OLEH:
1.
2.
3.
4.
NIS
NIS
NIS 3271/3271.044
NIS
Diajukan kepada
SMK Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam menempuh Ujian Akhir Nasional
OLEH:
1. MOCHAMAD MAULANA ILHAM
NIS
2. SURYANINGSIH
NIS
3. ULFATUL FITRIYYAH
NIS 3271/3271.044
NIS
Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mermaid Textile Mojokerto ini telah disetujui
dan disahkan pada tanggal
bulan
tahun dua
Menyetujui,
Solakhudin
Sunarto
Section Chief
Pembimbing Industri
Mengetahui,
Sunarko, S H, M H,
Kepala Bagian Personalia
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mertex Textile Mojokerto ini telah disetujui dan
disahkan pada tanggal
bulan
Menyetujui,
Wijiningsih, S.T
Pembimbing
Mengetahui,
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga Laporan Praktik Kerja Industri di PT.Mermaid Textile (MERTEX)
Indonesia dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini menggambarkan proses pembuatan kain di PT. Mermaid Textile
(MERTEX) Indonesia Mojokerto.
Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat diselesaikan atas dukungan
dari berbagai pihak sehingga kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Aries Susanto, S E. Ak, selaku Assistant Chief Manager di PT
Mermaid Textile Industry Indonesia.
2. Bapak Solakhudin selaku pimpinan bagian Finishing.
3. Bapak Sunarko, S.H., M.H. selaku kepala bagian personalia.
4. Bapak Suroso selaku koordinator Prakerin di industri.
5. Bapak Sunarto selaku pembimbing industri di bagian laboratorium.
6. Ibu Siti Zubaidah, S.Pd. selaku kepala sekolah SMK Putra Indonesia Malang.
7. Ibu Diana Muhayati, M.Pd. selaku pembimbing penulisan laporan.
8. Ibu Wijiningsih, S.T. selaku pembimbing di sekolah.
9. Bpk. Aries, Bpk. Choirul, Bpk. Suliono, Bpk Supian, Bpk. Hernu dan seluruh
staf dan karyawan PT. Mermaid Textile Indonesia.
10. Bapak dan ibu guru Sekolah Menengah Kejuruan Putra Indonesia Malang.
11. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi
12. Teman teman kelas XII tahun pelajaran 2016-2017 SMK Putra Indonesia
Malang.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini
bermanfaat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAKSI.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan...........................................................................
1.2 Ruang Lingkup Kegiatan..........................................................................
1.3 Tujuan Kegiatan........................................................................................
1.4 Manfaat Kegiatan......................................................................................
BAB II TINJAUAN INDUSTRI
2.1 Sejarah industri..........................................................................................
2.2 Struktur Organisasi Industri.....................................................................
2.3 Visi Industri ..
2.4 Misi Industri .
BAB III ANALISIS PROSES INDUSTRI
3.1 Gambaran Umum .............................................................................
3.2 Finishing Process .............................................................................
3.3 Intruksi Kerja Colour Matching .......................................................
3.4 Pengujian dan Analisis Bahan ..........................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
2. Memberi kesempatan kepada siswa supaya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
industri.
3. Memberikan gambaran umum kepada siswa mengenai dunia kerja yang akan
ditekuni.
4. Agar siswa dapat mengaplikasikan ilmu yng sudah diberikan dari sekolah.
5. Untuk mengetahui proses pembuatan kain di PT Mermaid Textile (MERTEX)
Indonesia.
1.4 Manfaat Kegiatan
1.4.1 Manfaat bagi Industri
Adapun manfaat bagi industri sebagai berikut.
1. Membuktikan bahwa industri mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan.
2. Industri dapat menjalin relasi atau hubungan kerja sama yang baik dengan pihak
sekolah.
3. Industri dapat melakukan perekrutan tenaga kerja dengan mudah.
4. Industri dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa di dunia
kerja dan untuk sarana pelatihan bagi para pekerja dengan bantuan siswa.
1.4.2
1.4.3
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI
akan dijelaskan tugas dan tanggung jawab pemegang jabatan dalam industri. Adapun
skema struktur organisasi industri dapat dilihat di lampiran ke-1.
2.
3.
4.
5.
melanjutkan ke proses A-1 (gas singeing), dikarenakan kain yang telah disiapkan
sudah dilihat terlebih dahulu dan sudah dipastikan kain yang akan digunakan
memiliki nilai komersial yang tinggi, oleh sebab itu nilai sangat berpengaruh akibat
kain mentah (greige) memiliki banyak cacatnya, walaupun sedemikian rupa telah
dilakukan proses pencelupan dan pencampuran dengan sempurna. Hal ini bertujuan
mendapatkan kualitas kain yang bagus dan melaporkan pada bagian penentuan agar
diadakan pengontrolan kain mentah . Selain untuk menentukan kualitas kain,
preparatory juga berfungsi menentukan kain yang akan masuk proses sesuai daftar
delivery yang ditentukan oleh Produksi Control (PC). Apabila persiapan pada kain
mentah telah siap dan memenuhi kriteria, maka dilanjutkan pada A-1 (gas singeing).
3.2.2. Gas Singeing (A1)/ Keyak
Gas Singeing (A1)/ Keyak merupakan proses pembakaran bulu-bulu pada kain
mentah dengan menggunakan gas LPG. Proses A-1 sangatlah cocok dilakukan untuk
langkah pertama. Pertama-tama kain disikat yaitu sikat nilon agar bulu-bulu yang
melekat bisa tegak/ berdiri sehingga pada waktu pembakaran bisa dilakukan secara
sempurna.
Proses ini bertujuan menghindari pencelupan yang tidak rata yang disebabkan
migrasi dyestuff yang mana karena adanya bulu-bulu tersebut. Supaya permukaan
menjadi halus dan menambah daya serap kain. Kain dimasukkan proses A-1 bukan
untuk mengerutkan dengan pemanasan juga bukan untuk meredahkan grade serat
polyester. Singeing harus dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang berlebihan/
yang tidak rata menyebabkan hilangnya kekuatan kain/ kekuatan parsial pada kain T/
C. Pada umumnya kain T/ C di singeing pada kedua bagian (atas dan bawah). Bila
pada kain terdapat banyak bulu-bulu maka pengguntinganya bulu-bulu dilakukan
terlebih dahulu sebelum masuk proses A-1 untuk mencegah terbentuknya tetesan
serat polyester yang mencair.
Adapun besar kecilnya api tergantung pada tebal tipisnya kain, juga kerapatan
atau design kain yang akan diproses. Kain yang telah melalui proses A-1 akan dingin
melalui pendinginan (cooling cylinder). Jika kain telah dingin maka proses A-1 akan
dilanjutkan pada proses A-2.
3.2.3. A-2 Range
dengan menggunakan
chemical. Untuk menjaga kestabilan konsentrasi obat pada saturator maka harus dicheck (analisis). Pengecekkan ini penting untuk menghindari cacat pencelupan seperti
perbedaan warna antara awal, tengah, dan akhir kain (tealing).
Untuk menentukan apakah proses ini sudah sempurna atau belum, maka dapat
digunakan larutan kalium iodida (KI). Apabila warna violet kecoklatan berarti kanji/
PVA masih ada.
3.2.5. Pemutihan (A4 Range)
Pemutihan (A4 Range) merupakan proses untuk memperoleh pengelantaran
atau pemutihan. Tujuannya adalah memperoleh kain yang sangat putih untuk T/ C
dan juga bagi kain yang akan dicelup. Dalam proses ini kain dimasukkan pada
chemical yang sudah disediakan.
