Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT MERMAID TEXTILE (MERTEX) INDONESIA


MOJOKERTO, JAWA TIMUR

OLEH:
1.
2.
3.
4.

MOCHAMAD MAULANA ILHAM


SURYANINGSIH
ULFATUL FITRIYYAH
YONATA PUTRA PRASETYA

NIS
NIS
NIS 3271/3271.044
NIS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG
JULI 2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT MERMAID TEXTILE (MERTEX) INDONESIA


MOJOKERTO, JAWA TIMUR

Diajukan kepada
SMK Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam menempuh Ujian Akhir Nasional

OLEH:
1. MOCHAMAD MAULANA ILHAM

NIS

2. SURYANINGSIH

NIS

3. ULFATUL FITRIYYAH

NIS 3271/3271.044

4. YONATA PUTRA PRASETYA

NIS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG
JULI 2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mermaid Textile Mojokerto ini telah disetujui
dan disahkan pada tanggal

bulan

tahun dua

ribu enam belas.

Menyetujui,

Solakhudin

Sunarto

Section Chief

Pembimbing Industri

Mengetahui,

Sunarko, S H, M H,
Kepala Bagian Personalia

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mertex Textile Mojokerto ini telah disetujui dan
disahkan pada tanggal

bulan

tahun dua ribu enam belas.

Menyetujui,

Diana Muhayati, M.Pd.

Wijiningsih, S.T

Pembimbing Penulisan Sekolah

Pembimbing

Mengetahui,

Siti Zubaidah, S.Pd.


Kepala SMK Putra Indonesia Malang

ABSTRAKSI

PT Mertex Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada


5 April 1972. Perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan itu diresmikan
Presiden Soeharto pada 6 Agustus 1975. Perusahaan tersebut berskala produksi tinggi
dan mempunyai tenaga kerja cukup banyak.
Industri ini berada di jalan raya bypass Po BOX 17 Desa Lengkong,
Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto. Industri ini memiliki luas tanah
171.430 M3 dengan status tanah hak guna bangunan. Dalam struktur organisasinya,
PT Mertex dipimpin oleh seorang presiden direktur yang dibantu oleh wakil presiden
direktur, direktur keuangan, direktur pemasaran, direktur produksi dan para manager.
Bagian-bagian yang ada didalam industri tersebut adalah bagian pemintalan,
penenunan dan penyelesaian terakhir atau finishing. Didalam bagian penyelesaian
akhir terdapat beberapa proses yang dilakukan antara lain persiapan, gas singenging,
desizing, scouring, bleaching, netralisasi, mercerizing, setter panas, dyeing pad
dryer, dyeing packing, sanforized, resin , quality control, pemeriksaan, pengepakan,
penyimpanan dan pengiriman.
Hasil produksi PT Mertex berupa kain jadi sesuai permintaan konsumen dan
kain mentah yang akan dikirim ke buyer. Limbah padat berupa sisa kain dan limbah
cair diolah hingga netral atau tidak berbahaya. Setelah itu baru di alirkan ke sungai
dan sawah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga Laporan Praktik Kerja Industri di PT.Mermaid Textile (MERTEX)
Indonesia dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini menggambarkan proses pembuatan kain di PT. Mermaid Textile
(MERTEX) Indonesia Mojokerto.
Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat diselesaikan atas dukungan
dari berbagai pihak sehingga kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Aries Susanto, S E. Ak, selaku Assistant Chief Manager di PT
Mermaid Textile Industry Indonesia.
2. Bapak Solakhudin selaku pimpinan bagian Finishing.
3. Bapak Sunarko, S.H., M.H. selaku kepala bagian personalia.
4. Bapak Suroso selaku koordinator Prakerin di industri.
5. Bapak Sunarto selaku pembimbing industri di bagian laboratorium.
6. Ibu Siti Zubaidah, S.Pd. selaku kepala sekolah SMK Putra Indonesia Malang.
7. Ibu Diana Muhayati, M.Pd. selaku pembimbing penulisan laporan.
8. Ibu Wijiningsih, S.T. selaku pembimbing di sekolah.
9. Bpk. Aries, Bpk. Choirul, Bpk. Suliono, Bpk Supian, Bpk. Hernu dan seluruh
staf dan karyawan PT. Mermaid Textile Indonesia.
10. Bapak dan ibu guru Sekolah Menengah Kejuruan Putra Indonesia Malang.
11. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi
12. Teman teman kelas XII tahun pelajaran 2016-2017 SMK Putra Indonesia
Malang.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini
bermanfaat.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAKSI.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan...........................................................................
1.2 Ruang Lingkup Kegiatan..........................................................................
1.3 Tujuan Kegiatan........................................................................................
1.4 Manfaat Kegiatan......................................................................................
BAB II TINJAUAN INDUSTRI
2.1 Sejarah industri..........................................................................................
2.2 Struktur Organisasi Industri.....................................................................
2.3 Visi Industri ..
2.4 Misi Industri .
BAB III ANALISIS PROSES INDUSTRI
3.1 Gambaran Umum .............................................................................
3.2 Finishing Process .............................................................................
3.3 Intruksi Kerja Colour Matching .......................................................
3.4 Pengujian dan Analisis Bahan ..........................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Struktur Organisasi PT Mertex Indonesia ........................


Lampiran 2 Diagram Proses Finishing PT Mertex Indonesia ..........................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan


Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan (SMK) jelas
berbeda dengan di sekolah menengah atas (SMA). Di SMK siswa dituntut
melakukan banyak praktik setelah mendapatkan teori dalam bidang tertentu.

