Anda di halaman 1dari 24

MEKANISASI PERTANIAN KOMODITI KOPI

NADHILA ARMITA M
G21115507

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan areal tanaman kopi rakyat yang cukup pesat di Indonesia,
perlu didukung dengan kesiapan sarana dan metoda pengolahan yang cocok untuk
kondisi petani sehingga mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu
seperti yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan
mutu yang pasti, diikuti dengan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup dan
pasokan yang tepat waktu serta berkelanjutan merupakan beberapa prasyarat yang
dibutuhkan agar biji kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat harga yang
menguntungkan.
Untuk memenuhi prasyarat di atas, pengolahan kopi rakyat harus
dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Buah kopi hasil panen,
seperti halnya produk pertanian yang lain, perlu segera diolah menjadi bentuk
akhir yang stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kriteria
mutu biji kopi yang meliputi aspek fisik, citarasa dan kebersihan serta aspek
keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap
tahapan proses produksinya. Oleh karena itu, tahapan proses dan spesifikasi
peralatan pengolahan kopi yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan
secara jelas. Demikian juga, perubahan mutu yang terjadi pada setiap tahapan
proses perlu dimonitor secara rutin supaya pada saat terjadi penyimpangan dapat
dikoreksi secara cepat dan tepat. Sebagai langkah akhir, upaya perbaikan mutu
akan mendapatkan hasil yang optimal jika disertai dengan mekanisme tata niaga
kopi rakyat yang berorientasi pada mutu.
Salah satu penerapan teknologi dalam pertanian yaitu dengan
menggunakan alsintan. Penggunaan alsintan secara tepat dan selektif menurut
spesifikasi lokasi dan agroekologi suatu daerah perlu terus dikembangkan untuk
menggantikan tata cara usaha tani Tradisional, yang umumnya bercirikan
memiliki produktivitas, efisiensi dan kualitas produksi yang masih rendah. Oleh
karena itu pengembangan alsintan dalam upaya mendukung keberhasilan
pencapaian pengembangan pertanian, perlu dilakukan percepatan dan diperlukan

dukungan strategi pengembangan alsintan yang selektif, berkelanjutan dan


terarah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa saja peralatan yang digunakan dalam budidaya tanaman kopi yang biasa
digunakan oleh perkebunan?
2. Bagaimana spesifikasi dan mekanisme kerja alsintan tersebut?
3. Apa saja dampak positif dan negatif dari perkembangan alsintan tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam budidaya tanaman kopi
yang biasa digunakan oleh perkebunan kopi.
2. Untuk mengetahui spesifikasi dan mekanisme kerja alsintan yang digunakan.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari perkembangan alsintan
tersebut?
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mahasiswa mengetahui alat dan mesin yang digunakan dalam budidaya
tanaman kopi
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dampak positif dan negatif dari
penggunaan alsintan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mekanisasi Pertanian
Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang.
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap
bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan
yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang
digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan
sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan
sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan
mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian (Robbins,2005).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani.
Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam
pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang
memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum
dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan
introduksi mesin-mesin pertanian (Robbins,2005). Pengembangan teknologi
pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat kita umumnya dan petani khususnya. Dapat dipastikan bahwa jika
teknologi pertanian yang cocok tersebut telah berhasil dikembangkan dan
diterapkan di negara kita, maka ketahanan pangan atau swasembada pangan pasti
akan tercapai sehingga kemandirian dalam hal ekonomi dan politik dapat kita
wujudkan (Siahan,2001).

2.2 Mesin Pra Panen


Mesin pra panen untuk pertanian adalah mesin yang digunakan untuk
mengelolah lahan dari lahan primer hingga pengelolahan lahan sekunder. Adapun
mesin pra pertanian yang dirancang khusus untuk penanaman hingga
pemeliharaan tanaman yang biasa disebut dengan mesin alat tanam
(Wijanto,2002).
2.3 Mesin Pasca Panen
Pasca panen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani
yang paling kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis
yang menyangkut masalah susut.
Mesin pasca panen adalah mesin yang digunakan untuk mengelolah hasil
pertanian yang biasanya dirancang sesuai dengan hasil pertanian yang ada. Mesin
pasca panen ini biasanya lebih mengarah kepembuatan produk yang ingin
dihasilkan. Contohnya mesin penghasil sari buah, mesin pembuat bubuk coklat,
mesin pembuat mie, dan sebagainya (Hamilton dkk,1996)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alsintan Pra panen Kopi
A. Alat Pengolah Tanah
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses
penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum
mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya
dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena
menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah.
Adapun alat-alat pengolah tanah pada budidaya kopi adalah sebagai
berikut:
a. Traktor Roda Empat

Traktor digunakan untuk berbagai keperluan. Penggunaan yang paling


banyak ialah untuk pengolahan tanah, karena memang pekerjaan pengolahan
tanah adalah pekerjaan pertanian yang relatif membutuhkan daya yang besar
dibanding pekerjaan lainnya. Selain itu traktor juga digunakan untuk penanaman,
untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi, untuk pemanen
(dengan memasang pisau reaper), untuk memutar perontok padi, serta untuk
pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai hasil pertanian.

Gambar 1. Traktor
Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas tempat
duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau
disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point
atau penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan kanan,
sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem penyambungan titik tiga,
disebut top link (tuas penyambung bagian atas).
b. Bajak Piringan dan Bajak Singkal
Bajak piringan berbentuk piringan cekung yang dapat berputar untuk
melempar tanah. Putaran yang terjadi dimaksudkan untuk mengurangi gesekan
pada tanah sehingga daya memecah tanah lebih ringan. Bajak singkal adalah
merupakan jenis bajak tertua yang dikenal manusia untuk mengolah tanah. Ada
dua tipe bajak singkal yaitu: bajak singkal satu arah dan bajak singkal dua arah

Gambar 2. Bajak

Piringan

Gambar 3. Bajak Singkal


c. Garu Paku
Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor gigi-giginya terbuat
dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan (tooth bar) dengan di klem
atau di las. Konstruksi garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor
biasanya terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang
penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan
lainnya. Dengan demikian bagian-bagian utama garu bergigi paku atau garu sisir
adalah terdiri atas ; gigi paku, batang penempatan dan kerangka penguat. Garu
bergigi paku terutama digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah
sesudah pembajakan, lebih cocok digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Alat
ini cukup efektif untuk memberantas tanaman pengganggu khususnya yang masih
kecil-kecil, atau baru tumbuh.
Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada yang lurus runcing dan ada yang
pipih, ada pula yang berbentuk blimbingan (diamond shape) dan bentuk lainlainnya.

Gambar 4. Garu Paku


B. Alat Pemeliharaan
Setelah melakukan pengolahan tanah, selanjutnya yaitu dilakukan
pemeliharaan tanaman kopi. Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan tanaman kopi adalah sebagai berikut:
a. Pompa Irigasi Sentrifugal
Pompa irigasi sentrifugal merupakan suatu alat yang berfungsi
mengangkat air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan
mekanisme putaran, dimana daya luar yang diberikan kepada poros pompa
digunakan untuk memutar impeler di dalam zat cair sehingga zat cair ikut berputar
akibat dorongan sudu-sudu impeler, yang menimbulkan gaya sentrifugal yang
akan mengalirkan air dari tengah impeler keluar tegak lurus melalui saluran
diantara sudu-sudu impeler.
Pompa irigasi sentrifugal berguna untuk irigasi maupun drainase di lahan
pertanian. Alat ini telah dimodifikasi dan dapat memberikan efisiensi pemompaan
72%.

Gambar 5. Pompa Irigasi Sentrifugal


b. Power Sprayer Mist Blower
Power Sprayer Mist Blower adalah penyemprot

tekanan

tinggi untuk tanaman pertanian. Tipe alat ini adalah tipe gendon.
Alat ini dirancang untuk dapat menyelesaikan penyemprotan
tanaman dengan cepat dan efesien. Power Sprayer Mist Blower
banyak digunakan pada lahan pertanian dan perkebunan yang
luas dan tersebar.

