Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 .

Latar Belakang
Eksipien adalah bahan bahan yang di tambahkan dalam formulasi obat

dengan tujuan teraupetik, tetapi untuk membantu proses manufaktur,


melindungi dan meningkatkan stabilitas bahan aktif, dan juga untuk
meningkatkan bioavailabilitas. Salah satu jenis bahan tambahan yang biasa
digunakan adalah golongan lemak dan minyak lemak, baik sediaan oral
maupun kosmetik. Sementara itu, analisis di lakukan terhadap lemak dan
minyak lemak adalah penetapan bilangan asam, bilangan ester, bilangan
hidroksil, bilangan iodium, bilagan penyabunan, dan zat tak tersabunkan.
Analisis tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi lemak tersebut dan untuk
memastika mutu atau lemak tersebut.
I.2.

Tujuan Percobaan
Untuk menentukan bilangan asam, bilangan saponifikasi, bilangan

iodium, bilangan hidroksil, bilangan tak tersabunkan dan bilangan ester dari
sampel Minyak Jagung, Minyak Jarak, Minyak Wijen, Minyak Kelapa, Vaselin
Album, Vaselin Flavum, Cera Alba,Lanolin.
I.3

Prinsip Percobaan
Penetapan Parameter mutu sampel dengan cara :
1. Penetapan bilangan asam menggunakan larutan alkali NaOH dengan
2.
3.
4.
5.

indikator fenolftalein hingga berwarna pink


Penetapan bilangan iodium menggunakan iodo brom
Penetapan bilangan hidroksil menggunakan larutan KOH P
Penetapan bilangan ester menggunakan pereaksi Eter P
Pernetapan bilangan penyabunan menggunakan larutan HCl

dengan

indikator fenolftalein hingga tidak berwarna


6. Penetapan bilangan tak tersabunkan dengan menggunakan pelarut
lemak dengan menggunakan indicator phenolfptalein

BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1 Ringkasan Teori

Eksipien adalah bahan-bahan yang ditambahkan dalam formulasi dengan


tujuan untuk membantu proses manufaktur, melindungi dan meningkatkan
stabilitas bahan aktif. Lemak atau minyak lemak adalah bahan yang sering
digunakan pada formulasi dan juga kosmetik. Metode penentuan komposisi
lemak dan minyak penting, tidak hanya karena kandungan asamlemaknya dan
pola distribusi gliserida, akan tetapi karakteristik fisika terkait secara langsung
dengan komposisinya. Beberapa analisis yang dilakukan dalam analisis lemak
antara lain:
a. Penetapan bilangan asam (asam lemak bebaas)
Keasaman lemak dan minyak lemak dinyatakan sebagai jumlah mL alkali
0,1 N yang dipergunakan/diperlukan untuk menentukan asam bebas dalam
10,0 gram zat. Keasaman sering dinyatakan sebagai bilangan asam yang
jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas
dalam 1,0 gram zat.
b. Penetapan bilangan ester
Jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menyabunkan ester
dalam 1,0 gram zat. Jika bilangan penyabunan daan bilangan asam telah
ditetapkan diselisih antara keduanya menunjuikan bilangan ester.
c. Penetapan bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas dan menyabunkan ester yang
terkandung dalam 1,0 g zat.
d. Penetapan bilangan iodum
Bilangan iodum adalah jumlah g iodium yang diserap oleh 100 gram zat.
Pada kondisi yang ditetapkan kecuali dinyatakan lain dalam masing masing
monografi, tetapkan bilangan iodum dengan metode I (metode Hanus).
Terdapat dua metode yang biasa digunakan dalam penetapan bilangan iodum
yaitu metode hanus dan metode wijs.
e. Penetapan jumlah zat tak tersabunkan
Zat tak tersabunkan dalam minyak atau lemak

adalah zat yang tidak

tersabunkan dalam alkali hidroksida, tetapi larut dalam pelarut lema dan hasil
penyabunan larut dalam pelarut tertentu.
f. Penetapan bilagan peroksida

Bilangan peroksida dinyatakan dalam miliekivalen dri oksigen aktif, adalah


kuantitas jumlah peroksida yang terkandung dalam 1000 gram sampel.
Bilangan peroksida dapat dihitung dengan:
Hasil = 1000 (Vt-Vb) N X Bst H2O2
W
Vt= Volume natiosulfat 0,1 N pada pengujian sampel (ml)
Vb= Volume natiosulfat 0,1 N pada pengujian blanko (ml)
N= Normalitas Na tiosulfat
W= Bobot sampel yang di uji (g)
II.2 Uraian Bahan
1. Gliserin (1:271)
Nama resmi : Glicerolum
Nama lain
: Gliserin
RM/BM
: C3H8O3 / 92,10
Pemerian
: cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak bebrbau,
manis, dikulit terasa hanangat, higroskopis jika disimpan
pada suhu rendah , dapat memadat membentuk massa
Kelarutan

hablur.
: dapat tercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan

dalam minyak lemak.


Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
2. Kalium hidroksida (3:576)
Nama Resmi : Kalium hidroksidum
Nama Lain
: Kalium hidroksida
RM/BM
: KOH / 56,02
Pemerian
: massa berbentuk batang, pelet, putih, sangat mudah
Kelarutan

meleleh.
: laarut dalam satu bagian air, dalam dua bagian etanol
(95%) P, sangat mudah larut dalam etanol mutlak P

mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
3. Asam Sulfat (4:103)
Nama resmi : Asidum sulfuricum
Nama Lain
: asam sulfat
RM/BM
: H2SO4 / 98,01
Pemerian
: cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
4. Etanol (1:65)
Nama Resmi : Aethanolum

Nama Lain
Pemerian
Kelarutan

: etanol
: cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk keras
: sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P, dan

dalam eter.
Penyimpanan : di tempat sejuk, dalam wadah tertutup rapat
5. Amonium Hidroksida (1:86)
Namka Resmi : Ammonia
Nama Lain
: Ammonia
RM/BM
: NH4OH / 35,05
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk keras
Kelarutan
: mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat
sejuk,jauh dari nyala api.
6. Eter (4:67)
Nama Resmi
Nama lain
RM/BM
Pemerian

: Dietil eter/ aether


: eter
: C4H10O / 74,12
: cairan mudah mengalir, mudah menguap, tidak berwarna,
berbau khas, teroksidasi perlahan-lahan, untuk udara dan
cahaya, dengan membentuk peroksida, mendidi pada

Kelarutan

suhu 350C.
: larut dalam air, dpat bercampur dengan etanol, dengan
kloroform, dengan pelarut heksan, dengan minyak lemak

dan minyak menguap.


Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat
sejuk
7. Fenolftalein (4:111)
Nama Resmi : Phenolpthaleinum
Nama Lain
: Fenolftalein
RM/BM
: C2OH14O4 /318,33
Pemerian
: serbuk hablur, putih atau putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar
larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
8. Natrium Hidroksida (1:412)
Nama Resmi : Natrii hidrosidum
Nama Lain
: Natrium hidroksida
RM/BM
: NaOH/ 40,00
Pemerian
: putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
Kelarutan

serpihan atau batangan.


: mudah larut dalam air dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


9. Asam Klorida (4:94)
Nama Resmi : Achidum Hidrochloridum
Nama Lain
: Asam klorida
RM/BM
: HCl/ 36,46
Pemerian
: cairan, tidak berwarna, berasap, bau khas, jika diencerkan
dalam dua bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
II.3 Prosedur Preparasi Sampel
1. Bila contoh minyak menunjukkan kekeruhan yang disebabkan oleh
pemisahan steasin, hangatkan wadah dalam tangas air pada suhu 50 0 C
sampai minyak jernih. Atau bila minyak pada penghangatan tidak menjadi
jernih, saring dengan kertas saring karing pada corong yang terletak
didalam mantel air panas. Campur dengan baik, dan timbang sekaligus
sebantyak

yang

diperlukan

untuk

berbagai

penetapan.sebaiknya

menggunakan botol berpipet tetes, atau buret timbang.


II.4 Prosedur Analisis
II.4.1 Penetapan Bilangan Asam (Asam lemak bebas)
Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama lebih kurang 10,0 gram zat,
larutkan dalam labu yang berisi 50 ml campuran etanol P: eter P (1:1) dan
tyelah dinetralkan. Fenolftalein P dengan NaOH 0,1 N . bila contoh tidak larut
dalam pelarut dingin, hubungkan labu dengan pendingin yang sesuai dan
hangatkan perlahan-lahan sambil sering dikocok sampai contoh larut.
Tambahkan 1 ml fenolftalein P, dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV
samapai larutan berwarna merah mudah setelah di kocok 30 detik. Hitung asam
lemak bebas dengan bilangan asam atau jumlah ml alkali 0,1 N yang diperlukan
untuk menetralkan 10,0 gram contoh.
Urgensi dari penetapan bilangan ini yaitu untuk mengukur jumlah asam
lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut.
II.4.2 Penetapan Bilangan Ester

Timbang seksama sejumlah 1,5 gram hingga 2 gram zat dalam labu 250
ml , tambahkan 25 ml hingga 30 ml etanol P yang telah dinetralkan, kocok
tambahkan 1 ml fenolftalein P dan titrasi dengan KoH-Etanol 0,5 N LV sampai
asam bebas dinetralkan.tambahkan 25 ml KoH , etanol 0,5 N LV lakukan
seperti yang tertera pada bilangan penyabunan mulai dengan panaskan labu..
dan penambahan fenolftalein LP dapat diabaikan. Selisi antara volume asam
klorida 0,5 N dalam ml, yang diperlukan pada penetapan contoh dan blanko,
dikalikan dengan 28,05 dan dibagi bobot contoh dalam gram, adalah bilangan
eter.
Urgensi dari bilangan ester dimana bertujuan untuk mengetahui suatu
ukuran kadar ester yang terdapat dalam minyak atau lemak. Penetapan
bilangan ester dapat terganggu jika dalam lemak terdapat suatu anhidrida atau
suatu lakton.
II.4.4 Penetapan Bilangan Iod (metode hanus)
Timbang seksama lebih kurang 800 mg lemak padat atau lebih kurang
200 mg minyak masukkan kedalam labu, iodium 250 N. Larutkan dalam 10 ml
kloroform, tambahkan 250 ml iodo bromida LP, tutup rapat dan biarkan selama
30 menit ditempat terhindar dari cahaya dngan sesekali dikocok. Tam,bahkan
berturut-turut 30 N kalium iodida LP dan 150 ml air dan titrasi odum yang
dibebaskan dengan Na-tiosulfat0,1 N LV, dikocok kuat-kuat tiap setelah
penambahan tiosulfat. Bilawarna iodum menjadi agak pucat tambahkan lagi LP
dan lanjutkan titrasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N LV hingga warna biru hitam.
Urgensi dari penetapan bilangan ini yaitu Bilangan iodium mencerminkan
ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tak
jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh.
Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Lemak
yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom
iodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin
banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan.
Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh

dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iodium) dari lemak


bersangkutan. Asam lemak januh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh
adalah cair, karenanya semakin tinggi bilangan iodium semakin tidak jenuh dan
semakin lunak lemak tersebut.
II.4.5 Penetapan Bilangan Penyabunan
Timbang seksama 1,5 g hingga 2 g zat, dalam labu 250 ml yang telah
ditara dan ditambahkan 25,0 ml KOH etanol 0,5 N LV. Panaskan labu di atas
tangas uap refluks dengan pendingin yang sesuai selama 20 menit sambil
sering di putar , kemudian tambahkan 1 ml fenoftalein LP dalam dititrasi
kelebihan KOH dengan HCl 0,5 N LV.
Urgensi dari penetapan ini yaitu dimana Angka Penyabunan dapat
dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat
molekul relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
sebaliknya, minyak dengan berat molekul yang besar mempunyai angka
penyabunan relative kecil.
II.4.6 Zat Tak Tersabunkan
Timbang seksama 5,0 g minyak atau lemak dalam labu erlenmeyer 250 ml
tambahkan larutan 2 g KOH P dalam 40 ml etanol P, dan refluks dengan
pendingin yang sesuai diatas tangas uap selama 2 jam. Uapkan etanol diatas
tangas uap, larutkan residu dalam 50 ml ai panas dan pindahkan larutan
kedalam corong pisah yang terbuat dari politetrafluoroefilena, bilas labu dua kali
dengan 25 ml air panas yang dimasukkan kedalam corong pisah, dinginkan
pada suhu kamar. Tambahkan beberapa tetes etanol P untuk memudahkan
pemisahan kedua cairan dan ekstraksi dua kali (tiap kali dengan 50 ml eter P).
Masukan kumpulan ekstrak ke dalam corong pisah, dan cuci kumpulan ekstrak
berturut-turut dengan 20 ml NaOH0,1 N kemudian dengan 20 ml NaOH 0,2 N
dan denganbeberapa kali (tiap kali 15 ml) hingga air cucian terakhir tidak
memberikan warna pada penambahan 2 tetes phenolftalein LP. Masukkan
ekstrak eter kedalam gelas piala yang telah ditara dan bilas corong pisah

dengan eter P tambahkan bilasan ke dalam gelas piala, uapkan eter diatas
tangas uaphingga ahampir kering dan keringkan pada suhu 100 0 selama 30
menit. Dinginkan gelas piala dalam desikator selama 30 menit dan timbang
residu sebagai zat tak tersabunkan.
II.4.7 Penetapan Bilangan Peroksida
Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama sebanyak 5 g sampel,
masukkan didalm labu erlenmeyer 250 mlbersumbat kaca, tambahkan 30 ml
campuranasam asetat glasial dan kloroform (3:2) kocok hingga larut, dan
tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. Kocok selama 1 menit dan tambahkan 30
ml air. Titrasi dengan Na-tiosulfat 0,01 N hingga warnakuning hampir hilang.
Tambahkan 5 ml larutan kanji dan lanjutkan titrasi hingga warna hilangbiru
hilang. Larutkan penetapan blanko dengan kondisi yang sama, hitung nilai
bilangan peroksida.
II.5 Prosedur Pembuatan Larutan Baku
II.5.1 Iodo-Brom
Larutkan 13,615 g iodium P dengan pemanasan dalam 825 ml asam
asetat glasial yang tidak menunjukkan adanya reduksi dengan kromat dengan
asam sulfat P. Dinginkan dan titrasi 25 ml larutan dengan natrium tiosulfat 0,1 N
LV, catat volume yang diperlukan sebagai B. Buat larutan lain yang
mengandung 3 ml brom P yang dalam 200 ml asam asetat glacial P. titrasi
dengan Natrium tiosulfat 0,1 N LV. Catat volume yang diperlukan untuk
mengandung kandungan hologen pada 800 ml larutan iodium yang tersisa.
Rumus:

800 B
5C

II.5.2 Etanol Bebas Aldehid


Dilarutkan 2 gram timbal (II) asetat dalam 5 ml air, tambahkan pada1000
ml etanol P dalam botol tertutup kaca dan kemudian campur. Kemudian
larutkan 5 g KOH dala 25 ml etanol hangat, dinginkan dan tambahkan perlahanlahanaduk kedalam larutan timbal (II) asetat P dlam etanol tersebut. Setelah

satu jam kocok kuat, biarkan semalam, endap tuangkan dan destilasi untuk
mendapat etanol bebas aldehid.
II.5.3 Pembuatan dan Pembakuan NaOH 0,1 N
1.Pembuatan NaOH
Siapkan didalam otol plastik 1 L bertutup sebanyak 1 liter akuades dingin
(hasil pendidihan selama kurang lebih 5 menit). Timbang kasar bersama gelas
kimia 100 mL, kurang lebih 4,1 gram NaOH (p.a;butiran) secara cepat, dan
segera tuangi dengan aquades dari botol plastik diatas sebanyak 50 mL, aduk
agar segera larut. Cepat tuangkan kembali cairan ini kedalam botol, tutup rapat
dan homogenkan. (diperoleh kurang lebih 1 liter NaOH 0,1 N.
2.Pembakuan NaOH 0,1 N
Pipet secara teliti kedalam 3 gelas Erlenmeyer 250mL masing-masing
sebesar 25 mL larutan baku Kalium Biftalat 0,1 M. Tambahkan masing-masing 2
tetes indikator pp. Titrasi setiap larutan dengan larutan NaOH dari buret,
hentikan pentitrasian bila warna merah jambu muda timbul secara menetap (15
detik) walaupun cairan digoyangkan. (dapat pula digunakan kristalnya langsung
dengan menyiapkan 3 gelas erlenmeyer yang diberi nomor urut).
II.5.4 Pembuatan dan Pembakuan HCL 0,1 N
1. Pembuatan HCL baku (0,1M ; 0,1N)
Isi botol reagen 1 L dengan kurang lebih 1 L aquades, ukur kurang lebih
9 mL HCL pekat (p.a.; 11,6 M;36%); tuangkan perlahan kebotol tutup rapat dan
kocok sebentar supaya homogen. (diperoleh 1 liter HCL 0,1N)
2. Pembakuan larutan HCL dengan larutan baku NaOh
Pipet 25 mL larutan HCL kedalam masing-masing 3 gelas erlenmeyer
250 mL. Bubuhi 2 tetes indikator pp, turunkan larutan baku NaOH 0,1000 M
kedalam gelas-1 sambil cairan dalam gelas digoyang. Ketika warna merah agak
lambat menghilang, turunkan larutan NaOHberupa tetesan. Hentikan titrasi jika
warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik) oleh
pengocokan. (ulangi prosedur serupa terhadap gelas-2 dan gelas-3. Diperoleh
volume rata-rata pemakaian larutan NaOH).
II.6 Prosedur Pembuatan Reagen dan Pereaksi
II.6.1 Hanus (pereaksi bilangan iodium

a. I2 6,6 g
Asam asetat glasial 500 ml
Setelah I2 melarut didalam asam asetat glasial (bila perlu bantu melalui
pemanasan). Pada keadaan dingin lakukan uji dikromat terhadap larutan untuk
menetapkan adanya zat-zat yang mereduksi.
b. Br2 1,5 ml
Tambahkan Brom (untuk menggandakan kandungan halogen) ke larutan A
dingin (setelah uji dikromat).
II.6.2 Fenolftalein
a. Fenolftalein 100 mg
Etanol 96% 100 mL
b. Aquades 100 mL
Homogenkan dulu campuran A, kemudian tambahkan B ke dalamnya, dan
saring jika perlu.
II.6.3 Kalium Hidroksida
Larutkan dulu kristal KOH 180 g kedalam sejumlah aquades, kemudian
encerkan sampai volume larutan 500 mL simpan dalam botol ertutup rapat.

BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat dan bahan
III.1.1 Alat

Alat

yang

digunakan

adalah

Erlenmeyer, labu

alat

bulat,kondensor, gelas ukur, tangas air, cawan porselen, timbangan


analitik, buret, statif, pipet tetes.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah vaselin album, minyak
wijen, minyak kelapa, minyak jarak, cetil alcohol, minyak jagung, cera
alba, vaselin flavum, eter, fhelolftalein, KOH, etanol, HCl 0,4101 N LV,
NaOH 0,0871 N LV
III.2 CARA KERJA
III.2.1 Penetapan bilangan asam
1. Ditimbang seksama 10 g sampel
2. Ditambahkan 15 ml etanol-eter p (1:1)
3. Dihangatkan diatas tangas
4. Ditambahkan indicator pp
5.
Dititrasi dengan NaOH 0,0871 N LV, hingga terjadi
perubahan warna menjadi pink
III.2.2 Penetapan bilangan penyabunan
1.
2.
3.
4.
5.

Ditimbang seksama 1,5 g 2 g sampel


Ditambahkan 25 ml KOH-etanol 0,5 N LV
Direfluks selama 30 menit
Ditambahkn indicator pp
Dititrasi dengan HC 0,5 N LVl higga terjadi perubahan warna
dari pink menjadi tak berwarna

III.2.3 Penetapan bilangan iod


1. Ditimbang seksama 800 mg sampel minyak padat atau 200
2.
3.
4.
5.
6.
7.

mg sampel minyak
Ditambahkan 10 ml kloroform
Ditambahkan 25 ml iodo-brom LP
Ditambahkan 10 ml KI jenuh
Ditambahkan 10 ml air
Didiamkan 5 menit sambil dikocok kuat
Dititrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,8 N LV hingga jernih

III.2.4 Penetapan zat tak tersabunkan


1. Ditimbang seksama 5 g sampel

2.
3.
4.
5.
6.

Ditambahkan 20 ml etanol
Ditambahkan 2 g KOH
Direfluks tangas uap selama 2 jam
Diuapkan etanol
Residu ditambahkan dengan 50 ml air panas lalu dimasukkan

ke dalam corong pisah


7. Ditambahkan 50 ml eter P, digojok
8. Diambil fase eter, lali diuapkan

9. Dibilas ekstrak eter dengan NaOH 0,1 N, 0,2 N


10. Dicuci ekstrak dengan 15 ml air
11. Diteteskan indicator pp hingga tidak berwarna
12. Diuapkan ekstrak eter di cawan porselen yang telah ditarer
13. Ditimbang ekstrak yang terbentuk
III.2.5 Penetapan bilang peroksida
1.
2.
3.
4.

