Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BACA 2

ANESTESI INHALASI

Disaripatikan dari buku :

Stoelting Ed 6 Ch 4: Inhaled Anesthetics

Oleh :

Al Hafiz Aidil Pakpahan

Peserta PPDS I Anestesiologi & Terapi Intensif

FK-KMK UGM/ RSUP Dr SARDJITO

Pembimbing Moderator

dr. Calcarina Fitriani R.W, Sp. An, KIC dr. Rifdhani Fakhrudin, Sp.An

Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr Sardjito

Yogyakarta

2023
BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi umum yang pertama kali diterima secara universal adalah Nitro oksida,
kloroform dan ether. Sampai saat ini terdapat lima agen inhalasi yang masih terus digunakan
dalam anestesi klinis yakni nitro oxida, halotan, isoflurane, desflurane, dan sevoflurane.

Anestesi inhalasi terutama berguna pada induksi pasien pediatrik yang mungkin sulit
untuk mendapatkan akses intravena. Pada pasien dewasa yang biasanya diinduksi dengan
agen intravena, sering dipertimbangkan untuk menggunakan anestesi inhalasi sebagai contoh
sevoflurane yang memiliki bau yang tidak menusuk dan onset yang relatif cepat dari
sevofluran sehingga membuat induksi inhalasi sering digunakan pada pasien dewasa. Dengan
mengabaikan umur pasien, anestesi yang utama digunakan adalah agen inhalasi. Pemulihan
kondisi pasien tergantung pada redistribusi di otak dan eliminasi melalui paru-paru yang di
metabolisme oleh agen ini.

Oleh karena jalur pemberiannya yang unik anestesi inhalasi mempunyai keuntungan
secara farmakologis yang tidak dimiliki obat anestesi lain. Sebagai contoh, aliran obat dalam
darah pada sirkulasi pulmonal membuat keberadaan obat dalam darah arterial lebih cepat
daripada bila diberikan melalui intravena.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Farmakokinetik anestesi inhalasi


Walaupun mekanisme kerja anestesi inhalasi begitu kompleks, tetapi jelas bahwa efek
yang paling besar tergantung pada pencapaian suatu konsentrasi jaringan terapeutik pada
sistem saraf pusat.

Aliran udara bebas (FGF/Free Gas Flow) dipengaruhi oleh vaporizer dan pengaturan
flowmeter.
FI (konsentrasi udara inspirasi) dipengaruhi oleh (1) tingginya FGF (2)volume sirkuit-
breathing (3)sirkuit absorpsi
FA (konsentrasi udara alveolar) (1)uptake (2)ventilasi (3)efek konsentrasi dan gas kedua
(sisa)
Fa (konsentrasi udara arterial) dipengaruhi ventilasi/perfusi
Agen anestesi inhalasi harus melewati beberapa barrier antara mesin anestesi dan otak.

2.2 Faktor yang mempengaruhi konsentrasi inspirasi (fi)

3
Sebelum diinspirasi oleh pasien, udara bebas dari mesin anestesi akan bercampur
dengan gas pada sirkuit pernafasan. Komposisi yang sebenarnya dari campuran udara
inspirasi ini tergantung terutama pada kecepatan aliran udara bebas, volume sistem
pernafasan, dan penyerapan oleh mesin dari sirkuit pernafasan. Semakin tinggi kecepatan
aliran udara bebas, semakin kecil volume sistem pernafasan, dan semakin rendah penyerapan
sirkuit, semakin dekat konsentrasi udara yang diinspirasi dengan konsentrasi udara bebas.
Secara klinis, hal ini dapat diartikan bahwa semakin cepat induksi dan waktu pemulihan.

2.3 Faktor yang mempengaruhi konsentrasi alveolar (fa) uptake

Jika agen anestesi tidak di-uptake oleh tubuh, konsentrasi udara alveolar (FA) akan
dengan cepat mendekati konsentrasi udara yang diinspirasi (FI). Karena agen anestesi
diambil oleh sirkulasi pulmonal selama induksi, konsentrasi alveolar lebih rendah dari
konsentrasi yang diinspirasi (FA/FI < 1,0). Semakin besar pengambilan, semakin lambat
kecepatan peningkatan konsentrasi alveolar dan semakin rendah rasio FA:FI.

 Karena itu, semakin besar uptake agen anestesi, semakin besar perbedaan antara
konsentrasi yang diinspirasi dan konsentrasi alveolar, dan semakin lambat kecepatan
induksi.
 Tiga faktor yang mempengaruhi uptake anestesi: kelarutan pada darah, aliran darah
alveolar, dan perbedaan tekanan partial antara udara alveolar dengan darah vena.

