Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK I

NAMA

: NUR SULALATIN UMAR

NIM

: O111 15 302

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa

: Nur Sulalatin Umar

NIM

: O11115302

Nama Asisten

: Rismayani

Waktu Asistensi
No.

Jadwal Asistensi

Saran Perbaikan

Paraf Asisten

Makassar, ..........................2016
Asisten

Praktikan

Rismayani

Nur Sulalatin Umar

JUDUL PRAKTIKUM
Sistem Indera

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui gerak refleks Patella, pupil mata, dan sensasi panas dingin.
2. Untuk mengetahui fungsi Vestibular melalui tes nistagmus dan tes jatuh
3. Untuk mengetahui sistem Termoreseptor/termoregulasi pada tubuh katak.

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM


1.

Melakukan pengamatan pada refleks patella, refleks pupil mata, dan


sensasi panas dingin.

1.

Melakukan pengamatan fungsi vestibular dengan mengamati adanya


nistagmus dan melakukan tes jatuh.

2.

Melakukan pengamatan tentang termoreseptor/termoregulasi pada katak.

TINJAUAN PUSTAKA
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap
terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan
makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu,
baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler,
merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari

tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai


bagian satu sel maupun seluruh sel.
Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler,
dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan
yang bebas satu sama lain(koloni). Sebuah koloni hewan mungkin terdiri dari
hewan uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan
sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni
hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan suatu
kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua
sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk
menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima
melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan
rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di
dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena
sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh
hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem
sarafnya (Syamsuri, 2004).
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki
oleh sistem saraf, yaitu (Kimbal, 1994):
a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Konduktor (Penghantar impuls), dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem
saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang
paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi
rangsang yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menaggapi rangsang
dengan meningkatkan/menurunkan aktivitas organ tubuh tertentu. Misalnya :

mempercepat/memperlambat

denyut

jantung,

melebarkan/menyempitkan

pembuluh darah dan lain sebagainya.


A. Sistem indera
Indera adalah suatu reseptor atau alat tubuh yang mampu menerima
rangsangan.Manusia mempunyai lima macam indera,yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera peraba (kulit), indera pengecap
(lidah), dan indera pembau (hidung).Fungsi alat indera adalah menerima
rangsangan.Indera merupakan organ yang mempunyai reseptor khusus untuk
menerima rangsangan.Alat Indera bertugas mengenal lingkungan dan memberi
respons terhadap segala rangsangan yang terjadi terhadap tubuh. Dengan
adanya Indra, tubuh mampu merespon lingkungan dan memproteksi diri dari
berbagai gangguan. Rangsangan adalah semua penyebab perubahan dalam
tubuh atau bagian tubuh. Berdasarkan asal sumbernya, rangsangan dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut (Brotowidjoyo, 1989):
a.

Rangsangan dari luar


Rangsangan ini dapat berupa bau, rasa asin, manis, pahit, sentuhan
cahaya, kelembapan, suhu, tekanan dan sebagainya.

b.

Rangsangan dari dalam


Rangsangan

ini

dapat

beruparasa

nyeri,

lapar,

haus,

kelelahan,kenyang, dan sebagainya.


Berdasarkan kemampuannya merubah pacuan mengenal impuls, reseptor
dibedakan atas mekanoreseptor, kemoreseptor, termoreseptor, dan radio
elektromagneik reseptor (Sonjaya, 2013).
1.
2.
3.
4.

Fotoreseptor : peka terhadap cahaya


Kemoreseptor : Peka terhadap bahan kimia yang ada di lingkungan sekitar
Mekanoreseptor : Peka terhadap stimuli mekanik
Termoreseptor : peka tehadap stimuli panas atau dingin

Indra hanya dapat bekerja dengan sempurna apabila(Campbell, 2002):


a. tidak ada gangguan pada alat penerima rangsangan
b. tidak ada gangguan pada urat saraf penghubung indra dengan pusat saraf
c. tidak ada gangguan pada pusat saraf di otak
B. Gerak refleks

Gerak refleks adalah gerak yang tidak seperti biasanya dilakukan karena
rangkaian rangsang yang ditimbulkan lebih ke arah cepat dan tanpa pengolahan
respon di otak.
Macam-macam gerak refleks, yaitu :
1. Refleks segmental adalah refleks yang hanya melewati sebagian kecil dari
CNS. Contohnya adalah refleks peregangan otot dan refleks cahaya pada
pupil karena hanya menggunakan segmen kecil dari Medulla spinalis atau
brainstem.
2. Refleks intersegmental. Refleks ini menggunakan multiple segmen dari
CNS. Contohnya adalah respons propriosepsi karena aksi potensial saraf
sensori jauh memasuki Spinal cord dan belum akan berjalan kembali ke
Cerebral cortex sebelum responsi motorik dihasilkan. Respon motorik
kembali melalui rute intersegmental yang sama (Pangestiningsih, 2010).
Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: stimulus pada organ
reseptor - sel saraf sensorik - sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang
belakang - sel saraf motorik - respon pada organ efektor (Hill, 2015).
C. Sistem vestibular
Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,
dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga
bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk
merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala.
Sebuah cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga
bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser.
Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan
keseimbangan. Alergi makanan, Dehidrasi, dan trauma kepala / leher dapat
menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.
Kemudian pesan diteruskan melalui saraf cranialis VIII ke Nucleus vestibular
yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju
langsung ke Nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis,
thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
formasi (gabungan reticular), dan cerebelum. Hasil dari nucleus vestibular

menuju ke motor neuron melalui Medula spinalis, terutama ke motor neuron


yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat
sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol
otot-otot postural (Irfan, 2008).
D. Termoregulasi
Termoregulasi

adalah

suatu

mekanisme

makhluk

hidup

untuk

mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat


ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar
tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas (Campbell,
2009).
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan,
yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan
suhutubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan
hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Hewan berdarah
panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan
sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar
tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan
mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kirakira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hewan homoiterm suhunya
lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat
mengatur suhu tubuh. Mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan
panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu
pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif
dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak
untuk berproduksi. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal
yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan, panjang waktu

siang dan malam, makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air
(Sany, 2013).
Berdasarkan dua karakteristik yaitu apakah hewan itu bersifat endothermi
atau tidak dan apakah mereka melakukan thermoregulasi atau tidak, maka ada
empat tipe hubungan thermal paling mendasar antara hewan dan lingkungan
sekitarnya sebagai berikut ini (Putra, 2012) :
a.
Hewan poikilotherm non-thermoregulasi atau ektotherm nonthermoregulasi, yaitu hewan yang tidak mampu mempertahankan temperatur
tubuhnya

melalui

proses

metabolisme

dan

juga

tidak

melakukan

thermoregulasi atau upaya mempertahankan temperatur tubuhnya mendekati


konstant.
b.
Hewan

endotherm

non-thermoregulasi

yaitu

hewan

yang

menghasilkan panas metabolisme untuk mempertahankan temperatur tubunya


mendekati konstan, tetapi tidak mempunyai mekanisme fisiologi untuk
mempertahankan temperatur tubuhnya mendekati konstan.
c.
Hewan poikilotherm atau ektotherm yang

melakukan

thermoregulasi. Hewan yang demikian itu, walaupun proses metabolisme


tidak mampu mempertahankan temperatur tubuhnya, mereka mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan temperatur tubuhnya mendekati konstan
dengan melakukan perubahan perilaku.
d.
Hewan endotherm yang melakukan thermoregulasi (disebut juga
hewan homeotherm). Kelompok hewan ini mampu mempertahankan
temperatur tubuhnya mendekati konstan melalui penyesuaian mekanisme
fisiologi yang berlangsung didalam tubuhnya. Sebagian besar hewan darat
termasuk dalam hewan endotherm yang melakukan thermoregulasi dan
sebagian hewan aquatik termasuk dalam hewan ektotherm.

MATERI DAN METODE


I. Materi
Alat :
1.
2.
3.
4.
5.

Baskom 3 buah
Kain penutup mata
Palu Hummer
Penlight
Thermometer air raksa

Bahan :

1. Air dengan suhu 20oC, 30oC, 40oC


2. Alkohol
3. Katak (Rana sp.)
II. Metode
II.1 Refleks (Patella, pupil mata, sensasi panas dingin)
1.

Patella
a.

Pelaku duduk di atas meja dengan kaki terjuntai bebas. Lalu

memukul Ligamentum patelaris di atas meja. Catatlah hasilnya.


b.

Mengalihkan perhatian pelaku pada objek tertentu, kemudian


memukul Ligamentum patellaris-nya. Catatlah hasilnya.

2.

Pupil mata
a. Pelaku menutup mata selama 2 menit.
b. Segera setelah membuka, lalu mengamati perubahan yang terjadi
pada ukuran pupil mata dengan menggunakan penlight. Mengamati
selama beberapa detik. Catatlah hasilnya.

3.

Sensasi panas dingin


a.
b.

Sediakan 3 baskom bersuhu kira-kira 20o, 30o, dan 40o


Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 o dan tangan kiri
ke dalam air bersuhu 40o selama 2 menit.

c.

Catat kesan apa yang dialami.

d.

Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak kedalam air


bersuhu 30o. Catat kesan apa yang saudara alami.

e.

Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan dari jarak 10 cm.

f.

Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan


tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti diatas.

g.

Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub. 5 dan
6.

h.

Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan eter atau alkohol.


Kesan apa yang saudara alami?

II.2 Fungsi Vestibular

Nistagmus
a. Probandus duduk tegak di kursi dengan kedua tangannya
memegang erat lengan kursi.

b. Probandus memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya 30


derajat ke depan Memutar kursi ke kanan 10 kali tanpa sentakan.
c. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.
d. Probandus membuka mata dan melihat jauh ke depan.
e. Perhatikan adanya nistagmus.

Tes jatuh
a. Dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan sehingga kepala
membentuk sudut sudut 120 derajat, probandus diputar di kursi
menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali.
b. Probandus berhenti sambil membuka matanya, dan menegakkan
kepala serta badannya perhatikan kemana dia akan jatuh dan
tanyakan kepada probandus kemana rasanya ia akan jatuh.

II. 3 Termoreseptor/termoregulasi
a.

Telentangkan katak dan ikat pada suatu papan.

b.

Ukur suhu tubuhnya dengan memasukkan termometer ke dalam


esophagus-nya selama 5 menit.

c.

Masukkan katak ke dalam air es selama 5 menit, dalam keadaan


termometer tetap dipasang, lihat dan bacalah termometernya.
Angkat katak tersebut, kemudian masukkan ke dalam air panas
40oC selama 5 menit pula, baca lagi suhunya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum ini antara lain:
1. Refleks (Patella, pupil mata, sensasi panas dingin)
1.1 Refleks Patella
Hasil
- Ligamentum patellaris dipukul secara sadar : tidak sakit, terasa geli, dan kaki
berayun refleks
- Ligamentum patellaris dipukul dengan mengalihkan perhatian : kaki berayun
lebih cepat, probandus kaget.

Gambar I.1 Memukul Ligamentum patellaris menggunakan palu Hummer


Pembahasan :
Melihat hasil yang diperoleh, dari perlakuan pertama dimana Ligamentum
patellaris yang dipukul dalam keadaan probundus masih menyadari ketika akan
dipukul, gerak reflex bisa terlihat hal ini dikarenakan otot quadriseps nya
berkontraksi hingga terlihat gerakan, dan saat perlakuan kedua dimana
Ligamentum

patellarisnya

dipukul

dalam

keadaan

probundus

dialihkan

perhatiannya, gerak reflexnya lebih cepat hal ini dikarenakan otot fleksor dalam
keadaan berelaksasi sehingga sewaktu dipukul dengan reflex bergerak dan
berkontraksi hingga reflexnya lebih cepat.
1.2 Refleks pupil mata
Hasil
Jika penlight didekatkan pada mata maka pupil mata akan mengecil,
sebaliknya jika penlight dijauhkan dari mata maka pupil mata akan terlihat
membesar dan hal ini terjadi secara cepat (membutuhkan waktu yang sedikit).

Gambar I.2 Perubahan ukuran pupil mata ketika dikenai penlight

Pembahasan :
Pengujian berikutnya yaitu pengujian aktivitas refleks pada pupil.
Pengujian dilakukan terhadap mata normal. Pelaku menutup mata selama 2
menit. Segera setelah membuka mata, perubahan pupil pelaku diamati
menggunakan penlight.. Hasil yang diperoleh yaitu pupil pelaku mengecil. Hal ini
tidak sesuai dengan teori karena seharusnya pada saat sesudah diberi perlakuan
diameternya semakin besar karena otot sirkuler relaksasi dan otot radier
berkontraksi untuk mengatur cahaya yang masuk (Burhan, 2009). Sehingga saat
sebelum pelaku di beri perlakuan dan setelah diberi perlakuan terjadi penambahan
ukuran dimeter pupil. Adapun penyebab setelah dibiarkan beberapa detik diameter
pupil kembali normal atau kecil dikarenakan pupil akan berkontriksi (mengecil
saat melihat cahaya terang disebut juga refleks cahaya pupillary / pupillary light)
untuk melindungi retina dari intensitas atau stimulus cahaya yang berlebihan
(Anthony, 1983). Refleks fotopupil pusat sensorisnya adalah saraf kranial II dan
III dan motorisnya adalah saraf kranial VII (Soewolo, dkk. 2005). Mekanisme
kontraksi serabut otot iris akan mengakibatkan kontriksi pupil hal ini mencegah
cahaya menyebar dari obyek masuk ke mata melewati kornea dan lensa, cahaya
yang menyebar tidak akan terfokus pada retina sehingga gambar terlihat kabur
pada retina (Anthony, 1983). Hal ini menunjukkan terjadi kesalahan saat
pelaksanaan metode, karena diameter pupilnya mengecil padahal seharusnya
membesar karena pelaku telah menutup mata dimana keberadaan cahaya minim
yang harusnya pupil membesar.
1.3 Sensasi panas dingin
Hasil
- Air suhu 20oC
- Air suhu 40oC
- Air suhu 30oC

: tangan kanan terasa dingin, keram


: tangan kiri terasa hangat, tidak keram
: tangan kiri lebih berkerut dibanding tangan kanan
tangan kiri terasa lebih tegang dibanding tangan kanan
tangan kiri lebih keram dibanding tangan kanan
- Ketika diolesi alkohol dan ditiup kesan yang dialami yaitu tangan kiri terasa
lebih dingin dibanding tangan kanan

Gambar I.3.1
Tangan kanan dimasukkan ke dalam
air bersuhu 20oC dan tangan kiri
40oC
Pembahasan :

Gambar I.3.2
Tangan kanan dan kiri setelah di
masukkan dalam air bersuhu 30oC

Pengujian selanjutnya yaitu mengamati sensasi panas dingin. Pelaku


mencelupkan jari kanannya pada air bersuhu 20oC dan jari kiri dicelupkan pada air
bersuhu 40oC masing-masing selama 2 menit. Kesan yang dialami pelaku yaitu
jari kanan terasa dingin disertai dengan rasa keram dan jari kiri terasa hangat dan
tidak terasa keram. Kemudian kedua jari segera dimasukkan kedalam air bersuhu
30oC secara bersamaan. Hasilnya yakni tangan kiri lebih berkerut dibanding
tangan kanan, tangan kiri terasa lebih tegang dibanding tangan kanan dan tangan
kiri lebih keram dibanding tangan kanan. Selanjutnya jari diolesi dengan alkohol
setelah kulit punggung jari yang ditiup dari jarak 10 cm. Kesan yang
ditimbulkan yaitu jari yang dicelupkan pada air hangat bersuhu 40 oC terasa lebih
dingin dibandingkan jari yang dimasukkan kedalam air bersuhu dingin bersuhu
20oC. Menurut teori, hal tersebut terjadi karena rasa dingin air membuat aliran

darah di sekitar telunjuk yang dicelupkan menjadi terhambat sehingga tangan


terasa keram dan teori tersebut sesuai dengan hasil praktikum. Sedangkan pada
telunjuk kiri yang dimasukkan ke dalam air hangat seharusnya terasa nyeri karena
pembuluh darah daerah tersebut mengalami respon terhadap
suhu yang melebihi suhu normal sehingga menyebabkan rasa
nyeri, namun hasil praktikum pelaku tidak merasakan nyeri. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh faktor air yang digunakan telah mengalami penurunan suhu
karena telah dipakai pada kelompok sebelumnya atau lapisan epidermis kulit
pelaku yang tebal. Setelah kedua tangan dimasukkan ke dalam air suhu kamar
(30oC) hasil tidak sesuai dengan teori seharusnya tangan terasa kembali
normal.
2. Fungsi Vestibular
2.1 Nistagmus
Hasil
-

Nistagmus

: Ada, gerakan mata ke kiri dan kanan

Gambar 2.1 Nistagmus pada mata probandus


Pembahasan :
Pengujian fungsi Vestibular yaitu mengamati nistagmus dan tes jatuh, pada
pengujian nigtagmus probandus diputar sebanyak 10 kali dalam keadaan mata
tertutup dan kepala tunduk 30o, hasilnya gerakan bola mata pada pelaku tidak
normal yaitu bergerak ke kiri dan ke kanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan nistagmus akan timbul bila ada ketidakseimbangan impuls yang
masuk ke inti III, IV dan VI dari mekanisme supranuclear terutama dari sistem

vestibuler (Japari, 2002). Ketidakseimbangan impuls ini terjadi karena probundus


diputar yang mengakibatkan probundus pusing, dan tidak sepenuhnya sadar
2.2 Tes Jatuh
Hasil
- Tes jatuh

: probandus merasa mual dan hampir jatuh ke arah kiri

Gambar 2.2 Probandus diputar kea rah kanan sebanyak 10X


Pembahasan :
Kemudian pengujian tes jatuh yaitu pelaku diputar sebanyak 10 kali dalam
keadaan mata tertutup dan kepala tunduk 120o, hasilnya pelaku merasa pusing dan
mual kemudian pelaku hampir jatuh ke arah kiri. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa
pusing, karena faktor organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth yang merupakan
organ yang berperan dalam mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem
yang bekerja didalam tubuh (vestibular). Ketika tubuh berputar cairan endolymph
didalam organ

labyrinth

menjadi

tidak stabil

keseimbangan (Irfan, 2008).


3. Termoreseptor/Termoregulasi
Hasil
-

suhu tubuh normal katak


suhu tubuh di air 20oC
suhu tubuh di air 40oC

: 32oC
: 14oC
: 34oC

sehingga mempengaruhi

Gambar 3.1 Mengukur suhu normal katak

Gambar 3.2 Mengukur tubuh katak pada air es

Gambar 3.3 Mengukur tubuh katak pada air hangat


Pembahasan :
Berdasarkan hasil praktikum, katak diukur suhu tubuh normalnya selama 2
menit dan didapatkan suhu tubuh 32oC, kemudian katak dimasukkan kedalam air
es tanpa melepas temometer selama 2 menit. Hasil yang diperoleh suhu tubuh
katak menurun yaitu 14oC dan tubuhnya menjadi lebih dingin. Kemudian katak
dimasukkan kedalam air panas tanpa melepas termometer selama 2 menit yang
terjadi adalah katak mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu 34oC atau katak
berada pada suhu tubuh normal. Hal ini di karenakan pada hewan poikiloterm,
(katak) suhu internal tubuhnya akan bergantung pada suhu lingkungan sekitarnya.
Sehingga suhu tubuh katak akan mengikuti suhu dimana dia diletakkan

RANGKUMAN

Gerak refleks ialah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak.
Gerak refleks dilakukan tanpa kesadaran. Mekanisme gerak refleks
berlangsung secara spontan dibawah kontrol Medulla spinalis.

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,


dan gerak bola mata. Gangguan pada bagian vestibular akan menyebabkan
terjadinya impuls yang tidak terkoordinasi dengan baik.

Termoreseptor adalah suatu keadaan tubuh dimana tubuh menyesuaikan


suhunya agar berada dalam kisaran yang bisa ditolerir oleh tubuh, pada
hewan poikiloterm penyesuain suhu tubuh dapat dengan mudah dilakukan,
karena bisa dengan cepat menyesuaikan dengan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London: The
C.V Mosby Company.
Brotowidjoyo, M. 1989. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga: Jakarta
Burhan. 2009. Macam Refleks pada Manusia. (Online). (http://biologiitey.com/2010/01/macam-refleks-pda-menusia.html, diakses tanggal 14
Oktober 2016).
Campbell, N.A., dkk. 2004. Biologi. Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hill, Faisal. 2015. Bullet. IPB Press : Bogor. https://www.academia.edu/9981217/
BULLET. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016
Irfan dan Jemmy Susanti.2008. Pengaruh Penerapan Motor Relearning
Programme (Mrp) Terhadap Peningkatan Keseimbangan Berdiri Pada
Pasien

Stroke

Hemiplegi.

http://digilib.esaunggul.ac.id/

Universitas

Esa

Unggul

Jakarta.

pengaruh-penerapan-motor-

relearningprogramme-mrp-terhadap-peningkatan-keseimbangan-berdiri-pada-pasien-stroke hemiplegi -3891. html. Diakses pada tanggal 15


Oktober 2016
Japari, Iskandar. 2002. Kelainan Neurooptalmologik Pada Pasen Stroke.
Universitas Sumatera Utara : Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/ 1981/3/bedahiskandar%20japardi16.pdf. Diakses pada tanggal
14 Oktober 2016
Kimball, John W,1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Pangestiningsih, T. W. 2010. Mikroanatomi Sistem Saraf. Yogyakarta : Fakultas
Kedokteran Hewan UGM. http://ugm.ac.id/user/archive/download/ 24113/
a52628g2101752b08161.pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2016

Putra, Harya. 2012. Fisiologi Hewan Termoregulasi. Bali: Udayana University


Press.
Sany, 2013. Makalah Termoregulasi. Universitas Airlangga : Surabaya. https://
ml.scribd.com/doc/145626940/makalah-termoregulasi.

Diakses

tanggal 16 Oktober 2016


Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor: Penerbit IPB Press
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta

pada

Anda mungkin juga menyukai