Lulusan SMK diharapkan memiliki keterampilan yang dapat menjadikan mereka


sebagai tenaga kerja siap pakai dan mampu bersaing di dunia kerja.
Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan oleh SMK Putra
Indonesia Malang dimaksudkan untuk memberi dan menambah pengalaman. Hal
ini bertujuan meningkatkan keterampilan dan disiplin karena para siswa
sebelumnya masih merasa kurang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam bidang industri.
Dengan adanya Praktik Kerja Industri ini semua siswa diharapkan dapat
mempraktikkan pengetahuan yang didapat secara teoritis di dalam Pratik Kerja
Industri. Di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan
sempurna apabila teori tanpa diiringi praktik secara langsung. Di samping itu para
siswa belum banyak mengenal dunia industri dengan segala interaksi yang terjadi
di dalam perusahaan.
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut program
Prakerin yang diadakan merupakan pengalaman yang sangat berharga karena
siswa ikut berperan secara langsung di dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam
Prakerin ini siswa dituntut melakukan berbagai kegiatan sebagai sarana melatih
keterampilan sekaligus tanggung jawab yang dapat dijadikan salah satu pijakan
apabila menjadi seorang pemimpin.
1.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup penulisan laporan Praktik Kerja Industri di PT Mertex Indonesia
ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Deskripsi perusahaan (meliputi sejarah pendirian industri dan struktur organisasinya).
2. Proses fisika dan kimia (meliputi kegiatan pewarnaan kain serta proses pengecekan
kain).
1.3 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan Praktik Kerja Industri sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemempuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan program sekolah atau keahlian yang dipilih.

2. Memberi kesempatan kepada siswa supaya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
industri.
3. Memberikan gambaran umum kepada siswa mengenai dunia kerja yang akan
ditekuni.
4. Agar siswa dapat mengaplikasikan ilmu yng sudah diberikan dari sekolah.
5. Untuk mengetahui proses pembuatan kain di PT Mermaid Textile (MERTEX)
Indonesia.
1.4 Manfaat Kegiatan
1.4.1 Manfaat bagi Industri
Adapun manfaat bagi industri sebagai berikut.
1. Membuktikan bahwa industri mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan.
2. Industri dapat menjalin relasi atau hubungan kerja sama yang baik dengan pihak
sekolah.
3. Industri dapat melakukan perekrutan tenaga kerja dengan mudah.
4. Industri dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa di dunia
kerja dan untuk sarana pelatihan bagi para pekerja dengan bantuan siswa.
1.4.2

Manfaat bagi Sekolah


Adapun manfaat bagi sekolah sebagai berikut.
1.
Sekolah dapat memberikan kurikulum yang telah ditentukan dengan baik.
2. Memudahkan guru dalam menyelesaikan materi disekolah karena para siswa mudah
mengetahui keadaan dilapangan.
3. Sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan industri yang dikunjungi untuk tahuntahun yang akan datang.

1.4.3

Manfaat bagi Siswa


Adapun manfaat bagi siswa sebagai berikut.
1. Siswa dapat mengetahui proses apa saja yang terjadi di dalam industri.
2. Siswa dapat membandingkan antara teori yang sudah dipelajari di sekolah dengan
praktik langsung di industri.
3. Siswa dapat memperoleh pengalaman dasar sebagai modal kerja.
4. Siswa dapat memperoleh informasi tentang proses pembuatan kain di PT
Mermaid Textile (MERTEX) Indonesia.

BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI

2.1 Profil Industri


Pada tanggal 5 April 1972 PT Mermaid Textile Industry Indonesia resmi
didirikan dengan dasar Keputusan SK Presiden RI No.B-31/Pres/4/1972. Pada bulan
Oktober 1974 masa Trial Production berakhir atau dengan kata lain telah memasuki
masa Saat Mulai Berproduksi (SMB) dengan dasar keputusan SK KIP Mojokerto
No.04/PK/PMA-PMDN/1974 tertanggal 18 Desember 1974. PT Mermaid Textile
Industry Indonesia mengalami masa Bebas Pajak (Tax Holidays) selama 5 tahun yaitu
sejak bulan Oktober 1974 sampai dengan bulan September 1979. Pada tanggal 06
Agustus 1975 PT Mermaid Textile Indonesia diresmikan oleh Presiden RI Soeharto.
2.2 Struktur Organisasi Industri
Struktur organisasi di PT Mertex Indonesia, dikendalikan oleh presiden direktur
dibantu wakil presiden dir. Dalam menjalankan tugas operasional, mereka dibantu
direktur keuangan, direktur pemasaran, direktur produksi, direktur teknik, dan
direktur muda. Dalam proses produksi mereka juga dibantu manajer akutansi,
manajer Quality Control, manajer pengembangan sumber daya manusia. Berikut ini

akan dijelaskan tugas dan tanggung jawab pemegang jabatan dalam industri. Adapun
skema struktur organisasi industri dapat dilihat di lampiran ke-1.

2.2.1. Presiden Direktur


Presiden direktur mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Menetapkan dan mengambil keputusan dalam menjalankan kebijakan
industri.
2. Melaksanakan dan menentukan kebijakan industri yang digariskan oleh dewan
direktur.
2.2.2 Wakil Presiden Direktur
Wakil presiden direktur mepunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada presiden direktur.
2. Menerima tugas yang diberikan oleh presiden direktur bila berhalangan.
3. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
2.2.3 Direktur Keuangan
Direktur keuangan mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Mengatur perencanaan keuangan.
2. Membuat kebijakan, mengawasi, dan memeriksa keuangan industri.
3. Membuat laporan-laporan keuangan setiap bulan dan setiap tahun sebagai
pertanggung jawaban kepada presiden direktur.
4. Bekerja sama dengan direktur lainnya untuk menyusun anggaran keuangan
industri.
2.2.4 Direktur Pemasaran
Direktur pemasaran mempunyai tugas sebagai berikut.

