ANESTESI INHALASI
Oleh :
Pembimbing Moderator
dr. Calcarina Fitriani R.W, Sp. An, KIC dr. Rifdhani Fakhrudin, Sp.An
Yogyakarta
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi umum yang pertama kali diterima secara universal adalah Nitro oksida,
kloroform dan ether. Sampai saat ini terdapat lima agen inhalasi yang masih terus digunakan
dalam anestesi klinis yakni nitro oxida, halotan, isoflurane, desflurane, dan sevoflurane.
Anestesi inhalasi terutama berguna pada induksi pasien pediatrik yang mungkin sulit
untuk mendapatkan akses intravena. Pada pasien dewasa yang biasanya diinduksi dengan
agen intravena, sering dipertimbangkan untuk menggunakan anestesi inhalasi sebagai contoh
sevoflurane yang memiliki bau yang tidak menusuk dan onset yang relatif cepat dari
sevofluran sehingga membuat induksi inhalasi sering digunakan pada pasien dewasa. Dengan
mengabaikan umur pasien, anestesi yang utama digunakan adalah agen inhalasi. Pemulihan
kondisi pasien tergantung pada redistribusi di otak dan eliminasi melalui paru-paru yang di
metabolisme oleh agen ini.
Oleh karena jalur pemberiannya yang unik anestesi inhalasi mempunyai keuntungan
secara farmakologis yang tidak dimiliki obat anestesi lain. Sebagai contoh, aliran obat dalam
darah pada sirkulasi pulmonal membuat keberadaan obat dalam darah arterial lebih cepat
daripada bila diberikan melalui intravena.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran udara bebas (FGF/Free Gas Flow) dipengaruhi oleh vaporizer dan pengaturan
flowmeter.
FI (konsentrasi udara inspirasi) dipengaruhi oleh (1) tingginya FGF (2)volume sirkuit-
breathing (3)sirkuit absorpsi
FA (konsentrasi udara alveolar) (1)uptake (2)ventilasi (3)efek konsentrasi dan gas kedua
(sisa)
Fa (konsentrasi udara arterial) dipengaruhi ventilasi/perfusi
Agen anestesi inhalasi harus melewati beberapa barrier antara mesin anestesi dan otak.
3
Sebelum diinspirasi oleh pasien, udara bebas dari mesin anestesi akan bercampur
dengan gas pada sirkuit pernafasan. Komposisi yang sebenarnya dari campuran udara
inspirasi ini tergantung terutama pada kecepatan aliran udara bebas, volume sistem
pernafasan, dan penyerapan oleh mesin dari sirkuit pernafasan. Semakin tinggi kecepatan
aliran udara bebas, semakin kecil volume sistem pernafasan, dan semakin rendah penyerapan
sirkuit, semakin dekat konsentrasi udara yang diinspirasi dengan konsentrasi udara bebas.
Secara klinis, hal ini dapat diartikan bahwa semakin cepat induksi dan waktu pemulihan.
Jika agen anestesi tidak di-uptake oleh tubuh, konsentrasi udara alveolar (FA) akan
dengan cepat mendekati konsentrasi udara yang diinspirasi (FI). Karena agen anestesi
diambil oleh sirkulasi pulmonal selama induksi, konsentrasi alveolar lebih rendah dari
konsentrasi yang diinspirasi (FA/FI < 1,0). Semakin besar pengambilan, semakin lambat
kecepatan peningkatan konsentrasi alveolar dan semakin rendah rasio FA:FI.
Karena itu, semakin besar uptake agen anestesi, semakin besar perbedaan antara
konsentrasi yang diinspirasi dan konsentrasi alveolar, dan semakin lambat kecepatan
induksi.
Tiga faktor yang mempengaruhi uptake anestesi: kelarutan pada darah, aliran darah
alveolar, dan perbedaan tekanan partial antara udara alveolar dengan darah vena.
Makin besar koefisien gas/darah, makin besar kelarutan anestesi dan makin besar pula
uptakenya oleh sirkulasi pulmoner. Sebagai akibat tingginya kelarutan tersebut, tekanan
partial alveolar meningkat perlahan, dan induksi semakin lama. Karena koefisien partial
lemak/darah adalah lebih dari 1, maka kelarutan darah/gas meningkat oleh karena lipidemia
post prandial dan menurun pada kondisi anemia.
Tabel 8–1. Koefisien Partial of dari Obat Anestesi Volatile (Inhalasi) pada
suhu 37°c.1
4
Agen Darah/Gas Otak/Darah Otot/Darah Lemak/Darah
1
Nilai ini adalah rata-rata yang didapat dari beberapa penelitian dan dapat dipakai sebagai perbandingan, bukan
sebagai angka pasti.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi uptake adalah aliran darah pada alveolar,
yang mana bila dalam keadaan tidak adanya sumbatan sirkulasi paru-paru (pulmonary
shunting), aliran darah alveolar ini terutama akan sepadan dengan curah jantung. Jika
curah jantung menurun sampai dengan nol, maka begitu juga dengan pengambilan
obat anestesi. Jika terjadi peningkatan curah jantung, terjadi pula peningkatan
pengambilan anesthesi, kenaikan tekanan parsial alveolar melambat, dan induksi
lama.
5
Kelarutannya
Karakteristik Kaya vaskularisasi Otot Lemak Sedikit vaskularisasi
Persentase cardiac 75 19 6 0
output
Perfusi (mL/min/100 75 3 3 0
g)
Kelarutan Relatif 1 1 20 0
FA meningkat terhadap FI lebih cepat dengan nitro oxida (obat yang tidak larut) daripada dengan
halothane (obat yang larut). Lihat gambar 8-1 utuk penjelasan dari FA dan FI.
6
Peningkatan dan penurunan tekanan parsial alveolar mendaluhui terjadi pada jaringan lainnya.
Ventilasi
Tekanan parsial alveolar yang menurun karena pengambilan dapat diatasi dengan
peningkatan ventilasi alveolar. Dengan kata lain, distribusi obat anestesi yang diambil oleh
aliran darah pulmonal secara konstan menghasilkan dosis pemeliharaan yang lebih baik pada
konsentrasi alveolar.
Konsentrasi
Efek dari uptake juga dapat direduksi dengan peningkatan konsentrasi inspirasi.
Menariknya, peningkatan konsentrasi inspirasi tidak hanya meningkatkan knsentrasi alveolar
tetapi juga peningkatan kadarnya (seperti peningkatan FA/FI).
Efek konsentrasi lebih signifikan dengan nitro oksida daripada dengan agen anestesi
volatil, karena dibentuk dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Akan tetapi, konsentrasi yang
tinggi dari nitro oksida akan memperbesar (oleh mekanisme yang sama) tidak hanya di-
uptake tapi secara teoritis itu disebabkan anestesi volatile. Efek konsentrasi dari salah satu
gas terhadap gas lain disebut the second gas efek (efek gas sekunder), yang mungkin tidak
signifikan pada praktek klinis anestesiologi.
Rute yang paling penting pada eliminasi anestesi inhalasi adalah alveolus. Beberapa
faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat recovery: eliminasi dari rebreathing,
aliran udara bebas yang tinggi, volume sirkuit anestesi yang rendah, absorbsi rendah oleh
sirkuit anestesi, penurunan kelarutan, tingginya aliran darah serebral (cerebral blood
flow/CBF), dan peningkatan ventilasi.
Terdapat korelasi yang baik tapi tidak sempurna di antara potensi anestetik dan kelarutan lemak. MAC,
minimum alveolar concentration.
1
Nilai minimum alveolar concentration (MAC) pada usia 30 sampai 55 tahun dengan subyek manusia dan
digambarkan pada persentase 1 atm. Pada ketinggian yang lebih tinggi membutuhkan konsentrasi inspirasi dari
anestesi untuk mendapatkan tekanan partial yang sama.
2
konsentrasi yang lebih dari 100% berartikondisi hiperbarik yang membutuhkan konsentrasi sebesar 1,0 MAC.
MAC dapat ditingkatkan oleh beberapa kondisi fisiologi dan farmakologi (table 8-4). Salah
satunya adalah penurunan drastis 6% MAC pada tiap 10 tahun umur pasien, meskipun
dengan anestesi volatile. MAC relatif tidak dipengaruhi oleh spesies, jenis kelamin, maupun
durasi anestesi.