Makin besar koefisien gas/darah, makin besar kelarutan anestesi dan makin besar pula
uptakenya oleh sirkulasi pulmoner. Sebagai akibat tingginya kelarutan tersebut, tekanan
partial alveolar meningkat perlahan, dan induksi semakin lama. Karena koefisien partial
lemak/darah adalah lebih dari 1, maka kelarutan darah/gas meningkat oleh karena lipidemia
post prandial dan menurun pada kondisi anemia.

Tabel 8–1. Koefisien Partial of dari Obat Anestesi Volatile (Inhalasi) pada
suhu 37°c.1

4
Agen Darah/Gas Otak/Darah Otot/Darah Lemak/Darah

Nitrous oxide 0.47 1.1 1.2 2.3

Halothane 2.4 2.9 3.5 60

Isoflurane 1.4 2.6 4.0 45

Desflurane 0.42 1.3 2.0 27

Sevoflurane 0.65 1.7 3.1 48

1
Nilai ini adalah rata-rata yang didapat dari beberapa penelitian dan dapat dipakai sebagai perbandingan, bukan
sebagai angka pasti.

 Faktor kedua yang dapat mempengaruhi uptake adalah aliran darah pada alveolar,
yang mana bila dalam keadaan tidak adanya sumbatan sirkulasi paru-paru (pulmonary
shunting), aliran darah alveolar ini terutama akan sepadan dengan curah jantung. Jika
curah jantung menurun sampai dengan nol, maka begitu juga dengan pengambilan
obat anestesi. Jika terjadi peningkatan curah jantung, terjadi pula peningkatan
pengambilan anesthesi, kenaikan tekanan parsial alveolar melambat, dan induksi
lama.

 Faktor terakhir yang mempengaruhi pengambilan anesthesi oleh sirkulasi paru-paru


adalah perbedaan tekanan parsial antara gas alveolar dan darah vena. Gradien ini
tergantung pada pengambilan jaringan. Jika anesthesi tidak melewati ke dalam organ
tubuh seperti otak, tekana parsial alveolar dan vena akan menjadi sama dan tidak akan
ada pengambilan oleh sirkulasi paru-paru. Perpindahan anesthesi dari darah ke
jaringan ditentukan oleh tiga faktor analog dengan pengambilan sistemik: daya larut
dalam jaringan/tisu obat tersebut (koefisien pembagi jaringan/darah), aliran darah ke
jaringan, dan perbedaan tekanan parsial antara pada darah vena dan jaringan.

Tabel 8–2. Pengelompokan Jaringan Berdasarkan perfusi dan

5
Kelarutannya
Karakteristik Kaya vaskularisasi Otot Lemak Sedikit vaskularisasi

Persentase berat tubuh 10 50 20 20

Persentase cardiac 75 19 6 0
output

Perfusi (mL/min/100 75 3 3 0
g)

Kelarutan Relatif 1 1 20 0

Uptake anestesi menghasilkan kurva khas menghubungkan antara peningkatan konsentrasi


alveolar dengan waktu (gambar 8-2). Bentuk dari grafik ini ditentukan oleh pengambilan dari
kelompok jaringan secara individual (gambar 8-3).

FA meningkat terhadap FI lebih cepat dengan nitro oxida (obat yang tidak larut) daripada dengan
halothane (obat yang larut). Lihat gambar 8-1 utuk penjelasan dari FA dan FI.

6
Peningkatan dan penurunan tekanan parsial alveolar mendaluhui terjadi pada jaringan lainnya.

Ventilasi
Tekanan parsial alveolar yang menurun karena pengambilan dapat diatasi dengan
peningkatan ventilasi alveolar. Dengan kata lain, distribusi obat anestesi yang diambil oleh
aliran darah pulmonal secara konstan menghasilkan dosis pemeliharaan yang lebih baik pada
konsentrasi alveolar.

Konsentrasi
Efek dari uptake juga dapat direduksi dengan peningkatan konsentrasi inspirasi.
Menariknya, peningkatan konsentrasi inspirasi tidak hanya meningkatkan knsentrasi alveolar
tetapi juga peningkatan kadarnya (seperti peningkatan FA/FI).
Efek konsentrasi lebih signifikan dengan nitro oksida daripada dengan agen anestesi
volatil, karena dibentuk dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Akan tetapi, konsentrasi yang
tinggi dari nitro oksida akan memperbesar (oleh mekanisme yang sama) tidak hanya di-
uptake tapi secara teoritis itu disebabkan anestesi volatile. Efek konsentrasi dari salah satu
gas terhadap gas lain disebut the second gas efek (efek gas sekunder), yang mungkin tidak
signifikan pada praktek klinis anestesiologi.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi arteri (FA)