Spesifikasi:
Dimension :
500 X 400 X 650
mm
Gambar 9. Power Sprayer Mist Blower

C. Alat-alat panen kopi tradisional maupun modern


a. Keranjang Bambu
Pada saat panen kopi dilaksanakan banyak petani atau pemetik buah kopi
menggunakan keranjang bambu untuk tempat menampung sementara kopi hasil
petikan. Keranjang bambu merupakan keranjang yang dibuat dari batang bambu
yang diiris tipis kemudian di anyam sehingga membentuk keranjang. Keranjang
memiliki ukuran yang agak besar dengan lubang-lubang antar bambu yang kecil
sehingga kopi tidak jatuh. Keranjang biasanya dibawa oleh pemetik bisa
digendong dipungung atau digendong disamping tumbuh pemetik sehingga ketika
pemetik sudah memetik kopi dari tangkainya dapat langsung memasukan kopi ke
keranjang.
b. Karung Goni
Karung goni merupakan bahan pembungkus yang terbuat dari bahan
alami. Goni terbuat dari bahan serat alami. Beberapa serat yang dapat digunakan
untuk membuat karung goni antara lain serat rosella (Hybiscus sabdariffa), serat
knaf (Hybiscus cannbicus), serat jute (Chorcorus capsularis) dan serat rami
(Boehmeria nivea) (Sudiro 2004). Dalam kegiatan panen kopi karung goni
digunakan sebagai wadah kopi untuk kemudian dibawa ke pabrik pengolahan.
c. Timbangan
Dalam mengukur berat benda, kita bisa menggunakan timbangan. bentuk
dan macam timbangan berbeda - beda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
Satuan berat yang umum di masyarakat adalah: ton, kwintal, kilogram, serta ons.
Dalam proses panen kopi timbangan digunakan untuk mengetahui berat kopi yang
akan diangkut yang sudah dimasukan ke goni. Timbangan yang digunakan cukup
besar satuan kwintal samapi ton.
d. Tangga
Sebuah tangga berfungsi menyambungkan area yang lebih rendah pada
area yang lebih tinggi Tangga dalam kegiatan panen kopi berfungsi sebagai alat
transportasi vertikal untuk menjangkau buah kopi yang tinggi yang tidak
terjangkau oleh tangan pemetik kopi. Jenis tangga bermacam-macam tetapi yang
umum digunakan diperkebunan adalah tangan bentuk segitiga. Diperkebunan kopi
tanaman kopi tumbuh tidak tetlalu tinggi namum juga dapat tumbuh melebihi

tinggi manusia sehingga mempersulit saat proses pemanenan. Tangga segitiga


digunakan karena ukuranya yang pas dan fleksibel dan efektif.
e. Mesin Pemanen Kopi
Mesin pemanen ini memiliki motor diesel, yang mendorong pompa
hidrolik besar. Pompa ini kemudian mendorong system hidrolik lainya besar
maupun kecil, dan menjalankan konveyor, shaker, kipas pembersih, penyesuaian
tinggi kemudi serta wheel drive. Sistem hidrolik bekerja dengan baik karena
motor yang kuat, tahan cuaca, variabel dalam kecepatan dan dapat memiliki rating
torsi yang sangat tinggi.
Pemanen mekanik dalam kegiatan pemanenan kopi mengangkangi barisan
pohon, pohon masuk ke dalam mesin pada tempat yang disediakan, mereka
memiliki counterweights berat di atas dua kolom, yang didorong dengan
kecepatan variabel. Sebagai bobot ini berputar mereka menyebabkan kolom untuk
memutar. Melekat pada kolom ratusan batang silindris bergetar dan berosilasi
karena bobot di atas berputar. Getaran batang ini melalui pohon-pohon yang
mengambil kopi dari pohon. Di bawah kolom adalah piringan penampung yang
merupakan segmen miring dari polikarbonat. Piringan ini mengisi jarak antara
batang pohon, sehingga karena terjadi getaran buah kopi akan jatuh dan
tertampung didalam piringan.

