Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibuprofen
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul
C13H18O2 dan bobot molekul 206.28, rumus bangun dari ibuprofen adalah sebagai
berikut :
CH3

COOH

CH3

H3C

Gambar 1. Struktur Kimia Ibuprofen


Ibuprofen berupa serbuk hablur putih hingga hampir putih, berbau khas
lemah dan tidak berasa dengan titik lebur 75.0 77.5C. Ibuprofen praktis tidak
larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton
dan dalam chloroform serta sukar larut dalam etil asetat (Ditjen POM, 1995).
Larutan

ibuprofen

dalam

NaOH

0.1N

dengan

(A11=18.5a),

memperlihatkan serapan maksimum pada panjang gelombang 265 dan 273 nm


sedangkan pada inframerah memperlihatkan puncak pada 1721, 1232, 779, 1185,
1273 dan 870 cm-1 (Moffat. A. C., dkk., 2005).
Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam arilasetat
yang mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi
rematik dan arthritis. Ibuprofen dapat menimbulkan efek samping iritasi saluran
cerna, diabsorpsi cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam

Universitas Sumatera Utara

1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1.8-2 jam, dosis: 400 mg 3-4
dd (Katzung, B.G., 2002; Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis
biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat
merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo,
B., 2000).
2.2. Parasetamol
Parasetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul C8H9NO2
dan bobot molekul 152.16, rumus bangun dari parasetamol adalah sebagai berikut:
H
N

H3C

O
OH

Gambar 2. Struktur Kimia Parasetamol


Parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa sedikit
pahit dengan titik lebur 169-170.5C. Parasetamol mudah larut dalam air
mendidih, sangat mudah larut dalam chloroform, larut dalam etanol, metanol,
dimetil formamida, aseton dan etil asetat, praktis tidak larut dalam benzen.
(Ditjen POM, 1995).
Parasetamol memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada
panjang gelombang 245 nm (A11=668a) dan dalam larutan basa pada panjang

Universitas Sumatera Utara

gelombang 257 nm (A11=715a) sedangkan pada inframerah memperlihatkan


puncak pada 1506, 1657, 1565, 1263, 1227, 1612 cm1. (Moffat A.C., dkk, 2005).
Parasetamol dengan pKa 9.5 diabsorpsi cepat melalui usus dan konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh dalam plasma
antara 1-3 jam, dimetabolisme oleh enzim mikrosom dan dieksresikan melalui
ginjal. Turunan dari para-aminofenol ini bekerja sebagai analgetik-antipiretik
serta memiliki aktivitas antiinflamasi yang rendah dan dapat diberikan secara oral,
intravena serta rektal. Parasetamol merupakan obat pilihan pertama dalam
penanganan nyeri dan demam karena relatif aman, tidak mengiritasi lambung dan
dapat digunakan untuk anak-anak serta pasien asma. Efek samping yang
ditimbulkan adalah methemoglobin dan hepatotoksik (Ditjen Binfar, 2006;
Mycek.J.M., 2001).
Sebagai antipiretik parasetamol dapat meningkatkan eliminasi panas pada
penderita suhu tinggi dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer
dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut
adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol
suhu di hipotalamus (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).
2.3. Volumetri
Volumetri adalah suatu metode analisis kimia kuantitatif yang digunakan
untuk menentukan kadar analit dengan menggunakan larutan pereaksi yang
konsentrasinya diketahui. Pada umumnya metode volumetri disebut metode titrasi
dan pereaksinya disebut pentitrasi. Pereaksi harus bereaksi stoikiometri dengan

Universitas Sumatera Utara

analit dan kadar zat dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekivalen dengan
analit (Satiadarma, K., 2004).
Untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat-syarat berikut :
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu
persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan
reagensia dalam proporsi yang stokiometri atau ekivalen
2. Reaksi harus praktis dan berjalan sangat cepat, dalam beberapa keadaan
penambahan katalis akan menaikan kecepatan reaksi.
3. Harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi.
Berdasarkan reaksi kimianya, volumetri dapat dikelompokan atas :
1. Reaksi penentralan (asidimetri dan alkalimetri)
Penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi,
bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka
penetapan itu disebut alkalimetri.
2. Reaksi pembentukan kompleks
Merupakan reaksi yang menghasilkan suatu kompleks atau ion komplek yang
dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi, misalnya reaksi ion perak dengan ion sianida
untuk membentuk kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil
3. Reaksi oksidasi reduksi (Redoks)
Reaksi-reaksi kimia yang menyangkut oksidasi-reduksi secara luas digunakan
dalam analisa volumetri
4. Pengendapan (Underwood, L.A., 1980)

Universitas Sumatera Utara

Proses yang kita gunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan dikenal dengan standarisasi dengan menggunakan standar primer, dengan
syarat sebagai berikut:
1.

Mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaaan kemurnian yang

diketahui dengan harga yang wajar. Pada umumnya jumlah pengotoran harus
tidak melebihi 0.01 sampai 0.02% dan harus mungkin diuji kemurnianya dengan
uji-uji yang diketahui kepekaanya.
2.

Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan harus tidak higroskopik,

tidak berkurang beratnya sewaktu terkena udara.


3.

Mempunyai berat ekivalen yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan

akan menjadi lebih kecil dan mudah larut serta reaksi cepat dan stokiometri
(Basset,J., dkk. 1994)
2.4. Metode Penetapan Kadar Ibuprofen
2.4.1. Alkalimetri
Bila ditinjau dari harga pKa nya, ibuprofen dapat ditetapkan kadarnya secara
alkalimetri,

Btitish

Pharmacopoeia

tahun 2007

dan

The

International

Pharmacopoeia third edition tahun 2003, kadar ibuprofen dapat ditetapkan secara
titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan indikator fenolftalein. Metode
ini didasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam, Fenolftalein
adalah indikator dari golongan ftalein yang banyak digunakan dalam pelaksanaan
pemeriksaan kimia, berupa hablur putih yang mempunyai kerangka lakton,
indikator ini sukar larut dalam air, tapi dapat bereaksi dengan air sehingga cicncin
laktonya terbuka dan membentuk asam yang berwarna (Basset,J., dkk. 1994)

Universitas Sumatera Utara

OH

HO

HO

-H

C
C

OH

+ H+
COOCOO -.

HInTak berwarna

In2merah

Gambar 3. Perubahan Struktur Fenolftalein


2.4.2. Secara Spektrofototmetri UV-VIS
Jika dilihat dari strukturnya Ibuprofen memiliki gugus kromofor yang
dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet, Menurut Ebeshi, U. B., 2009,
kadar ibuprofen dalam sediaan tablet dapat ditetapkan kadarnya secara
spektrofotometri ultraviolet karena Ibuprofen memiliki serapan maksimum dalam
larutan basa pada panjang gelombang 265 nm (A11 =18.5a).
2.4.3. Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 dan USP XXX tahun
2007, kadar ibuprofen dalam sediaan tablet dapat ditetapkan secara KCKT dengan
menggunakan fase gerak; canpuran larutan asam kloroasetat 1 %b/v dengan
asetonitril yang diatur pada PH 3.0.
2.5. Metode Penetapan Kadar Parasetamol
2.5.1. Nitrimetri (Titrasi Diazotasi)
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan berguna untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa sulfonamid dan senyawa-senyawa anastetik lokal golongan
asam amino benzoat. Nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit, metode ini didasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar, G.H., dan Rohman,
A., 2007).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir
dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam dan secara potensiometri (Kar,
A., 2005).
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau kertas kanjiiodida, ketika larutan digoreskan pada pasta, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodida menjadi iodium dengan adanya kanji akan menghasilkan
warna biru segera. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut (Ditjen
POM, 1995).
NaNO2

+ HCl

HNO2 + NaCl

KI + HCl KCl + HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2H2O
I2 + kanji kanji iod ( biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi
pada pasta kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara, hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Kar, A., 2005).
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)