1. Merencanakan penjualan sesuai target yang ditetapkan.


2. Membuat rencana dan peninjauan harga pada waktu tertentu.
3. Membuat rencana pengolahan anggaran dalam hal perongkosan dan biaya
penjualan.
4. Menjalin kerja sama dengan direktur lainnya.
2.2.5 Direktur Produksi
Tugas direktur produksi hanya bertanggung jawab dalam hal upaya
meningkatkan hasil produksi.
2.2.6 Direktur Teknik
Direktur teknik mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Mempunyai perencanaan dan mengawasi segala kegiatan didalam pabrik
sesuai dengan instruksi presiden direktur.
2. Bekerja sama dengan direktur lainnya untuk menentukan rencana
produksi.
3. Membantu presiden direktur dalam membuat kebijakan masalah produksi.
2.2.7 Direktur Muda
Direktur muda mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada direktur.
2. Mengkoordinasikan dan mengontrol aktivitas dan proses produksi yang
terjadi di bagiannya masing-masing.
3. Membuat rencana kerja dan target produksi.
4. Mengkoordinasi aktivitas di bagian kantor dan manajemen.
2.2.8 Manajer Akutansi
Manajer akutansi mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Mengatur dan memelihara catatan-catatan keuangan.

2.
3.
4.
5.

Membuat kalkulasi harga pokok barang-barang hasil produksi industri.


Membuat laporan keuangan industri.
Membuat laporan perpajakan.
Bertanggung jawab kepada direktur keuangan.

2.2.9 Manajer Quality Control


Manajer Quality Control mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada direktur teknik.
2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin, peralatan produksi, gedung
dan mess, instalasi listrik, dan transportasi gudang teknik.
3. Bekerja sama dengan bagian lain.
2.2.10 Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas sebagai
berikut.
1. Membuat rencana kebutuhan tenaga kerja.
2. Mengadakan seleksi dan penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidang
dan keahliannya.
3. Mengadakan hubungan baik dengan organisasi buruh, instansi pihak
pihak lain yang berhubungan dengan industri.
4. Bekerja sama dengan bagian yang lain.
2.2.11 Manajer Produksi
Manajer produksi mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada direktur produksi.
2. Bertanggung jawab atas proses produksi yang berlangsung pada
departemen masing-masing.
3. Membuat rencana atau target produksi.
4. Bekerja sama dengan bagian lain terutama bagian yang berkaitan

langsung dengan input atau output proses produksi.


2.2.12 Kepala Seksi
Kepala Seksi mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada manajer.
2. Bertanggung jawab atas proses produksi yang berlangsung pada seksi
atau sub bagian di suatu bagian.
2.2.13 Foreman
Foreman mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada kepala bagian.
2. Mengawasi kinerja suatu kelompok kerja yang oleh pimpinan
pemindahan kelompok.
3. Melaporkan segala aktivitas suatu kelompok kerja kepada bagian kepala.
2.2.14 Pemimpin Sub Kelompok
Pemimpin Sub Kelompok mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada Foreman.
2. Mengawasi kinerja karyawan secara langsung.
3. Mengkoordinasi dan memotivasi karyawan dalam melakukan aktivitas
kerja.
2.3 Visi Industri
Menjadikan perusahaan tekstil terkemuka di Indonesia.
2.4 Misi Industri
Memproduksi tekstil dengan kualitas yang memenuhi kepuasan pelanggan dan
ramah lingkungan.
BAB III

ANALISIS PROSES INDUSTRI

3.1 Gambaran Umum


PT Mermaid Textile Industry Indonesia adalah pabrik tekstil yang merupakan
cabang salah satu anak perusahaan dari Jepang yang saat ini masih beroperasi di
Indonesia. Bahan atau produk yang dihasilkan dari PT Mermaid Textile Industry
Indonesia berupa kain yang sesuai dengan permintaan buyer. Pada proses pengolahan
textile dalam prosedur melalui rangkaian produksi yang terbagi atas spinning,
weaving, dan finishing. Di dalam rangkaian ketiga proses tersebut unit finishing
merupakan unit akhir dalam rangkaian pengolahan dari kain mentah untuk menjadi
produk akhir yang siap dipasarkan.

3.2 Finishing Process


Permintaan kain katun tetoron diperdagangkan sebagai kain ekspor serta lokal
terbesar di Asia Tenggara .Untuk memperoleh sebuah kain dengan kualitas terbaik
maka selama proses pencelupan dan pencampuran berbagai macam chemical haruslah
dengan ketelitian yang benar dan sesuai dengan prosedur yang ada serta
distandarkannya melalui proses-proses berikut. Adapun diagram proses finishing di
PT Mertex dapat dilihat di lampiran ke-2.
3.2.1. Preparatory
Preparatory merupakan proses mempersiapkan greige (kain mentah ) yang
akan masuk pada proses bleaching. Proses tersebut

sangatlah penting sebelum

melanjutkan ke proses A-1 (gas singeing), dikarenakan kain yang telah disiapkan
sudah dilihat terlebih dahulu dan sudah dipastikan kain yang akan digunakan
memiliki nilai komersial yang tinggi, oleh sebab itu nilai sangat berpengaruh akibat
kain mentah (greige) memiliki banyak cacatnya, walaupun sedemikian rupa telah

dilakukan proses pencelupan dan pencampuran dengan sempurna. Hal ini bertujuan
mendapatkan kualitas kain yang bagus dan melaporkan pada bagian penentuan agar
diadakan pengontrolan kain mentah . Selain untuk menentukan kualitas kain,
preparatory juga berfungsi menentukan kain yang akan masuk proses sesuai daftar
delivery yang ditentukan oleh Produksi Control (PC). Apabila persiapan pada kain
mentah telah siap dan memenuhi kriteria, maka dilanjutkan pada A-1 (gas singeing).
3.2.2. Gas Singeing (A1)/ Keyak
Gas Singeing (A1)/ Keyak merupakan proses pembakaran bulu-bulu pada kain
mentah dengan menggunakan gas LPG. Proses A-1 sangatlah cocok dilakukan untuk
langkah pertama. Pertama-tama kain disikat yaitu sikat nilon agar bulu-bulu yang
melekat bisa tegak/ berdiri sehingga pada waktu pembakaran bisa dilakukan secara
sempurna.
Proses ini bertujuan menghindari pencelupan yang tidak rata yang disebabkan
migrasi dyestuff yang mana karena adanya bulu-bulu tersebut. Supaya permukaan
menjadi halus dan menambah daya serap kain. Kain dimasukkan proses A-1 bukan
untuk mengerutkan dengan pemanasan juga bukan untuk meredahkan grade serat
polyester. Singeing harus dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang berlebihan/
yang tidak rata menyebabkan hilangnya kekuatan kain/ kekuatan parsial pada kain T/
C. Pada umumnya kain T/ C di singeing pada kedua bagian (atas dan bawah). Bila
pada kain terdapat banyak bulu-bulu maka pengguntinganya bulu-bulu dilakukan
terlebih dahulu sebelum masuk proses A-1 untuk mencegah terbentuknya tetesan
serat polyester yang mencair.
Adapun besar kecilnya api tergantung pada tebal tipisnya kain, juga kerapatan
atau design kain yang akan diproses. Kain yang telah melalui proses A-1 akan dingin
melalui pendinginan (cooling cylinder). Jika kain telah dingin maka proses A-1 akan
dilanjutkan pada proses A-2.
3.2.3. A-2 Range

Scouring (A-2 Range)/ Noriyaki merupakan proses membersihkan sisa


pembakaran bulu-bulu kain pada proses A-1. Kain yang sudah dingin dari cooling
cylinder dan masuk pada bak pencucian yang berisi air dengan temperatur 90C
sebanyak 5 bak pencucian. Proses ini akan memudahkan

terlepasnya kanji dan

kotoran-kotoran pada kain.


3.2.4. Dizezing Scouring (A-3 Range)
Apabila kotoran dan kanji masih ada yang belum terlepas, dimasukkan pada bak
saturator yang berisi obat/ chemical yang berfungsi tiga hal. Pertama, pencucian pada
kain untuk memudahkan lepasnya kotoran. Kedua, oksidator penghancur kanji pada
kain sehingga kain terbuka pori-porinya. Ketiga, menambah pecucian pada kain dan
daya serap kain.
Setelah proses ini selesai dilanjutkan pada boiling box yang mengalami proses
pemanasan dengan sistem penguapan dan perendaman

dengan menggunakan

chemical. Untuk menjaga kestabilan konsentrasi obat pada saturator maka harus dicheck (analisis). Pengecekkan ini penting untuk menghindari cacat pencelupan seperti
perbedaan warna antara awal, tengah, dan akhir kain (tealing).
Untuk menentukan apakah proses ini sudah sempurna atau belum, maka dapat
digunakan larutan kalium iodida (KI). Apabila warna violet kecoklatan berarti kanji/
PVA masih ada.
3.2.5. Pemutihan (A4 Range)
Pemutihan (A4 Range) merupakan proses untuk memperoleh pengelantaran
atau pemutihan. Tujuannya adalah memperoleh kain yang sangat putih untuk T/ C
dan juga bagi kain yang akan dicelup. Dalam proses ini kain dimasukkan pada
chemical yang sudah disediakan.
Kain tersebut diharapkan putih, bersih dari kotoran. Pada proses bleaching
penambahan chemical memiliki tiga fungsi. Pertama, untuk menurunkan pH pada

kain agar menjadi asam. Kedua, untuk memutihkan kain. Ketiga, untuk pencuci dan
daya serap kain.
Pada proses ini biasanya kain yang sudah putih tetapi masih kurang sempurna
untuk diwarna, karena pada proses bleaching, chemical yang digunakan adalah
Sodium Chlorid (NaClO) yang mengandung gas chlor maka untuk menghilangkan
chemical pada kain perlu dinetralisasikan.
3.2.6. Netralisasi
Cara untuk menghilangkan chemical yang ada pada kain karena proses
bleaching adalah netralisasi. Kain setelah dari bleaching ini masih mengandung gas
chlor (ClO2) yang sangat berbahaya dan perlu dihilangkan atau dinetralisasi dengan
Sodium Metabesulfite (Na2S2O5)
Selanjutnya dicuci dengan air panas temperatur 80 o Celcius setelah itu dicuci
sampai bersih dan dikeringkan pada dryer cylinder. Untuk hasil yang baik perlu
dilakukan empat pengecekan. Pertama, apakah kondisi kain sesuai dengan yang
diharapkan. Kedua, kandungan kanji. Ketiga, cacat pada kain. Keempat, kandungan
chemical. Dari proses A-4 kain akan dimasukkan pada proses B range (Mercerizing)
3.2.7. B-range (Mercerizing)
B-range (Mercerizing) merupakan proses penyutraan dan pengaturan lebar
kain. Proses ini bertujuan

untuk menambah kemampuan daya serap terhadap

dyestuff & handling serta merubah cotton menjadi seperti sutra (silk). Disamping itu
juga diperoleh empat keuntungan. Pertama, daya serap bertambah baik dan warna
kain celupan lebih terang. Kedua, kualitas kain bertambah baik dan lebih mengkilap.
Ketiga, kestabilan ukuran kain bertambah. Keempat, handling bertambah baik.
Tujuan mercerization bagi T/ C (65/ 35) untuk merubah serat cotton. Pada
umumnya mercerization kain cotton dilakukan dengan menggunakan chemical
dengan dilakukan pada temperatur ruangan. Menetralisir dan mencuci setelah

