan
a. Seluruh anestesi inhalasi, kecuali isoflurane, menyebabkan peningkatan terkait
dosis pada frekuensi nafas (isoflurane meningkatkan frekuensi nafas sama
seperti anestesi inhalasi lainnya hingga mencapai dosis 1 KAM, namun
konsentrasi >1 KAM tidak menyebabkan peningkatan frekuensi nafas lanjutan)
b. Volume tidal mengalami penurunan akibat dari peningkatan frekuensi nafas
terkait pemberian anestesi.
c. Efek akhir dari perubahan diatas adalah pola pernafasan yang cepat dan dangkal
selama anestesi umum. Peningkatan frekuensi nafas tidak mampu mengimbangi
penurunan volume tidal, sehingga menyebabkan penurunan ventilasi per menit
dan peningkatan PaCO2.
2. Respon Pernfasan terhadap Karbon Dioksida
Anestesi volatil menyebabkan depresi pernafasan terkait dosis yang
dicirikan dengan penurunan respon pernafasan terhadap karbon dioksida
dan peningkatan PaCO2.
3. Stimulasi Bedah
Stimulasi bedah meningkatkan ventilasi per menit hingga 40% akibat
peningkatan volume tidal dan frekunsi nafas. Namun, PaCO2 hanya
menurun sebesar 10% (4 hingga 6 mmHG) meskipun dengan
peningkatan ventilasi per menit yang besar.
a. Penyebab dari kesenjangan ini diperkirakan adalah peningkatan produksi karbon
dioksida akibat aktivasi sistem saraf simpatis dalam merespon stimulasi bedah
yang menyakitkan.
b. Peningkatan produksi karbon dioksida diperkirakan untuk mengimbangi
peningkatan ventilasi per menit pada PaCO2.
4. Tatalaksana Depresi Pernafasan
a. Efek depresan pernafasan akibat dari pemberian anestesi volatil sering
ditatalaksana dengan pemberian ventilasi mekanik (terkontrol) ke paru-paru
pasien (efek depresan pernapasan yang dimiliki oleh anestesi volatil
memudahkan inisiasi ventilasi terkontrol)
b. Bantuan pernafasan merupakan metode yang efektif untuk mengimbangi efek
depresan pernafasan dari anestesi volatil (batas ambang apneik [PaCO 2
maksimal yang tidak menginisiasi pernafasan spontan] hanya 3-5 mmHg lebih
rendah dibandingkan PaCO2 selama pernafasan spontan)
5. Respon Pernafasan terhadap Hipoksemia
Seluruh anestesi inhalasi, termasuk gas nitrous, secara signifikan
menekan respon pernafasan terhadap hipoksemia yang biasanya
dimediasi oleh badan karotid.
6. Resistensi Jalan Nafas dan Iritabilitas
10
pada
individu
yang
menajdi
objek
pemeriksaan.
Hepatotoksisitas
Disfungsi hepar post-operatif telah dikaitkan dengan sejumlah besar
anestesi volatil, terutama halaton
Gambar 4-26: Kerusakan hepar terjadi pada model tikus setelah
pemberian obat inhalasi atau injeksi ketika konsentrasi oksigen terhirup
sebesar 10%. Sebaliknya, kerusakan hepar terjadi setelah pemberian
halotan, namun tidak pada pemberian enflurane atau isoflurane, ketika
konsentrasi oksigen terhirup sebesar 12% atau 14%.
E. Efek pada Ginjal
Anestesi volatil menyebabkan penurunan terkait dosis yang serupa pada aliran
darah renal, laju filtrasi glomerulus dan keluaran urin (akibat dari efek anestesi
volatil pada tekanan darah dan curah jantung). Hidrasi praoperatif menurunkan
dan bahkan dapat menghilangkan beberapa perubahan fungsi renal yang
disebabkan oleh anestesi volatil
1. Nefrotoksisitas Diinduksi Fluorida
Seluruh anestesi volatil yang ditemukan setelah methoxyflurane
menjalani metabolisme yang secara signifikan lebih sedikit, dan
kelarutan yang lebih rendah dibndingkan methoxyflurane menunjukkan
bahwa sejumlah besar anestesi di keluarkan melalui nafas dan tidak akan
menjalani metabolisme hepatik untuk membentuk fluorida.
F. Efek pada Otot dan Rangka
1. Neuromuscular Junction
Anestesi volatil menyebabkan peningkatan efek obat blok neuromuskular
yang bergantung dosis, dengan efek enflurane, isoflurane, desflurane dan
sevoflurane yang serupa dan lebih besar jika dibandingkan dengan
halotan
2. Hipertermia Malignan
Seluruh anestesi volatil, termasuk desflurane dan sevoflurane, dapat
mencetuskan hipertermia malignan pada pasien yang secara genetik
rentan meskipun tanpa pemberian suksinilkolin secara bersamaan.
G. Efek Obstetrik
11
12
Atracurium
Atracurium mengalami degradasi spontan dengan suhu dan pH fisiologis oleh eliminasi
Hofmann (proses kimia), menghasilkan laudanosine (stimulan sistem saraf pusat) dan
akrilat monokuartener sebagai metabolit. Atracurium juga dapat mengalami hidrolisis
ester. Tidak ada bukti yang menunjukkan pemberian atracurium berkepanjangan di
kamar operasi atau di unit perawatan intensif pada pasien dengan fungsi ginjal normal
atau terganggu menghasilkan konsentrasi laudanosine yang dapat menyebabkan kejang.
13
14
yang
15
reaksi alergi terhadap lateks atau antibiotik) dan dikaitkan dengan laju
mortalitas sebesar 5%.
2. Saat ini masih tidak terdapat standar mengenai uji diagnostik (uji skin
prick, uji interdermal atau pemeriksaan immunoglobulin E) yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi risiko pasien.
3. Pengobatan reaksi anafilaktik melipuri pemberian oksigen (100%) segera
dan epinefrin intravena (10 hingga 20 g). Intubasi trakea dini dengan
tube endotrakeal cuffed harus dipertimbangkan untuk dilakukan pada
pasien dengan angioedema yang berkembang cepat. Cairan (larutan
kristaloid dan/atau koloid) harus diberikan bersamaan. Penggunaan
antihistamin dan/atau steroid masih kontroversial.
16