Ditimbang seksama 5 g sampel


Ditambahkan 10 ml kloroform
Dihangatkan sambil dikocok kuat
Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N LV hingga terjadi perubahan
warna menjadi pink

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS EKSCIPIENT

KELOMPOK IX:

AHMAD ALFAT

MAGFIRA M

JARIR

NURUL FAJARYANTI

MUHAMMAD ADNAN

RIDHO SELPIYANI

ARMALA SAHID

SUCI FITRIAH ANGGRENI

GOLONGAN : SELASA PAGI


ASISTEN : IRENO MEGA PUTERA S.Si

MAKASSAR
2015

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. Data Pengamatan
Bilangan
Asam

Bilangan
Penyabunan

Bilangan
Iodium

Bilangan
Ester

Bilangan
Peroksida

No

Sampel

Vaselin
Album
Minyak
Wijen
Minyak
Jarak
Lanolin

12,4109

92

12,3762

0,381

63,5655

0,144

63,1845

0,758

16,29

16,53

0,6598

94,323

28,87

65,653

2,8055

Cera
Alba
Minyak
Kelapa
Cetyl

4,3838

22,9656

1,2829

18,5818

0,399

9,869

1024,112

9,47

1695,219

0,035

12,5

12,4

2
3
4
5
6
7

8
9
10

Alkohol
Minyak
jagung
Vaselin
flavum
Oleum
cacao

0,1043

181,48

10,4577

17,4109

92

3,296

5,33

87

1,7

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 bilangan asam
1. Vaselin album
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 0,1 x 0,087
10,02

= 0,0347

2. Minyak wijen
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40,00 x 1,1 x 0,087


10,05

= 0,0381

3. Minyak jarak
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 2,21 x 0,087
10,1523

= 0,758

4. Lanolin
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x( 2,30,4) x 0,087
10,0321

= 0,6598
5. Cera alba
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x(1,8) x 0,087
1,510

= 4,3818

6. Minyak kelapa
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40,0 x(0,30,2) x 0,087


10,0140

= 0,399
7. Vaselin flavum

Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 0,1 x 0,087
10,02

= 17,4109
8. Minyak jagung
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 0,7 x 0,097
10,05

= 0,1043
9. Cetyl alcohol
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 0,10 x 0,1
2,0

= 0,035
10. Oleum cacao
Bil.asam

Mr x Vt x N
w

40 x 0,15 x 0,012
10

= 5,33

IV.2.2. Bilangan penyabunan


1. Vaselin album

Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,00 x(17,515,9) x 0,4101


1,52

= 12,4109
2. Minyak wijen
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(7,75) x 0,4101


2

= 63,5655
3. Minyak jarak
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(2) x 0,4101


2,0135

= 16,29
4. Lanolin
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(11,5 ) x 0,4101


2

= 94,323

5. Cera alba
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(2,8) x 0,4101


2

= 22,9656
6. Minyak kelapa
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x( 20,258) x 0,4101


2,06112

= 9,869
7. Cetyl alkohol
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(1713) x 0,4101


2,1

= 12,5
8. Minyak jagung
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(105)x 0,4101


2,12

= 181,48
9. Vaselin flavum
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(12,9) x 0,4101


1,98

= 92
10. Oleum cacao
Bil.penyabunan

Mr x (VbVt ) x N
w

40,0 x(188) x 0,4101


2

= 87
IV.2.3 bilangan ester
1. Vaselin album
Bil. Ester
= Bilangan penyabunan bilangan asam
= 12,4109 -0,0347
= 12,3762
2. Minyak wijen
Bil. Ester

= Bilangan penyabunan bilangan asam


= 63,5655 -0,381
= 63,1845

3. Minyak jarak
Bil. Ester

= Bilangan penyabunan bilangan asam


= 16,29 0,758
= 16,53

4. Cera alba
Bil. Ester

= Bilangan penyabunan bilangan asam


= 22,9656 4,3838
= 18,5818

5. Minyak kelapa
Bil. Ester

= Bilangan penyabunan bilangan asam


= 9,864 0,399
= 9,47

6. Lanolin
Bil. Ester

= Bilangan penyabunan bilangan asam


= 94,323 28,67
= 65,653

IV.2.4 bilangan iodium


1. Minyak wijen
Bil.iod

0,1269 x Vt
Bs

0,1269 x 17,05
0,83

= 2,60
2. Minyak jarak
Bil.iod

1,269 x Vt
Bs

1,269 x 13,1
0,2

= 83,1195
3. Lanolin
Bil.iod

1,269 x Vt
Bs

1,269 x 18,15
0,8032

= 28,67
4. Cera alba

Bil.iod

1,269 x Vt
Bs

12,69 x 0,108 x (17,817,05)


0,8012

= 1,2829

IV.2.5 Bilangan Peroksida


1. Lanolin
Bil.peroksida

56,11 x N
W

56,11 x 0,1
2

B+

( wAc )T

= 2,8055
2. Minyak kelapa
Bil.peroksida

56,11 x N
W

56,11 x 0,5 x 17,02


5,02

B+

( wAc )T

= 1695,219
3. Minyak jagung
Bil.peroksida

56,11 x N
W

56,11 x 0,1 x 20.05


10,02

= 10,4577

B+

( wAc )T

BAB V
PEMBAHASAN
Analisis eksipien yaitu lemak dan minyak lemak ditentukan untuk
mengetahui mutu dari lemak dan minyak lemak tersebut. Penentuan beberapa
parameter seperti bilangan asam, bilangan iodium, bilangan penyabunan,
bilangan hidroksil, bilangan peroksida, bilangan ester, dan zat tersabunkan
akan menunjukkan apakah bahan tersebut memenuhi beberapa jenis sampel
yaitu minyak jarak, minyak wijen, vaselin album, vaselin flavum, minyak kelapa,
cera alba dan lanolin.
Untuk sampel vaselin album, dilakukan penentuan tiga parameter yaitu
bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan ester dimana pada
praktikum kali ini ada enam sampel vaselin album yang diujikan pada bilangan
asam dan lima sampel pada bilangan penyabunan. Vaselin album termasuk
lemak padat sehingga dalam pengujian harus dipertahankan sehinggan tetap
hangat dengan tetap berada dalam wujud cair. Pada penentuan bilangan asam,
dilakukan dengan titrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH 0,0871 N LV
hingga terjadi perubahan warna menjadi pink muda. Dari hasil perhitungan
diperoleh bilangan asam pada sampel 1 yaitu 12,4109 (sesuai dengan
persyaratan 17-24), pada sampel 2 yaitu 0,0696 ( sesuai dengan persyaratan
1), sampel 3 yaitu 0,104 (tidak sesuai dengan pustaka yaitu 17-24), pada
sampel 4 yaitu 0,0345 (sesuai dengan standar output bilangan asam vaselin
album yaitu 1), sampel 5 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu
17-24), sampel 6 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 17-24).
Pada penentuan bilangan penyabunan sampel vaselin album, diperoleh hasil

yaitu pada sampel 1 yaitu sebesar 3,366 (tidak sesuai dengan persyaratan 87104), sampel 2 yaitu 6,36 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 87-104),
sampel 3 yaitu 6,3651 (tidak sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 4
yaitu 92 (sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 4 yaitu 245,2617 (tidak
sesuai dengan persyaratan 87-104), sampel 5 yaitu 245,6 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 87-104). Pada penentuan bilangan ester pada sampel vaselin
album dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara bilangan asam dan
bilangan penyabunan dan diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 yaitu 3,296,
sampel 2 yaitu sebesar 12,3762 (hal ini sesuai dengan persyaratan 1).
Untuk sampel minyak wijen, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium
dimana pada praktikum kali ini ada 3 sampel minyak wijen yang diujikan pada
bilangan asam dan dua sampel pada bilangan penyabunan serta 2 sampel
pada bilangan iodium. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada
sampel 1 yaitu sebesar 0,381(sesuai dengan persyaratan 1), sampel 2 yaitu
0,3824 (sesuai dengan persyaratan 1), sampel 3 yaitu 0,354 (tidak sesuai
dengan persyaratan 1). Pada penentuan bilangan penyabunan pada sampel
minyak wijen diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 63,5655 (tidak sesuai
dengan persyaratan 83-89), sampel 2 sebesar 95,17 (tidak sesuai dengan
persyaratan 83-89). Pada penentuan bilangan iodium pada sampel minyak
wijen diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 0,114 (sesuai dengan
persyaratan 1), sampel 2 sebesar 0,221 (sesuai dengan persyaratan
1).Untuk pengukuran bilangan iodium sampel yang digunakan adalah
sebanyak 2 gram, karena minyak wijen termasuk minyak berwujud cair.
Untuk sampel minyak jarak, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium.
Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam sampel 1 yaitu sebesar 0,758
(sesuai dengan persyaratan (1,5 / 2), sampel 2 sebesar 0,73 (sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2), sampel 3 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan
1,5 / 2), sampel 4 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan 1,5 / 2). Pada
penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak jarak diperoleh hasil
yaitu pada sampel 1 sebesar 16,29 (tidak sesuai persyaratan 176-182), sampel

2 sebesar 181,48 (sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 3 sebesar


183,482 (tidak sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 4 sebesar 182,325
(sesuai dengan persyaratan 176-182). Pada penentuan bilangan iodium pada
sampel minyak jarak diperoleh hasil yaitu pada sampel 1,2,3 dan sampel 4
sebesar 117,38 (tidak sesuai dengan persyaratan 83-88).
Untuk sampel lanolin, dilakukan penentuan terhadap empat jenis
bilangan parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan
peroksida dan bilangan iodium. Lanolin juga merupakan sampel semi padat
sehingga sebelum di analisis harus dilebur terlebih dahulu dan untuk memulai
titrasi harus dipanaskan terlebih dahulu untuk untuk mempertahankan agar
lanolin tetap cair. Pada penentuan bilangan asam pada sampel lanolin dimana
dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam sampel 1 yaitu sebesar 0,6598
yang dimana memenuhi persyaratan ( 1,0), sampel 2 yaitu sebesar 0,56
(memenuhi persyaratan 1,0), sampel 3 yaitu sebesar 0,801(memenuhi
persyaratan 1,0). Pada penentuan bilangan iodium pada sampel lanolin
diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 28,67 yang masuk dalam interval
yang disyaratkan yaitu 18-36, sampel 2 yaitu sebesar

26,08 (memenuhi

persyaratan yaitu 18-36), sampel 3 sebesar 0,951 (tidak memenuhi persyaratan


yaitu 18-36). Pada penentuan bilangan penyabunan diperoleh hasil yaitu pada
sampel 1,2,3 sebesar 161,98 (tidak memenuhi persyaratan yaitu (98-105).
Sedangkan untuk bilangan peroksida diperoleh hasil pada sampel 1 yaitu
sebesar 2,8055 dimana tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 1,0.
Untuk sampel cera alba, dilakukan penentuan terhadap empat jenis
bilangan parameter yaitu bilangan asam, bilangan iodium, bilangan ester dan
bilangan penyabunan. Dibandingkan dengan vaselin dan lanolin, cera alba
memiliki kepadatan yang lebih tinggi dan lebih cepat memadat sehingga harus
dipanaskan untuk membuatnya mencair. Dari hasil perhitungan diperoleh
bilangan asam pada sampel 1 sebesar 4,3818, sampel 2 sebesar 0,616,
sampel 3 sebesar 2,39, sampel 4 sebesar 4,153 (tidak sesuai dengan
persyaratan yang tertera pada pustaka dimana nilainya adalah 17 dan 24 atau
5-9). Pada penentuan bilangan penyabunan pada sampel cera alba diperoleh
hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 22,9656 (tidak sesuai dengan persyaratan

yaitu 80-112), sampel 2 sebesar 92 (tidak memenuhi persyaratan yaitu 80-112)


dan pada penentuan bilangan iodium diperoleh hasil pada sampel 1 sebesar
1,2829 (sesuai dengan persyaratan yaitu 0,5-2) serta pada penentuan bilangan
ester diperoleh hasil pada sampel 1 yaitu sebesar 18,5818 (tidak memenuhi
persyaratan yaitu 70-79), sampel 2 sebesar 87 (tidak memenuhi persyaratan
yaitu 70-79).
Untuk sampel minyak kelapa, dilakukan penentuan terhadap tiga jenis
bilangan parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan
iodium. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil pada bilangan asam yaitu pada
sampel 1 sebesar 0,399 (sesuai dengan persyaratan yaitu 0,5), sampel 2
sebesar 1,7955 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 0,5), sampel 3 sebesar
1,79 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 0,5). Pada penentuan bilangan
penyabunan diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 9,869 (tidak
memenuhi persyaratan yaitu 246-264), sampel 2 sebesar

17,67 (tidak

memenuhi persyaratan yaitu 246-264), sampel 3 sebesar 17,6750 (tidak


memenuhi persyaratan yaitu 246-264), sedangkan pada penentuan bilangan
iodium diperoleh hasil yaitu pada sampel 1, 2 sebesar 1024,112, serta sampel 3
sebesar 0,298 dimana ketiga-tiganya tidak memenuhi persyaratan dimana
nilainya yaitu 7-11. Pada penentuan bilangan ester diperoleh hasil pada sampel
1 sebesar 9,47 (tidak sesuai dengan persyaratan 35-45), dan bilangan
peroksida sebesar 1695,219 (tidak memenuhi persyaratan (80-89).
Untuk sampel vaselin flavum, dilakukan penentuan tiga parameter yaitu
bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan ester dimana pada
praktikum kali ini ada enam sampel vaselin flavum yang diujikan pada bilangan
asam dan lima sampel pada bilangan penyabunan. Vaselin flavum termasuk
lemak padat sehingga dalam pengujian harus dipertahankan sehinggan tetap
hangat dengan tetap berada dalam wujud cair. Pada penentuan bilangan asam,
dilakukan dengan titrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH 0,0871 N LV
hingga terjadi perubahan warna menjadi pink muda. Dari hasil perhitungan
diperoleh bilangan asam pada sampel 1 yaitu 17,4109 (sesuai dengan
persyaratan 17-24), pada sampel 2 yaitu 0,0696 ( tidak sesuai dengan
persyaratan 17-24), sampel 3 yaitu 0,104 (tidak sesuai dengan pustaka yaitu

17-24), pada sampel 4 yaitu 0,0345 (sesuai dengan standar output bilangan
asam vaselin album yaitu 1), sampel 5 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 17-24), sampel 6 yaitu 0,0347 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 17-24). Pada penentuan bilangan penyabunan sampel
vaselin flavum, diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 yaitu sebesar 3,366 (tidak
sesuai dengan persyaratan 88-165), sampel 2 yaitu 6,36 (tidak sesuai dengan
persyaratan yaitu 88-165), sampel 3 yaitu 6,3651 (tidak sesuai dengan
persyaratan 88-165), sampel 4 yaitu 92 (sesuai dengan persyaratan 88-165),
sampel 4 yaitu 245,2617 (tidak sesuai dengan persyaratan 88-165), sampel 5
yaitu 245,6 (tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 88-165). Pada penentuan
bilangan ester pada sampel vaselin flavum diperoleh hasil yaitu pada sampel 1
yaitu 3,296, sampel 2 yaitu

sebesar 12,3762 (hal ini sesuai dengan

persyaratan 1).
Untuk sampel minyak jagung, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan peroksida.
Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam sampel 1 yaitu sebesar 0,1043
(sesuai dengan persyaratan (1,5 / 2), sampel 2 sebesar 0,73 (sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2), sampel 3 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan
1,5 / 2), sampel 4 sebesar 0,65 (sesuai dengan persyaratan 1,5 / 2). Pada
penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak jagung diperoleh hasil
yaitu pada sampel 1 sebesar 18,248 (tidak sesuai persyaratan 176-182),
sampel 2 sebesar 181,48 (sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 3
sebesar 183,482 (tidak sesuai dengan persyaratan 176-182), sampel 4 sebesar
182,325 (sesuai dengan persyaratan 176-182). Pada penentuan bilangan
peroksida pada sampel minyak jagung diperoleh hasil yaitu pada sampel 1,2,3
dan sampel 4 sebesar 10,4577 (tidak sesuai dengan persyaratan 83-88).
Untuk sampel cetyl alkohol, dilakukan penentuan tiga jenis bilangan
parameter yaitu bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan iodium
dimana pada praktikum kali ini ada 3 sampel cetyl alkohol yang diujikan pada
bilangan asam dan dua sampel pada bilangan penyabunan serta 2 sampel
pada bilangan iodium. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada
sampel 1 yaitu sebesar 0,017(sesuai dengan persyaratan 1), sampel 2 yaitu

0,03 (sesuai dengan persyaratan 1), sampel 3 yaitu 0,034 (sesuai dengan
persyaratan 1). Pada penentuan bilangan penyabunan pada sampel cetyl
alkohol diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 63,5655 (tidak sesuai
dengan persyaratan 83-89), sampel 2 sebesar 95,17 (tidak sesuai dengan
persyaratan 83-89). Pada penentuan bilangan iodium pada sampel cetyl alkohol
diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 0,42 (sesuai dengan persyaratan
2), sampel 2 sebesar 0,472 (sesuai dengan persyaratan 2).
Untuk sampel oleum cacao, dilakukan penentuan terhadap tiga jenis
bilangan parameter yaitu bilangan asam, bilangan iodium, dan bilangan
penyabunan. Dari hasil perhitungan diperoleh bilangan asam pada sampel 1
sebesar 5,33, sampel 2 sebesar 5,716, sampel 3 sebesar 5,39, sampel 4
sebesar 5,153 (sesuai dengan persyaratan yang tertera pada pustaka dimana
nilainya adalah 17 dan 24 atau 5-9). Pada penentuan bilangan penyabunan
pada sampel oleum cacao diperoleh hasil yaitu pada sampel 1 sebesar 170,71
(tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 80-112), sampel 2 sebesar 87
(memenuhi persyaratan yaitu 80-112) dan pada penentuan bilangan iodium
diperoleh hasil pada sampel 1 sebesar 1,7 (sesuai dengan persyaratan yaitu
0,2-2,2).
Adapun kesalahan yang terjadi disebabkan karena beberapa factor
kesalahan yaitu kesalahan pengamatan saat titrasi atau pada larutan baku dan
pereaksi yang digunakan kurang baik atau terkontaminasi dengan pengotor.

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pada sampel vaselin album, terdapat 3 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yakni masuk dalam rentang nilai 1724 dan 2 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang memenuhi
persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 87-104
2. Pada sampel minyak wijen, terdapat 2 sampel yang memiliki bilangan
iodium dan bilangan penyabunan yang memenuhi persyaratan yaitu
masuk dalam rentang nilai yaitu
1,0
3. Pada sampel minyak jarak, ada terdapat 4 sampel yang memiliki
bilangan asam yang memenuhi persyaratan yakni sesuai dengan
persyaratan 1,5 / 2.
4. Pada sampel lanolin, terdapat 3 sampel yang memiliki bilangan asam
yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 1 dan 1
sampel yang memiliki bilangan iodium yang memenuhi persyaratan yaitu
sesuai dengan rentang nilai 18-36
5. Pada sampel cera alba, ada terdapat 1 sampel yang memiliki bilangan
iodium yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai
0,5-2
6. Pada sampel minyak kelapa, terdapat 1 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai
0,5
7. Pada sampel vaselin flavum, terdapat 2 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 1
atau 17-24 dan 1 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang
memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 88-165
8. Pada sampel minyak jagung, terdapat terdapat 4 sampel yang memiliki
bilangan asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang
nilai 1,5 / 2, serta 2 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang
memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 176-182

9. Pada sampel cetyl alkohol, terdapat 3 sampel yang memiliki bilangan


asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 1
dan 2 sampel yang memiliki bilangan iodium yang memenuhi
persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 2
10. Pada sampel oleum cacao, terdapat 4 sampel yang memiliki bilangan
asam yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 5-9,
1 sampel yang memiliki bilangan penyabunan yang memenuhi
persyaratan yaitu sesuai dengan rentang nilai 80-112 dan 1 sampel yang
memiliki bilangan iodium yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai
dengan rentang nilai 0,5-2

VI.2 Saran
1. Laboratorium
Sebaiknya peralatan yang ada diperbanyak lagi agar pada saat
praktikum dapat bekerja secara efisien.
2. Asisten
Sebaiknya asisten pendamping mendampingi praktikan pada saat
praktikum berlangsung agar waktu berjalan efisien
3. Praktikan
Sebaiknya jika ingin memakai alat laboratorium, agar izin kepada
praktikan lain yang telah terlebih dahulu meminjam alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen, POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes
RI
2. Dirjen, POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : Depkes
RI

3. Rowe, Raymond C. (2009). Handbook of pharmaceutical Excipient 6 th


4.
5.
6.
7.
8.

Edition Pharmaceutical American Pharmachyst London, UK.


Dirjen, POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V, Jakarta : Depkes RI
Kawasaki, Jiro. (2006). Japanese Pharmacopeia
Anonim, (2007), United States Of Pharmacopeia, USA.
Marzuki, Asnah. (2004). Kimia Analisis Farmasi, Dua Satu Press.
Rahman, Abdul. (2009). Kimia Analisis Farmasi, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.
9. Rufiati, etna. 2011. Perbedaan Lemak Jenuh dan Tak Jenuh.[Online].
Tersedia:http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/PerbedaanLema
kJenu_EtnaRufiati_16374.pdf [5 Mei 2012]

Anda mungkin juga menyukai