PENDAHULUAN
I.1 .
Latar Belakang
Eksipien adalah bahan bahan yang di tambahkan dalam formulasi obat
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan bilangan asam, bilangan saponifikasi, bilangan
iodium, bilangan hidroksil, bilangan tak tersabunkan dan bilangan ester dari
sampel Minyak Jagung, Minyak Jarak, Minyak Wijen, Minyak Kelapa, Vaselin
Album, Vaselin Flavum, Cera Alba,Lanolin.
I.3
Prinsip Percobaan
Penetapan Parameter mutu sampel dengan cara :
1. Penetapan bilangan asam menggunakan larutan alkali NaOH dengan
2.
3.
4.
5.
dengan
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Ringkasan Teori
tersabunkan dalam alkali hidroksida, tetapi larut dalam pelarut lema dan hasil
penyabunan larut dalam pelarut tertentu.
f. Penetapan bilagan peroksida
hablur.
: dapat tercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan
meleleh.
: laarut dalam satu bagian air, dalam dua bagian etanol
(95%) P, sangat mudah larut dalam etanol mutlak P
mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
3. Asam Sulfat (4:103)
Nama resmi : Asidum sulfuricum
Nama Lain
: asam sulfat
RM/BM
: H2SO4 / 98,01
Pemerian
: cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
4. Etanol (1:65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain
Pemerian
Kelarutan
: etanol
: cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk keras
: sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P, dan
dalam eter.
Penyimpanan : di tempat sejuk, dalam wadah tertutup rapat
5. Amonium Hidroksida (1:86)
Namka Resmi : Ammonia
Nama Lain
: Ammonia
RM/BM
: NH4OH / 35,05
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk keras
Kelarutan
: mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat
sejuk,jauh dari nyala api.
6. Eter (4:67)
Nama Resmi
Nama lain
RM/BM
Pemerian
Kelarutan
suhu 350C.
: larut dalam air, dpat bercampur dengan etanol, dengan
kloroform, dengan pelarut heksan, dengan minyak lemak
yang
diperlukan
untuk
berbagai
penetapan.sebaiknya
Timbang seksama sejumlah 1,5 gram hingga 2 gram zat dalam labu 250
ml , tambahkan 25 ml hingga 30 ml etanol P yang telah dinetralkan, kocok
tambahkan 1 ml fenolftalein P dan titrasi dengan KoH-Etanol 0,5 N LV sampai
asam bebas dinetralkan.tambahkan 25 ml KoH , etanol 0,5 N LV lakukan
seperti yang tertera pada bilangan penyabunan mulai dengan panaskan labu..
dan penambahan fenolftalein LP dapat diabaikan. Selisi antara volume asam
klorida 0,5 N dalam ml, yang diperlukan pada penetapan contoh dan blanko,
dikalikan dengan 28,05 dan dibagi bobot contoh dalam gram, adalah bilangan
eter.
Urgensi dari bilangan ester dimana bertujuan untuk mengetahui suatu
ukuran kadar ester yang terdapat dalam minyak atau lemak. Penetapan
bilangan ester dapat terganggu jika dalam lemak terdapat suatu anhidrida atau
suatu lakton.
II.4.4 Penetapan Bilangan Iod (metode hanus)
Timbang seksama lebih kurang 800 mg lemak padat atau lebih kurang
200 mg minyak masukkan kedalam labu, iodium 250 N. Larutkan dalam 10 ml
kloroform, tambahkan 250 ml iodo bromida LP, tutup rapat dan biarkan selama
30 menit ditempat terhindar dari cahaya dngan sesekali dikocok. Tam,bahkan
berturut-turut 30 N kalium iodida LP dan 150 ml air dan titrasi odum yang
dibebaskan dengan Na-tiosulfat0,1 N LV, dikocok kuat-kuat tiap setelah
penambahan tiosulfat. Bilawarna iodum menjadi agak pucat tambahkan lagi LP
dan lanjutkan titrasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N LV hingga warna biru hitam.