7
Ventilasi / perfusi tidak seimbang (mismatch)
Pada kondisi normal, tekanan partial alveolar dan arteri dinggap sama, tapi pada
kenyataannya tekanan partial arteri konsisten lebih rendah daripada udara akhir ekspirasi
yang diperkirakan. Alasannya adalah percampuran pada vena, dead space pada alveolar, dan
distribusi gas \ alveolar yang tidak merata. Terlebih lagi, eksistensi perfusi.
Lebih lanjut, keberadaan ventilasi/perfusi yang tidak sesuai akan meningkatkan
perbedaan tekanan parsial antara alveolar dan arterial. Ketidaksesuaian ini merupakan akibat
adanya restriksi pada aliran udara: meningkatnya tekanan didepan daerah yang mangalami
restriksi, tekanan yang lebih rendah setelah daerah restriksi, dan berkurangnya aliran yang
melalui daerah restriksi. Efek secara keseluruhan adalah peningkatan tekanan parsial arterial
(khususnya untuk obat yang sulit larut).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi


Penyembuhan (recovery) anestesi tergantung pada penurunan konsentrasi anestesi
pada jaringan otak. Anestesi dapat dieliminasi dengan biotransformasi, kehilangan melalui
transcutaneus, atau ekspirasi.

Rute yang paling penting pada eliminasi anestesi inhalasi adalah alveolus. Beberapa
faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat recovery: eliminasi dari rebreathing,
aliran udara bebas yang tinggi, volume sirkuit anestesi yang rendah, absorbsi rendah oleh
sirkuit anestesi, penurunan kelarutan, tingginya aliran darah serebral (cerebral blood
flow/CBF), dan peningkatan ventilasi.

2.6 Farmakodinamik anestesi inhalasi

2.6.1 Teori kerja anestesi


Anestesi umum adalah mengubah kondisi fisioligi yang ditandai dengan
kehilangan kesadaran yang reversible, analgesia dari seluruh tubuh, amnesia, dan
beberapa derajat muscle relaxant. Banyak substansi yang mampu menghasilkan
anestesi umum yang luar biasa: elemen inert (xenon), senyawa inorganic sederhana
(nitrooksida), hidrokarbon halogenasi (halothane), dan struktur organic kompleks
(barbiturate).
8
Terdapat hipotesis umum yang menyatakan bahwa semua agen inhalasi
mengalami mekanisme sistemik di tingkat molekuler. Pernyataan ini didukung
penelitian tentang adanya potensi anestesi dari agen inhalasi yang berkaitan langsung
dengan kelarutan lemak (hukum Meyer-Overton). Hukum ini menyatakan bahwa
anestesi berasal dari molekul yang dipecah pada reseptor spesifik lipofilik. Tentu saja,
tidak semua molekul yang terlarut pada lemak merupakan anestesi (beberapa adalah
convulsant) dan korelasi antara potensi anestesi dan kelarutan lemak adalah hampir
sama (gambar 8-4)

Terdapat korelasi yang baik tapi tidak sempurna di antara potensi anestetik dan kelarutan lemak. MAC,
minimum alveolar concentration.

2.6.2 Konsentrasi alveolar minimum (mac)


Konsentrasi minimum pada alveolar (MAC) dari obat anestesi inhalasi adalah
konsentrasi dalam alveolar yang mencegah pergerakan pada 50% pasien sebagai
9
respon terhadap stimulus (contoh, insisi bedah). MAC adalah alat pengukur yang
bermanfaat karena bisa mencerminkan tekanan parsial otak, sebagai perbandingan
potensi antara obat-obatan, dan menjadi standar bagi evaluasi eksperimental (tabel 8-
3).

Tabel 8–3. Sediaan Anestesi Inhalasi Modern.


Agen Struktur MAC%1 Tekanan Uap (mm Hg at 20°C)
 

Nitro oksida 1052 —


 

Halothane (Fluothane) 0.75 243

Isoflurane (Forane) 1.2 240

Desflurane (Suprane) 6.0 681

Sevoflurane (Ultane) 2.0 160

1
Nilai minimum alveolar concentration (MAC) pada usia 30 sampai 55 tahun dengan subyek manusia dan
digambarkan pada persentase 1 atm. Pada ketinggian yang lebih tinggi membutuhkan konsentrasi inspirasi dari
anestesi untuk mendapatkan tekanan partial yang sama.
2
konsentrasi yang lebih dari 100% berartikondisi hiperbarik yang membutuhkan konsentrasi sebesar 1,0 MAC.

MAC dapat ditingkatkan oleh beberapa kondisi fisiologi dan farmakologi (table 8-4). Salah
satunya adalah penurunan drastis 6% MAC pada tiap 10 tahun umur pasien, meskipun
dengan anestesi volatile. MAC relatif tidak dipengaruhi oleh spesies, jenis kelamin, maupun
durasi anestesi.

Tabel 8–4. Faktor yang Mempengaruhi MAC.1


10
Variabel Efek pada MAC Keterangan
Temperatur

 Hipotermia ↓

 Hipertermia ↓ bila > 42°C

Umur

 Muda ↑

 Dewasa ↓

Alkohol

 Intoksikasi akut ↓

 Pemakai lama ↑

Anemia

 Hematokrit < 10% ↓

PaO2

  < 40 mm Hg ↓

PaCO2

  > 95 mm Hg ↓ Disebabkan oleh < pH dalam CSF2


 

Tiroid

  Hipertiroid Tidak ada perubahan

  Hipotiroid Tidak ada perubahan

Tekanan Darah

  MAP < 40 mm Hg ↓

Elektrolit

  Hiperkalsemia ↓

  Hipernatremia ↑ Disebabkan oleh perubahan CSF

  Hiponatremia ↓ Disebabkan oleh perubahan CSF

11
Kehamilan ↓ MAC menurun sampai 1/3 pada
kehamilan minggu ke 8; normal pada 72
jam postpartum

Obat-obatan

  Anestesi Lokal ↓ Kecuali kokain

  Opioids ↓

  Ketamin ↓

  Barbiturat ↓

  Benzodiazepin ↓

  Verapamil ↓

  Lithium ↓

  Simpatolitik

    Methyldopa ↓

    Clonidine ↓

    Dexmedetomidine ↓

  Simpatomimetik

    Amphetamine

       Kronik ↓

       Akut ↑

    Cocaine ↑

    Ephedrine ↑

2.7 Farmakologi klinis dari anestesi inhalasi

2.7.1 NITRO OKSIDA


Sediaan Fisik
12
Nitro oxida (N2O; gas tertawa) adalah satu-satunya gas anestesi inorganik yang
digunakan dalam klinis (lihat tabel 8-3). Gas ini tidak berwarna dan yang paling penting
tidak berbau. Walaupun tidak bersifat eksplosif dan mudah terbakar, nitro oxida dapat
berfungsi sebagai oksigen untuk penanganan luka bakar. Nitro oxida secara relatif
merupakan anestesi yang tidak meluas, akan tetapi, bila memikirkan tentang keamanan
obat telah mendorong ketertarikan yang berlanjut pada alternatif lain seperti xenon (table
8-5)

Tabel 8–5. Keuntungan dan Kerugian pemakaian Xenon sebagai Anestesi.

Keuntungan

  Inert (kemungkinan tidak beracun karena tidak mengalami metabolisme)

  Efek kardiovaskuler minimal

  Kelarutan dalam darah rendah

  Induksi dan recovery cepat

  Tidak menyebabkan hipertermia maligna

  Ramah lingkungan

  Tidak mudah terbakar

Kerugian  

  Harga mahal

  Potensi rendah (MAC = 70%)1


 

  Tidak tersedia perlengkapan anestesi komersial


1
MAC, minimum alveolar concentration.

Efek Pada Sistem Organ

1. Kardiovaskular

13
Efek dari sirkulasi nitro oksida dapat dijelaskan dengan adanya stimulasi pada
system saraf simpatis. Meskipun nitro oksida mendepresi secara langsung kontraktilitas
miokardial in vitro, maka tekanan darah arteri, cardiac output, dan laju nafas tidak berubah
atau hanya sedikit naik in vivo dikarenakan stimulasi katekolamin (Tabel 8–6).
Tabel 8–6. Farmakologi Klinik Dari Anestesi Inhalasi

Nitro Halothane Isoflurane Desflurane Sevoflurane


Oksida

Kardiovaskular

  Tekanan darah N/C1 ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓


 

  Laju nafas N/C ↓ ↑ N/C or ↑ N/C

  Resistensi sistemik N/C N/C ↓↓ ↓↓ ↓


perifer

  Cardiac output2 N/C ↓ N/C N/C or ↓ ↓


 

Respirasi

  Tidal volume ↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓

  Respiratory rate ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑

  PaCO2
 

    Istirahat N/C ↑ ↑ ↑↑ ↑

    Aktivitas ↑ ↑ ↑ ↑↑ ↑

Serebral

  Aliran darah ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑

  Tekanan intra cranial ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑

  Metabolisme serebral ↑ ↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓

  Kejang ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

14
Neuromuskular

  Blokade Nondepolarizing ↑ ↑↑ ↑↑↑ ↑↑↑ ↑↑


3

Ginjal

  Aliran darah ginjal ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓

  Glomerular filtration rate ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓


(GFR)

  Output Urine ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓

Hepatik

  Aliran darah ↓ ↓↓ ↓ ↓ ↓

Metabolisme4 0.004% 15–20% 0.2% < 0.1% 5%


 
1
N/C, no change.
2
Ventilasi kontrol.
3
Blokade depolarizing kemungkinan juga diperpanjang dengan agen ini tetapi hal ini tidak signifikan secara
klinik.
4
Persentase anestesi yang diabsorsi selama terjadi metabolism.

2. Respirasi
Nitro oksida dapat meningkatkan laju napas (takipneu) dan menurunkan volume
tidal sebagai akibat dari stimulasi sistem saraf pusat (SSP) dan dapat juga
mengaktivasi reseptor peregangan pulmonal.

3. Serebral
Dengan peningkatan CBF dan volume darah serebral, nitro oksida menghasilkan
peningkatan minimal tekanan intra cranial. Nitro oksida juga meningkatkan
konsumsi oksigen serebral (CMRO2). Kadar nitro oksida dibawah MAC
menimbulkan efek analgesik pada operasi gigi dan beberapa operasi minor lainnya.

4. Neuromuskular

15
Berlawanan dengan agen inhalasi lainnya, nitro oksida tidak berefek melumpuhkan
otot (muscle relaxation). Pada kenyataannya, pada konsentrasi tinggi di ruang
hiperbarik, nitro oksida dapat menyebabkan rigiditas otot skeletal. Nitro oksida
kemungkinan tidak memacu hipertermia maligna.

5. Renal
Nitro oksida tampaknya dapat menurunkan aliran darah renal dengan dara
meningkatkan resistensi vaskuler renal. Hal ini menyebabkan penurunan
glomerular filtration rate dan pengeluaran urine.

6. Hepatik
Aliran darah di hepar dapat menurun selama pemakaian anestesi dengan nitro
oksida, tetapi penurunannya labih rendah dibandingkan agen volatile lainnya.

7. Gastrointestinal
Beberapa penelitian menyatakan bahwa nitro oksida menyebabkan mual dan
muntah post operasi, sebagai akibat dari aktivasi kemoreseptor trigger zone dan
pusat muntah di medulla. Penelitian lain, terutama pada anak-anak, telah gagal
menghubungkan kaitan antara nitro oksida dan muntah.

Biotransformasi & Toksisitas


Selama pemakaian, hampir semua nitro oksida dieliminasi oleh ekspirasi. Sejumlah
kecil berdifusi dalam kulit. Biotransformasi terbatas sekitar kurang dari 0.01% selama
terjadi metabolism reduksi pada traktus gastrointestinal oleh bakteri anaerob.
Dengan proses oksidasi ireversibel atom cobalt pada vitamin B12, nitro oksida menghambat
enzim yang bergantung pada vitamin B12. Yang termasuk enzim ini adalah metionin
sintetase yang dibutuhkan untuk pembentukan myelin dan thymidilate sintetase yang
dibutuhkan untuk sintesis DNA. Paparan yang lama dengan nitro oksida dapat
menyebabkan depresi sumsum tulang (anemia megaloblastik dan deficit neurologis
(neuropati perifer dan anemia pernisiosa).

Kontraindikasi

16
Nitro oksida cenderung berdifusi ke cavitas yang berisi udara dibandingkan
nitrogen yang lebih mudah masuk ke aliran darah. Pada kondisi dimana nitro oksida
menjadi berbahaya termasuk emboli udara, pneumothorax, obstruksi intestinal akut, udara
pada intracranial (pneumochephalus yang disertai penutupan dura atau
pneumoenchephalography), kista udara pada pulmonal, gelembung udara intraokuler, dan
gangguan membrena timpani. Nitro oksida akan berdifusi ke dalam lubang trakea dan
meningkatkan tekanannya sehingga mendesak mukosa trakea. Nitro oksida harus dibatasi
pemakaiannya pada pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen inspirasi tinggi.

Interaksi Obat
Karena MAC nitro oksida yang relatif tinggi jika dipakai sebagai agen tunggal
anestesi umum, maka biasanya dikombinasikan dengan agen volatile yang lebih poten.
Penambahan nitro oksida akan mengurangi kebutuhan agen lain (65% nitro oksida
menurunkan kebutuhanagen volatile lain sebesar 50%).

2.7.2 Halothane

Kandungan fisik
Halothan adalah alkana yang mengalami halogenasi (lihat table 8-3). Ikatan karbon-flour
menyebabkan gas ini tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak di alam. Pengawet
thymol dan pewarna amber pada botol penyimpanannya berguna untuk mencegah oksidasi
apontan dari gas ini. Halothan adalah agen volatile yang sedikit mahal karena aman dalam
pemakaiannya (lihat di bawah) dan semakin luas pemakaiannya.

Efek pada Sistem organ

1. Kardiovaskular
Dosis yang dipakai dapat untuk menurunkan tekanan darah arterial sampai
terjadinya epresi miokardium; halothan 2.0 MAC dapat menyebabkan penurunan 50%
tekanan darah dan cardiac output. Depresi jantung karena pengaruh pertukaran natrium-
kalsium dan kalsium intraseluler, menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri.

2. Respirasi
17
Halothane secara khas menyebabkan pernafasan yang cepat dan dangkal.
Peningkatan kecepatan pernafasan tidak cukup mengatasi volume tidal, jadi ventilasi
alveolar turun dan PaCO2 saat istirahat meningkat. Batas apneu, PaCO2 tertinggi dimana
pasien tetap apneu, juga meningkat karena perbedaan antara saat ini dengan saat istirahat
PaCO2 tidak berubah dengan anestesi umum.
Halothane dipertimbangkan sebagai bronkodilator yang poten, dan sering
digunakan untuk mengatasi bronkospasme yang diinduksi asma.

3. Serebral
Dengan dilatasi pembuluh darah serebral, halothan mengurangi resistensi vaskuler
serebral dan meningkatkan CBF. Autoregulation, mempertahankan CBF tetap stabil
selama terjadi perubahan tekanan darah arteri adalah susah. Peningkatan tekanan intra
cranial dapat dicegah dengan mempertahankan hiperventilasi selama halothan dipakai.
Aktivitas serebri menurun menyebabkan gambaran EEG melemah dan terjadi penurunan
kebutuhan metabolism oksigen.

4. Neuromuscular
Halothane merelaksasikan otot skeletal dan meningkatkan potensial pelumpuh otot
jenis nondepolarizing neuromuscular (NMBA). Seperti agen anestesi volatile yang poten
liannya, halothan menyebabkan hyperthermia maligna.

5. Renal
Halothane menurunkan aliran darah di renal, glomerular filtration rate, and
produksi urine. Pemberian cairan sebelum operasi dapat membantu mengurangi perubahan
ini.

6. Hepatik
Halothane menyebabkan aliran darah hepar menurun sampai mendepresi curah
jantung. Vasospasme arteri hepatika telah dilaporkan selama anestesi halothane.
Metabolisme dan pengeluaran beberapa obat (misal, fentanyl, phenytoin, verapamil)
nampak mengalami gangguan karena halothane. Bukti lain disfungsi sel hepar meliputi
sulfobromophthalein (BSP) menyebabkan retensi dan peningkatan kecil transaminase liver.

18
Biotransformasi & Toksisitas
Halothane dioksidasi di hepar oleh isoenzim tertentu yaitu cytochrome P-450 (2EI)
menjadi metabolit utama asam trifluoroaasetat.
Disfungsi hepatic post operatif disebabkan beberapa hal: hepatitis virus, perfusi hepar yang
tidak adekuat, penyakit jantung sebelumnya, hipoksia hepatosit, sepsis, hemolisis,
kolestasis intrahepatik post-operative rinagn, dan hepatitis karena obat. Halothane
hepatitis sangat jarang terjadi ( 1 dari 35.000 kasus). Pasien yang terpapar halothan
berkali-kali pada jangka waktu yang pendek, wanita gemuk usia pertengahan, dan orang
dengan predisposisi terkena toksisitas halothan atau orang dengan riwayat toksisitas dapat
meningkatkan resiko terkena.

Kontraindikasi
Sebaiknya tidak memberikan halothan untuk pasien yang mengalami disfungsi
hepar yang tidak diketahui sebabnya karena paparan sebelumnya. Tidak terdapat bukti
pasti yang menyatakan halothane memperparah penyakit hepar yang diderita.
Pasien dengan hipovolemi dan beberapa pasien dengan penyakit jantung berat
(stenosis aorta) tidak dapat mentolerasi efek inotropik negative dari halothane. Sensitisasi
jantung oleh katekolamin membatasi pemakaian halothane ketika epinefrin eksogen
diberikan atau pada pasien dengan feokromositoma.

Interaksi Obat
Depresi miokardium terlihat pada halothane yang dieksaserbasi dengan obat β-
adrenergic bloker (seperti propranolol) and kalsium channel bloker (seperti verapamil).
Antidepresan trisiklik and monoamine oxidase inhibitors terbukti berkaitan dengan
fluktuasi tekanan darah dan aritmia, meskipun keduanya menunjukkan kontraindikasi
absolut. Kombinasi antara halothane dan aminofilin menghasilkan aritmia ventrikuler yang
berat.
2.7.3 Isoflurane
Kandungan Fisik
Isoflurane adalah anestesi volatile yang tidak mudah terbakar dengan bau ether
yang tajam. Meskipun merupakan isomer kimia dari enfluran, tetapi memiliki kandungan
fisiko-kimia yang berbeda (lihat tabel 8–3).
Efek pada Sistem Organ
19
1. Kardiovaskular
Isoflurane menyebabkan depresi jantung invivo yang minimal. Peningkatan
mendadak konsentrasi isoflurane menyebabkan peningkatan sementara laju jantung,
tekanan darah arterial, dan kadar plasma norepinefrin. Karena hasil negative yang didapat
dari beberapa penelitian, beberapa anestesiologis masih tidak mau memakai isofluran pada
pasien dengan kelainan arteri koroner.

2. Respirasi
Depresi nafas selama pemakaian isofluran seperti yang terjadi pada anestesi yang
lain, kecuali takipneu yang jarang ditemui. Efek nyata yang didapati adalah ventilasi yang
menurun dalam beberapa menit. Meski kadar isofluran rendah (MAC 0,1%) respon
ventilasi yang normal dapat berubah menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Meskipun
mengiritasi saluran nafas atas, tetapi isofluran termasuk bronkodilator tetapi tidak sekuat
halothane.

3. Serebral
Pada konsentrasi lebih dari 1 MAC, isoflurane meningkatkan CBF and tekanan
intrakranial. Efek ini jarang diumumkan daripada halothan dan dilawan dengan
hiperventilasi. Berlawanan dengan halothane, hiperventilasi gas ini tidak bisa mencegah
hipertensi intrakranial. Isoflurane mengurangi kebutuhan metabolism oksigen dan pada 2
MAC menghasilkan gambaran electroencephalogram (EEG) silent. Supresi EEG mungkin
menyediakan waktu proteksi otak selama terjadi iskemik serebral.

4. Neuromuskular
Isoflurane merelaksasikan otot skeletal.

5. Renal
Isoflurane menurunkan aliran darah renal, glomerular filtration rate, dan produksi
urine.

20
6. Hepatik
Aliran darah hepatik total (arteri hepatica dan vena porta) mengalammi penurunan
selama anestesi dengan isoflurane. Suplai oksigen hepatik mungkin lebih baik dengan
isofluran daripada halothane, akan tetapi, karena perfusi arteri hepatic dan saturasi oksigen
vena hepatica stabil.

Biotransformasi & Toksisitas


Isoflurane dimetabolisme menjadi asam triflouroasetat. Sampai MAC 20 jam
isofluran dapat menyebabkan kadar fluoride meningkat menjadi 50 µmol/L terjadi
disfungsi renal yang tidak terdeteksi pada post operasi metabolism terbatas juga
meminimalisir resiko yang mungkin terjadi pada disfungsi hepatik.

Kontraindikasi
Isoflurane tidak mempunyai kontraindikasi khusus. Pasien dengan hipovolemia
berat mungkin tidak bias mentoleransi efek vasodilatasi dari obat ini.

Interaksi Obat
Epinephrine dapat aman diberikan dengan dosis maksimal 4.5 µg/kg. NMBAs
Nondepolarizing akan dipotensiasi oleh isoflurane..

2.7.4 Desflurane

Kandungan Fisik
Struktur desflurane sangat mirip dengan isoflurane. Tekanan uap desfluran pada suhu
20°C adalah 681 mm Hg, pada ketinggian tertentu bisa menguap pada suhu ruang
(contoh Denver, Colorado). Karena itulah, pada perkembangannya membutuhkan
vaporizer khusus. Terlebih lagi, kelarutan yang rendah pada darah dan jaringan tubuh
menyebabkan anestesi ini cepat masuk dan cepat hilang. Waktu pulih kurang lebih
50% lebih rendah daripada pemakaian isoflurane. Pada tekanan uap yang tinggi,
durasi kerjanya memendek, dan potensinya menengah merupakan karakteristik dari
desflurane.

21
Efek pada Sistem Organ
1. Kardiovaskular
Terdapat peningkatan sedang denyut jantung, tekanan vena sentral, dan tekanan arteri
pulmonalis yang sering tidak terlihat pada dosis rendah. Peningkatan konsentrasi
desflurane yang cepat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan kadar
katekolamin yang sementara tetapi kadang mengkhawatirkan yang lebih sering disebutkan
terjadi dengan isoflurane, khususnya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler.

2. Respirasi
Desflurane menyebabkan penurunan volume tidal dan peningkatan kecepatan
pernafasan. Bau tajam dan iritasi jalan nafas selama induksi desflurane dapat
meningkatkan salivasi, menahan nafas, batuk, dan spasme laring. Masalah ini membuat
desflurane kurang ideal untuk induksi inhalasi.

3. Serebral
Seperti agen voletil lainnya, desflurane membuat vasodilatasi secara langsung
vascular serebral meningkatkan CBF dan tekanan intracranial pada normotensi and
normokapnia.