Kain tersebut diharapkan putih, bersih dari kotoran. Pada proses bleaching
penambahan chemical memiliki tiga fungsi. Pertama, untuk menurunkan pH pada
kain agar menjadi asam. Kedua, untuk memutihkan kain. Ketiga, untuk pencuci dan
daya serap kain.
Pada proses ini biasanya kain yang sudah putih tetapi masih kurang sempurna
untuk diwarna, karena pada proses bleaching, chemical yang digunakan adalah
Sodium Chlorid (NaClO) yang mengandung gas chlor maka untuk menghilangkan
chemical pada kain perlu dinetralisasikan.
3.2.6. Netralisasi
Cara untuk menghilangkan chemical yang ada pada kain karena proses
bleaching adalah netralisasi. Kain setelah dari bleaching ini masih mengandung gas
chlor (ClO2) yang sangat berbahaya dan perlu dihilangkan atau dinetralisasi dengan
Sodium Metabesulfite (Na2S2O5)
Selanjutnya dicuci dengan air panas temperatur 80 o Celcius setelah itu dicuci
sampai bersih dan dikeringkan pada dryer cylinder. Untuk hasil yang baik perlu
dilakukan empat pengecekan. Pertama, apakah kondisi kain sesuai dengan yang
diharapkan. Kedua, kandungan kanji. Ketiga, cacat pada kain. Keempat, kandungan
chemical. Dari proses A-4 kain akan dimasukkan pada proses B range (Mercerizing)
3.2.7. B-range (Mercerizing)
B-range (Mercerizing) merupakan proses penyutraan dan pengaturan lebar
kain. Proses ini bertujuan
dyestuff & handling serta merubah cotton menjadi seperti sutra (silk). Disamping itu
juga diperoleh empat keuntungan. Pertama, daya serap bertambah baik dan warna
kain celupan lebih terang. Kedua, kualitas kain bertambah baik dan lebih mengkilap.
Ketiga, kestabilan ukuran kain bertambah. Keempat, handling bertambah baik.
Tujuan mercerization bagi T/ C (65/ 35) untuk merubah serat cotton. Pada
umumnya mercerization kain cotton dilakukan dengan menggunakan chemical
dengan dilakukan pada temperatur ruangan. Menetralisir dan mencuci setelah
mercerization adalah sangat penting bagi dyeing yang lengkap untuk menghilangkan
alkali dan garam-garam.
Setelah proses ini dilanjutkan pada proses Heat setter (C) untuk memberikan
pemerataan panas.
3.2.8. Heat setter (D-/ C Range)
Heat setter (D-/ C Range) merupakan proses pengaturan dan penyesuaian
lebar kain dan memberikan pemerataan panas. Proses ini sangatlah penting guna
mendapatkan kain yang berkualitas lebih baik dan memiliki nilai komersial yang
tinggi. Ada empat tujuan proses tersebut. Pertama, menghilangkan ketidak rataan
benang-benang. Kedua, menambah kestabilan ukuran-ukuran. Ketiga, menambah
ketahanan menjadi satunya bulu-bulu (pilling). Keempat, menambah daya tahan
kusut, kondisi normal mempunyai suhu T/ C dan Polyester: 210oC, Cotton 100% :
140C.
Pada akhir proses kain warna putih langsung diproses pada mesin. Pad dryer,
mesin K1-K2-L Range (Pad dry-Baking). Setelah proses heat setter kain akan masuk
ke proses dyeing dan resin, tergantung permintaan buyer.
3.2.9. Pad Dryer (G Range)
Dyeing Pad dryer adalah proses pencelupan zat warna dengan termosol dyeing.
Pada umumnya teknik pencelupan ditentukan oleh derajat taraf pencelupan yang
diperoleh termosol dyeing. Cara ini dikatakan sebagai proses yang lebih baik untuk
memperoleh taraf pencelupan, bila dyeing mengalami kesukaran yang berhubungan
dengan cacat dyeing, sebagai berikut.
1. Penyerapan yang tidak sempurna
2. Sukar mencelup bagian di bawah naps dan fluffs atau bulu-bulu kain
3. Adanya bintik-bintik di permukaan kain atau spel
4. Perbedaan warna antara awal,tengah dan akhir
Untuk menghindari kesukaran-kesukaran di atas, haruslah diperhatikan seperti
melakukan pigment pad dryer dengan hati-hati.
Mesin dryer terdiri atas empat alat. Pertama, chemical Bath, yang isinya
adalah dyestuff yang telah dicampur sesuai dengan resep. Kedua, chemical Menjel,
berfungsi memeras kain yang telah tercelup pada chemical bath. Ketiga, room Dryer,
berfungsi mengeringkan kain. Keempat, dryer silinder, fungsinya sama dengan room
dryer yaitu untuk mengeringkan kain.
Kain yang keluar dari mesin pad dryer harus dalam keadaan kering, baik kain
white maupun colour. Sedangkan pada waktu baking ada waktu dan temperaturnya
sendiri sesuai dengan recipe/ standar yang ada. Sedang untuk proses kain warna yang
perlu dilakukan Light, Medium, Dark (L/ M/ D). Adapun warna muda (light) zat
warna yang digunakan adalah jenis Unitron atau Vat. Maka warna medium dapat
memakai zat warna Disperse sedang untuk warna gelap dapat memakai zat warna
Disperse dan Reactive. Setelah proses ini dilakukan, proses selanjutnya adalah proses
Baking.
3.2.10. Baking (H Range)
Dyeing Baking adalah proses menancapkan warna pada kain dengan cara
pemanggangan dan pengeringan. Proses baking dilakukan apabila pada proses
pencelupan pad dryer ada unsur dyestuff baik itu disperse ataupun unithron.
Baking adalah proses pemberian chemical resin atau obat-obatan dengan
teknik pemanggangan supaya kain tidak mudah kusut dan untuk memasukkan zat
warna tetoron ke dalam pori-pori kain. Pada proses ini temperatur yang digunakan
maksimal (205C), untuk baking resin tergantung jenis kain.
3.2.11. Pad Steamer (J Range)
Pad Steamer (J Range) merupakan proses penguatan warna dengan cara
pemberian chemical dan pencucian sisa-sisa zat warna supaya tidak lekas pudar
dengan metode tertentu. Pada proses ini, pemberian zat warna tergantung dari
pewarnaan atau golongan dyestuff yang dipakai. Pad Steamer memiliki dua fungsi.
Pertama, pencucian pada kain after bleaching bila terkena cacat. Kedua,
pengurangan berat pada kain spunpully (all tetoron).
: Anti air
Pengurangan berat kain
: Anti kusut
: Anti bakteri
: Anti bau
: Anti kotor
: Permukaan halus
: Anti bakteri
: Daya serap
: Untuk kaku dan keras
: Anti bakteri
: Anti flu burung
: Anti blood
Resin Heat Tenter adalah proses penarikan memanjang dan melebarkan agar
chemical resin dapat meresap kedalam pori-pori kain. Resin Pad dryer adalah proses
pemberian chemical resin & white optical bright agent, sedangkan Resin pada proses
ini untuk kain yang banyak mengandung cotton menggunakan suhu di bawah 150C
karena chemical flourcent yang dipakai bisa develope pada 150C. Sebaliknya, untuk
kain yang banyak mengandung tetoron suhu yang digunakan harus lebih dari 170C
karena warna putih pada tetoron bisa muncul bila suhu lebih dari 170C.
Dalam proses finishing menggunakan chemical resin. Pada pewarnaan white
lebih sering menggunakan beberapa zat warna (bluing) dan florecent, sedang mesin
resin yang digunakan yaitu pad dryer, heat tenter, baking.
3.2.13. Celender ( R )
Celender ( R ) merupakan proses pengkilatan kain. Proses ini kain yang
masuk pada mesin celender hanya tertentu saja karena tergantung pada permintaan
buyer, biasanya untuk jenis kain Spoon polyester. Setelah proses ini dilanjutkan
dengan Heat Cutting.
3.2.14. Heat Cutting (HC)
Heat Cutting (HC) merupakan proses pemotongan pinggir kain untuk
penghilangan bekas lubang jarum pada saat tenter. Pada proses pemotongan ini, kain
yang masuk hanya tertentu saja, tergantung pada pesanan buyer.
3.2.15. Sanforized
Sanforized merupakan proses penyusutan secara mekanis untuk membuat
stabilitas ukuran kain agar tidak terjadi penyusutan pada saat pencucian. Dan untuk
menghaluskan permukaan kain. Setelah proses ini dilanjutkan Quality Control.
3.2.16. Quality Control
Quality Control merupakan suatu metode untuk mengecek kualitas pada kain
dengan menggunakan dua metode. Pertama, fast colour kain. Kedua, daya tes kain.
A. Fast colour terdiri atas.
1. Laundry test
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh pencucian
dengan sabun antara kain test dan kain cotton 100% .
2. Standart fade meter
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh sinar matahari
dengan memakai pembakaran ultra violet carbon cored dan solid .
3. Friction durability
Mesin ini untuk mengetahui perubahan karena pengaruh gesekan antara kain
test dengan kain cotton 100% baik kering maupun basah .
4. Prespiration test
Alat ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh keringat manusia
dengan menggunakan chemicals asam dan chemicals basah .
5.
Thermo test
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh panas yang
menggunakan kompor penjepit antara kain tes dengan kain tetoron dan kain cotton
100% .
6. Chloride test
Dengan menggunakan chemical Sodium Clorite 25% dan setelah itu
dikerjakan dengan thermotest kain akan terjadi perubahan dari warna semula .
B. Daya test terdiri atas :
1. Tention /Elangation
Mesin ini untuk mengetahui berapa kilogram ketegangan dan berapa
millimeter kemulurannya dari kain dengan cara penarikan dengan mesin.
2. Tearing
Alat ini untuk mengetahui berapa gram daya sobek dari kain.
3. Wrikle recovery
Alat ini untuk mengetahui berapa persen dan berapa derajat daya kusutnya
kain dengan cara ditekuk serta dijepit dengan plat .
4. Softness
Alat ini untuk mengetahui berapa millimeter daya lemasnya kain dengan cara
dijepit antara dua roller lalu diputar sampai 90.
5. Abrasion
Mesin ini digunakan untuk mengetahui berapa second kikisan dari kain
sampai lubang dengan cara dikikis memakai kertas abras (kertas gosok) bergeser
diatas kain test secara otomatis
6. Spray tester
Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa persen kebasahan kain karena
semprotan air dengan suhu antara 28C secara dituangkan dalam waktu 30 second
7. Filling tester
Mesin ini untuk mengetahui perbandingan bulu kain yang keluar karena
putaran secara otomatis sebanyak 36.000 putaran dalam waktu kurang lebih
3/ 4 jam.
Quality Control juga mengukur daya susut kain dengan melakukan proses
Shringkage dan mengukur daya kusut kain khusus untuk kain Hf (Anti Kusut) dengan
proses Wash and Wear.
3.2.17. Inspection
Inspection merupakan proses pemeriksaan hasil kain untuk menentukan grade
kain atau kualitas. Dalam proses ini kain diteliti apakah terdapat cacat kain lalu
inpection selesai dan dinilai dengan bagus maka akan dilakukan proses penggulungan
kain setelah inspection sesuai panjang standart dan grade kain (Winding) dan
packing.
3.2.18. Packing
Packing merupakan proses pembungkusan dan pemberian label identitas hasil
produksi. Pada proses ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, seluege Stamping
merupakan pemberian cap atau inisial pada tepi kain yang akan dikirim. Kedua, cloth
Winding merupakan proses penggulungan kain sesuai dengan panjang yang akan
dikehendaki.
