Anda di halaman 1dari 9

Pembuatan Kelongsong Peluru Menggunakan CuZn 65%-35% Melalui Metode Metalurgi Serbuk

Dengan Variasi Temperatur Sintering dan Waktu Tahan Sintering Terhadap Modulus Elastisitas
Sebagai Metode Alternatif Dari Proses Deep Drawing
Herryan Syahputra. 1, Dr. Widyastuti, S.Si, M.Si2, Ir. S a d i n o, MT2
1. Mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
2. Dosen jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
Abstrak
Cu65Zn35 merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kelongsong peluru. Material
ini memiliki sifat mekanik yang baik, diantaranya kemampuan bentuk (machinability), kemampuan tahan
korosi dan memiliki kekuatan tarik yang baik. Metode metalurgi serbuk sedang dikembangkan karena
metode ini memiliki banyak kelebihan diantaranya, efisiensi pemakaian bahan yang baik, porositas
dapat dikontrol, besar butir mudah di kontrol dan digunakan untuk pembuatan produk yang memiliki
desain yang rumit. Kontrol yang dilakukan yaitu 700, 800, 900 oC temperatur sintering dan 30, 60, 90
menit waktu tahan sintering. Dengan variabel yang ada dapat diketahui pengaruh temperatur sintering
dan waktu tahan sintering terhadap modulus elastisitas. Melalui pengujian Densitas, XRD, SEM/EDX,
dan uji modulus elastisitas. Data yang diperoleh menunjukkan, variasi temperatur dan waktu tahan
sintering yang menghasilkan nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu temperatur 700 oC dan 30 menit
waktu tahan sintering, dimana nilai modulus elastisitas yang dihasilkan sebesar 56504.99 MPa. Sehingga
komposit Cu65Zn35 dengan metode metalurgi dapat membuat kelongsong peluru.
Keyword : metalurgi serbuk, temperatur sintering, waktu tahan sintering, modulus elastisitas
Abstract
CuZn is material which used in bullet case manufactured. This material has a good mechanical
properties, such as good machinability, corrosion resistant and has a good fatigue strength. Powder
metallurgy methods are being developed because this method has many advantages such as, the efficiency
of the use material, it can be controlled the porosity, grain size easy to control and this method used to
manufacture products that have intricate designs. Sintering Temperature and holding time has been
controlled with variation 700, 800, 900 oC and 30, 60, 90 minute. With Variables can be known effect of
sintering temperatur and holding time of modulus elasticity. Trough density testing, XRD, SEM/EDX, and
Modulus elasticity Testing. The result is sintering temperature and holding time that give the highest
modulus elasticity is 700oC and 30 minute, where the modulus elasticity is 56504.99 MPa. So Cu65Zn35
Alloy can be used as bullet case material.
Keywords : Powder Metallurgy, Sintering Temperature, Holding Time, Modulus Elasticity
Pendahuluan
Industri pertahanan dan keamanan bagi
setiap negara merupakan industri yang strategis.
Indonesia telah memiliki industri pertahanan dan
keamanan yaitu PT. PINDAD yang menghasilkan
kelongsong peluru dari salah satu dari produksinya
yang pembuatannya menggunakan proses deep
drawing. Proses deep drawing ini memiliki
kelemahan yaitu kelemahan pada aspek produksi
dan material. Kelemahan proses produksi ini
adanya kemungkinan terjadinya stress cracking
corrosion (SCC) akibat adanya tegangan sisa
karena proses deep drawing.(Stacey Clark, 1994)
Oleh karena itu dibutuhkan metode alternatif atau
proses lain dalam pembuatan kelongsong peluru ,

yaitu menggunakan proses metalurgi serbuk.


Kelebihan dari proses metalurgi serbuk adalah
dapat mengontrol porositas dan dapat menghindari
stress cracking corrosion (SCC) akibat adanya
tegangan sisa karena proses sintering.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan
kelongsong peluru berbahan baku Cu-Zn
(kuningan) dengan komposisi tertentu, yang
menggunakan proses metalurgi serbuk sebagai
metode alternatif dalam pembuatan kelongsong.
Temperatur dan waktu tahan sintering menjadi
variabel karena merupakan hal penting dalam
proses produk yang menggunakan metode
metalurgi serbuk. Temperatur dan waktu tahan

sintering dapat mempengaruhi struktur mikro dan


struktur mikro ini mempengaruhi sifat mekanis
suatu
material.(Randall
M.German,
1996)
Kelongsong diharapkan dapat memiliki sifat
mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan
pembuatan kelongsong peluru yang menggunakan
proses deep drawing. Dan dapat memiliki modulus
elastisitas yang lebih besar dari 380 MPa yang
merupakan syarat minimum modulus elastisitas
untuk bahan kelongsong peluru.
Tinjauan Pustaka
Kelongsong Peluru dan Pembuatannya
Peluru dalam bahasa asing disebut cartridge.
Peluru memiliki beberapa bagian yaitu proyektil
(bullet), kelongsong peluru (bullet case), mesiu
(propellant) dan pemantik (rim). Kelongsong
peluru memiliki fungsi sebagai wadah/tempat dari
mesiu yang harus memiliki nilai modulus
elastisitas minimum 380 MPa. Peluru diproduksi
menggunakan proses Deep drawing, dimana
merupakan proses pengerjaan metal dengan proses
cold working. Drawing merupakan proses
pembentukan lembaran logam menjadi bentuk tiga
dimensi yang mempunyai dimensi tertentu dengan
memberikan tekanan kepada lembaran melalui
punch dan dies.

diinginkan kemudian memanaskannya dibawah


temperatur lelehnya. Proses metalurgi serbuk
memiliki banyak kelebihan, antara lain :
1. Efisiensi pemakaian bahan yang sangat tinggi
dan hampir mencapai 100%
2. Tingkat terjadinya cacat seperti segregasi dan
kontaminasi sangat rendah
3. Stabilitas dimensi sangat tinggi
4. Kemudahan dalam proses standarisasi dan
otomatisasi
5. Tidak menimbulkan tekstur pada produk
6. Besar butir mudah dikendalikan
7. Mudah dalam pembuatan produk beberapa
paduan khusus yang susah didapatkan dengan
proses pengecoran
8. Porositas produk mudah dikontrol
Proses Sintering
Pada metode metalurgi serbuk terdapat
beberapa tahap diantaranya karakterisasi bahan,
pencampuran, kompaksi, sintering, dimana proses
sintering merupakan tahap terpenting pada metode
ini karena sintering merupakan pemanasan yang
dilakukan pada kondisi vakum sehingga diperoleh
partikel-partikel yang bergabung. Pada saat proses
sintering terjadi perubahan geometri sedangkan
ukuran dari pori berkurang yang mempengaruhi
perubahan sifat mekanik. Pada proses sintering
terdapat 3 tahap yaitu, initial stage, intermediate
stage, final stage yang diilustrasikan pada gambar
2dibawah ini.

Gambar 1.Proses Deep Drawing pada Pembuatan


Kelongsong Peluru
Metalurgi Serbuk
Di negara maju seperti eropa, jepang,
amerika pembuatan peluru sudah menggunakan
metode
metalurgi
serbuk.
Jones
(1960)
menyatakan bahwa metalurgi serbuk merupakan
proses pembuatan benda komersial dengan
menggunakan serbuk sebagai bahan bakunya.
Prinsip dalam pembentukan serbuk adalah
memadatkan serbuk logam menjadi bentuk yang

Gambar 2.Tahapan ada Sintering A) Initial Stage,


B & C) Intermediate stage, D) Final stage
Proses
sintering
merupakan
fenomena
pembentukan ikatan antar permukaan partikel yang
sangat berpengaruh terhadap kompaktibilitas
ikatan partikel matrik dan penguat. Pada proses
sintering biasanya ada proses prasintering ini

pemanasanya 1/3 dari titik leleh dari material


tersebut, sedangkan untuk proses sintering
dipanaskan pada 2/3 dari titik leleh dari material
tersebut. Untuk menghindari reaksi oksida dengan
material maka proses sintering dilakukan pada
lingkungan gas inert atau vakum.
CuZn
Kuningan berasal dari zaman Romawi.
Dalam system ini terdapat 6 fasa yaitu ,,, dan
, dari semua fasa ini yang penting secara industri
adalah : dua yaitu dan . Fasa mempunyai
struktur FCC dan mempunyai struktur BCC. Ada
juga fasa dengan kisi super. Untuk kuningan 7030%, fasa merupakan fasa yang lunak dan mudah
dikerjakan oleh mesin, sedangkan kuningan 6040% adalah fasa + yang mempunyai kekuatan
tinggi dan banyak paduan dari ini yang mempunyai
kekuatan tarik tinggi. Paduan dengan kira-kira
45% Zn mempunyai kekuatan paling tinggi akan
tetapi tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Jadi
hanya digunakan untuk aduan coran. Diagram fasa
dari Cu-Zn dan tipe-tipe fasanya ditunjukan oleh
gambar 3.