Universitas Sumatera Utara

Untuk menyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi,


maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit. Indikator dalam
terdiri atas campuran trepeolin OO dan metilen biru. Trepeolin OO merupakan
indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna
kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru
sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan
dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi.
Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar
harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak
diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan maka akan sering
melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum.
Disamping itu kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak
sampel yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada pemakaian
indikator dalam walaupun perlakuanya mudah tetapi seringkali untuk senyawa
yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda (Gandjar, G.H., dan
Rohman, A., 2007).
Metode potensiometri, merupakan metode yang baik untuk penetapan titik
akhir dengan menggunakan elektrode kolomel-platina yang dicelupkan ke dalam
titrat. Pada saat titik akhir titrasi adanya kelebihan asam nitrit akan tejadi
depolarisasi elektroda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam
sekitar +0,80 Volt sampai +0.90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel
bentuk sediaan syrup yang berwarna (Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Higuchi 1968 dan The International Pharmacopoeia tahun 2003,


kadar parasetamol dapat ditetapkan secara nitrimetri, dimana parasetamol
direfluks dengan H2SO4 10 % b/b, sehingga diperoleh para-aminofenol dan
dititrasi secara nitrimetri, menggunakan indikator pasta kanji, dengan Reaksi
sebagai berikut :
H
N

O
C

NH2
+

H2 O / H

CH 3 COOH

CH3
HO

HO

Gambar 4 . Hidrolisis Parasetamol

2.5.2. Serimetri
Menurut British Pharmacopoeia tahun 2007 dan Hermann, J 1991
parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara serimetri menggunakan larutan
serium(IV)sulfat sebagai pentiter. Dilarutkan 0.300 g didalam campuran 10 ml
akuades dan H2SO4 encer, kemudian direfluks selama 1 jam dan diencerkan
sampai 100.0 ml dengan akuades. Pipet 20 ml dan tambahkan 40 ml akuades, 15
ml HCl encer dan 0.1 ml ferroin, kemudian dititrasi dengan larutan Serium(IV)
sulfat 0.1 N sampai terbentuk warna kuning kehijauan dan dilakukan titrasi
blanko.
1 ml serium (IV) sulfat setara dengan 7.56 mg C8H9NO2
Reaksi :
O
HO

H
N

/ H2 O
HO

NH2

H3C

COOH

CH3

2Ce 4+
HO

NH2

NH

Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Secara Spektrofototmetri UV-VIS


Jika dilihat dari strukturnya parasetamol memiliki gugus kromofor yang
dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet, Menurut Moffat, dkk., (2005)
parasetamol memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang
gelombang 245 nm (A11=668a) dan dalam larutan basa pada panjang gelombang
257 nm (A11=715a).
Menurut Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979, parasetamol dalam
sediaan tablet dapat ditetapkan secara spektrofotometri ultraviolet pada larutan
basa pada panjang gelombang 257 nm dan menurut Shrestha dan Pradhananga,
tahun 2009, parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
visibel berdasarkan pembentukan warna setelah direaksikan dengan 1-naftol atau
resorsinol kemudian dianalisis pada panjang gelombang 505 nm.
2.5.4. Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 dan USP XXX tahun
2007, kadar parasetamol dalam sediaan tablet dapat ditetapkan secara KCKT
dengan menggunakan fase gerak; campuran air-metanol (3:1).
2.6. Spektrofotometer inframerah
Secara umum spektrofotometer inframerah digunakan untuk menentukan
gugus fungsi suatu senyawa organik dan untuk mengetahui informasi struktur
suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Pengukuran
pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya inframerah tengah (midinfrared) yaitu pada panjang gelombang 4000-200 cm-1 (Dachriyanus, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau
getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat khas dan spesifik untuk
tipe ikatan kimia atau gugus fungsi, metode ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik (Dachriyanus, 2004)
Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan :
1.

Vibrasi regangan (Streching)


Vibrasi regangan (Stretching Vibration), yaitu vibrasi yang mengakibatkan

perubahan panjang ikatan suatu ikatan, vibrasi regangan dibagi menjadi dua
macam :
a.

Regangan simetri yakni bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar

b.

Regangan asimetri yakni bergerak bersamaan dan tidak searah tapi masih
dalam satu bidang datar

Gambar 5: Contoh Vibrasi Regangan Simetri Dan Asimetri


2.

