Anda di halaman 1dari 1

Main menu

Beranda Artikel Obat Baru IONI

Info BPOM Situs Terkait Website POM

Obat Komparator

Cari

Depan » IONI » BAB 15 ANESTESIA » 15.1


Anestetik Umum » 15.1.2. Anestetik Inhalasi

15.1.2. Anestetik
Inhalasi
Anestetik inhalasi bisa berupa gas atau cairan volatil
(mudah menguap). Kelompok obat ini dapat digunakan
untuk induksi dan pemeliharaan anestesia dan
mungkin dapat juga digunakan setelah induksi dengan
anestetik intravena (lihat 15.1.1).

Anestetik berupa gas memerlukan peralatan yang


cocok untuk penyimpanan dan penggunaan. Obat ini
dapat disalurkan melalui pipa rumah sakit atau tabung
metal. Pemberian cairan anestetik volatil menggunakan
penguap terkalibrasi, menggunakan udara, oksigen,
atau campuran nitrogen oksida-oksigen sebagai gas
pembawa. Sebaiknya diperhatikan bahwa semua gas
ini dapat memicu terjadinya hipertermia maligna. Untuk
mencegah hipoksia, anestetik inhalasi harus diberikan
dengan kadar oksigen yang lebih besar daripada kadar
di udara.

ANESTETIK DAN MENGEMUDI.

Lihat 15.1.

CAIRAN VOLATIL

Halotan adalah cairan anestetik volatil. Keuntungan


penggunaan halotan adalah efeknya kuat, induksi
bersifat halus, uapnya tidak mengganggu bila terhirup,
dan jarang menyebabkan batuk atau menyebabkan
orang menahan nafas. Meski memiliki kelebihan ini,
halotan saat ini lebih jarang digunakan karena terkait
dengan hepatotoksisitas yang berat (penting: lihat
petunjuk di bawah). Halotan menyebabkan depresi
kardiorespiratori. Depresi pernafasan mengakibatkan
peningkat an tekanan karbondioksida arterial dan
mungkin menimbulkan aritmia ventrikuler. Halotan juga
mendepresi serat otot jantung dan mungkin juga
bradikardia. Akibatnya, curah jantung berkurang dan
tekanan arterial menurun. Infiltrasi adrenalin/epinefrin
sebaiknya dihindarkan pada pasien yang dibius dengan
halotan karena dapat mengakibatkan aritmia
ventrikuler.

Halotan menghasilkan relaksasi otot yang sedang,


tetapi ini mungkin tidak cukup untuk tindakan
pembedahan mayor pada abdomen, sehingga perlu
ditambahkan pelemas otot spesifik.

Petunjuk untuk mencegah hepatotoksisitas


halotan

Dalam publikasi tentang temuan yang


mengukuhkan bahwa hepatotoksisitas berat dapat
timbul setelah anestesia dengan halotan, dilaporkan
bahwa hal ini lebih sering terjadi setelah paparan
halotan yang berulang kali, dan tingkat
mortalitasnya tinggi. Risiko hepatotoksisitas berat
tampaknya bertambah tinggi pada paparan
berulang dalam interval waktu yang singkat, namun
demikian setelah interval yang panjang sekalipun
(kadang hingga beberapa tahun) pasien yang
rentan juga dapat mengalami ikterus. Karena tidak
ada cara yang tepat untuk mengidentifikasi pasien
rentan, dianjurkan agar memperhatikan hal-hal
berikut sebelum penggunaan halotan:

- Riwayat penggunaan anestetik sebaiknya ditelaah


secara cermat untuk menentukan apakah pernah
ada paparan atau reaksi terhadap halotan;

- Paparan berulang terhadap halotan dalam jangka


paling sedikit 3 bulan sebaiknya dihindarkan
kecuali bila pasien ada dalam keadaaan klinis lain
yang mendesak;

- Bila pada anamnesis terungkap bahwa pasien


pernah mengalami ikterus atau demam yang tidak
dapat dijelaskan setelah terpapar halotan, maka ini
merupakan kontraindikasi absolut untuk
penggunaan halotan pada pasien ini.

Isofluran adalah anestetik yang kekuatannya lebih


rendah dari halotan. Irama jantung umumnya stabil
selama anestesia denganisofluran, tetapi denyut
jantung dapat meningkat, terutama pada pasien usia
muda. Tekanan arteri sistemik dapat turun akibat
penurunan tahanan vaskuler sistemik, terjadi
penurunan curah jantung tetapi dengan penurunan
yang lebih kecil dibanding halotan. Respirasi
mengalami depresi. Terjadi relaksasi otot dan kerja
obat pelemas otot diperkuat. Isofluran juga dapat
menyebabkan hepatotoksisitas pada mereka yang
sensitif terhadap anestetik terhalogenasi, namun
risikonya lebih sedikit dibandingkan halotan.

Desfluran merupakan anestetik kerja cepat, berupa


cairan volatil, dilaporkan memiliki kekuatan seperlima
dari isofluran. Mungkin diperlukan pemberian
penghilang nyeri lebih awal setelah operasi karena
pemulihan anestesia berlangsung cepat. Karena
pengalaman yang terbatas, obat ini tidak dianjurkan
untuk digunakan pada kasus bedah syaraf. Obat ini
juga tidak direkomendasikan untuk induksi pada anak-
anak karena sering menimbulkan batuk, nafas tertahan
(breath holding), apnoe, spasme laring, dan
peningkatan sekresi. Risiko hepatotoksisitas dengan
desfluran pada mereka yang sensitif terhadap anestetik
terhalogenasi tampaknya amat sedikit. Sevofluran
adalah anestetik volatil cair kerja cepat, lebih kuat dari
des fluran. Pasien mungkin membutuhkan analgesik
pasca bedah sebagai tindakan darurat dan pemulihan
anestesia umumnya terjadi sangat cepat. Sevofluran
dapat berinteraksi dengan adsorben karbondioksida
membentuk senyawa A, senyawa vinileter yang
berpotensi nefrotoksik. Meskipun digunakan secara
luas, tidak ada laporan kasus kerusakan ginjal
permanen yang diinduksi sevofluran. Adsorben
karbondioksida digunakan untuk menghasilkan kadar
yang rendah dari senyawa A, meskipun dalam
anestetik dengan aliran yang lambat.

Monografi: 

DESFLURAN
Indikasi: 
lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; gangguan fungsi hati (lihat
Lampiran 2); gangguan fungsi ginjal (Lampiran 3);
kehamilan (lihat Lampiran 4).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).
PENTING. Desfluran telah dilaporkan berinteraksi
dengan absorben karbondioksida kering membentuk
karbonmonoksida. Untuk memperkecil risiko, absorben
karbondioksida tidak boleh dibiarkan mengering.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas; kerentanan terhadap
hipertermia ganas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
digunakan dengan alat penguap (vaporiser) khusus
yang dikalibrasi, induksi, 4-11%.
ANAK tidak dianjurkan untuk diinduksi pada anak.
Pemeliharaan, 2-6% dalam dinitrogen monoksida; 2,5-
8,5% dalam oksigen atau udara kaya oksigen;
maksimum 17%.

ENFLURAN
Indikasi: 
lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; porfiria; epilepsi.

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).
PENTING. Enfluran telah dilaporkan berinteraksi
dengan absorben karbondioksida kering membentuk
karbonmonoksida. Untuk memperkecil risiko, absorben
karbondioksida tidak boleh dibiarkan mengering.

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
digunakan dengan alat penguap khusus yang
dikalibrasi, untuk induksi, ditingkatkan secara bertahap
dari 0,4% hingga maksimum 4,5% dalam udara,
oksigen, atau dinitrogen monoksida-oksigen, sesuai
dengan respon penderita.
Pemeliharaan, 0,5-3% dalam dinitrogen monoksida-
oksigen.

HALOTAN
Indikasi: 
lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas (penting: lihat juga Petunjuk
untuk hepatotoksisitas halotan di atas); porfiria.

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
digunakan dengan alat penguap khusus yang
dikalibrasi, untuk induksi, ditingkatkan bertahap hingga
2-4% dalam oksigen atau dinitrogen monoksida-
oksigen; ANAK: 1,5-2%. Pemeliharaan, 0,5-2%.

ISOFLURAN
Indikasi: 
lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; kehamilan (lihat Lampiran 4).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).
PENTING. Desfluran telah dilaporkan berinteraksi
dengan absorben karbondioksida kering membentuk
karbonmonoksida. Untuk memperkecil risiko, absorben
karbondioksida tidak boleh dibiarkan mengering.

Kontraindikasi: 
kerentanan terhadap hipertermia ganas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
digunakan dengan alat penguap khusus yang
dikalibrasi, untuk induksi, ditingkatkan bertahap dari
0,5% hingga 3%, dalam oksigen atau dinitrogen
monoksida-oksigen.
Pemeliharaan, 1-2,5 % dalam dinitrogen monoksida-
oksigen; tambahan 0,5% hingga 1% mungkin
diperlukan bila hanya diberikan dengan oksigen;
pembedahan caesar, 0,5-0,75% dalam dinitrogen
monoksida-oksigen.

SEVOFLURAN
Indikasi: 
digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi
umum pada pasien dewasa dan anak-anak, untuk
operasi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.

Peringatan: 
sevofluran hanya dapat diberikan oleh orang yang telah
mendapatkan pelatihan cara pemberian anestesi
umum; hindari pemakaian anestesi ini pada pasien
iskemia miokard dengan penyakit arteri koroner;
pemakaian pada wanita hamil hanya jika betul-betul
dibutuhkan; hindari pemakaian obat ini pada wanita
menyusui; pemakaian obat ini dapat menimbulkan
malignant hyperthermia, dengan gejala klinis:
hiperkapnia, termasuk kekakuan otot, takikardia,
takipnea, sianosis, aritmia, dan atau tekanan darah
tidak stabil. Dapat pula terjadi hipoksia akut,
pipovolemia; gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas; hipersensitivitas; kerentanan
terhadap hipertermia ganas.

Efek Samping: 
dapat menyebabkan depresi pernapasan yang
tergantung dosis. Efek samping yang sering terjadi:
mual, muntah, hipotensi, somnolens, dan peningkatan
batuk. Pada dewasa: mual, muntah, dan hipotensi.
Pada lansia: mual, hipotensi, dan bradikardia. Pada
anak-anak: muntah, agitasi, batuk meningkat, dan
mual.
Efek samping yang jarang terjadi: demam, chills,
hipotermia, sakit kepala, bradikardia, takikardia,
hipertensi dan hipotensi, somnolens, agitasi, malas,
peningkatan air liur, mual, muntah, peningkatan batuk,
kelainan pernapasan, dan laringimus.

Dosis: 
Premedikasi: Premedikasi dapat dilakukan sesuai
kebutuhan pasien dan atas saran anestesiologist
Anestesi pembedahan: Kadar sevofluran akan keluar
dari vaporized ketika anestesi dilakukan. Ini tergantung
dari kalibrasi vaporizer secara spesifik untuk
sevofluran.
Induksi: Dosis bersifat individual dan efek obat
tergantung pada usia dan status klinik pasien. Induksi
sevofluran dapat diberikan dengan campuran oksigen-
nitro oksida. Pada orang dewasa kadarnya dapat
mencapai 5% sevofluran dan biasanya efek anestesi
terjadi kurang dari 2 menit. Pada anak-anak kadarnya
dapat mencapai 7% sevofluran dan biasanya efek
anestesi terjadi kurang dari 2 menit.
Pemeliharaan: Efek anestesi dapat tercapai dengan
kadar 0,5-3% sevofluran dengan atau tanpa pemakaian
nitrogen oksida. Pada pasien lansia, kadar sevofluran
dapat dikurangi.
Emergensi: Waktu emergensi secara umum
mendapatkan anestesi sevofluran secara cepat. Maka
pasien membutuhkan obat pereda nyeri pasca bedah,
lebih awal.

DINITROGEN
MONOKSIDA
Indikasi: 
lihat keterangan di atas.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; kehamilan (lihat Lampiran 4).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (anestetik umum).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
menggunakan aparatus anestesi yang sesuai,
campuran dengan oksigen 25-30% digunakan untuk
pemeliharaan anestesi ringan. Analgesik, sebagai
campuran dengan oksigen 50%, sesuai dengan
kebutuhan pasien.

‹ ANESTETIK ke 15.1.3 Antimuskarinik


INTRAVENA LAIN atas ›

DAFTAR ISI

IONI
PEDOMAN UMUM
BAB 1 SISTEM SALURAN CERNA
BAB 2 SISTEM KARDIOVASKULER
BAB 3 SISTEM SALURAN NAPAS
BAB 4 SISTEM SARAF PUSAT
BAB 5 INFEKSI
BAB 6 SISTEM ENDOKRIN
BAB 7 OBSTETRIK, GINEKOLOGIK, DAN
SALURAN KEMIH
BAB 8 KEGANASAN DAN IMUNOSUPRESI
BAB 9 GIZI DAN DARAH
BAB 10 OTOT SKELET DAN SENDI
BAB 11 MATA
BAB 12 TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
BAB 13 KULIT
BAB 14 PRODUK IMUNOLOGIS DAN VAKSIN
BAB 15 ANESTESIA
15.1 Anestetik Umum
15.1.1 Anestetik Intravena
15.1.2. Anestetik Inhalasi
15.1.3 Antimuskarinik
15.1.4 Sedatif dan Analgesik Perioperatif
15.1.5 Pelemas Otot
15.1.6 Antikolinesterase Pada Anestesia
15.1.7 Antagonis untuk Depresi Sentral
dan Napas
15.1.8 Obat untuk Hipertermia Maligna
15.2 Anestetik Lokal
BAB 16 PENANGANAN DARURAT PADA
KERACUNAN
BAB 17 MEDIA KONTRAS
BAB 18 RADIOFARMAKA
LAMPIRAN 1 : INTERAKSI OBAT
LAMPIRAN 2 : GAGAL HATI
LAMPIRAN 3 : GAGAL GINJAL
LAMPIRAN 4 : KEHAMILAN
LAMPIRAN 5 : MENYUSUI
LAMPIRAN 6 : PETUNJUK PRAKTIS
PENGGUNAAN OBAT YANG BENAR

PENCARIAN

IONI
Monografi
Interaksi Obat
Gagal Hati
Gagal Ginjal
Kehamilan
Menyusui

Copyright © 2015, Pusat Informasi Obat Nasional, Badan


POM RI

Anda mungkin juga menyukai