4. Neuromuskular
Desflurane dengan dosis tertentu dapat menurunkan respond an menstimulasi
nervus perifer terjadi tetani.

5. Renal
Tidak ada bukti bahwa desflurane menyebabkan nefrotoksik.

6. Hepatik
Tes fungsi hepar tidak dipengaruhi dan tidak ada bukti adanya iritasi hepatic pada
anestesi dengan desflurane.

22
Biotransformasi & Toksisitas
Desflurane, lebih daripada yang lain yaitu didegradasi oleh absorben karbon
dioksida kering (terutama barium hidroksida lime, tetapi juga natrium and kalium
hidroksida) menjadi karbon monoksida. Pemakaian absorben kering kalsium hidroksida
dapat meminimalisir resiko keracunan karbon monoksida

Kontraindikasi
Desflurane menyebabkan beberapa kontraindikasi dibandingkan agen volatile
modern yang lain yaitu: severe hipovolemia, hiperthermia maligna, and hipertensi
intrakranial

Interaksi Obat
Desflurane mempotensiasi pelumpuh otot nondepolarizing sekuat pada isoflurane.
Epinephrine dapat aman diberikan dengan dosis maksimal 4.5 µg/kg seperti desflurane
tidak mensensitiasi miokardium menjadi efek aritmogenik. Induksi desflurane dapat
berkaitan dengan delirium pada pasien pediatric.

2.7.5 Sevoflurane

Kandungan Fisik
Seperti desflurane, sevoflurane dihalogenasi dengan fluorine. Sevoflurane
memiliki kelarutan sedikit lebih besar dari desflurane ( b/g 0.65 versus 0.42) (lihat Tabel 8–
3). Tidak berbau menyengat dan peningkatan yang cepat dari konsentrasi anestesi alveolar
membuat sevoflurane merupakan pilihan terbaik untuk induksi inhalasi yang cepat dan
lambut pada pediatric dan orang dewasa.

Efek pada Sistem Organ


1. Kardiovaskular
Sevoflurane sedikit mendepresi kontraktilitas myocardial. Sevoflurane dapat
memperpanjang interval QT, penyebabnya masih belum diketahui.

23
2. Respirasi
Sevoflurane mendepresi respirasi dan melawan bronchospasme seperti isoflurane.
3. Serebral
Seperti isoflurane dan desflurane, sevoflurane menyebabkan sedikit peningkatan
CBF dan TIK pada normokarbia, meskipun beberapa penelitian menunjukkan adanya
penurunan aliran darah serebral. Konsentrasi yang tinggi dari sevoflurane (> 1.5 MAC)
dapat mempengaruhi CBF, hal ini menyebabkan penurunan CBF selama hipotensi
hemoragik.

4. Neuromuskular
Sevoflurane menghasilkan pelumpuh otot yang adekuat untuk intubasi pada anak-
anak pada anestesi inhalasi.

5. Renal
Sevoflurane sedikit menurunkan aliran darah renal. Metabolismenya berkaitan
dengan fungsi tubulus renal yang melemah (seperti penurunan kemampuan
mengkonsentrasi) didiskusikan di bawah

6. Hepatik
Sevoflurane menurunkan aliran darah pada vena porta, tetapi meningkatkan aliran
darah arteri hepatik, untuk mempertahankan aliran darah total hepatic dan sirkulasi
oksigen.

Biotransformasi & Toksisitas


Enzim mikrosomal pada hati P-450 (khususnya isoform 2E1) membuat
metabolisme sevoflurane meningkat seperempat kali (5%) dibanding halothane (20%),
tetapi 10 atau 25 kali dibanding isoflurane atau desflurane.

Kontraindikasi
Kontraindikasi pada hipovolemia berat, kemungkinan timbul hipertermia maligna,
hipertensi intracranial.

Interaksi Obat
24
Seperti agen volatile lainnya, sevoflurane mempotensiasi NMBAs. Namun tidak
mensensitisasi aritmia yang diinduksi obat.

BAB III

KESIMPULAN

Anestesi inhalasi menekan sistem respirasi mulai dari sentral di medula sampai
periferal di muskular. Kebanyakan anestesi inhalasi (halothan, enflurane, isoflurane, dan
sevoflurane) memberikan efek bronkodilator. Secara umum, anestesi inhalasi menurunkan
VT dan meningkatkan RR. Penggunaan anestesi inhalasi perlu mempertimbangkan
pengaruh-pFaktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian hipoksia dan hiperkarbi
pada anestesi inhalasi antara lain hipoventilasi, atelektasis, sumbatan jalan napas, serta
penurunan kapasitas fungsi residual.

25

Anda mungkin juga menyukai