Urgensi dari penetapan bilangan ini yaitu Bilangan iodium mencerminkan
ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tak
jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Lemak
yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom
iodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin
banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan.
Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh
dengan eter P tambahkan bilasan ke dalam gelas piala, uapkan eter diatas
tangas uaphingga ahampir kering dan keringkan pada suhu 100 0 selama 30
menit. Dinginkan gelas piala dalam desikator selama 30 menit dan timbang
residu sebagai zat tak tersabunkan.
II.4.7 Penetapan Bilangan Peroksida
Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama sebanyak 5 g sampel,
masukkan didalm labu erlenmeyer 250 mlbersumbat kaca, tambahkan 30 ml
campuranasam asetat glasial dan kloroform (3:2) kocok hingga larut, dan
tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. Kocok selama 1 menit dan tambahkan 30
ml air. Titrasi dengan Na-tiosulfat 0,01 N hingga warnakuning hampir hilang.
Tambahkan 5 ml larutan kanji dan lanjutkan titrasi hingga warna hilangbiru
hilang. Larutkan penetapan blanko dengan kondisi yang sama, hitung nilai
bilangan peroksida.
II.5 Prosedur Pembuatan Larutan Baku
II.5.1 Iodo-Brom
Larutkan 13,615 g iodium P dengan pemanasan dalam 825 ml asam
asetat glasial yang tidak menunjukkan adanya reduksi dengan kromat dengan
asam sulfat P. Dinginkan dan titrasi 25 ml larutan dengan natrium tiosulfat 0,1 N
LV, catat volume yang diperlukan sebagai B. Buat larutan lain yang
mengandung 3 ml brom P yang dalam 200 ml asam asetat glacial P. titrasi
dengan Natrium tiosulfat 0,1 N LV. Catat volume yang diperlukan untuk
mengandung kandungan hologen pada 800 ml larutan iodium yang tersisa.
Rumus:
800 B
5C
satu jam kocok kuat, biarkan semalam, endap tuangkan dan destilasi untuk
mendapat etanol bebas aldehid.
II.5.3 Pembuatan dan Pembakuan NaOH 0,1 N
1.Pembuatan NaOH
Siapkan didalam otol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter akuades dingin
(hasil pendidihan selama kurang lebih 5 menit). Timbang kasar bersama gelas
kimia 100 mL, kurang lebih 4,1 gram NaOH (p.a;butiran) secara cepat, dan
segera tuangi dengan aquades dari botol plastik diatas sebanyak 50 mL, aduk
agar segera larut. Cepat tuangkan kembali cairan ini kedalam botol, tutup rapat
dan homogenkan. (diperoleh kurang lebih 1 liter NaOH 0,1 N.
2.Pembakuan NaOH 0,1 N
Pipet secara teliti kedalam 3 gelas Erlenmeyer 250mL masing-masing
sebesar 25 mL larutan baku Kalium Biftalat 0,1 M. Tambahkan masing-masing 2
tetes indikator pp. Titrasi setiap larutan dengan larutan NaOH dari buret,
hentikan pentitrasian bila warna merah jambu muda timbul secara menetap (15
detik) walaupun cairan digoyangkan. (dapat pula digunakan kristalnya langsung
dengan menyiapkan 3 gelas erlenmeyer yang diberi nomor urut).
II.5.4 Pembuatan dan Pembakuan HCL 0,1 N
1. Pembuatan HCL baku (0,1M ; 0,1N)
Isi botol reagen 1 L dengan kurang lebih 1 L aquades, ukur kurang lebih
9 mL HCL pekat (p.a.; 11,6 M;36%); tuangkan perlahan kebotol tutup rapat dan
kocok sebentar supaya homogen. (diperoleh 1 liter HCL 0,1N)
2. Pembakuan larutan HCL dengan larutan baku NaOh
Pipet 25 mL larutan HCL kedalam masing-masing 3 gelas erlenmeyer
250 mL. Bubuhi 2 tetes indikator pp, turunkan larutan baku NaOH 0,1000 M
kedalam gelas-1 sambil cairan dalam gelas digoyang. Ketika warna merah agak
lambat menghilang, turunkan larutan NaOHberupa tetesan. Hentikan titrasi jika
warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik) oleh
pengocokan. (ulangi prosedur serupa terhadap gelas-2 dan gelas-3. Diperoleh
volume rata-rata pemakaian larutan NaOH).
II.6 Prosedur Pembuatan Reagen dan Pereaksi
II.6.1 Hanus (pereaksi bilangan iodium
a. I2 6,6 g
Asam asetat glasial 500 ml
Setelah I2 melarut didalam asam asetat glasial (bila perlu bantu melalui
pemanasan). Pada keadaan dingin lakukan uji dikromat terhadap larutan untuk
menetapkan adanya zat-zat yang mereduksi.
b. Br2 1,5 ml
Tambahkan Brom (untuk menggandakan kandungan halogen) ke larutan A
dingin (setelah uji dikromat).
II.6.2 Fenolftalein
a. Fenolftalein 100 mg
Etanol 96% 100 mL
b. Aquades 100 mL
Homogenkan dulu campuran A, kemudian tambahkan B ke dalamnya, dan
saring jika perlu.
II.6.3 Kalium Hidroksida
Larutkan dulu kristal KOH 180 g kedalam sejumlah aquades, kemudian
encerkan sampai volume larutan 500 mL simpan dalam botol ertutup rapat.
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat dan bahan
III.1.1 Alat
Alat
yang
digunakan
adalah
Erlenmeyer, labu
alat
mg sampel minyak
Ditambahkan 10 ml kloroform
Ditambahkan 25 ml iodo-brom LP
Ditambahkan 10 ml KI jenuh
Ditambahkan 10 ml air
Didiamkan 5 menit sambil dikocok kuat
Dititrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,8 N LV hingga jernih
2.
3.
4.
5.
6.
Ditambahkan 20 ml etanol
Ditambahkan 2 g KOH
Direfluks tangas uap selama 2 jam
Diuapkan etanol
Residu ditambahkan dengan 50 ml air panas lalu dimasukkan
ANALISIS EKSCIPIENT
KELOMPOK IX:
AHMAD ALFAT
MAGFIRA M
JARIR
NURUL FAJARYANTI
MUHAMMAD ADNAN
RIDHO SELPIYANI
ARMALA SAHID
MAKASSAR
2015
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. Data Pengamatan
Bilangan
Asam
Bilangan
Penyabunan
Bilangan
Iodium
Bilangan
Ester
Bilangan
Peroksida
No
Sampel
Vaselin
Album
Minyak
Wijen
Minyak
Jarak
Lanolin
12,4109
92
12,3762
0,381
63,5655
0,144
63,1845
0,758
16,29
16,53
0,6598
94,323
28,87
65,653
2,8055
Cera
Alba
Minyak
Kelapa
Cetyl
4,3838
22,9656
1,2829
18,5818
0,399
9,869
1024,112
9,47
1695,219
0,035
12,5
12,4
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alkohol
Minyak
jagung
Vaselin
flavum
Oleum
cacao
0,1043
181,48
10,4577
17,4109
92
3,296
5,33
87
1,7
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 bilangan asam
1. Vaselin album
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 0,1 x 0,087
10,02
= 0,0347
2. Minyak wijen
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
= 0,0381
3. Minyak jarak
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 2,21 x 0,087
10,1523
= 0,758
4. Lanolin
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x( 2,30,4) x 0,087
10,0321
= 0,6598
5. Cera alba
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x(1,8) x 0,087
1,510
= 4,3818
6. Minyak kelapa
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
= 0,399
7. Vaselin flavum
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 0,1 x 0,087
10,02
= 17,4109
8. Minyak jagung
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 0,7 x 0,097
10,05
= 0,1043
9. Cetyl alcohol
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 0,10 x 0,1
2,0
= 0,035
10. Oleum cacao
Bil.asam
Mr x Vt x N
w
40 x 0,15 x 0,012
10
= 5,33
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 12,4109
2. Minyak wijen
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 63,5655
3. Minyak jarak
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 16,29
4. Lanolin
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 94,323
5. Cera alba
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 22,9656
6. Minyak kelapa
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 9,869
7. Cetyl alkohol
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 12,5
8. Minyak jagung
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 181,48
9. Vaselin flavum
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 92
10. Oleum cacao
Bil.penyabunan
Mr x (VbVt ) x N
w
= 87
IV.2.3 bilangan ester
1. Vaselin album
Bil. Ester
= Bilangan penyabunan bilangan asam
= 12,4109 -0,0347
= 12,3762
2. Minyak wijen
Bil. Ester
3. Minyak jarak
Bil. Ester
4. Cera alba
Bil. Ester
5. Minyak kelapa
Bil. Ester
6. Lanolin
Bil. Ester
0,1269 x Vt
Bs
0,1269 x 17,05
0,83
= 2,60
2. Minyak jarak
Bil.iod
1,269 x Vt
Bs
1,269 x 13,1
0,2
= 83,1195
3. Lanolin
Bil.iod
1,269 x Vt
Bs
1,269 x 18,15
0,8032
= 28,67
4. Cera alba
Bil.iod
1,269 x Vt
Bs
= 1,2829
56,11 x N
W
56,11 x 0,1
2
B+
( wAc )T
= 2,8055
2. Minyak kelapa
Bil.peroksida
56,11 x N
W
B+
( wAc )T
= 1695,219
3. Minyak jagung
Bil.peroksida
56,11 x N
W
= 10,4577
B+
( wAc )T
BAB V
PEMBAHASAN
Analisis eksipien yaitu lemak dan minyak lemak ditentukan untuk
mengetahui mutu dari lemak dan minyak lemak tersebut. Penentuan beberapa
parameter seperti bilangan asam, bilangan iodium, bilangan penyabunan,
bilangan hidroksil, bilangan peroksida, bilangan ester, dan zat tersabunkan
akan menunjukkan apakah bahan tersebut memenuhi beberapa jenis sampel
yaitu minyak jarak, minyak wijen, vaselin album, vaselin flavum, minyak kelapa,
cera alba dan lanolin.
Untuk sampel vaselin album, dilakukan penentuan tiga parameter yaitu
bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan ester dimana pada
praktikum kali ini ada enam sampel vaselin album yang diujikan pada bilangan
asam dan lima sampel pada bilangan penyabunan. Vaselin album termasuk
lemak padat sehingga dalam pengujian harus dipertahankan sehinggan tetap
hangat dengan tetap berada dalam wujud cair. Pada penentuan bilangan asam,
dilakukan dengan titrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH 0,0871 N LV
hingga terjadi perubahan warna menjadi pink muda. Dari hasil perhitungan
diperoleh bilangan asam pada sampel 1 yaitu 12,4109 (sesuai dengan
persyaratan 17-24), pada sampel 2 yaitu 0,0696 ( sesuai dengan persyaratan
1), sampel 3 yaitu 0,104 (tidak sesuai dengan pustaka yaitu 17-24), pada
sampel 4 yaitu 0,0345 (sesuai dengan standar output bilangan asam vaselin
album yaitu 1), sampel 5 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu
17-24), sampel 6 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 17-24).
Pada penentuan bilangan penyabunan sampel vaselin album, diperoleh hasil
yaitu pada sampel 1 yaitu sebesar 3,366 (tidak sesuai dengan persyaratan 87104), sampel 2 yaitu 6,36 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 87-104),
sampel 3 yaitu 6,3651 (tidak sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 4
yaitu 92 (sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 4 yaitu 245,2617 (tidak
sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 5 yaitu 245,6 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 87-104). Pada penentuan bilangan ester pada sampel vaselin
album dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara bilangan asam dan
bilangan penyabunan dan diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 yaitu 3,296,
sampel 2 yaitu sebesar 12,3762 (hal ini sesuai dengan persyaratan 1).
Untuk sampel minyak wijen, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium
dimana pada praktikum kali ini ada 3 sampel minyak wijen yang diujikan pada
bilangan asam dan dua sampel pada bilangan penyabunan serta 2 sampel
pada bilangan iodium. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada
sampel 1 yaitu sebesar 0,381(sesuai dengan persyaratan 1), sampel 2 yaitu
0,3824 (sesuai dengan persyaratan 1), sampel 3 yaitu 0,354 (tidak sesuai
dengan persyaratan 1). Pada penentuan bilangan penyabunan pada sampel
minyak wijen diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 63,5655 (tidak sesuai
dengan persyaratan 83-89), sampel 2 sebesar 95,17 (tidak sesuai dengan
persyaratan 83-89). Pada penentuan bilangan iodium pada sampel minyak
wijen diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 0,114 (sesuai dengan
persyaratan 1), sampel 2 sebesar 0,221 (sesuai dengan persyaratan
1).Untuk pengukuran bilangan iodium sampel yang digunakan adalah
sebanyak 2 gram, karena minyak wijen termasuk minyak berwujud cair.
Untuk sampel minyak jarak, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium.
Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam sampel 1 yaitu sebesar 0,758
(sesuai dengan persyaratan (1,5 / 2), sampel 2 sebesar 0,73 (sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2), sampel 3 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan
1,5 / 2), sampel 4 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan 1,5 / 2). Pada
penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak jarak diperoleh hasil
yaitu pada sampel 1 sebesar 16,29 (tidak sesuai persyaratan 176-182), sampel
26,08 (memenuhi
17,67 (tidak
17-24), pada sampel 4 yaitu 0,0345 (sesuai dengan standar output bilangan
asam vaselin album yaitu 1), sampel 5 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 17-24), sampel 6 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 17-24). Pada penentuan bilangan penyabunan sampel
vaselin flavum, diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 yaitu sebesar 3,366 (tidak
sesuai dengan persyaratan 88-165), sampel 2 yaitu 6,36 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 88-165), sampel 3 yaitu 6,3651 (tidak sesuai dengan
persyaratan 88-165), sampel 4 yaitu 92 (sesuai dengan persyaratan 88-165),
sampel 4 yaitu 245,2617 (tidak sesuai dengan persyaratan 88-165), sampel 5
yaitu 245,6 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 88-165). Pada penentuan
bilangan ester pada sampel vaselin flavum diperoleh hasil yaitu pada sampel 1
yaitu 3,296, sampel 2 yaitu
persyaratan 1).
Untuk sampel minyak jagung, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan peroksida.
Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam sampel 1 yaitu sebesar 0,1043
(sesuai dengan persyaratan (1,5 / 2), sampel 2 sebesar 0,73 (sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2), sampel 3 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan
1,5 / 2), sampel 4 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan 1,5 / 2). Pada
penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak jagung diperoleh hasil
yaitu pada sampel 1 sebesar 18,248 (tidak sesuai persyaratan 176-182),
sampel 2 sebesar 181,48 (sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 3
sebesar 183,482 (tidak sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 4 sebesar
182,325 (sesuai dengan persyaratan 176-182). Pada penentuan bilangan
peroksida pada sampel minyak jagung diperoleh hasil yaitu pada sampel 1,2,3
dan sampel 4 sebesar 10,4577 (tidak sesuai dengan persyaratan 83-88).
Untuk sampel cetyl alkohol, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium
dimana pada praktikum kali ini ada 3 sampel cetyl alkohol yang diujikan pada
bilangan asam dan dua sampel pada bilangan penyabunan serta 2 sampel
pada bilangan iodium. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada
sampel 1 yaitu sebesar 0,017(sesuai dengan persyaratan 1), sampel 2 yaitu
0,03 (sesuai dengan persyaratan 1), sampel 3 yaitu 0,034 (sesuai dengan
persyaratan 1). Pada penentuan bilangan penyabunan pada sampel cetyl
alkohol diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 63,5655 (tidak sesuai
dengan persyaratan 83-89), sampel 2 sebesar 95,17 (tidak sesuai dengan
persyaratan 83-89). Pada penentuan bilangan iodium pada sampel cetyl alkohol
diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 0,42 (sesuai dengan persyaratan
2), sampel 2 sebesar 0,472 (sesuai dengan persyaratan 2).
Untuk sampel oleum cacao, dilakukan penentuan terhadap tiga jenis
bilangan parameter yaitu bilangan asam, bilangan iodium, dan bilangan
penyabunan. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada sampel 1
sebesar 5,33, sampel 2 sebesar 5,716, sampel 3 sebesar 5,39, sampel 4
sebesar 5,153 (sesuai dengan persyaratan yang tertera pada pustaka dimana
nilainya adalah 17 dan 24 atau 5-9). Pada penentuan bilangan penyabunan
pada sampel oleum cacao diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 170,71
(tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 80-112), sampel 2 sebesar 87
(memenuhi persyaratan yaitu 80-112) dan pada penentuan bilangan iodium
diperoleh hasil pada sampel 1 sebesar 1,7 (sesuai dengan persyaratan yaitu
0,2-2,2).
Adapun kesalahan yang terjadi disebabkan karena beberapa factor
kesalahan yaitu kesalahan pengamatan saat titrasi atau pada larutan baku dan
pereaksi yang digunakan kurang baik atau terkontaminasi dengan pengotor.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pada sampel vaselin album, terdapat 3 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yakni masuk dalam rentang nilai 1724 dan 2 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang memenuhi
persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 87-104
2. Pada sampel minyak wijen, terdapat 2 sampel yang memiliki bilangan
iodium dan bilangan penyabunan yang memenuhi persyaratan yaitu
masuk dalam rentang nilai yaitu
1,0
3. Pada sampel minyak jarak, ada terdapat 4 sampel yang memiliki
bilangan asam yang memenuhi persyaratan yakni sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2.
4. Pada sampel lanolin, terdapat 3 sampel yang memiliki bilangan asam
yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 1 dan 1
sampel yang memiliki bilangan iodium yang memenuhi persyaratan yaitu
sesuai dengan rentang nilai 18-36
5. Pada sampel cera alba, ada terdapat 1 sampel yang memiliki bilangan
iodium yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai
0,5-2
6. Pada sampel minyak kelapa, terdapat 1 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai
0,5
7. Pada sampel vaselin flavum, terdapat 2 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 1
atau 17-24 dan 1 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang
memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 88-165
8. Pada sampel minyak jagung, terdapat terdapat 4 sampel yang memiliki
bilangan asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang
nilai 1,5 / 2, serta 2 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang
memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 176-182
VI.2 Saran
1. Laboratorium
Sebaiknya peralatan yang ada diperbanyak lagi agar pada saat
praktikum dapat bekerja secara efisien.
2. Asisten
Sebaiknya asisten pendamping mendampingi praktikan pada saat
praktikum berlangsung agar waktu berjalan efisien
3. Praktikan
Sebaiknya jika ingin memakai alat laboratorium, agar izin kepada
praktikan lain yang telah terlebih dahulu meminjam alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen, POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes
RI
2. Dirjen, POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : Depkes
RI
Pelajar.
9. Rufiati, etna. 2011. Perbedaan Lemak Jenuh dan Tak Jenuh.[Online].
Tersedia:http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/PerbedaanLema
kJenu_EtnaRufiati_16374.pdf [5 Mei 2012]