Hipotermia ↓
Umur
Muda ↑
Dewasa ↓
Alkohol
Intoksikasi akut ↓
Pemakai lama ↑
Anemia
PaO2
< 40 mm Hg ↓
PaCO2
Tiroid
Tekanan Darah
MAP < 40 mm Hg ↓
Elektrolit
Hiperkalsemia ↓
11
Kehamilan ↓ MAC menurun sampai 1/3 pada
kehamilan minggu ke 8; normal pada 72
jam postpartum
Obat-obatan
Opioids ↓
Ketamin ↓
Barbiturat ↓
Benzodiazepin ↓
Verapamil ↓
Lithium ↓
Simpatolitik
Methyldopa ↓
Clonidine ↓
Dexmedetomidine ↓
Simpatomimetik
Amphetamine
Kronik ↓
Akut ↑
Cocaine ↑
Ephedrine ↑
Keuntungan
Ramah lingkungan
Kerugian
Harga mahal
1. Kardiovaskular
13
Efek dari sirkulasi nitro oksida dapat dijelaskan dengan adanya stimulasi pada
system saraf simpatis. Meskipun nitro oksida mendepresi secara langsung kontraktilitas
miokardial in vitro, maka tekanan darah arteri, cardiac output, dan laju nafas tidak berubah
atau hanya sedikit naik in vivo dikarenakan stimulasi katekolamin (Tabel 8–6).
Tabel 8–6. Farmakologi Klinik Dari Anestesi Inhalasi
Kardiovaskular
Respirasi
Tidal volume ↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓
Respiratory rate ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑
PaCO2
Istirahat N/C ↑ ↑ ↑↑ ↑
Aktivitas ↑ ↑ ↑ ↑↑ ↑
Serebral
Aliran darah ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑
Metabolisme serebral ↑ ↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓
Kejang ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
14
Neuromuskular
Ginjal
Output Urine ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓
Hepatik
Aliran darah ↓ ↓↓ ↓ ↓ ↓
2. Respirasi
Nitro oksida dapat meningkatkan laju napas (takipneu) dan menurunkan volume
tidal sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf pusat (SSP) dan dapat juga
mengaktivasi reseptor peregangan pulmonal.
3. Serebral
Dengan peningkatan CBF dan volume darah serebral, nitro oksida menghasilkan
peningkatan minimal tekanan intra cranial. Nitro oksida juga meningkatkan
konsumsi oksigen serebral (CMRO2). Kadar nitro oksida dibawah MAC
menimbulkan efek analgesik pada operasi gigi dan beberapa operasi minor lainnya.
4. Neuromuskular
15
Berlawanan dengan agen inhalasi lainnya, nitro oksida tidak berefek melumpuhkan
otot (muscle relaxation). Pada kenyataannya, pada konsentrasi tinggi di ruang
hiperbarik, nitro oksida dapat menyebabkan rigiditas otot skeletal. Nitro oksida
kemungkinan tidak memacu hipertermia maligna.
5. Renal
Nitro oksida tampaknya dapat menurunkan aliran darah renal dengan dara
meningkatkan resistensi vaskuler renal. Hal ini menyebabkan penurunan
glomerular filtration rate dan pengeluaran urine.
6. Hepatik
Aliran darah di hepar dapat menurun selama pemakaian anestesi dengan nitro
oksida, tetapi penurunannya labih rendah dibandingkan agen volatile lainnya.
7. Gastrointestinal
Beberapa penelitian menyatakan bahwa nitro oksida menyebabkan mual dan
muntah post operasi, sebagai akibat dari aktivasi kemoreseptor trigger zone dan
pusat muntah di medulla. Penelitian lain, terutama pada anak-anak, telah gagal
menghubungkan kaitan antara nitro oksida dan muntah.
Kontraindikasi
16
Nitro oksida cenderung berdifusi ke cavitas yang berisi udara dibandingkan
nitrogen yang lebih mudah masuk ke aliran darah. Pada kondisi dimana nitro oksida
menjadi berbahaya termasuk emboli udara, pneumothorax, obstruksi intestinal akut, udara
pada intracranial (pneumochephalus yang disertai penutupan dura atau
pneumoenchephalography), kista udara pada pulmonal, gelembung udara intraokuler, dan
gangguan membrena timpani. Nitro oksida akan berdifusi ke dalam lubang trakea dan
meningkatkan tekanannya sehingga mendesak mukosa trakea. Nitro oksida harus dibatasi
pemakaiannya pada pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen inspirasi tinggi.
Interaksi Obat
Karena MAC nitro oksida yang relatif tinggi jika dipakai sebagai agen tunggal
anestesi umum, maka biasanya dikombinasikan dengan agen volatile yang lebih poten.
Penambahan nitro oksida akan mengurangi kebutuhan agen lain (65% nitro oksida
menurunkan kebutuhanagen volatile lain sebesar 50%).
2.7.2 Halothane
Kandungan fisik
Halothan adalah alkana yang mengalami halogenasi (lihat table 8-3). Ikatan karbon-flour
menyebabkan gas ini tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak di alam. Pengawet
thymol dan pewarna amber pada botol penyimpanannya berguna untuk mencegah oksidasi
apontan dari gas ini. Halothan adalah agen volatile yang sedikit mahal karena aman dalam
pemakaiannya (lihat di bawah) dan semakin luas pemakaiannya.
1. Kardiovaskular
Dosis yang dipakai dapat untuk menurunkan tekanan darah arterial sampai
terjadinya epresi miokardium; halothan 2.0 MAC dapat menyebabkan penurunan 50%
tekanan darah dan cardiac output. Depresi jantung karena pengaruh pertukaran natrium-
kalsium dan kalsium intraseluler, menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri.
2. Respirasi
17
Halothane secara khas menyebabkan pernafasan yang cepat dan dangkal.
Peningkatan kecepatan pernafasan tidak cukup mengatasi volume tidal, jadi ventilasi
alveolar turun dan PaCO2 saat istirahat meningkat. Batas apneu, PaCO2 tertinggi dimana
pasien tetap apneu, juga meningkat karena perbedaan antara saat ini dengan saat istirahat
PaCO2 tidak berubah dengan anestesi umum.
Halothane dipertimbangkan sebagai bronkodilator yang poten, dan sering
digunakan untuk mengatasi bronkospasme yang diinduksi asma.
3. Serebral
Dengan dilatasi pembuluh darah serebral, halothan mengurangi resistensi vaskuler
serebral dan meningkatkan CBF. Autoregulation, mempertahankan CBF tetap stabil
selama terjadi perubahan tekanan darah arteri adalah susah. Peningkatan tekanan intra
cranial dapat dicegah dengan mempertahankan hiperventilasi selama halothan dipakai.
Aktivitas serebri menurun menyebabkan gambaran EEG melemah dan terjadi penurunan
kebutuhan metabolism oksigen.
4. Neuromuscular
Halothane merelaksasikan otot skeletal dan meningkatkan potensial pelumpuh otot
jenis nondepolarizing neuromuscular (NMBA). Seperti agen anestesi volatile yang poten
liannya, halothan menyebabkan hyperthermia maligna.
5. Renal
Halothane menurunkan aliran darah di renal, glomerular filtration rate, and
produksi urine. Pemberian cairan sebelum operasi dapat membantu mengurangi perubahan
ini.
6. Hepatik
Halothane menyebabkan aliran darah hepar menurun sampai mendepresi curah
jantung. Vasospasme arteri hepatika telah dilaporkan selama anestesi halothane.
Metabolisme dan pengeluaran beberapa obat (misal, fentanyl, phenytoin, verapamil)
nampak mengalami gangguan karena halothane. Bukti lain disfungsi sel hepar meliputi
sulfobromophthalein (BSP) menyebabkan retensi dan peningkatan kecil transaminase liver.
18
Biotransformasi & Toksisitas
Halothane dioksidasi di hepar oleh isoenzim tertentu yaitu cytochrome P-450 (2EI)
menjadi metabolit utama asam trifluoroaasetat.
Disfungsi hepatic post operatif disebabkan beberapa hal: hepatitis virus, perfusi hepar yang
tidak adekuat, penyakit jantung sebelumnya, hipoksia hepatosit, sepsis, hemolisis,
kolestasis intrahepatik post-operative rinagn, dan hepatitis karena obat. Halothane
hepatitis sangat jarang terjadi ( 1 dari 35.000 kasus). Pasien yang terpapar halothan
berkali-kali pada jangka waktu yang pendek, wanita gemuk usia pertengahan, dan orang
dengan predisposisi terkena toksisitas halothan atau orang dengan riwayat toksisitas dapat
meningkatkan resiko terkena.
Kontraindikasi
Sebaiknya tidak memberikan halothan untuk pasien yang mengalami disfungsi
hepar yang tidak diketahui sebabnya karena paparan sebelumnya. Tidak terdapat bukti
pasti yang menyatakan halothane memperparah penyakit hepar yang diderita.
Pasien dengan hipovolemi dan beberapa pasien dengan penyakit jantung berat
(stenosis aorta) tidak dapat mentolerasi efek inotropik negative dari halothane. Sensitisasi
jantung oleh katekolamin membatasi pemakaian halothane ketika epinefrin eksogen
diberikan atau pada pasien dengan feokromositoma.
Interaksi Obat
Depresi miokardium terlihat pada halothane yang dieksaserbasi dengan obat β-
adrenergic bloker (seperti propranolol) and kalsium channel bloker (seperti verapamil).
Antidepresan trisiklik and monoamine oxidase inhibitors terbukti berkaitan dengan
fluktuasi tekanan darah dan aritmia, meskipun keduanya menunjukkan kontraindikasi
absolut. Kombinasi antara halothane dan aminofilin menghasilkan aritmia ventrikuler yang
berat.
2.7.3 Isoflurane
Kandungan Fisik
Isoflurane adalah anestesi volatile yang tidak mudah terbakar dengan bau ether
yang tajam. Meskipun merupakan isomer kimia dari enfluran, tetapi memiliki kandungan
fisiko-kimia yang berbeda (lihat tabel 8–3).
Efek pada Sistem Organ
19
1. Kardiovaskular
Isoflurane menyebabkan depresi jantung invivo yang minimal. Peningkatan
mendadak konsentrasi isoflurane menyebabkan peningkatan sementara laju jantung,
tekanan darah arterial, dan kadar plasma norepinefrin. Karena hasil negative yang didapat
dari beberapa penelitian, beberapa anestesiologis masih tidak mau memakai isofluran pada
pasien dengan kelainan arteri koroner.
2. Respirasi
Depresi nafas selama pemakaian isofluran seperti yang terjadi pada anestesi yang
lain, kecuali takipneu yang jarang ditemui. Efek nyata yang didapati adalah ventilasi yang
menurun dalam beberapa menit. Meski kadar isofluran rendah (MAC 0,1%) respon
ventilasi yang normal dapat berubah menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Meskipun
mengiritasi saluran nafas atas, tetapi isofluran termasuk bronkodilator tetapi tidak sekuat
halothane.
3. Serebral
Pada konsentrasi lebih dari 1 MAC, isoflurane meningkatkan CBF and tekanan
intrakranial. Efek ini jarang diumumkan daripada halothan dan dilawan dengan
hiperventilasi. Berlawanan dengan halothane, hiperventilasi gas ini tidak bisa mencegah
hipertensi intrakranial. Isoflurane mengurangi kebutuhan metabolism oksigen dan pada 2
MAC menghasilkan gambaran electroencephalogram (EEG) silent. Supresi EEG mungkin
menyediakan waktu proteksi otak selama terjadi iskemik serebral.
4. Neuromuskular
Isoflurane merelaksasikan otot skeletal.
5. Renal
Isoflurane menurunkan aliran darah renal, glomerular filtration rate, dan produksi
urine.
20
6. Hepatik
Aliran darah hepatik total (arteri hepatica dan vena porta) mengalammi penurunan
selama anestesi dengan isoflurane. Suplai oksigen hepatik mungkin lebih baik dengan
isofluran daripada halothane, akan tetapi, karena perfusi arteri hepatic dan saturasi oksigen
vena hepatica stabil.
Kontraindikasi
Isoflurane tidak mempunyai kontraindikasi khusus. Pasien dengan hipovolemia
berat mungkin tidak bias mentoleransi efek vasodilatasi dari obat ini.
Interaksi Obat
Epinephrine dapat aman diberikan dengan dosis maksimal 4.5 µg/kg. NMBAs
Nondepolarizing akan dipotensiasi oleh isoflurane..
2.7.4 Desflurane
Kandungan Fisik
Struktur desflurane sangat mirip dengan isoflurane. Tekanan uap desfluran pada suhu
20°C adalah 681 mm Hg, pada ketinggian tertentu bisa menguap pada suhu ruang
(contoh Denver, Colorado). Karena itulah, pada perkembangannya membutuhkan
vaporizer khusus. Terlebih lagi, kelarutan yang rendah pada darah dan jaringan tubuh
menyebabkan anestesi ini cepat masuk dan cepat hilang. Waktu pulih kurang lebih
50% lebih rendah daripada pemakaian isoflurane. Pada tekanan uap yang tinggi,
durasi kerjanya memendek, dan potensinya menengah merupakan karakteristik dari
desflurane.
21
Efek pada Sistem Organ
1. Kardiovaskular
Terdapat peningkatan sedang denyut jantung, tekanan vena sentral, dan tekanan arteri
pulmonalis yang sering tidak terlihat pada dosis rendah. Peningkatan konsentrasi
desflurane yang cepat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan kadar
katekolamin yang sementara tetapi kadang mengkhawatirkan yang lebih sering disebutkan
terjadi dengan isoflurane, khususnya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler.
2. Respirasi
Desflurane menyebabkan penurunan volume tidal dan peningkatan kecepatan
pernafasan. Bau tajam dan iritasi jalan nafas selama induksi desflurane dapat
meningkatkan salivasi, menahan nafas, batuk, dan spasme laring. Masalah ini membuat
desflurane kurang ideal untuk induksi inhalasi.
3. Serebral
Seperti agen voletil lainnya, desflurane membuat vasodilatasi secara langsung
vascular serebral meningkatkan CBF dan tekanan intracranial pada normotensi and
normokapnia.
4. Neuromuskular
Desflurane dengan dosis tertentu dapat menurunkan respond an menstimulasi
nervus perifer terjadi tetani.
5. Renal
Tidak ada bukti bahwa desflurane menyebabkan nefrotoksik.
6. Hepatik
Tes fungsi hepar tidak dipengaruhi dan tidak ada bukti adanya iritasi hepatic pada
anestesi dengan desflurane.
22
Biotransformasi & Toksisitas
Desflurane, lebih daripada yang lain yaitu didegradasi oleh absorben karbon
dioksida kering (terutama barium hidroksida lime, tetapi juga natrium and kalium
hidroksida) menjadi karbon monoksida. Pemakaian absorben kering kalsium hidroksida
dapat meminimalisir resiko keracunan karbon monoksida
Kontraindikasi
Desflurane menyebabkan beberapa kontraindikasi dibandingkan agen volatile
modern yang lain yaitu: severe hipovolemia, hiperthermia maligna, and hipertensi
intrakranial
Interaksi Obat
Desflurane mempotensiasi pelumpuh otot nondepolarizing sekuat pada isoflurane.
Epinephrine dapat aman diberikan dengan dosis maksimal 4.5 µg/kg seperti desflurane
tidak mensensitiasi miokardium menjadi efek aritmogenik. Induksi desflurane dapat
berkaitan dengan delirium pada pasien pediatric.
2.7.5 Sevoflurane
Kandungan Fisik
Seperti desflurane, sevoflurane dihalogenasi dengan fluorine. Sevoflurane
memiliki kelarutan sedikit lebih besar dari desflurane ( b/g 0.65 versus 0.42) (lihat Tabel 8–
3). Tidak berbau menyengat dan peningkatan yang cepat dari konsentrasi anestesi alveolar
membuat sevoflurane merupakan pilihan terbaik untuk induksi inhalasi yang cepat dan
lambut pada pediatric dan orang dewasa.
23
2. Respirasi
Sevoflurane mendepresi respirasi dan melawan bronchospasme seperti isoflurane.
3. Serebral
Seperti isoflurane dan desflurane, sevoflurane menyebabkan sedikit peningkatan
CBF dan TIK pada normokarbia, meskipun beberapa penelitian menunjukkan adanya
penurunan aliran darah serebral. Konsentrasi yang tinggi dari sevoflurane (> 1.5 MAC)
dapat mempengaruhi CBF, hal ini menyebabkan penurunan CBF selama hipotensi
hemoragik.
4. Neuromuskular
Sevoflurane menghasilkan pelumpuh otot yang adekuat untuk intubasi pada anak-
anak pada anestesi inhalasi.
5. Renal
Sevoflurane sedikit menurunkan aliran darah renal. Metabolismenya berkaitan
dengan fungsi tubulus renal yang melemah (seperti penurunan kemampuan
mengkonsentrasi) didiskusikan di bawah
6. Hepatik
Sevoflurane menurunkan aliran darah pada vena porta, tetapi meningkatkan aliran
darah arteri hepatik, untuk mempertahankan aliran darah total hepatic dan sirkulasi
oksigen.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada hipovolemia berat, kemungkinan timbul hipertermia maligna,
hipertensi intracranial.
Interaksi Obat
24
Seperti agen volatile lainnya, sevoflurane mempotensiasi NMBAs. Namun tidak
mensensitisasi aritmia yang diinduksi obat.
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi inhalasi menekan sistem respirasi mulai dari sentral di medula sampai
periferal di muskular. Kebanyakan anestesi inhalasi (halothan, enflurane, isoflurane, dan
sevoflurane) memberikan efek bronkodilator. Secara umum, anestesi inhalasi menurunkan
VT dan meningkatkan RR. Penggunaan anestesi inhalasi perlu mempertimbangkan
pengaruh-pFaktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian hipoksia dan hiperkarbi
pada anestesi inhalasi antara lain hipoventilasi, atelektasis, sumbatan jalan napas, serta
penurunan kapasitas fungsi residual.
25