Bagian-bagian mesin :

Cabin: Kabin diri pemanen elektron, menyediakan isolasi total operator


dengan kebisingan, debu, minyak dan panas, memberikan um lingkungan
adequado alcancar untuk produktivitas maksimum dan kenyamanan,

menawarkan ergonomi uma baik dan visibilitas.


Batang : batang dari 500 mm, getaran mentransfer posisi terbaik sehingga

batang memungkinkan kontak dengan semua cabang kaki kafe.


Ban : ban lebar dan dipasang ke frame untuk menjaga lebar diperlukan
transportasi dan bekerja tanpa harus dibongkar untuk mendapatkan di

papan dan bergerak di jalan raya, lihat juga lateral Dibangun pada coran

baja, mendapatkan perlawanan dan vesibilidade


Recolbedores/ piringan penampung : terbuat dari polikarbonat atau
polypropylene, resistensia material yang tinggi. Memiliki masa manfaat
yang lebih besar, memberikan pemeliharaan yang lebih rendah dan
gesekan dengan pohon, sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut pada

kaki kafe. Penurunan jatuhnya butir selama panen.


Kotak pemisah: kotak pemisah dengan empat sumbu, berfungsi untuk

mencegah lewatnya butir sepanjang cabang dengan daun.


Elevator : lift miring dengan pencakar karet, ditarik oleh arus, mengurangi
kebisingan dengan meningkatkan kehidupan kerja.

Gambar 10. Mesin pemanen kopi

D. Alsintan Pasca Panen Kopi


a. Mesin Sortir
Fungsi dari mesin ini adalah dapat meningkatkan produktivitas kerja
sortasi manual, biji kopi terkumpul dalam beberapa ukuran yang seragam
berdasarkan tingkatan mutunya. Kompartemen I berupa biji kecil, kompartemen
II biji sedang, kompartemen III biji besar, dan kompartemen IV biji ekstra besar.

Gambar 11.

Mesin Sortasi Kopi

b. Mesin Pengupas Basah


Mesin pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200 300 kg buah kopi per
jam digerakkan dengan motor bakar bensin 5 PK. Alat ini juga bisa dioperasikan
secara manual [tanpa bantuan mesin], namun kapasitasnya turun menjadi hanya
80 100 kg buah kopi per jam. Mesin ini dapat digunakan oleh petani secara
individu atau kelompok kecil petani yang terdiri atas 5 10 anggota. Sedang
untuk kelompok tani yang agak besar dengan anggota lebih dari 25 orang
sebaiknya menggunakan mesin pengupas dengan kapasitas 1.000 kg per jam.
Mesin ini digerakkan dengan sebuah mesin diesel 9 PK.
Kinerja mesin pengupas sangat tergantung pada kemasakan buah,
keseragaman ukuran buah, jumlah air proses dan celah [gap] antara rotor dan
stator. Mesin akan berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup
masak karena kulit dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya,
buah muda relatif sulit dikupas. Lebar celah diatur sedemikian rupa menyesuaikan
dengan ukuran buah kopi sehingga buah kopi yang ukurannya lebih besar dari
lebar celah akan terkelupas. Buah kopi hasil panen sebaiknya dipisahkan atas
dasar ukurannya sebelum dikupas supaya hasil kupasan lebih bersih dan jumlah
biji pecahnya sedikit. Buah kopi Robusta relatif lebih sulit dikupas dari pada kopi
Arabika karena kulit buahnya lebih keras dan kandungan lendirnya lebih sedikit.
Untuk mendapatkan hasil kupasan yang sama, proses pengupasan kopi Ribusta
harus dilakukan berulang dengan jumlah air yang lebih banyak. Oleh karena itu,

pada skala besar pengupasan buah kopi Robusta sering menggunakan mesin tipe
Raung.