3.2.19. Gudang
Gudang merupakan tempat pembungkusan hasil dari packing dalam bentuk
karton box dan sebagai tempat penyimpanan barang sebelum dikirim ke buyer .
matching di laboratorium. Langkah kerja colour matching ada dua yaitu colour
matching putih dan warna seperti berikut.
3.3.1. Colour Matching Putih
Colour matching putih memiliki tiga tujuan. Pertama, menentukan jenis kain
sesuai dengan permintaan (TC/ C, CVC, tetoron 100%, cotton 100%, dan lain-lain).
Kedua, menentukan handfeeling (halus, kasar, lemas, tebal, keras). Ketiga, colour
matching whiteness seperti kadar fluorescent (optical bright agent), bluing (dyestuff
yang dipakai ) dengan microflash, toleransi untuk whiteness
( 2.00) dan toleransi untuk T ( 0.25). Perhatikan perubahan antara laborat dan
proses turunnya berapa persen (saigen).
3.3.2. Colour Matching Warna
Colour matching warna memiliki tiga tujuan. Pertama, lihat warna pada
contoh kain yaitu warna T/ C celup (bath shade), atau celup tetoron saja atau cotton
saja (cross dye). Kedua, tentukan kode proses dan pemakain zat warnanya dengan
pertimbangan harga/ cost murah dan kualitas baik. Ketiga, contoh kain dilihat
menggunakan lampu black light apakah pakai Optical Bright Agent (OBA) dan bila
ada OBA (fluorescent) harus ditambah pada proses resin finish.
3.3.3. Cara Colour Matching
Cara melakukan colour matching sebagai berikut. Pertama, menentukan jenis
kain sesuai permintaan. Kedua, menentukan cara proses pemakain zat warna dan
komposisinya. Ketiga, bila T/ C celup yang pertama-tama dikerjakan adalah colour
matching tetoron, tetoron shade harus sama, setelah itu baru cotton shade. Untuk
komposisi warna :
1. Misalnya ada contoh warna blue, pertama harus pakai zat warna blue
sebagai warna pokok lalu ditambah green, yellow, atau red dicocokkan dengan
sampelnya.
2. Bila zat warna tidak ada harus memakai 3 zat warna pokok (blue,
yellow, dan red).
1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Magnetik Stirrer.
5. Sendok takar.
6. Mixer.
3.4.3.2. Prosedur Kerja
1. Ditimbang KI 50 gram.
2. Dilarutkan dengan aquades.
3. Diencerkan samai volume 100 ml lalu mixer.
3.4.4. Pembuatan Indikator PP 1%
3.4.4.1. Alat
1. Neraca analitik.
2. Kertas perkamen.
3. Beaker gelas.
4. Magnetik Stirrer.
5. Sendok takar.
6. Mixer.
3.4.4.2. Prosedur Kerja
1. Ditimbang PP 5 gram.
5. Statif.
3.4.6.2. Prosedur Kerja
1. Diambil larutan NaOH 10 ml masukkan kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator pp.
3. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai tidak berwarna.
3.4.7. Analisis K2Cr2O7 ( Cek Fakta 1 )
3.4.7.1. Alat
1. Buret 50 ml.
2. Statif.
3. Pipet volume.
4. Beaker glass.
3.4.7.2. Prosedur kerja
1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 2 gram KI dan H2SO4 90 % sebanyak 5 ml.
3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit.
4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai tidak berwarna.
3.4.8. Analisis Na2S2O3 ( Cek Fakta 1 )
3.4.8.1. Alat
1. Buret.
2. Statif.
3. Erlenmeyer.
4. Pipet volume.
5. Beaker glass.
3.4.8.2. Prosedur Kerja
1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 50 ml aquades, 2 gr KI dan HCl 97% sebanyak 5 ml.
3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit.
4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna green.
3.4.9. Analisis KMnO4 ( Cek Fakta 1 )
3.4.9.1. Alat
1. Buret.
2. Statif.
3. Erlenmeyer
4. Beaker glass.
3.4.9.2. Prosedur Kerja
1. Diambil H2C2O4 20 ml, masukan ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan H2SO4 94-100% sebanyak 7 ml.
3. Dititrasi dengan KmnO4 0,1N sampai warna transparan red
Pada proses pembuatan larutan stok ini merupakan salah satu dari bagian
proses finishing untuk menyediakan larutan-larutan yang dibutuhkan untuk
kelancaran dalam finishing process laboratory, dalam proses ini selain dilakukan
proses penimbangan bahan, proses pelarutan, tetapi juga dilakukan proses titrasi
untuk keperluan cek fakta. Apabila dalam hasil cek fakta telah didapatkan kesesuaian
dengan prosedur dan hasil perhitungan yang benar, maka dapat dikatakan bahwa
pembuatan larutan stok itu benar.
V 1 x F1 = V 2 x
F2
Keterangan : V1 = Volume titran
V2 = Volume titrat
F1 = Fakta titran
F2 = Fakta titrat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktik kerja industri di PT Mertex Indonesia dapat disimpulkan halhal sebagai berikut.
1. Prakerin
merupakan
sebuah
sarana
pembelajaran
di
luar
sekolah
bagi
siswa SMK untuk mengetahui kondisi bekerja dalam dunia usaha maupun dunia
industri.
2. Di bagian laboratorium di analisis berbagai macam larutan dan membuat
resep-resep warna untuk proses colour matching yang sesuai dengan sampel atau
permintaan buyer.
3. Di bagian physical
test
dapat
mengetahui
bahwa
kemuluran
kain,
keasaman kain, daya sobek kain, dan kelenturan kain pada alat yang sesuai dengan
physical test yang akan dilakukan.
4. Skill dalam menentukan warna yang digunakan merupakan salah satu hal
yang dapat mempengaruhi hasil colour matching. Oleh karena itu, skill ini dapat
mempersingkat waktu proses percobaan colour matching.
5. Proses pencelupan warna pada kain haruslah memiliki keterampilan agar
hasil yang didapat bisa maksimal.
4.2 Saran
4.2.1 Saran bagi Sekolah
1. Lebih ditingkatkan kualitas dan sumber daya manusia agar pada masa
mendatang lebih baik dan unggul
2. Lebih ditingkatkan lagi proses pendidikan agar para siswa mempunyai
keterampilan dan skill bersaing di dunia usaha.
3. Meningkatkan sumber daya manusia agar di masa mendatang SMK Putra
Indonesia Malang akan lebih baik dan lebih unggul di masyarakat luas.
4. Lebih ditingkatkan lagi hubungan kerjasamanya denga dunia industri dan
dunia usaha.
Iqbal, Novita, dkk. 2013. Laporan Praktik Kerja Industry Di PT Mermaid Textile
Indonesia Mojokerto. Laporan tidak diterbitkan. Malang: SMK Putra
Indonesia Malang.
PRESIDEN DIREKTUR
DIREKTUR TEKHNIK
DIREKTUR KEUANGAN
CHIEF MANAGER
ASISTEN CHIEF
MANAGER
ASISTEN MANAGER
SECTION CHIEF
ASISTEN SECTION
CHIEF
FOREMAN
GROUP LEADER
KARYAWAN
GAS SINGEING
DESIZING + SCOURING
BLEACHING
NETRALISASI
MARCERIZING
QUALITY
INSPECTION
GUDANG
PACKING
CONTROL
SANFORIZE
HEAT
CELENDER
CUTTING
KAIN
PAD
STEAMER
BAKING
DRAYER
WARNA
BAKING
HEAT
PAD
HEAT
KAIN
DRAYER
TENTER
SETTER
PUTIH