ditahan selama 10 menit. Untuk mengurangi


gesekan antara serbuk dengan cetakan pada saat
kompaksi maka diberi pelumas zinc stearat.
Setelah proses kompaksi dilanjutkan dengan proses
sintering dalam keadaan vakum, dengan
temperatur 700, 800, dan 900 oC dan dengan
variasi waktu tahan selama 30, 60, dan 90 menit.
Setelah itu dilakukan pengujian densitas (Sinter),
mikrostruktur (SEM/EDX), analisa fasa dengan XRay diffraction (XRD), dan pengujian modulus
elastisitas (Spriggs).

Start
Preparasi serbuk CuZn (65%35%)
(6.9 gr/sampel)
Kompaksi dingin
Pada cetakan 600Mpa

Sintering
700, 800, dan 900 C

Waktu Tahan Sintering 30, 60, dan 90


menit

Pengujian
densitas
(Green &
Sinter)

Pengujian
Identifikasi Fasa
(X-Ray
Difraction)

Pengujian
Mikrostruktur
(SEM/EDAX)

Analisa Data
dan Pembahasan

Gambar 3.Diagram Fasa Cu-Zn ( dikutip


dari Metals Handbook, ASM international )
Metodologi
Material dasar yang digunakan untuk pembuatan
kelongsong peluru pada penelitian ini adalah CuZn
65% 35% dengan kualifikasi Pro Analisis (PA).
Serbuk ini ditimbang sebesar 6.9 gr untuk setiap
sampel, setelah ditimbang dilanjutkan dengan
proses kompaksi dengan tekanan 600MPa dalam
lingkungan atmosfer (cold compaction) dan dies
berdiameter 14 mm dengan tinggi 14 mm dan

Kesimpul
an
End

Gambar 4. Diagram Alir


Hasil dan Pembahasan
Karakterisasi Serbuk Cu65Zn35
pada penelitian ini dilakukan pengujian komposisi,
pengamatan fasa, bentuk serta ukuran serbuk CuZn
yang digunakan.

Pengujian
Modulus
Elastisitas
(Spriggs)

Tabel 1. Hasil Uji XRF terhadap Serbuk CuZn


Unsur
P
K
Ca
Fe
Co
Ni
Cu
Zn
Zr
Nb

Komposisi (%)
0.4
0.42
0.19
0.067
0.01
0.062
61.45
36.6
0.46
0.31

Dari hasil uji XRF didapatkan bahwa komposisi


CuZn yang digunakan sebesar 61.45% Cu dan
36.6% dan terdapat paduan lain seperti Ni, Fe, dll
yang presentasenya sangat kecil.

Pada Gambar dapat dilihat bahwa terdapat fasa


selain CuZn yaitu ZnO, dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa serbuk Cu65Zn35 teroksidasi. Fasa
ZnO ini dapat mempengaruhi sifat mekanik pada
material ini.
Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan
Sintering terhadap Densitas Paduan Cu65Zn35
Pengaruh temperatur dan waktu tahan
sintering terhadap densitas sinter dapat diketahui
dengan menghitung nilai densitas sinter
menggunakanhukumArchimedes.
7.2
7.1
7
6.9
6.8
6.7
6.6
6.5
6.4
6.3
6.2

90
30
60

600

700

800

900

1000

Gambar 7. Hubungan Antara Temperatur


Sintering dan Densitas Sinter Paduan Cu65Zn35

Gambar 5. Hasil SEM Serbuk Cu65Zn35


Pada gambar 5 terlihat bahwa serbuk CuZn
memiliki bentuk dendritik dan memiliki ukuran
rata-rata 2 m.
CuZn
ZnO

Gambar 6. Hasil XRDCu65Zn35

Dari Gambar 7 didapatkan pengaruh antara


temperatur sintering dengan densitas sinter.
Densitas tertinggi terdapat pada variasi temperatur
700oC dan waktu tahan sintering 30 menit yaitu
sebesar 7.1 g/cm3. Kemudian dengan seiring
dengan bertambahnya temperatur sintering,
densitas sinter Paduan tersebut semakin menurun.
Hal ini dikarenakan semakin naiknya temperatur
CuZn semakin teroksidasi sehingga menyebabkan
terjadi banyak porositas. Secara teori ketika
temperatur sintering semakin tinggi maka densitas
sinter semakin tinggi. Hal ini dikarenakan energi
aktivasi meningkat ketika temperatur meningkat
yang menyebabkan gaya dorong pertumbuhan
butir semakin besar . semakin banyak pertumbuhan
butir yang terjadi maka eliminasi porositas
semakin tinggi pula Pada penelitian ini didapatkan
hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan semakin
lamanya waktu tahan sintering dan semakin
tingginya temperatur sintering menyebabkan
material yang digunakan sebagai sampel
teroksidasi menjadi fasa ZnO dan CuO yang
menyebabkan ikatan antar partikel tidak sebaik
ketika material tersebut tidak teroksidasi karena

CuZn
ZnO
CuO

ada nya lapisan oksida sehingga partikel serbuk


tersebut tidak dapat berikatan dengan baik.
7.3

90 mnt

7.1
6.9

700

6.7

800

6.5

900

60 mnt
30 mnt

6.3
0

50

100

Gambar 8.Hubungan Antara Waktu Tahan


Sintering dan Densitas Sinter Paduan Cu65Zn35

Gambar 10. Hasil XRD Cu65Zn35 pada

Terlihat pada Gambar bahwa semakin lama waktu


tahan sintering maka densitas sinter semakin
menurun. Secara teori semakin lama waktu tahan
sintering maka densitas sinter semakin besar. Hal
ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengkasaran
butir semakin tinggi sehingga porositas
tereliminasi dengan pertumbuhan butir tersebut.
Hal-hal yang mempengaruhi dari waktu tahan
sintering yaitu ukuran partikel dan material
bantuan yang ditambahkan untuk mempercepat
sintering dan semakin tinggi temperatur sintering
maka waktu sintering pun menjadi lebih cepat.( Z.
Andic, 2004) Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji
XRD gambar.

Dari Gambar terlihat bahwa. ketika temperatur


sintering 900oC dan pada waktu tahan sintering 60,
90 menit muncul fasa baru yaitu CuO, hal ini
dikarenakan adanya termal yang berlebih sehingga
menyebabkan CuZn semakin terokidasi dan juga
dikarenakan saat proses sintering gas yang
dialirkan ke dalam furnace bukan gas murni
sehingga masih ada kemungkinan terjadinya
oksidasi.

90 mnt
60 mnt

30 mnt

Gambar 9. Hasil XRD Cu65Zn35 pada

Temperatur 700oC

Temperatur 900oC

Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan


Sintering terhadap Porositas Cu65Zn35
Porositas adalah bagian yang tidak koheren dari
sintering, berupa kekosongan berisi gas atau
lubricant. Pembuatan Paduan dengan metode
metalurgi
serbuk
dapat
memungkinkan
terbentuknya porositas. Porositas berhubungan
dengan densitas sinter. Semakin tinggi porositas
yang terdapat pada Paduan, maka densitas sinter
semakin rendah
Nilai porositas ini didapatkan menggunakan
persamaan
P = 1- e/t x 100%
Dimana :
P
= Porositas (%)
e
= Densitas Experiment (gr/cm3)
t
= Densitas Teoritik (gr/cm3)
hubungan antara temperatur sintering dan densitas
sinter. Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13

memiliki nilai porositas terendah adalah pada


variabel temperatur 700oC dan waktu tahan
sintering 30 menit. Dalam pengamatan struktur
mikro terlihat bahwa terdapat banyak porositasdan
waktu tahan 90 menit dan temperatur 900 oC. Hal
ini berbeda dengan hasil pengamatan struktur
mikro pada temperatur 700oC dan waktu tahan
sintering 30 menit. seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 13

25
20

60

15

30

90

10

600

700

800

900

Gambar 11. Hubungan Antara Temperatur


Sintering dan Porositas Paduan Cu65Zn35
Gambar 11 tersebut, terlihat bahwa
porositas terendah terdapat pada temperatur 700 oC
dan waktu tahan sintering 30 menit, yaitu sebesar
15.5%. kemudian porositas semakin bertambah
seiring bertambahnya temperatur sintering.
Porositas terjadi karena semakin tinggi temperatur
sintering maka material tersebut semakin
teroksidasi. Sehingga pada saat sintering tidak
terjadi ikatan yang sempurna, karena temperatur
sintering terlalu rendah untuk menghilangkan
lapisan oksida yang ada. Lapisan oksida ini bisa
dihilangkan dengan dinaikkanya temperatur
sintering mencapai titik melting dari ZnO atau
CuO tersebut yaitu sebesar 1975 oC. Waktu tahan
sintering juga berpengaruh terhadap tingkat
porositas Paduan. Pengaruh waktu tahan sintering
terhadap porositas Paduan Cu65Zn35.

porositas

Gambar 13. Hasil SEM Cu65Zn35 dengan variabel


temperatur 700oC dan waktu tahan sintering 30
menit

25

20

700

15

800

cracking
Porositas

900

10
0

50

100

Gambar 12 .Hubungan Antara Waktu Tahan


Sintering dan Porositas Paduan Cu65Zn35
Gambar 12, terlihat bahwa porositas tertinggi
terdapat pada waktu tahan 90 menit dan temperatur
sintering sebesar 900oC yaitu bernilai 24 %.
Porositas yang tinggi pada waktu tahan 90 menit
dan temperatur sintering 900oC juga dipengaruhi
oleh nilai densitas yang rendah , Karena densitas
terendah juga terdapat pada waktu tahan dan
temperatur sintering yang sama. Kemudian
semakin bertambahnya waktu tahan sintering maka
nilai porositas semakin bertambah, dan yang

Gambar 14. Hasil SEM Cu65Zn35 dengan variabel


temperatur 900oC dan waktu tahan sintering 90
menit
Terlihat pada Gambar terjadi banyak porositas
pada Paduan Cu65Zn35 dengan perlakuan waktu
tahan 90 menit dan temperatur sintering 900 oC
yaitu sebesar 24%. Pada perlakuan temperatur
sintering 700oC dan waktu tahan 30 menit

memiliki nilai porositas yang lebih sedikit yaitu


sebesar 15,5 %. Porositas ini terjadi karena adanya
fasa ZnO dan CuO yang mengakibatkan ikatan
antar matriks tidak baik karena adanya lapisan
oksida yang menyelimuti partikel tersebut. Karena
pada proses sintering kemungkinan terjadinya
ikatan antar partikel dan terbentuknya fasa baru.

elastisitas maksimum. Sedangkan modulus


elastisitas minimum diperoleh pada waktu tahan 90
menit. Pengaruh waktu tahan sintering terhadap
nilai modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar
16 berikut
60000

Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan


Sintering terhadap Modulus Elastisitas
Paduan Cu65Zn35

50000

700

40000

800

pengaruh antara temperatur sintering Paduan


Cu65Zn35 terhadap besarnya nilai modulus
elastisitas. Hubungan ini dapat dilihat pada
Gambar 4.18 berikut.

30000

60000
3
0
6
0

50000

40000
30000
600

700

800

900

1000

900
0

100

Gambar 16. Hubungan Antara Waktu Tahan


Sintering dan Modulus Elastisitas Paduan Cu65Zn35
Dari Gambar 16 terlihat bahwa terjadi penurunan
nilai modulus elastisitas ketika waktu tahan
sintering semakin naik. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya oksidasi pada partikel CuZn yang
semakin teroksidasi ketika waktu tahan sintering
semakin naik. hal ini juga diamati oleh hasil
pengamatan SEM yang dijelaskan pada Gambar
17, 18 dibawah ini.

Gambar 15 .Hubungan Antara Temperatur


Sintering dan Modulus Elastisitas Paduan Cu65Zn35
Dari Gambar 15, terlihat bahwa semakin
tinggi temperatur sintering Paduan Cu65Zn35 maka
nilai modulus elastisitasnya semakin kecil.
Modulus elastisitas juga dipengaruhi oleh
porositas. Porositas yang tinggi akan menyebabkan
permukaan material memiliki kekuatan yang
berbeda karena tidak terjadi ikatan antar partikel
yang baik. Pada persamaan sprigs porositas sangat
berpengaruh,karena persamaan ini digunakan pada
material berpori, yaitu semakin tinggi porositas
maka semakin kecil nilai modulus elastisitas.
Sesuai dengan Persamaan 4.1 dibawah ini. E = Eo
exp (-b x ) (4.1) ; E =Modulus
elastistas
Paduan,Eo = Modulus elastisitas Teori,b=
Konstanta Porositas (3.95),
= Porositas.
Waktu tahan sintering juga mempengaruhi
nilai modulus elastisitas Paduan Cu65Zn3 terlihat
bahwa waktu tahan 30 menit merupakan
temperatur sintering yang paling baik, karena pada
waktu tahan tersebut didapatkan nilai modulus

50

CuZn

ZnO

Gambar 17. Hasil SEM Paduan Cu65Zn35 Waktu


Tahan 30 Menit dan Temperatur Sintering 700 oC

modulus elastisitas peluru yaitu sebesar 380


MPa.
ZnO
CuZn

Gambar 18. Hasil SEM Paduan Cu65Zn35 Waktu


Tahan 90 Menit dan Temperatur Sintering 900 oC
Terlihat pada Gambar menunjukkan hasil SEM
yang memperlihatkan semakin lama waktu tahan
sintering semakin teroksidasi atau fasa ZnO nya
semakin banyak. Pada dasarnya semakin lama
waktu tahan sintering akan menyebabkan
pertumbuhan butir sehingga akan menyebabkan
berkurangnya nilai porositas. Akan tetapa pada
penelitian ini berkebalikan terhadap dasar teori
yang ada, hal itu bisa disebabkan pada ukuran
partikel, yang menyebabkan semakin kecilnya
ukuran partikel maka waktu tahan sintering
semakin cepat. Maka dari itu pada penelitian ini
didapatkan waktu tahan sintering yang sesuai
adalah selama 30 menit.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dianalis didapatkan
kesimpulan penelitian yaitu:
1. Semakin naiknya temperatur sintering maka
nilai modulus elastisitas semakin turun, dimana
pada temperatur sintering 700oC dan waktu
tahan sintering 30 menit menghasilkan nilai
modulus elastisitas tertinggi yaitu 56504.99
MPa.
2. Semakin lamanya waktu tahan sintering maka
nilai modulus elastisitas semakin turun , dimana
pada waktu tahan sintering 30 menit dan
temperatur sintering 700oC menghasilkan nilai
modulus elastisitas tertinggi yaitu 56504.99
MPa.
3. Paduan Cu65Zn35 dapat menjadi bahan
kelongsong peluru karena nilai modulus
elastisitasnya melewati batas minimum nilai

DAFTAR PUSTAKA
Arif Fachrudin,Muhammad. 2008. Pengaruh
Temperatur Sintering terhadap Struktur Mikro
Daerah Lamiasi Komposit Laminat Al/Al2O3Al-SiC. Surabaya: Teknik Material dan
Metalurgi
Andic, Z., et al. 2004. Influence Of Alu"mina
Content On The Sinterability Of The Cu-Al2O3
Pseudo
Alloy
(COMPOSITE).MTAEC9,38(5)245(2004)
ASM
Handbook,
1998,
Powder
Metal
Technologies
and
Applications,
ASM
International Volume 7, USA.
Fauziati, Arfina. 2010. Sintesis MMCS Cu-Al2O3
Melalui Proses Metalurgi Serbuk Dengan
Variasi Fraksi Volume Al2O3 Dan Temperatur
Sintering Sebagai Alternatif Bahan Kelongsong
Peluru. Surabaya: Teknik Material dan
Metalurgi
Feng, C. dan Clark, Stacey. 1994. Malfunction
and Failure Analysis Investigation of C26000
(Cu-30%Zn) Brass Cartridge Cases. Materials
Characterization 32:15-23
German.R.M 1984, powder metallurgy science
metal powder industries federation, priceton, Nj
Hausner, H. H. dan Mal, M. K. 1982. handbook
of powder metallurgy . New York :chemical
publishing Co. Inc
Imai, Hisashi., Kosaka, Yoshiharu., et al. 2009.
Characteristic and Machinability of lead-free
P/M Cu60-Zn40 brass alloys dispered with
graphite .Powder Technology 198 (2010) 417
421
Kang, Suk Joong-Lee. 2005. Sintering
Densification,
Grain
Growth,
and
Microstructure.Oxford: Elsevier ButterworthHeinemann
Kartika Sari, Rike. 2010. Sintesis MMCS CuAl2O3 Melalui Proses Metalurgi Serbuk Dengan
Variasi Fraksi Volume Al2O3 Dan Gaya Tekan
Kompaksi
Sebagai
Alternatif
Bahan
Kelongsong Peluru. Surabaya: Teknik
Material dan Metalurgi.
Kol. CTP Drs. Umar S. Tarmansyah, strategi
inovasi dan pengembangan iptek dan industry

pertahanan.
dephan)

(puslitbang

indhan

balitbang

Anda mungkin juga menyukai