mercerization adalah sangat penting bagi dyeing yang lengkap untuk menghilangkan
alkali dan garam-garam.
Setelah proses ini dilanjutkan pada proses Heat setter (C) untuk memberikan
pemerataan panas.
3.2.8. Heat setter (D-/ C Range)
Heat setter (D-/ C Range) merupakan proses pengaturan dan penyesuaian
lebar kain dan memberikan pemerataan panas. Proses ini sangatlah penting guna
mendapatkan kain yang berkualitas lebih baik dan memiliki nilai komersial yang
tinggi. Ada empat tujuan proses tersebut. Pertama, menghilangkan ketidak rataan
benang-benang. Kedua, menambah kestabilan ukuran-ukuran. Ketiga, menambah
ketahanan menjadi satunya bulu-bulu (pilling). Keempat, menambah daya tahan
kusut, kondisi normal mempunyai suhu T/ C dan Polyester: 210oC, Cotton 100% :
140C.
Pada akhir proses kain warna putih langsung diproses pada mesin. Pad dryer,
mesin K1-K2-L Range (Pad dry-Baking). Setelah proses heat setter kain akan masuk
ke proses dyeing dan resin, tergantung permintaan buyer.
3.2.9. Pad Dryer (G Range)
Dyeing Pad dryer adalah proses pencelupan zat warna dengan termosol dyeing.
Pada umumnya teknik pencelupan ditentukan oleh derajat taraf pencelupan yang
diperoleh termosol dyeing. Cara ini dikatakan sebagai proses yang lebih baik untuk
memperoleh taraf pencelupan, bila dyeing mengalami kesukaran yang berhubungan
dengan cacat dyeing, sebagai berikut.
1. Penyerapan yang tidak sempurna
2. Sukar mencelup bagian di bawah naps dan fluffs atau bulu-bulu kain
3. Adanya bintik-bintik di permukaan kain atau spel
4. Perbedaan warna antara awal,tengah dan akhir
Untuk menghindari kesukaran-kesukaran di atas, haruslah diperhatikan seperti
melakukan pigment pad dryer dengan hati-hati.

Mesin dryer terdiri atas empat alat. Pertama, chemical Bath, yang isinya
adalah dyestuff yang telah dicampur sesuai dengan resep. Kedua, chemical Menjel,
berfungsi memeras kain yang telah tercelup pada chemical bath. Ketiga, room Dryer,
berfungsi mengeringkan kain. Keempat, dryer silinder, fungsinya sama dengan room
dryer yaitu untuk mengeringkan kain.
Kain yang keluar dari mesin pad dryer harus dalam keadaan kering, baik kain
white maupun colour. Sedangkan pada waktu baking ada waktu dan temperaturnya
sendiri sesuai dengan recipe/ standar yang ada. Sedang untuk proses kain warna yang
perlu dilakukan Light, Medium, Dark (L/ M/ D). Adapun warna muda (light) zat
warna yang digunakan adalah jenis Unitron atau Vat. Maka warna medium dapat
memakai zat warna Disperse sedang untuk warna gelap dapat memakai zat warna
Disperse dan Reactive. Setelah proses ini dilakukan, proses selanjutnya adalah proses
Baking.
3.2.10. Baking (H Range)
Dyeing Baking adalah proses menancapkan warna pada kain dengan cara
pemanggangan dan pengeringan. Proses baking dilakukan apabila pada proses
pencelupan pad dryer ada unsur dyestuff baik itu disperse ataupun unithron.
Baking adalah proses pemberian chemical resin atau obat-obatan dengan
teknik pemanggangan supaya kain tidak mudah kusut dan untuk memasukkan zat
warna tetoron ke dalam pori-pori kain. Pada proses ini temperatur yang digunakan
maksimal (205C), untuk baking resin tergantung jenis kain.
3.2.11. Pad Steamer (J Range)
Pad Steamer (J Range) merupakan proses penguatan warna dengan cara
pemberian chemical dan pencucian sisa-sisa zat warna supaya tidak lekas pudar
dengan metode tertentu. Pada proses ini, pemberian zat warna tergantung dari
pewarnaan atau golongan dyestuff yang dipakai. Pad Steamer memiliki dua fungsi.
Pertama, pencucian pada kain after bleaching bila terkena cacat. Kedua,
pengurangan berat pada kain spunpully (all tetoron).

3.2.12. Resin Finish (K-L Range)


Resin Finish (K-L Range) merupakan proses terakhir dalam pengolahan kain
yang berfungsi memberikan rasa pada kain seperti lembut, kasar, halus, dan keras
sesuai dengan permintaan buyer di PT Mertex ada beberapa macam produk untuk
resin finish, sebagai berikut :
1. Water proof (WP)
2. Weight Reduce (WR)
3. Wrinkle free (HF)
4. RB
5. Deodorant (SC)
6. Soil Release (SR)
7. Chiku-Chiku (CK)
8. Non stack (NS)
9. Water Absorption (NDR)
10. Stiff finish (STF)
11. Nomos (NMS)
12. FLUTECT
13. AB

: Anti air
Pengurangan berat kain
: Anti kusut
: Anti bakteri
: Anti bau
: Anti kotor
: Permukaan halus
: Anti bakteri
: Daya serap
: Untuk kaku dan keras
: Anti bakteri
: Anti flu burung
: Anti blood