Gambar 12. Mesin pengupas kapasitas


c. Mesin Pencuci Kopi
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi
yang masih menempel di kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat
dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedang untuk kapasitas besar
perlu dibantu dengan mesin. Ada dua jenis mesin pencuci yaitu tipe batch dan tipe
kontinyu. Mesin pencuci ini terdiri atas silinder berlubang horisontal dan sirip
pencuci berputar pada poros silinder. Biji kopi HS dimasukkan ke dalam corong
silinder secara kontinyu dan disertai dengan semprotan aliran air ke dalam
silinder. Sirip pencuci yang diputar dengan motor bakar mengangkat massa biji
kopi ke permukaan silinder. Sambil bergerak, sisa-sisa lendir pada permukaan
kulit tanduk akan terlepas dan tercuci oleh aliran air. Kotoran-kotoran akan
menerobos lewat lubang-lubang yang tersedia pada dinding silinder, sedang massa
biji kopi yang sudah bersih terdorong oleh sirip pencuci ke arah ujung
pengeluaran silinder.
Keunggulan :

Hemat
Konsumsi energi rendah

Hemat tenaga kerja


Bebas polusi
Kompak dan perawatan mudah
Kapasitas pengoperasian alat dapat diatur sesuai jumlah panen

Gambar 13. Mesin Pencuci Buah Kopi


d. Mesin Pengering Buah Kopi
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari dalam
biji kopi HS yang semula 60 - 65 % sampai menjadi 12 %. Pada kadar air ini, biji
kopi HS relatif aman untuk dikemas dalam karung dan disimpan di dalam gudang
pada kondisi

lingkungan tropis.

Proses pengeringan

dapat dilakukan

dengan cara

penjemuran, mekanis

dan kombinasi

keduanya.

Gambar 14. Mesin pengering buah kopi


Keunggulan:

Hemat energi (tenaga surya dan kayu bakar)


Konsumsi energi rendah (23 KWH per ton biji kopi kering)
Hemat tenaga kerja
Bebas polusi
Kompak dan perawatan mudah
Kapasitas pengoperasian alat dapat diatur sesuai jumlah panen
Penjemuran
Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk

pengeringan biji kopi. Jika cuaca memungkinkan, proses pengeringan sebaiknya


dipilih dengan cara penjemuran penuh [full sun drying]. Secara teknis cara
penjemuran akan memberikan hasil yang baik jika syarat-syarat berikut dapat
dipenuhi, yaitu :
1. Sinar matahari mempunyai intensitas yang cukup dan dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
2. Lantai jemur dibuat dari bahan yang mempunyai sifat menyerap panas.
3. Tebal tumpukan biji kopi di lantai jemur harus optimal.
4. Pembalikan yang cukup
5. Biji kopi berasal dari buah kopi yang masak.
6. Penyerapan ulang air dari permukaan lantai jemur harus dicegah.

Gambar 15. Penjemuran biji kopi


Pengeringan mekanis
Proses pengeringan mekanis sebaiknya dilakukan secara berkelompok
karena proses ini membutuhkan peralatan mekanis yang relatif lebih rumit, modal
investasi yang relatif cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Kapasitas

pengering mekanis bida dipilih antara 1,50 sampai 4 ton biji kopi HS basah
tergantung pada kondisi kelompok tani.

Gambar 16. Pengering biji kopi dengan bahan bakar minyak


Pengering mekanis mempunyai fleksibilitas pengoperasian yang tinggi dan
mempunyai kapasitas pengeringan yang besar karena sumber panasnya tidak
tergantung pada cuaca. Jenis sumber panas pengering mekanis disesuaikan dengan
ketersediaaan bahan bakar di sekitar kebun kopi seperti kayu bakar atau minyak
tanah. Selain itu, pengering mekanis dilengkapi dengan kipas untuk mengalirkan
udara pengering sehingga proses penguapan air dari biji kopi dapat diatur sesuai
kebutuhan.
e. Mesin Pengupas Kering
Pengupasan ditujukan untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk.
Hasil pengupasan disebut biji kopi beras. Mesin pengupas yang digunakan adalah
tipe silinder dengan penggerak motor diesel antara 12 24 PK tergantung
kapasitasnya. Di dalam dinding silinder terdapat rotor penggesek, saringan dan
kipas sentrifugal untuk memisahkan biji kopi dari kulit kopi dan kulit tanduk. Biji
kopi HS diumpankan ke dalam silinder lewat corong pemasukkan dan kemudian
masuk celah antara permukaan rotor dan saringan. Kulit tanduk akan terlepas
karena gesekan antara permukaan rotor dan terpecah menjadi serpihan ukuran
kecil. Permukaan rotor mempunyai ulir dan mampu mendorong biji kopi ke luar
silinder, sedangkan serpihan kulit lolos lewat saringan dan terhisap oleh kipas.

Mesin pengupas ini dirancang untuk mengupas biji kopi HS atau kopi
gelondong dengan kadar air mendekati 12 %. Jika kadar air makin tinggi,
kapasitas pengupasannya turun dan jumlah biji pecahnya sedikit meningkat.
Kadar air berpengaruh pada ukuran biji kopi.

Gambar 17. Mesin pengupas kering


Keunggulan :

Hemat energi
Konsumsi energi rendah
Hemat tenaga kerja
Bebas polusi
Kompak dan perawatan mudah
Mudah diadopsi oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar

f. Mesin Sortasi Kering


Biji kopi beras harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat
bijinya. Kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi,
harus juga dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan ayakan mekanis tipe
silinder berputar atau tipe getar.

Gambar 18. Mesin sortasi tipe meja getar [kiri] dan tipe silinder berputar
[kanan].
Keunggulan:

Hemat energi
Konsumsi energi rendah
Hemat tenaga kerja
Bebas polusi
Kompak dan perawatan mudah
Mudah diadopsi oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar

g. Mesin Sangrai Kopi


Proses penyangraian merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa
khas kopi dengan perlakuan panas dan kunci dari proses produksi kopi bubuk.
Proses sangrai menggunakan mesin sangrai tipe silinder berputar. Silinder sangrai
dapat digerakkan dengan motor listrik atau motor bakar, sedang sebagai sumber
panas adalah kompor minyak tanah atau gas. Kapasitas antara 10 sampai 40 kg
per batch tergantung ukuran diameter silindernya.
Proses sangrai diawali dengan penguapan air yang ada di dalam biji kopi
dengan memanfaatkan panas yang tersedia dari kompor dan kemudian diikuti
dengan reaksi pirolisis. Reaksi ini merupakan reaksi dekomposisi senyawa
hidrokarbon antara lain karbohidrat, hemiselulosa dan selulosa yang ada di dalam
biji kopi. Reaksi ini umumnya terjadi setelah suhu sangrai di atas 180oC. Secara
kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah banyak dari
ruang sangrai berwarna putih. Sedang secara fisik, pirolisis ditandai dengan
perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan. Kisaran
suhu sangrai yang umum adalah sebagai berikut,

Suhu 190 195oC untuk tingkat sangrai ringan [warna coklat muda],

Suhu 200 - 205oC untuk tingkat sangrai medium [warna coklat agak gelap]

Suhu di atas 205oC untuk tingkat sangrai gelap [warna coklat tua cenderung
agak hitam].
Sesudah proses penyangraian selesai, biji kopi hasil sangrai dimasukkan

ke dalam bak pendingin. agar proses sangrai tidak berlanjut. Selama pendinginan,

biji kopi sangrai diaduk agar proses sangrai menjadi rata dan tidak berlanjut [over
roasted]. Untuk bak pendingin yang dilengkapi dengan kipas mekanis, sisa kulit
ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai akan terhisap sehingga biji kopi
ssangrai lebih bersih.

Gambar 19. Mesin sangrai kopi


Keunggulan :

Mudah diadopsi oleh Perkebunan Besar maupun Perkebunan Rakyat.


Mudah dipindahkan ke tempat lain.
Dapat digunakan untuk komoditas lain.
Sumber panas burner berbahan bakar minyak tanah atau gas.

3.2 Dampak Perkembangan Alsintan Pada Petani dan Masyarakat


1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.

Dampak Positif
meningkatkan produktifitas tenaga kerja,
meningkatkan produktifitas lahan
menurunkan ongkos produksi
meningkatkan efisiensi, efektifitas kualitas hasil,
mengurangi beban kerja petani.
Dampak Negatif
Dengan bertambahnya waktu, manusia alsintan untuk membantu memudahkan

segala macam pekerjaannya di bidang pertanian. Kebutuhan untuk meningkatkan


produksi, mendorong petani dan ahli pertanian untuk mengembangkan alsintan
yang lebih baik. Penggunaan alasintan tidak hanya memudahkan manusia untuk

bercocok tanam dan mengolah hasil pertanian, namun penggunaan alsintan ini
juga mempunyai dampak negatif bagi masyarakat. Adapun dampak negatif yang
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Alsintan merupakan peralatan modern yang biasanya menggunakan bahan
bakar untuk mengoperasikannya.
Bahan bakar tersebut setelah digunakan menjadi gas buang yang dapat
menimbulkan polusi udara sehingga dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
b. Alsintan dapat mengganggu peningkatan produksi dan mutu hasil.
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkanterjadinya perubahan
sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat
pengolah tanah yang digunakan. Penggunaan alsintan dapat menyebabkan
terjadinya pemadatan pada lapisan bawah tanah. Namun demikian karena
seringnya tanah terbuka, terutama antara 2 musim tanam, maka lebih riskan
terhadap dispersi agregat, erosi dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat
memadatkan tanah. Dengan adanya pemadatan ini akan membuat produksi
tanaman menjadi kurang optimal.
c. Membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Apabila pengetahuan masyarakat tentang pengoperasian alsintan kurang,
maka dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan.
d. Merusak kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Penggunaan alsintan dapat merusak kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Hal ini dapat diketahui misalnya pada pengolahan tanah.
Penggunaan alat berat akan menggemburkan tanah dan membolakbalikkan tanah
sampai pada kedalaman 20 cm. Namun, pada waktu yang bersamaan roda traktor
menyebabkan terjadinya pemadatan tanah dan berbagai efek negatif lainnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah yang berlebihan
menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan struktur tanah, dan kekahatan
kandungan bahan organik tanah. Tanah merupakan salah satu sumberdaya alam.
Apabila dengan penggunaan alsintan tersebut menyebabkan struktur tanah rusak
berarti penggunaan alsintan dapat merusak kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup.

BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mekanisasi pertanian diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk
mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam
produksi pertanian
2. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani.
3. Alsintan pra panen pada kopi meliputi : bajak, garu, sprayer, traktor, pompa
irigasi, grain seeder dan manure spreader.
4. Alsintan panen pada kopi meliputi keranjang bambu, karung goni, tangga,
timbangan, dan mesin pemanen.
5. Alsintan pasca panen pada kopi meliputi mesin pencuci, mesin sortasi, mesin
pengupas, mesin pengering, alat pengukur kadar air kopi, dan mesin sangrai
kopi.
6. Adanya alsintan memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap petani,
masyarakat, dan lingkungan.

5.2 Saran
Sebaiknya pengembangan alsintan harus disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan alsintan.

DAFTAR PUSTAKA
Defredo. 2005. Mekanisasi Pertanian.Jakarta : PT Grafindo

Fauzi, Akhmad.2012. Bajak Singkal. http://uzymozy.blogspot.com/2012/09/bajak


singkal.html%5B7 diakses pada tanggal 19 Mei 2013
Fauziah ,Sulaiman. 2000. Mekanisme Penyebaran Inovasi Pertanian Suatu Kajian
prosiding. Lokakarya Nasional Pusat Perpustakaan Pertanian . Bogor
Kuipers, H .dan L. Kowenhopn. 1983. Pengolahan Tanah ; Aplikasi Pengukuran
Lapangan. Agricultural University Wageningen Brawijaya University,
Malang.
Mugniesyah, Siti Sugiah M. 2006.Penyuluhan Pertanian Bagian I : Peranan
Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Pertanian .Bogor : IPB Press
Mulyoto, dkk. 2002. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta : PT Graha Persada.
Robbins,2005. CRC Handbook Of Engineering In Agriculture. Boka Raton : CRC
Press
Siahaan , S.2001.Penelitian tentang DIKLAT jarak jauh penyuluhan pertanian
dan dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup petani di kabupaten
Ogan Komering ilir (OKI) . Sumatera Selatan : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai