Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibuprofen
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul
C13H18O2 dan bobot molekul 206.28, rumus bangun dari ibuprofen adalah sebagai
berikut :
CH3
COOH
CH3
H3C
ibuprofen
dalam
NaOH
0.1N
dengan
(A11=18.5a),
1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1.8-2 jam, dosis: 400 mg 3-4
dd (Katzung, B.G., 2002; Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis
biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat
merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo,
B., 2000).
2.2. Parasetamol
Parasetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul C8H9NO2
dan bobot molekul 152.16, rumus bangun dari parasetamol adalah sebagai berikut:
H
N
H3C
O
OH
analit dan kadar zat dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekivalen dengan
analit (Satiadarma, K., 2004).
Untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat-syarat berikut :
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu
persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan
reagensia dalam proporsi yang stokiometri atau ekivalen
2. Reaksi harus praktis dan berjalan sangat cepat, dalam beberapa keadaan
penambahan katalis akan menaikan kecepatan reaksi.
3. Harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi.
Berdasarkan reaksi kimianya, volumetri dapat dikelompokan atas :
1. Reaksi penentralan (asidimetri dan alkalimetri)
Penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi,
bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka
penetapan itu disebut alkalimetri.
2. Reaksi pembentukan kompleks
Merupakan reaksi yang menghasilkan suatu kompleks atau ion komplek yang
dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi, misalnya reaksi ion perak dengan ion sianida
untuk membentuk kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil
3. Reaksi oksidasi reduksi (Redoks)
Reaksi-reaksi kimia yang menyangkut oksidasi-reduksi secara luas digunakan
dalam analisa volumetri
4. Pengendapan (Underwood, L.A., 1980)
Proses yang kita gunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan dikenal dengan standarisasi dengan menggunakan standar primer, dengan
syarat sebagai berikut:
1.
Mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaaan kemurnian yang
diketahui dengan harga yang wajar. Pada umumnya jumlah pengotoran harus
tidak melebihi 0.01 sampai 0.02% dan harus mungkin diuji kemurnianya dengan
uji-uji yang diketahui kepekaanya.
2.
Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan harus tidak higroskopik,
akan menjadi lebih kecil dan mudah larut serta reaksi cepat dan stokiometri
(Basset,J., dkk. 1994)
2.4. Metode Penetapan Kadar Ibuprofen
2.4.1. Alkalimetri
Bila ditinjau dari harga pKa nya, ibuprofen dapat ditetapkan kadarnya secara
alkalimetri,
Btitish
Pharmacopoeia
tahun 2007
dan
The
International
Pharmacopoeia third edition tahun 2003, kadar ibuprofen dapat ditetapkan secara
titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan indikator fenolftalein. Metode
ini didasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam, Fenolftalein
adalah indikator dari golongan ftalein yang banyak digunakan dalam pelaksanaan
pemeriksaan kimia, berupa hablur putih yang mempunyai kerangka lakton,
indikator ini sukar larut dalam air, tapi dapat bereaksi dengan air sehingga cicncin
laktonya terbuka dan membentuk asam yang berwarna (Basset,J., dkk. 1994)
OH
HO
HO
-H
C
C
OH
+ H+
COOCOO -.
HInTak berwarna
In2merah
reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar, G.H., dan Rohman,
A., 2007).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir
dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri (Kar,
A., 2005).
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau kertas kanjiiodida, ketika larutan digoreskan pada pasta, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodida menjadi iodium dengan adanya kanji akan menghasilkan
warna biru segera. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut (Ditjen
POM, 1995).
NaNO2
+ HCl
HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl + HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2H2O
I2 + kanji kanji iod ( biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi
pada pasta kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara, hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Kar, A., 2005).
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)
O
C
NH2
+
H2 O / H
CH 3 COOH
CH3
HO
HO
2.5.2. Serimetri
Menurut British Pharmacopoeia tahun 2007 dan Hermann, J 1991
parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara serimetri menggunakan larutan
serium(IV)sulfat sebagai pentiter. Dilarutkan 0.300 g didalam campuran 10 ml
akuades dan H2SO4 encer, kemudian direfluks selama 1 jam dan diencerkan
sampai 100.0 ml dengan akuades. Pipet 20 ml dan tambahkan 40 ml akuades, 15
ml HCl encer dan 0.1 ml ferroin, kemudian dititrasi dengan larutan Serium(IV)
sulfat 0.1 N sampai terbentuk warna kuning kehijauan dan dilakukan titrasi
blanko.
1 ml serium (IV) sulfat setara dengan 7.56 mg C8H9NO2
Reaksi :
O
HO
H
N
/ H2 O
HO
NH2
H3C
COOH
CH3
2Ce 4+
HO
NH2
NH
Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau
getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk
tipe ikatan kimia atau gugus fungsi, metode ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik (Dachriyanus, 2004)
Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan :
1.
perubahan panjang ikatan suatu ikatan, vibrasi regangan dibagi menjadi dua
macam :
a.
Regangan simetri yakni bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar
b.
Regangan asimetri yakni bergerak bersamaan dan tidak searah tapi masih
dalam satu bidang datar
perubahan sudut ikatan antara dua ikatan, vibrasi ini dibagi menjadi 4 bagian:
Tabel 1:
Gugus
OH alkohol
H yang terikat
Asam
NH Amin
CH Alkana
Alken
Aromatik
C=C Alkena
Aromatik
C=O Aldehid
Keton
Asam
Ester
NO2 Nitro
Frekuensi, cm-1
3580-3650
3210-3550
2500-2700
3300-3700
2850-2960
3010-3095
~3030
1620-1680
~1600
1720-1740
1675-1725
1700-1725
1720-1750
1500-1650
1
2
3
4
10
1
0.1 - 1
< 0.1
98-102
90-110
80-120
75-125
2.
Keseksamaan (Precision)
Merupakan ukuran yang menunjuakan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Keseksamaan dilakukan dengan cara melakukan analisis, minimal 9
kali perlakuan yaitu tiga konsentrasi dengan tiga replikasi atau minimal 6 replikasi
pada konsentrasi 100 %. Rentang presisi yang diperbolehkan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini (Anonim 2, 2007)
Tabel 3. Rentang presisi yang diperbolehkan
No.
1
2
3
4
3.
Presisi (%)
2
5
10
20
Selektivitas (spesifisitas)
Merupakan suatu parameter untuk mengetahui kemampuannya yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen
lain yang mungkin ada dalam matrik sampel. Selektivitas seringkali dapat
dinyatakan sebagai derjat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel
yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran hasil urai, senyawa
sejenis, senyawa asing lainya dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel
yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan (Harmita ,2004; Gandjar,
G.H., dan Rohman, A., 2007).
4.
Linearitas
Adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara
Rentang (Range)
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang
sudah ditunjukan dapat ditetapkan dengan kecermatan dan linieritas yang dapat
diterima (Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007).
6.
Ketangguahan metode
Ketangguahan metode merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang
diperoleh dari analisis yang sama dalam berbagai kondisi uji normal seperti
laboratorium
analisis,
instrument,
bahan
pereaksi,
suhu
dan
lain-lain.