Resin Heat Tenter adalah proses penarikan memanjang dan melebarkan agar
chemical resin dapat meresap kedalam pori-pori kain. Resin Pad dryer adalah proses
pemberian chemical resin & white optical bright agent, sedangkan Resin pada proses
ini untuk kain yang banyak mengandung cotton menggunakan suhu di bawah 150C
karena chemical flourcent yang dipakai bisa develope pada 150C. Sebaliknya, untuk
kain yang banyak mengandung tetoron suhu yang digunakan harus lebih dari 170C
karena warna putih pada tetoron bisa muncul bila suhu lebih dari 170C.
Dalam proses finishing menggunakan chemical resin. Pada pewarnaan white
lebih sering menggunakan beberapa zat warna (bluing) dan florecent, sedang mesin
resin yang digunakan yaitu pad dryer, heat tenter, baking.
3.2.13. Celender ( R )
Celender ( R ) merupakan proses pengkilatan kain. Proses ini kain yang
masuk pada mesin celender hanya tertentu saja karena tergantung pada permintaan

buyer, biasanya untuk jenis kain Spoon polyester. Setelah proses ini dilanjutkan
dengan Heat Cutting.
3.2.14. Heat Cutting (HC)
Heat Cutting (HC) merupakan proses pemotongan pinggir kain untuk
penghilangan bekas lubang jarum pada saat tenter. Pada proses pemotongan ini, kain
yang masuk hanya tertentu saja, tergantung pada pesanan buyer.
3.2.15. Sanforized
Sanforized merupakan proses penyusutan secara mekanis untuk membuat
stabilitas ukuran kain agar tidak terjadi penyusutan pada saat pencucian. Dan untuk
menghaluskan permukaan kain. Setelah proses ini dilanjutkan Quality Control.
3.2.16. Quality Control
Quality Control merupakan suatu metode untuk mengecek kualitas pada kain
dengan menggunakan dua metode. Pertama, fast colour kain. Kedua, daya tes kain.
A. Fast colour terdiri atas.
1. Laundry test
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh pencucian
dengan sabun antara kain test dan kain cotton 100% .
2. Standart fade meter
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh sinar matahari
dengan memakai pembakaran ultra violet carbon cored dan solid .
3. Friction durability
Mesin ini untuk mengetahui perubahan karena pengaruh gesekan antara kain
test dengan kain cotton 100% baik kering maupun basah .
4. Prespiration test
Alat ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh keringat manusia
dengan menggunakan chemicals asam dan chemicals basah .
5.

Thermo test

Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh panas yang
menggunakan kompor penjepit antara kain tes dengan kain tetoron dan kain cotton
100% .
6. Chloride test
Dengan menggunakan chemical Sodium Clorite 25% dan setelah itu
dikerjakan dengan thermotest kain akan terjadi perubahan dari warna semula .
B. Daya test terdiri atas :
1. Tention /Elangation
Mesin ini untuk mengetahui berapa kilogram ketegangan dan berapa
millimeter kemulurannya dari kain dengan cara penarikan dengan mesin.
2. Tearing
Alat ini untuk mengetahui berapa gram daya sobek dari kain.
3. Wrikle recovery
Alat ini untuk mengetahui berapa persen dan berapa derajat daya kusutnya
kain dengan cara ditekuk serta dijepit dengan plat .
4. Softness
Alat ini untuk mengetahui berapa millimeter daya lemasnya kain dengan cara
dijepit antara dua roller lalu diputar sampai 90.
5. Abrasion
Mesin ini digunakan untuk mengetahui berapa second kikisan dari kain
sampai lubang dengan cara dikikis memakai kertas abras (kertas gosok) bergeser
diatas kain test secara otomatis
6. Spray tester
Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa persen kebasahan kain karena
semprotan air dengan suhu antara 28C secara dituangkan dalam waktu 30 second
7. Filling tester

Mesin ini untuk mengetahui perbandingan bulu kain yang keluar karena
putaran secara otomatis sebanyak 36.000 putaran dalam waktu kurang lebih
3/ 4 jam.
Quality Control juga mengukur daya susut kain dengan melakukan proses
Shringkage dan mengukur daya kusut kain khusus untuk kain Hf (Anti Kusut) dengan
proses Wash and Wear.
3.2.17. Inspection
Inspection merupakan proses pemeriksaan hasil kain untuk menentukan grade
kain atau kualitas. Dalam proses ini kain diteliti apakah terdapat cacat kain lalu
inpection selesai dan dinilai dengan bagus maka akan dilakukan proses penggulungan
kain setelah inspection sesuai panjang standart dan grade kain (Winding) dan
packing.
3.2.18. Packing
Packing merupakan proses pembungkusan dan pemberian label identitas hasil
produksi. Pada proses ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, seluege Stamping
merupakan pemberian cap atau inisial pada tepi kain yang akan dikirim. Kedua, cloth
Winding merupakan proses penggulungan kain sesuai dengan panjang yang akan
dikehendaki.
3.2.19. Gudang
Gudang merupakan tempat pembungkusan hasil dari packing dalam bentuk
karton box dan sebagai tempat penyimpanan barang sebelum dikirim ke buyer .

3.3 Instruksi Kerja Colour Matching


Colour Matching memiliki tujuan untuk membuat lab dip untuk sample ke
buyer atau untuk membuat resep proses sesuai dengan sample yang ada, jika sudah
lalu membuat resep proses. Ruang lingkupnya berada pada saat melakukan colour

matching di laboratorium. Langkah kerja colour matching ada dua yaitu colour
matching putih dan warna seperti berikut.
3.3.1. Colour Matching Putih
Colour matching putih memiliki tiga tujuan. Pertama, menentukan jenis kain
sesuai dengan permintaan (TC/ C, CVC, tetoron 100%, cotton 100%, dan lain-lain).
Kedua, menentukan handfeeling (halus, kasar, lemas, tebal, keras). Ketiga, colour
matching whiteness seperti kadar fluorescent (optical bright agent), bluing (dyestuff
yang dipakai ) dengan microflash, toleransi untuk whiteness
( 2.00) dan toleransi untuk T ( 0.25). Perhatikan perubahan antara laborat dan
proses turunnya berapa persen (saigen).
3.3.2. Colour Matching Warna
Colour matching warna memiliki tiga tujuan. Pertama, lihat warna pada
contoh kain yaitu warna T/ C celup (bath shade), atau celup tetoron saja atau cotton
saja (cross dye). Kedua, tentukan kode proses dan pemakain zat warnanya dengan
pertimbangan harga/ cost murah dan kualitas baik. Ketiga, contoh kain dilihat
menggunakan lampu black light apakah pakai Optical Bright Agent (OBA) dan bila
ada OBA (fluorescent) harus ditambah pada proses resin finish.
3.3.3. Cara Colour Matching
Cara melakukan colour matching sebagai berikut. Pertama, menentukan jenis
kain sesuai permintaan. Kedua, menentukan cara proses pemakain zat warna dan
komposisinya. Ketiga, bila T/ C celup yang pertama-tama dikerjakan adalah colour
matching tetoron, tetoron shade harus sama, setelah itu baru cotton shade. Untuk
komposisi warna :
1. Misalnya ada contoh warna blue, pertama harus pakai zat warna blue
sebagai warna pokok lalu ditambah green, yellow, atau red dicocokkan dengan
sampelnya.
2. Bila zat warna tidak ada harus memakai 3 zat warna pokok (blue,
yellow, dan red).

3. Perhatikan sifat-sifat dari tiap-tiap zat warna. Pada temperature


tertentu, warna akan mengalami penurunan.
4. Untuk warna tua misalnya black, navy, wine, dark red, dark green,
harus memakai dua kali proses. Proses I, tetoron celup melalui pad dry (G range
110-140C) baking (H range 205) steaming (105C). Proses II, cotton celup
melalui pad dry (G range 110-140C ) steaming (J range 105C).
3.4 Pengujian dan Analisis Bahan
Pembuatan larutan untuk analisis pada proses bleaching. Pada proses dalam unit
finishing terdapat juga proses pembuatan larutan stok KMnO4 (0,1 N) dan Na2S2O3
(0,1 N ) pada proses ini dilakukan pembuatan larutan stok yang berguna sebagai
penunjang kelancaran dalam kegiatan laboratorium finishing.
3.4.1. Pembuatan Larutan H2C2O4
3.4.1.1. Alat
1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Mixer.
5. Magnetik Stirrer.
6. Sendok takar.
3.4.1.2 Prosedur Kerja
1. Ditimbang H2C2O4 7 gram.
2. Di-drayer selama 2 jam denagan temperatur 100-1100C.
3. Dimasukkan ke dalam desikator (didinginkan).

4. Ditimbang sebanyak 5 gram.


5. Dilarutkan dengan aquades.
6. Diencerkan sampai volume 500 ml lalu mixer.
3.4.2. Pembuatan Larutan K2 Cr2 07
3.4.2.1. Alat
1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Magnetik Stirrer.
5. Sendok takar .
6. Mixer
3.4.2.2. Prosedur Kerja
1. Ditimbang. K2 Cr2 07 6 gram.
2. Di-drayer selama 2 jam dengan temperatur 100-1100C.
3. Dimasukkan ke dalam desikator (didinginkan).
4. Ditimbang sebanyak 5 gram.
5. Dilarutkan dengan aquades 150 ml.
6. Diencerkan sampai volume 1000 ml, lalu mixer.
3.4.3. Pembuatan Larutan KI 50 %
3.4.3.1. Alat

1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Magnetik Stirrer.
5. Sendok takar.
6. Mixer.
3.4.3.2. Prosedur Kerja
1. Ditimbang KI 50 gram.
2. Dilarutkan dengan aquades.
3. Diencerkan samai volume 100 ml lalu mixer.
3.4.4. Pembuatan Indikator PP 1%
3.4.4.1. Alat
1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Magnetik Stirrer.
5. Sendok takar.
6. Mixer.
3.4.4.2. Prosedur Kerja
1. Ditimbang PP 5 gram.

2. Dilarutkan dengan 800 ml alkohol.


3. Ditambah 200 ml aquades.
4. Di-mixer.
3.4.5. Analisis HCl ( Cek Fakta 1 )
3.4.5.1. Alat
1. Buret 50 ml.
2. Beaker Gelas.
3. Pipet tetes.
4. Erlenmeyer.
5. Statif.
3.4.5.2. Prosedur Kerja
1. Diambil larutan HCl 10 ml, masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator pp.
3. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna Red.
3.4.6. Analisis NaOH ( Cek Fakta 1 )
3.4.6.1. Alat
1. Buret 50 ml.
2. Beaker Glass.
3. Pipet tetes.
4. Erlenmeyer.

5. Statif.
3.4.6.2. Prosedur Kerja
1. Diambil larutan NaOH 10 ml masukkan kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator pp.
3. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai tidak berwarna.
3.4.7. Analisis K2Cr2O7 ( Cek Fakta 1 )
3.4.7.1. Alat
1. Buret 50 ml.
2. Statif.
3. Pipet volume.
4. Beaker glass.
3.4.7.2. Prosedur kerja
1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 2 gram KI dan H2SO4 90 % sebanyak 5 ml.
3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit.
4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai tidak berwarna.
3.4.8. Analisis Na2S2O3 ( Cek Fakta 1 )
3.4.8.1. Alat
1. Buret.
2. Statif.
3. Erlenmeyer.

4. Pipet volume.
5. Beaker glass.
3.4.8.2. Prosedur Kerja
1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 50 ml aquades, 2 gr KI dan HCl 97% sebanyak 5 ml.
3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit.
4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna green.
3.4.9. Analisis KMnO4 ( Cek Fakta 1 )
3.4.9.1. Alat
1. Buret.
2. Statif.
3. Erlenmeyer
4. Beaker glass.
3.4.9.2. Prosedur Kerja
1. Diambil H2C2O4 20 ml, masukan ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan H2SO4 94-100% sebanyak 7 ml.
3. Dititrasi dengan KmnO4 0,1N sampai warna transparan red
Pada proses pembuatan larutan stok ini merupakan salah satu dari bagian
proses finishing untuk menyediakan larutan-larutan yang dibutuhkan untuk
kelancaran dalam finishing process laboratory, dalam proses ini selain dilakukan
proses penimbangan bahan, proses pelarutan, tetapi juga dilakukan proses titrasi
untuk keperluan cek fakta. Apabila dalam hasil cek fakta telah didapatkan kesesuaian

dengan prosedur dan hasil perhitungan yang benar, maka dapat dikatakan bahwa
pembuatan larutan stok itu benar.

V 1 x F1 = V 2 x
F2
Keterangan : V1 = Volume titran
V2 = Volume titrat

F1 = Fakta titran
F2 = Fakta titrat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktik kerja industri di PT Mertex Indonesia dapat disimpulkan halhal sebagai berikut.
1. Prakerin

merupakan

sebuah

sarana

pembelajaran

di

luar

sekolah

bagi

siswa SMK untuk mengetahui kondisi bekerja dalam dunia usaha maupun dunia
industri.
2. Di bagian laboratorium di analisis berbagai macam larutan dan membuat
resep-resep warna untuk proses colour matching yang sesuai dengan sampel atau
permintaan buyer.
3. Di bagian physical

test

dapat

mengetahui

bahwa

kemuluran

kain,

keasaman kain, daya sobek kain, dan kelenturan kain pada alat yang sesuai dengan
physical test yang akan dilakukan.
4. Skill dalam menentukan warna yang digunakan merupakan salah satu hal
yang dapat mempengaruhi hasil colour matching. Oleh karena itu, skill ini dapat
mempersingkat waktu proses percobaan colour matching.
5. Proses pencelupan warna pada kain haruslah memiliki keterampilan agar
hasil yang didapat bisa maksimal.

4.2 Saran
4.2.1 Saran bagi Sekolah
1. Lebih ditingkatkan kualitas dan sumber daya manusia agar pada masa
mendatang lebih baik dan unggul
2. Lebih ditingkatkan lagi proses pendidikan agar para siswa mempunyai
keterampilan dan skill bersaing di dunia usaha.
3. Meningkatkan sumber daya manusia agar di masa mendatang SMK Putra
Indonesia Malang akan lebih baik dan lebih unggul di masyarakat luas.
4. Lebih ditingkatkan lagi hubungan kerjasamanya denga dunia industri dan
dunia usaha.

4.2.2 Saran bagi Industri


1. Dapat menyesuaikan diri dan menggunakan waktu dengan tepat dalam dunia
industri.
2. Para laboran harus lebih teliti dalam melakukan analisis supaya tidak terjadi
kesalahan yang fatal.
3. Lebih memberi kesempatan lebih pada siswa Prakerin untuk memperoleh
pengetahuan arau wawasan yang luas dalam dunia usaha maupun dunia industri.
4. Peralatan di laborat hendaklah dirawat dengan baik agar didapat hasil yang
akurat.
5. Menerapkan Standart Operasional Procedure (SOP) saat bekerja di duai
industri.
6. Sebaiknya para laboran menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) apapun
kondisinya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
4.2.3 Saran bagi Siswa
1. Siswa hendaknya memiliki inisiatif untuk melakukan Prakerin.
2. Siswa hendaknya dapat bekerjasama dengan karyawan industri.
3. Siswa hendaknya berlaku sopan didalam industri dan dapat memberikan
kesan yang baik.
DAFTAR RUJUKAN

Iqbal, Novita, dkk. 2013. Laporan Praktik Kerja Industry Di PT Mermaid Textile
Indonesia Mojokerto. Laporan tidak diterbitkan. Malang: SMK Putra

Indonesia Malang.

Prawoto, Anna S. 2015. Pedoman Penulisan Laporan Praktik Kerja Industry


SMK Putra Indonesia Malang Tahun Pelajaran 2015-2016. Malang: SMK
Putra Indonesia Malang.

Lampiran 1 Skema Struktur Organisasi PT Mertex Indonesia

PRESIDEN DIREKTUR

WAKIL PRES. DIREKTUR

DIREKTUR TEKHNIK

DIREKTUR KEUANGAN

CHIEF MANAGER

ASISTEN CHIEF
MANAGER

ASISTEN MANAGER

SECTION CHIEF

ASISTEN SECTION
CHIEF

FOREMAN

GROUP LEADER

SUB GROUP LEADER

KARYAWAN

Lampiran 2 Diagram Proses Finishing PT Mermaid Textile Indonesia


PREPARATION

GAS SINGEING

DESIZING + SCOURING

BLEACHING

NETRALISASI

MARCERIZING

QUALITY
INSPECTION
GUDANG
PACKING
CONTROL

SANFORIZE

HEAT
CELENDER
CUTTING
KAIN
PAD
STEAMER
BAKING
DRAYER
WARNA

BAKING

HEAT
PAD
HEAT
KAIN
DRAYER
TENTER
SETTER
PUTIH

Anda mungkin juga menyukai