Vibrasi tekuk (Bending Vibrations)


Vibrasi tekuk (Bending Vibrations), yaitu vibrasi yang mengakibatkan

perubahan sudut ikatan antara dua ikatan, vibrasi ini dibagi menjadi 4 bagian:

Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri


tetapi masih dalam bidang datar.

Universitas Sumatera Utara

Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan


masih dalam bidang datar.

Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari


bidang datar.

Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang


menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar
( Susilo, A., 2009 ).

Gambar 6: Contoh Vibrasi Tekuk

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1:

Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi

Gugus
OH alkohol
H yang terikat
Asam
NH Amin
CH Alkana
Alken
Aromatik
C=C Alkena
Aromatik
C=O Aldehid
Keton
Asam
Ester
NO2 Nitro

Frekuensi, cm-1
3580-3650
3210-3550
2500-2700
3300-3700
2850-2960
3010-3095
~3030
1620-1680
~1600
1720-1740
1675-1725
1700-1725
1720-1750
1500-1650

2.7. Validasi Metode Analisis


Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya.Validasi
metoda menurut United States Pharmacopoeia (USP) dilakukan untuk menjamin
bahwa metode analisis yang digunakan akurat, spesisfik dan reproduksibel serta
tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus
divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya
cukup mampu untuk mengatasi problem analisis (Gandjar, G.H., dan Rohman, A.,
2007).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode


analisis :
1. Kecermatan (accuracy)
Merupakan ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan
dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode
penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi sejumlah
analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan
farmasi lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar
analit yang ditambahkan, tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel
placebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obat paten atau karena
analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit skunder maka dapat
dipakai metode adisi. Metode adisi dibuat dengan menambahkan sejumlah analit
dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode tersebut (Harmita, 2004).
Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada
matriks dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Rentang persen recovery yang diperbolehkan
No.

Analit pada matriks sampel (%)

Rata-rata yang diperoleh (%)

1
2
3
4

10
1
0.1 - 1
< 0.1

98-102
90-110
80-120
75-125

Universitas Sumatera Utara

2.

Keseksamaan (Precision)
Merupakan ukuran yang menunjuakan derajat kesesuaian antara hasil uji

individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Keseksamaan dilakukan dengan cara melakukan analisis, minimal 9
kali perlakuan yaitu tiga konsentrasi dengan tiga replikasi atau minimal 6 replikasi
pada konsentrasi 100 %. Rentang presisi yang diperbolehkan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini (Anonim 2, 2007)
Tabel 3. Rentang presisi yang diperbolehkan
No.
1
2
3
4

3.

Konsentrasi sampel (%)


10
1.0 10.0
0.1 1.0 %
< 0.1

Presisi (%)
2
5
10
20

Selektivitas (spesifisitas)
Merupakan suatu parameter untuk mengetahui kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen
lain yang mungkin ada dalam matrik sampel. Selektivitas seringkali dapat
dinyatakan sebagai derjat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel
yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran hasil urai, senyawa
sejenis, senyawa asing lainya dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel
yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan (Harmita ,2004; Gandjar,
G.H., dan Rohman, A., 2007).

Universitas Sumatera Utara

4.

Linearitas
Adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara

langsung atau dengan bantuan transformasi matematika yang baik, proporsional


terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Menurut USP XXX, linieritas
dilakukan dengan melakukan analisis, minimal 5 konsentrasi dengan kisaran 80100 % dari konsentrasi perlakuan.
5.

Rentang (Range)
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang

sudah ditunjukan dapat ditetapkan dengan kecermatan dan linieritas yang dapat
diterima (Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007).
6.

Batas Deteksi dan Batas Kuantisi


Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan


blanko, batas deteksi merupakan uji batas. Batas kuantisi merupakan kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama ( Harmita, 2004)
7.

Ketangguahan metode
Ketangguahan metode merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang

diperoleh dari analisis yang sama dalam berbagai kondisi uji normal seperti
laboratorium

analisis,

instrument,

bahan

pereaksi,

suhu

dan

lain-lain.

Ketangguhan metode dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaaan


operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan
ukuran ketertiruan pada kondisi opersi normal antar lab dan antar analis (Gandjar,
G.H., dan Rohman, A., 2007; Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai